Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Sore ini Ervin meninggalkanku sendirian di villa milik orang tuaku. Dan aku merasa jika aku harus membicarakan masalah ini dengan Hilda. Setidaknya dia lebih berpengalaman daripada diriku. Aku berharap Hilda sedang tidak sibuk dan mengangkat telepon dariku. Tuttt…. Tuttt..... Tutt.... "Tumbenan lo telepon gue, ada masalah apa?" “Lo mah enggak pakai say hallo dulu udah langsung nyerocos aja.” "Kelamaan, gue suka yang to the point aja. Gimana, ada apa?" “Gue bingung soal hubungan gue sama Ervin .” "Bingung gimana? hubungan lo sama dia kan jelas suami istri yang sah secara agama dan negara." “Iya , tapi Ervin nggak mau nerima uang perjanjian yang kita sepakati dulu, Hil. Dia maunya gue jadi bininya dalam arti yang sesungguhnya.” "Wait...wait...wait... Gue cerna dulu. Jadi maksud lo, Ervin mau kalian berdua permanen gitu?" "Iya, dia pengen punya anak dari gue." “Ya nggak ada masalah kan, kalian juga sudah nikah tinggal hilangin aja masalah ko
Ervin Aditya POV Malam ini aku benar benar berterima kasih kepada Tuhan karena mengabulkan salah satu doa ku, untuk membuat istriku khilaf dan akhirnya aku bisa mendapatkan hak nafkah batinku sebagai suaminya. Setelah aku bisa menyatukan diri dengannya, sejujurnya aku merasa bahwa aku tidak akan sanggup meninggalkan Luna. Karena Luna adalah istriku dan dengannya aku ingin menghabiskan sisa hidupku hingga maut datang menjemput. Sebagai laki laki bejat yang memiliki jam terbang cukup tinggi dalam berhubungan sex, aku akui Luna bukanlah wanita yang professional atau memiliki kemampuan di atas rata-rata, tapi dengannya aku mendapatkan sex terbaik di hidupku, karena aku melakukannya dengan hati. Aku bersyukur akulah yang pertama untuknya. Walau Luna bukan yang pertama untukku, namun aku selalu berharap dialah yang terakhir untukku. Aku akan selalu setia padanya asal dia melakukan hal yang sama dengan diriku. Malam ini kami melakukan penyatuan hingga tiga kali. Walau aku ingin menggempu
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Aku tidak pernah berharap apalagi bermimpi bahwa Ervin akan memberiku kejutan seperti pagi ini. Sungguh, aku bukanlah wanita yang romantis apalagi perhatian. Tiba-tiba aku teringat kata-kata Hilda dulu yang mengatakan kalo Ervin itu so sweet dan begitu pengertian. Fix, Hilda valid, tidak asal mangap mulutnya yang bawel itu karena setelah aku menikah dengan Ervin, aku baru membuktikan sendiri, dan aku menyukai perlakuannya kepadaku selama ini. Menikah dengannya tidak semenakutkan bayanganku dulu tentang sebuah hubungan suami istri dalam pernikahan. Aku masih bisa bebas dan melakukan pekerjaanku semauku, walau Ervin sedikit membatasi jam kerjaku sejak hipotensiku kambuh kemarin. Sebagai wanita normal, aku akui aku senang di perlakukan seperti ini, namun aku terkadang risih jika Ervin ingin mengantarku ke manapun tujuanku. Aku adalah wanita mandiri, yang sudah terbiasa melakukan apapun seorang diri di hidupku. Aku menghargai perhatian dan bantuannya, na
Ervin Aditya POV Hari ini Luna menolak untuk aku tunggu ketika bekerja. Aku memakluminya karena aku juga tidak suka bila karyawan Luna selalu menatapku seakan aku lintah penghisap kekayaan istriku sendiri. Padahal sejak aku menikah dengannya, aku telah menyerahkan kartu debetku pada Luna, yang berarti aku tetap suami yang menafkahi istriku semampuku. Sebagai laki-laki yang sudah menikah tentu saja liburan di Bali seorang diri begitu membosankan, apalagi kalo istri kita justru sibuk bekerja daripada menikmati waktu santai bersama. Karena gabut, aku melajukan mobil Luna ke arah Legian, Kuta. Setelah sampai di sana dan memarkirkan mobil, aku memasuki sebuah cafe dengan gaya minimalis. "Hai, Vin," Sapa Peter, teman modelku dulu yang kini lebih memilih untuk membuka cafe dan tinggal di Bali. "Hai, Pet. Apa kabar lo?" "Baik, duduk sini," Peter mengajakku duduk di sebuah kursi yang ada di pojokan. "Tumben lo ke Bali, ada kerjaan di sini?" Tanya peter kepadaku. "Nggak, cuma antar istr
Ervin Aditya POV Satu jam setelah Luna memintaku menjemputnya, akhirnya aku telah sampai di hotel & resort tempat di mana tadi aku mengantarnya. Ketika aku sampai di sana, Luna sudah menunggu di depan Loby dan kami langsung tancap gas dari sana. "Hai, Vin." "Assalamualaikum, Lun?" "Waalaikum Salam, Vin." Aku sengaja untuk membiasakan Luna mengganti kebiasaan "hai dan bye"-nya kepadaku. Karena aku merasa berkewajiban menuntunnya ke arah lebih baik sesuai dengan keyakinan yang kami anut. Selama perjalanan aku masih bisa melihat Luna yang belum sepenuhnya selesai bekerja karena kini ia sibuk menelepon entah siapa pun yang berurusan dgn pekerjaannya. "Fan, tolong untuk acara besok pagi, pastiin semua sudah siap 2 jam sebelum acara?" "Shen, cek acara untuk yang di Surabaya minggu depan vendor vendor nya sudah oke belum?" Dan masih banyak lagi aku mendengar Luna menelepon karyawannya. "Lun," Aku memanggilnya, berharap ia menganggap diriku nyata "Ya, Vin kenapa?" "Inget nggak kema
Ervin Aditya POV Andai saja pagi ini aku tidak ada acara audisi dan Luna tidak ada resepsi kliennya itu, pasti aku sudah mengikatnya di ranjang agar ia tidak beranjak turun dari sana. Namun, kenyataannya saat ini istriku sudah berdandan dengan cantiknya untuk acara pernikahan Sekar dan Lionel siang ini. "Lun, ayo berangkat keburu telat." Ketika Luna membalikkan badannya, Oh Tuhan, singkirkan gairah napsuku pagi ini pada istriku sendiri, karena aku ingin menurunkan baju model kemben yang di kenakannya sekarang. "Iya, nanti jemput aku ya kalo kamu sudah selesai." "Iya, nanti kamu telpon saja." Kemudian kami berdua turun dan memasuki SUV putih menuju hotel & resort tempat Lionel dan Sekar melangsungkan resepsinya siang sampai sore nanti. Setelah mengantarkan Luna aku langsung menuju lokasi audisi. Ketika aku sampai di sana, ternyata sudah penuh dengan para muda mudi yang akan melakukan audisinya sama sepertiku. Bahkan aku melihat kebanyakan dari mereka masih muda, mungkin belum ad
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Aku memasuki mobil dengan perasaan dongkol. Di dalam mobil aku masih mengatur emosiku agar bisa lebih tenang, sedangkan Ervin langsung tancap gas dari lokasi hingga akhirnya Ervin mengajakku ke pantai seminyak. "Kenapa kita ke sini?" Tanyaku masih dengan sedikit nada emosi. Ketika Ervin berhasil memarkirkan mobil di tempat parkir. "Nonton sunset, siapa tau bisa bikin dingin hati kamu yang lagi panas." "Siapa yang nggak panas kalo suaminya di telanjangi seperti itu oleh wanita yang merebut calon suaminya dulu." Aku melihat Ervin kaget dengan ucapanku, akhirnya aku membuka salah satu rahasia yang telah aku pendam bertahun tahun lamanya di dasar hatiku. Ervin memiringkan tubuhnya hingga akhirnya menatapku, namun pandanganku tetap fokus ke depan, aku tidak mau menatapnya balik. "Handi itu mantan calon suami aku yang lebih memilih Retno teman kuliahnya walau kita sudah bertunangan. Aku akui aku memang pernah suka sama Handi, walau kami di jodohkan du
Ervin Aditya POVSetelah kami pulang dari pantai Seminyak, aku dan Luna mampir membeli bahan makanan di salah satu swalayan. Mengetahui kebiasaan buruk Luna yang lebih menyukai delivery order daripada memasaknya sendiri, pelan pelan aku ingin mengubahnya. Selain lebih hemat, masakan rumahan juga kemungkinan lebih sehat karena kita tau bahan apa saja yang digunakan untuk memasaknya. Apalagi ketika kita menginginkan sesuatu misal diet atau program kehamilan yang makanannya benar benar harus di jaga."Vin, kenapa beli minyak kelapa murni bukan minyak goreng biasa?""Biar lebih sehat dan kamu lebih cepat hamil."Luna memandangku dengan pandangan yang sulit aku artikan."Kamu kenapa lihatin aku gitu?""Kenapa kamu pengen punya anak, Vin?"Deg....!!!Apakah aku menikahi seorang childfree?"Karena biar hidup makin lebih berarti, Lun. Akan ada yang sayang sama kita tulus selain pasangan, bahkan kita cintai melebihi cinta ke diri kita sendiri. Buat penyemangat hidup juga, kalo capek kerja liha
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Pagi ini aku bangun dengan badan yang lebih segar. Aku renggangkan kedua tanganku ke atas sambil pelan-pelan membuka mataku. Saat kedua mataku terbuka, aku menoleh ke sisi samping sebelah kiriku dan tidak aku temukan keberadaan Ervin di sana. Mataku langsung membelalak lebar. Pantas saja aku bisa bangun siang tanpa ada yang membangunkanku.Tanpa banyak bermalas-malasan di atas kasur, aku segera bangun dari atas ranjang. Sambil berjalan menuju ke arah kamar mandi, aku yg memanggil-manggil Ervin. "Vin.... Ervin.... Where are you?"Tidak ada tanggapan dari Ervin yang sama saja artinya dengan dia tidak ada di kamar ini. Rasa penasaran mulai muncul di dalam hatiku. Kini setelah aku selesai mencuci muka dan menggosok gigi, aku keluar dari dalam kamar. Sebelum keluar dari kamar, aku mengganti pakaian yang aku kenakan dengan kaos oblong berwarna putih yang oversize dan hotpants berwarna hitam polos. Selesai berganti pakaian, aku mencoba mencari Ervin di seki
Ervin Aditya POVSepertinya hidup memang tidak akan pernah lengkap tanpa adanya masalah yang hadir di dalamnya. Begitupula dengan kehidupan rumah tanggaku dan Luna. Aku bersyukur karena kehidupan rumah tangga kami berjalan lancar walau sesekali kami sering berbeda pandangan serta pendapat. Selama ini kami masih bisa menyelesaikan semua itu berdua dengan kepala dingin. Cobaan rumah tangga kami justru datang dari keluarga serta orang-orang disekitar kami. Mulai dari Papa Risnawan yang memutuskan menikah lagi, hingga aku harus berusaha membuat Luna tetap tegar menghadapi semua ini dan seperti informasi yang baru saja Jani kirimkan kepadaku.Jani : Mas, aku sudah enggak kuat rasanya. Mau nangis sekarang tapi air mataku sudah habis. Aku mengernyitkan kening ketika membaca pesan dari Jani malam ini. Selama ini aku berusaha untuk tidak pernah mencampuri rumah tangga Jani serta Bayu. Terlebih mereka sudah tinggal bersama sejak ibu meninggal dunia beberapa tahun lalu. Aku berpikir jika mereka
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV"Kita pulang yuk, Vin?" Ajakku kepada Ervin setelah rasanya kami sudah cukup lama berada di warung ini. "Masa langsung pulang sih, Lun. Kita jalan-jalan dulu lah mumpung masih di Bali.""Mau nyari apa lagi? Makan? Udah kenyang. Baju? Di lemari sudah banyak.""Ya pingin aja gitu jalan-jalan kaya orang pacaran."Nasib, oh, nasib....Beginilah jika punya pasangan seperti Ervin yang tidak bisa diajak duduk santai di rumah setiap kali sedang berlibur. Ervin adalah tipikal orang yang tidak akan menyia-nyiakan waktu untuk duduk di dalam villa atau hotel saja. Hanya sekali ia begitu sulit diajak jalan-jalan ketika kami berlibur berdua. Itu adalah ketika kami honeymoon ke Austria. "Ingat, buntut sudah ada satu, Vin. Aku aja rasanya kangen banget sama Eric.""Sama, Lun. Tapi kita memang butuh waktu untuk berdua dan menikmati kehadiran satu sama lain tanpa ada pengganggu. Jangan sampai kita kalah sama Papa dan Lolanya Eric."Aku tertawa di hadapan Ervin. Ya, te
Ervin Aditya POVMisi untuk mengajak Luna menikmati waktu kami berdua di Bali cukup sukses aku lakukan. Apalagi sejak sampai di Bali kami langsung aktif bersilaturahmi di atas ranjang. Tidak hanya di atas ranjang seluruhnya juga sih, lebih tepatnya kami melakukannya di seluruh penjuru kamar sejak siang sampai sore hari. Bahkan matahari yang mulai pulang ke peraduannya pun bisa aku lihat dari jendela kamar ini. Saat aku menoleh ke arah Luna, aku bisa melihatnya yang sudah tidur dengan mulut sedikit terbuka. Mulutnya bahkan telah membaut aliran air terjun hingga membentuk gugusan pulau baru di atas bantal yang ia tiduri. Aku tersenyum saat melihatnya. Sepertinya istriku cukup lelah dengan aktivitas bercinta kami berdua sejak sampai di villa ini. Kini aku memilih untuk bangun dari ranjang dan membiarkan Luna untuk menikmati waktu istirahatnya. Aku berjalan menuju ke kamar mandi dan melakukan mandi junub. Sudah saatnya melakukan kewajibanku di dunia ini sebagai seorang umat dari Tuhan.
Kaluna Maharani Atmaji Putri POVAku kembali menginjakkan kakiku siang ini di Bandara Ngurah Rai, Denpasar bersama Ervin. Ya, hari ini kami langsung terbang ke pulau Dewata ini sekedar untuk merasakan liburan kami berdua lagi tanpa kehadiran Eric. Tentu saja Eric kami titipkan kepada Mamaku. Walau sebenarnya aku paling tidak tega menitipkan Eric kepada Mama, namun Mama terlebih Eric terlihat senang-senang saja. Tentu saja Eric senang, apalagi Mama terlalu memanjakan dirinya sebagai seorang cucu tunggal."Hari ini rencananya kita mau ke mana, Lun?""Terserah kamu saja, Vin.""Jangan gitu dong, Lun. Soalnya aku paling enggak bisa kalo kamu bilang terserah. Nanti seenak udel aku bikin jadwal, kamu cemberut."Aku tersenyum ke arahnya dan aku gelengkan kepalaku."Enggak, tenang aja. Tapi aku rasa kita lebih baik pulang dulu ke villa-ku yang ada di Canggu."Aku tahu wajah Ervin tampak tidak bersemangat karena sebenarnya dirinya yang sudah membuatkan aku sebuah villa di Bali dengan hasil ker
Ervin Aditya POVAku sengaja mengajak Luna menuju ke kamar kami yang ada di lantai empat. Bukan tanpa alasan aku mengajaknya ke kamar. Tentu saja itu harus aku lakukan karena aku memiliki hal-hal yang sangat privasi untuk dibicarakan sedangkan tadi kami tidak memiliki tempat yang layak untuk melakukan itu. Saat kami sudah berada di dalam kamar hotel, Luna memilih untuk duduk di pinggiran ranjang berukuran king yang ada di dalam kamar kami. Aku memilih duduk di sampingnya. Saat aku duduk di sampingnya, Luna sudah menatapku dengan tatapan lembutnya. "Ada apa, Vin?""Enggak, cuma pingin ngobrol sama kamu aja."Luna mengernyitkan keningnya. Aku tahu jika aku terdengar sangat absurd dan konyol saat ini namun aku berusaha untuk mengabaikannya. "Ngobrolin apa?""Ngobrolin tentang ketakutan kamu ketika aku melihat gown yang dipakai sama Kimaya tadi."Aku melihat Luna terdiam, kemungkinan ia tidak menyangka jika aku bisa tahu tentang isi hatinya. Tentu saja aku bisa tahu, lebih dari lima t
Kaluna Maharani Atmaji Putri POVHari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba juga. Hari ini adalah hari resepsi pernikahan Kimaya dengan Papa akan digelar. Tidak ada keluarga besar dari Mama yang mendapatkan undangan satu pun. Namun lucunya Kimaya justru meminta Mama untuk hadir di acara ini. Aku kira Mama akan menolaknya, ternyata aku salah, yang ada Mama justru menyanggupi untuk datang ke acara ini. Entahlah, aku sedikit tidak paham dengan jalan pikiran Mama ini. Kini aku memilih duduk di sofa yang ada di dalam kamar hotel tempat Mama menginap. Aku perhatikan wajah Mama yang tampak sudah bisa tersenyum kembali. Tidak seperti awal-awal ketika menerima kabar jika Papa akan menikah dengan Kimaya. "Lun, kenapa kamu diam aja? Kamu lagi ada masalah sama Ervin?""Enggak, Ma. Aku baik-baik aja sama Ervin.""Terus kenapa kamu diam saja seperti itu? Muka kamu kelihatan mirip orang yang lagi banyak masalah hidup."Aku tersenyum kecil dan menggelengkan kepalaku pelan. Mama masih diam dan menunggu
Ervin Aditya POV"Papa...," Suara teriakan Eric memanggil namaku membuatku tersenyum lebar. Cepat-cepat aku turun dari mobil Mama Kartika diikuti Luna setelahnya. Saat Eric sampai di dekatku dan langsung mendekap tubuhku, itu membuatku merasa terharu. Dari semua panggilan yang pernah aku terima, bagiku panggilan paling membuatku bahagia adalah panggilan dari Eric. Ia yang memanggil diriku dengan sebutan Papa merupakan panggilan yang paling indah di telingaku. Saat Eric mengurai pelukannya kepadaku, aku membungkuk untuk mengangkatnya. Saat ia sudah ada dalam gendonganku lalu menghujaniku dengan kecupan-kecupan kecilnya, aku memilih memejamkan mataku sambil tertawa kecil karena aku sedikit merasa geli. "Ric, biarin Papa masuk dulu." Suara Mama Kartika membuat Eric berhenti menghujaniku dengan kecupan-kecupan kecilnya. Saat aku membuka mataku, di hadapanku sudah ada Luna yang sedang memberi salam kepada Mamanya. Setelah ia selesai memberi salam kepada Mama Kartika, Luna membalikkan tu
Kaluna Maharani Atmaji Putri POVHari ini aku belum bisa pulang ke Jogja walau aku sudah ingin memeluk Eric kembali. Walau Ervin mengatakan jika ia juga merasakan hal yang sama denganku, namun aku tidak percaya dengan kata-katanya begitu saja. Kenyataanya semalam dia mengajakku bercinta kembali hanya karena tidak bisa tidur dan rindu untuk memeluk anaknya. Sungguh tidak nyambung, tapi aku tidak mau berdebat dengan dirinya. Mau tidak mau jika suami sudah meminta jatah nafkah batinnya, aku pun harus siap untuk melayaninya. Selain itu juga aku selalu berharap jika aku tak pernah menolaknya, maka itu akan memperkecil kemungkinan Ervin melakukan perelingkuhan dengan wanita lain di luar rumah. Walau pada kenyataannya pilihan untuk berselingkuh atau tetap setia kepada pasangan adalah pilihan yang bisa diambil orang itu sendiri. Bagiku tidak ada perselingkuhan itu karena khilaf. Tentu saja orang yang melakukan perselingkuhan sudah sadar serta tahu jika apa yang dirinya lakukan adalah salah d