Ervin Aditya POV Aku berhasil membuatnya memaafkan kesalahanku, namun aku masih melihat Luna yang cukup cuek atau tidak peduli padaku. Ketika kami tiba di rumah, Luna langsung meninggalkanku menuju kamar kami dilantai 2. Ketika aku mengikutinya, ternyata ia keluar kamar lagi sambil membawa handuk menuju kamar mandi. Aku masih menunggunya dengan berdiri bersandar di balkon kamar sambil menghisap rokok. Aku bukan orang yang anti rokok, hanya saja aku merokok jika sedang banyak pikiran atau stress. "Kamu ngerokok, Vin?" Aku tersentak mendengar suara wanita yang sedang mendominasi pikiranku malam ini. Dia begitu cantik kali ini, hanya dengan celana pendek dan tanktopnya. Sungguh, Luna sanggup membangunkan gairahku sebagai laki-laki normal. "Cuma kalo lagi stress sama banyak pikiran aja," kataku sambil membuang puntung rokok di lantai dan menginjaknya dengan sandal yang sedang aku gunakan. "Kamu habis keramas lagi?" "Iya, memang kenapa?" Aku tertawa, Luna ini umurnya saja yang suda
Ervin Aditya POV Pagi ini aku menuju walk in closet di kamarku dan Luna yang ada di rumah orangtuanya. Sudah 2 minggu aku berumah tangga dengannya dan aku rasa, aku harus mulai melakukan apapun yang menghasilkan uang untuk kebutuhanku dan keluargaku. Pagi ini ada sesi pemotretan dengan salah satu butik batik ternama di kota Jogja. Aku berhasil mendapatkan Job itu karena pemilik butik tersebut adalah teman sekolah Luna yang kami temui di Bandara ketika kami sampai di jogja sepulang ngunduh mantu di Jakarta. "Luna, ya?" sapa seseorang yang berdiri di hadapan kami ketika kami duduk menunggu jemputan Ruben, adik Luna. Aku melihat Luna mengangkat wajahnya dan kemudian senyum sumringah terpampang di wajah manisnya. Kemudian Luna berdiri dan langsung memeluk laki-laki di hadapanku ini. Aku masih diam memandang mereka berdua yang saling berpelukan bagai orang yang tidak bertemu selama ratusan purnama. "Yud, gue kangen sama Lo, gimana kabar lo?" tanya Luna ketika si "Yud" melepaskan peluk
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Sejak pulang dari rumah sakit kemarin sikap Ervin terhadapku sungguh bak aku ini seorang yang tidak mampu melakukan apapun sendiri. Ervin melarangku untuk turun dari ranjang, bahkan ke kamar mandi saja dia memaksa untuk menggendongku. Aku benar-benar tidak tahan dengan sikapnya yang memperlakukanku seperti ini. Aku yang mempunyai riwayat hipotensi, wajar saja pingsan, apalagi dengan tekanan pekerjaanku beberapa hari ini. Kemarin aku mendapatkan telfon dari Nada untuk membatalkan persiapan pernikahan Deva dan Lionel. Pesta pernikahan yang hanya kurang dari 2 minggu lagi, bahkan semuanya sudah 99 persen siap, siapa yang tidak shock? Lionel meminta di batalkan jika Deva tidak mau menikah dengannya, sedangkan Deva bilang acara tetap dilakukan hanya saja nama mempelai wanita di ubah dari Adeeva Abriana Utama menjadi nama Sekar Ayu Hapsari. Aku harus mengikuti instruksi siapa? Tidak hanya itu saja, kondisi Deva yang tengah kritis d rumah sakit akibat memi
Ervin Aditya POV Aku lega sudah mengutarakan keinginanku kepada Luna jika aku tidak mau menerima pembayaran atas jasaku menjadi suaminya. Aku kini sudah tidak peduli dengan perjanjian setan yang aku tanda tangani dengannya, karena aku bertekad menjadikan rumah tangga kami sebagai rumah tangga yang sesungguhnya. Aku tidak peduli jika Luna sewot atau marah ketika aku melarangnya untuk berangkat bekerja. Demi apapun, aku sungguh-sungguh khawatir padanya ketika aku membawanya ke rumah sakit kemarin. Dan hari ini aku sengaja menemaninya dirumah seharian. Bahkan kami tidak keluar dari kamar. Aku bahkan harus menyita Laptop dan segala gedget Luna agar ia mau beristirahat. Setelah aku menciumnya tadi siang dan berhasil memegang salah satu buah dadanya sebentar. Oh Tuhan, baru memegang saja aku sudah merasa kecanduan, buah dada Luna yang padat, berisi dan aku yakin pasti indah jika aku membukanya. Namun melihat Luna yang masih lemas, aku masih berupaya untuk menahan diriku sendiri untuk tid
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Pagi ini aku membuka mataku karena aku merasakan ada yang menindih perutku dan ketika aku menundukkan pandangan mataku, aku menemukan sebuah lengan kokok milik Ervin sedang memelukku. Reflek aku membalikkan tubuhku, dan aku menemukan wajah Ervin yang sudah bangun lebih dulu dari diriku sedang menatapku dengan mata indahnya, alisnya yang tebal dan rahangnya yang tegas. Sungguh, wajah Ervin adalah wajah percampuran terbaik yang pernah aku lihat seumur hidupku dan wajah itu adalah wajah milik suami bayaranku. Andai Ervin adalah suami sungguhanku, maka aku akan dengan senang hati mengabadikan kesempurnaan fisik serta rupanya dengan memiliki anak sebanyak banyaknya dari dirinya dan berharap anakku akan memiliki gen yang lebih besar darinya daripada diriku. “Vin,” sapaku padanya. “Good morning sweet heart,” kata Ervin sambil memamerkan senyum mautnya padaku pagi ini. Cupp..... Bibir seksi milik Ervin mendarat pada bibirku, reflek aku tarik mundur kepal
Ervin Aditya POV Pagi ini aku gagal menyatukan diriku dan Kaluna di atas ranjang. Aku rasanya ingin membunuh istriku sendiri ketika dia menolakku, tapi ketika dia mengatakan bahwa dia sedang datang bulan, aku tidak bisa berkutik. Aku akhirnya pasrah dan mengalah. Toh, aku juga tidak mau menyetubuhi wanita yang sedang datang bulan. Selain jijik, di kepercayaan yang aku anut pun dilarang. Aku meninggalkan Luna menuju kamar mandi. Padahal yang ingin aku lakukan adalah menebarkan benihku di dalam rahim Luna, bukan di closet kamar mandi lagi. Jiwa penasaranku muncul, apakah Luna membohongiku atau tidak, oleh karena itu aku mengecek stock pembalutnya yang ada di laci kamar mandi. Benar saja, Luna memang sedang datang bulan, apalagi aku melihat semalam Luna dua kali ke kamar mandi, mungkin ia mengganti pembalutnya. Aku keluar setelah menuntaskan aktivitasku di dalam kamar mandi. Aku melihat Luna sedang berdiri di balkon kamar kami sambil bersedekap dan memandang ke arah kolam renang. Wala
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Setelah kejadian tadi pagi, aku harus berbicara kepada Ervin, aku tidak mungkin membiarkannya menyentuh hal-hal sensitif di tubuhku begitu saja yang hanya akan ia lupakan ketika kami berpisah.Ketika kami selesai makan soto di salah satu warung soto langgananku, aku memberanikan diriku mengutarakan apa yang ada di pikiranku, mumpung warung soto sedang sepi. “Vin,” panggilku pelan ketika aku melihat Ervin telah selesai makan dan baru saja mengecek Hp-nya Ervin mengangkat wajahnya untuk menatapku. “Aku mau bicara.” “Ngomong aja, Lun kaya sama siapa aja.” “Aku rasa kita sudah terlalu banyak langgar kontrak kita, Vin.” "So?" “Aku mau kita jaga hubungan ini tetap profesional, oleh karena itu sebaiknya kita nggak saling bersentuhan.” Ervin tertawa di tempat duduknya. “Aku sudah bilang sama kamu kan, Lun, kalo aku nggak mau terima uang sesuai perjanjian kita dulu dan harusnya sebagai perempuan cerdas kamu paham maksudku.” "Aku tetap akan bayar kamu,
Ervin Aditya POV Pagi ini rasanya aku ingin mencekik leher Luna hingga ia kehabisan nafas. Bagaimana bisa Luna memberi suaminya ijin untuk bebas melakukan "hubungan suami istri" dengan wanita lain selama kami di Bali. Apakah wanita normal yang sudah menikah akan memberikan ijin kepada suaminya melakukan hal seperti yang di minta Luna? Aku benar benar marah, aku masih bisa menjaga emosiku jika Luna hanya mengatakan belum bisa melakukan hubungan badan denganku, aku masih bisa menerima alasannya dengan akal sehat, namun kata katanya barusan telah melukai hatiku. Dari awal aku mau menikah dengannya di kontrak kami pun tertulis bahwa kami dilarang melakukan hubungan badan dengan lawan jenis selama pernikahan ini berlangsung. Ketika di bandara dan kami menunggu para karyawan WO Luna yang belum hadir pun aku lebih memilih untuk diam tidak berbicara apapun padanya. Hingga para karyawan Luna datang dan seperti biasa mereka membahas ringan hal hal tentang pekerjaannya dan kehadiranku sepert