Ervin Aditya POV Hari ini Luna menolak untuk aku tunggu ketika bekerja. Aku memakluminya karena aku juga tidak suka bila karyawan Luna selalu menatapku seakan aku lintah penghisap kekayaan istriku sendiri. Padahal sejak aku menikah dengannya, aku telah menyerahkan kartu debetku pada Luna, yang berarti aku tetap suami yang menafkahi istriku semampuku. Sebagai laki-laki yang sudah menikah tentu saja liburan di Bali seorang diri begitu membosankan, apalagi kalo istri kita justru sibuk bekerja daripada menikmati waktu santai bersama. Karena gabut, aku melajukan mobil Luna ke arah Legian, Kuta. Setelah sampai di sana dan memarkirkan mobil, aku memasuki sebuah cafe dengan gaya minimalis. "Hai, Vin," Sapa Peter, teman modelku dulu yang kini lebih memilih untuk membuka cafe dan tinggal di Bali. "Hai, Pet. Apa kabar lo?" "Baik, duduk sini," Peter mengajakku duduk di sebuah kursi yang ada di pojokan. "Tumben lo ke Bali, ada kerjaan di sini?" Tanya peter kepadaku. "Nggak, cuma antar istr
Ervin Aditya POV Satu jam setelah Luna memintaku menjemputnya, akhirnya aku telah sampai di hotel & resort tempat di mana tadi aku mengantarnya. Ketika aku sampai di sana, Luna sudah menunggu di depan Loby dan kami langsung tancap gas dari sana. "Hai, Vin." "Assalamualaikum, Lun?" "Waalaikum Salam, Vin." Aku sengaja untuk membiasakan Luna mengganti kebiasaan "hai dan bye"-nya kepadaku. Karena aku merasa berkewajiban menuntunnya ke arah lebih baik sesuai dengan keyakinan yang kami anut. Selama perjalanan aku masih bisa melihat Luna yang belum sepenuhnya selesai bekerja karena kini ia sibuk menelepon entah siapa pun yang berurusan dgn pekerjaannya. "Fan, tolong untuk acara besok pagi, pastiin semua sudah siap 2 jam sebelum acara?" "Shen, cek acara untuk yang di Surabaya minggu depan vendor vendor nya sudah oke belum?" Dan masih banyak lagi aku mendengar Luna menelepon karyawannya. "Lun," Aku memanggilnya, berharap ia menganggap diriku nyata "Ya, Vin kenapa?" "Inget nggak kema
Ervin Aditya POV Andai saja pagi ini aku tidak ada acara audisi dan Luna tidak ada resepsi kliennya itu, pasti aku sudah mengikatnya di ranjang agar ia tidak beranjak turun dari sana. Namun, kenyataannya saat ini istriku sudah berdandan dengan cantiknya untuk acara pernikahan Sekar dan Lionel siang ini. "Lun, ayo berangkat keburu telat." Ketika Luna membalikkan badannya, Oh Tuhan, singkirkan gairah napsuku pagi ini pada istriku sendiri, karena aku ingin menurunkan baju model kemben yang di kenakannya sekarang. "Iya, nanti jemput aku ya kalo kamu sudah selesai." "Iya, nanti kamu telpon saja." Kemudian kami berdua turun dan memasuki SUV putih menuju hotel & resort tempat Lionel dan Sekar melangsungkan resepsinya siang sampai sore nanti. Setelah mengantarkan Luna aku langsung menuju lokasi audisi. Ketika aku sampai di sana, ternyata sudah penuh dengan para muda mudi yang akan melakukan audisinya sama sepertiku. Bahkan aku melihat kebanyakan dari mereka masih muda, mungkin belum ad
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Aku memasuki mobil dengan perasaan dongkol. Di dalam mobil aku masih mengatur emosiku agar bisa lebih tenang, sedangkan Ervin langsung tancap gas dari lokasi hingga akhirnya Ervin mengajakku ke pantai seminyak. "Kenapa kita ke sini?" Tanyaku masih dengan sedikit nada emosi. Ketika Ervin berhasil memarkirkan mobil di tempat parkir. "Nonton sunset, siapa tau bisa bikin dingin hati kamu yang lagi panas." "Siapa yang nggak panas kalo suaminya di telanjangi seperti itu oleh wanita yang merebut calon suaminya dulu." Aku melihat Ervin kaget dengan ucapanku, akhirnya aku membuka salah satu rahasia yang telah aku pendam bertahun tahun lamanya di dasar hatiku. Ervin memiringkan tubuhnya hingga akhirnya menatapku, namun pandanganku tetap fokus ke depan, aku tidak mau menatapnya balik. "Handi itu mantan calon suami aku yang lebih memilih Retno teman kuliahnya walau kita sudah bertunangan. Aku akui aku memang pernah suka sama Handi, walau kami di jodohkan du
Ervin Aditya POVSetelah kami pulang dari pantai Seminyak, aku dan Luna mampir membeli bahan makanan di salah satu swalayan. Mengetahui kebiasaan buruk Luna yang lebih menyukai delivery order daripada memasaknya sendiri, pelan pelan aku ingin mengubahnya. Selain lebih hemat, masakan rumahan juga kemungkinan lebih sehat karena kita tau bahan apa saja yang digunakan untuk memasaknya. Apalagi ketika kita menginginkan sesuatu misal diet atau program kehamilan yang makanannya benar benar harus di jaga."Vin, kenapa beli minyak kelapa murni bukan minyak goreng biasa?""Biar lebih sehat dan kamu lebih cepat hamil."Luna memandangku dengan pandangan yang sulit aku artikan."Kamu kenapa lihatin aku gitu?""Kenapa kamu pengen punya anak, Vin?"Deg....!!!Apakah aku menikahi seorang childfree?"Karena biar hidup makin lebih berarti, Lun. Akan ada yang sayang sama kita tulus selain pasangan, bahkan kita cintai melebihi cinta ke diri kita sendiri. Buat penyemangat hidup juga, kalo capek kerja liha
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Aku tidak tau apa salahku ketika aku mencoba untuk jujur kepada Ervin. Bahkan Ervin sampai melabeli diriku sebagai childfree. Padahal sejatinya aku bukan seorang childfree, namun aku memang belum siap memiliki anak, apalagi itu dari Ervin. Pernikahanku dengannya saja diawali dengan sebuah kontrak, walau Ervin bilang ia ingin permanen denganku, aku belum bisa mempercayainya seratus persen. Apalagi kami belum mengenal lama satu sama lain. Ervin bilang dia tidak akan menyentuhku. Baiklah, aku tidak masalah, justru itu suatu keuntungan untukku, tapi kenapa hati kecilku merasa sakit mengingat kata kata Ervin itu? Hari ini kami tiba kembali di Jogja dan langsung menuju rumah orang tuaku. Sebentar lagi, kami akan bisa pindah ke rumahku. Aku tidak perlu sekamar kembali dengan Ervin. Toh dia bilang tidak akan menyentuhku, berarti lebih aman kami pisah kamar tidur. Kehidupan kami masih normal seperti biasanya walau sudah tidak ada sentuhan, belaian, apalagi
Ervin Aditya POV 2 Minggu, ya 2 Minggu ini aku merasakan kembali rasanya jadi seorang lajang, bujang dan mungkin pertama kalinya menjadi 'duda'. Karena aku dan Luna sudah pisah kamar sejak kami tinggal di rumah pribadinya. Sejak awal aku sudah menduga kalo ini akan terjadi oleh karena itu, aku mengusulkan agar kami menyewa apartemen saja, dengan begitu aku akan tetap sekamar dengannya, berbagi tempat tidur, lemari, kamar mandi dan semuanya. Tapi usulku itu di tolak mentah-mentah oleh Luna, menurut Luna lebih baik uangku ditabung, dan jika sudah mencukupi lebih baik langsung membeli sebuah rumah. Gara gara usulku ditolak olehnya, kini hubunganku dan Luna laksana teman satu kontrakan daripada suami istri. Hubungan kami masih baik, namun tidak ada pelukan, ciuman, apalagi hubungan suami istri. Aku akui aku memang lebih sibuk saat ini dengan kedai kopi yang sudah mulai berjalan, bahkan sesekali aku harus pulang pergi Jogja Bali karena kontrak kerja yang aku tanda tangani dengan agensi
Kaluna POV Malam ini aku mengajak Ervin untuk hadir di acara lamaran Nada dan Juna. Ketika aku sampai di rumah Om dan Tanteku ini, aku melihat Ervin begitu takjub melihat dekorasi lamaran Nada yang sudah seperti orang nikahan ini saking mewahnya. Jika bukan karena aku menikah dengan Ervin secara dadakan, aku yakin dari acara lamaran hingga pernikahan pasti 11-12 dengan Nada dan Juna, apalagi aku seorang Wedding organizer. "Kamu santai saja, Vin. Keluarga aku orangnya nggak kaku." "Aku cuma sedikit minder saja, Lun dan itu manusiawi kalo lihat gimana keluarga kamu yang old money dan ningrat ini." Aku hanya menghela nafas panjang, kemudian aku lingkarkan tanganku di lengan kokoh Ervin. Mau bagaimanapun hubunganku dengan Ervin di depan semua orang aku harus tetap mesra dengannya. Apalagi penampilan Ervin malam ini, aku yakin cukup membuat para wanita meliriknya walau hanya beberapa detik. Ervin malam ini tampil dengan gagahnya menggunakan setelan resminya. Bahkan aku yakin sebagian