Malam telah tiba, entah kenapa malam ini malah menjadi malam yang begitu menegangkan bagi Nesya. Entah apa yang akan terjadi dengan malam ini, Nesya begitu tampak gugup. Sesekali Nesya mengatur nafasnya, Nesya menarik nafas panjang lalu membuangnya secara perlahan-lahan.
"Kenapa malam ini tubuhku gemetar seperti ini? Apa yang akan terjadi? My god, tubuhku terasa panas dingin, " gumam Nesya.
Nesya kini sedang duduk di depan meja riasnya. Nesya terus menyisir rambutnya. Nesya masih bermalam di rumah Mommy Gresya, sebab sang Mommy belum siap jika harus ditinggal. Tiara di rumah barunya untuk sementara waktu Samuel titipkan kepada Baby Sister.
Saat ini Samuel sedang berada di dalam kamar mandi. Samuel sedang membersihkan tubuhnya. Bukan Nesya saja yang merasakan keanehan malam ini, begitu pun Samuel, dirinya tampak tegang.
"Duh ... gara-gara kejadian tadi siang pikiranku traveling terus, " gumam Samuel.
# Sebelumnya!
Di sebuah taman kota, Samuel dan Nesya menikmati makan bakso di sekitaran taman. Awalnya Nesya menolak di ajak makan di pinggir jalan. Samuel terus mendesaknya hingga Nesya pun akhirnya mau makan bakso.
"Bagaimana Baby? Apakah enak baksonya? " tanya Samuel.
"Sangat enak! Ternyata asik juga .makan di pinggir jalan kek gini, " seru Nesya.
Ternyata di taman itu ada Desy dan Leonard juga. Nesya menghentikan makan bakso nya sebab ia tidak mau ketahuan sama Leonard dan Desy makan di pinggir jalan.
"Sam, ayo kita cepat pergi. Ada Desy dan Leonard, " ucap Nesya begitu panik.
Samuel pun menurut, Samuel dan Nesya tidak menghabiskan baksonya. Keduanya buru-buru pergi agar tidak ketahuan oleh Leonard.
Samuel dan Nesya duduk santai di pinggiran danau kecil yang ada air mancurnya. Duduk di atas rerumputan hijau, udara siang ini begitu sejuk, cuaca pun tidak terlalu panas. Nesya melempar bebatuan kecil ke arah danau, ini baru pertama kalinya bagi Nesya bisa ngedate bersama pasangan meskipun status Samuel hanya suami bayarannya.
Samuel menengok ke arah belakang dan ternyata ada Desy dan Leonard juga. Samuel memberanikan diri merangkul Nesya dengan sangat mesra. Sehingga kepala Nesya bersandar di bahu Samuel.
"Kenapa sih? " tanya Nesya yang merasa aneh dengan sikap Samuel yang tiba-tiba saja manis seperti itu. Samuel mengacak-acak lembut puncak rambut kepala Nesya.
"Ada mantanmu, " ucap Samuel.
"What? Ada mereka lagi. " Nesya membuang nafas kasar, kenapa selalu ada mereka berdua.
Leonard dan Desy yang melihat ada Nesya dan Samuel segera bergegas ke arah danau itu dan ikut duduk di atas rerumputan hijau.
"Eh ada pasangan pengantin baru nih, " celetuk Desy yang langsung menunjukan kemesraannya bersama Leonard di depan Nesya dan Samuel.
Leonard mendekap Desy tak kalah mesranya. Membuat Nesya semakin tidak suka, bagaimana pun Leonard adalah pria yang dicintai Nesya sampai saat ini.
"Jangan tunjukan mimik wajahmu yang tidak suka seperti itu, " bisik Samuel kepada Nesya.
"Aku cemburu, " bisik Nesya mengatakan yang sejujurnya kepada Samuel.
"Kini aku yang akan membuat dia cemburu kepadamu. Tapi sebelumnya aku minta maaf, karena aku sudah lancang, " ucap Samuel masih berbisik.
"Maksud kamu? " Nesya sama sekali tidak mengerti apa yang di ucapkan Samuel.
Samuel tersenyum simpul, Samuel mengangkat dagunya Nesya lalu Samuel memberanikan diri memberikan Nesya satu kecupan lembut di bibir Nesya. Kedua mata Nesya langsung terbuka lebar ketika satu kecupan itu mendarat, Nesya bingung apa yang harus ia lakukan sebab ini baru pertama kali buat Nesya.
"Oh my god! Kok rasanya manis, gimana caranya membalasnya. Aku bingung, " ucap Nesya dalam hati.
Leonard dan Desy begitu terbelalak ketika melihat Nesya dan Samuel. Keduanya begitu iri, apa lagi melihat permainan Samuel selembut itu.
Karena Nesya terlihat kaku karena bingung, Samuel menghentikannya, "Sungguh manis, Baby! Mangkanya aku selalu ingin memanjakan kamu dengan sebuah sentuhan hangat. Baby, aku sangat beruntung bisa menjadi suamimu. Hanya laki-laki bodoh yang sudah menyianyiakan kamu, " tutur Samuel dengan lembut. Samuel merapikan helaian rambut Nesya kebelakang telinga.
"Kamu sangat cantik Baby, " ucapnya lagi.
Nesya semakin terkesima saja, Nesya merasa ini seperti nyata bukan sandiwara. Nesya masih melongo sembari menyentuh bibirnya.
"Kenapa? Mau lagi? Nanti malam Baby, aku akan memanjakan kamu, " ucap Samuel.
"Ish memalukan, " desis Desy.
"Kenapa bisa memalukan? " tanya Samuel kepada Desy.
"Berciuman di tempat terbuka, hih memalukan, " ucap Desy dengan angkuh.
"Emang masalah? Kita kan sudah halal. Gak ada salahnya dong, kalau mau tinggal turuti saja, " ucap Samuel.
"Ayo Baby! Kita pergi saja dari sini. " Samuel beranjak berdiri dan langsung meraih tubuh Nesya dalam pangkuannya.
Nesya semakin kaku saja, dan hanya bisa diam dengan perlakuan Samuel.
****
Kejadian tadi siang di taman selalu terbayang-bayang oleh Nesya. Rasanya ingin Nesya ulangi sekali lagi.
"Malam ini apakah Samuel apakah Samuel akan meminta haknya? Sudah tidak ada perjanjian diantara kita. Aku dan dia menjalani pernikahan ini sampai aku bosan, dan Samuel begitu sangat yakin kalau aku tidak akan pernah bosan, " gumam Nesya dalam hatinya.
"Duh ... kenapa semakin gugup saja, " ucapnya lagi.
Samuel baru keluar dari dalam kamar mandi. Tubuhnya hanya ditutupi oleh handuk, dari pinggang sampai atas lutut. Nesya kembali terperangah ketika dirinya melihat bidang dada Samuel yang kekar itu. Nesya masih duduk di depan cermin meja riasnya. Bayangan Samuel terlihat jelas didalam cermin. dengan susah payah Nesya menelan saliva nya ketika melihat Samuel berjalan menuju ke arahnya."Duh... kok dia makin mendekat kesini sih, apakah malam ini akan terjadi," ucap Nesya dalam hatinya.Samuel semakin mendekat saja, ketika mendekat Samuel langsung memeluk Nesya dari arah belakang, "Apakah aku boleh memelukmu seperti ini?" tanya Samuel berbisik."Kau kan suamiku. Tentu boleh," ucap Nesya terdengar sangat kaku."Tapi aku hanya suami bayaran kamu, Nesya." Samuel mencium aroma wangi di tubuh Nesya, aroma wangi itu membuat Samuel semakin ingin terus memeluk Nesya."Iya tapi pernikahan kita
Samuel baru saja tiba di kantor tempat Nesya bekerja. Samuel segera menuju ke ruangan kerja Nesya yang berada di lantai 5. Ketika Samuel berada di dalam lift, dering ponselnya berbunyi. Ada telepon dari Nesya. "Iya Baby, ada aku lagi di dalam lift, " ucap Samuel ketika dirinya sudah menjawab telepon dari Nesya. "Lama banget sih, " ucap Nesya sinis. "Macet! Baby macet. " Samuel kesal juga dengan sikap Nesya yang tidak sabaran seperti itu. Tut! Nesya menekan tombol warna merah, dirinya memutuskan sambungan teleponnya. "Dadar perawan tua," kesal Samuel. Di tempat makan siang yang nantinya dihadiri Nesya juga. Di sana sudah tampak Leonard dan Desy, keduanya menggunakan warna pakaian yang senada. Rupanya Desy dan Leonard tidak mau kalah juga. Kedatangan Leonard dan Desy disambut hangat ol
Suasana malam terasa begitu dingin, angin lembut menerobos celah-celah jendela kamar yang setengah terbuka. Nesya masih berbaring membelakangi Samuel, wajahnya sedikit kusut, namun matanya tak mampu menutup sepenuhnya. Hati kecilnya bergejolak, tak mampu sepenuhnya mengabaikan kehadiran pria di sampingnya. Samuel, meski terlihat cuek, perlahan mulai merasakan perubahan suasana di kamar itu. "Ingat, Nesya, ingat, dia hanya suami bayaran. Bukan suami sesungguhnya," batin Nesya menggerutu. Tanpa ia sadari, Samuel — suami bayarannya sedang memandangi punggung Nesya yang masih terlihat tegang. Sepertinya Ia merasakan sesuatu yang berbeda malam ini. Bukan hanya dingin yang menelusup ke dalam tubuhnya, tetapi juga ketegangan di antara dirinya dan wanita yang selalu Ia bilang 'Perawan tua' yang sudah terjalin belum lama ini.Ya, Samuel akui, ini hanya pernikahan kontrak, dan ada batasan yang harus Samuel jaga. “Nona Nesya,” gumam Samuel pelan, nyaris berbisik.Nesya tak merespons, tetap d
Samuel terbangun dengan perasaan yang berbeda dari biasanya. Matahari baru saja menampakkan diri, sinarnya perlahan menyusup melalui celah-celah tirai kamar yang masih setengah tertutup. Di sampingnya, Nesya masih terbaring, napasnya terdengar pelan dan tenang, seolah mimpi-mimpi malam sebelumnya memberikan ketenangan bagi dirinya. Padahal, Nesya hanya pura-pura tidur. Samuel menoleh, memperhatikan wajah Nesya yang damai dalam tidurnya. Perlahan, ia menyadari apa yang baru saja terjadi antara mereka. Tadi malam bukan hanya sekadar pelepasan hasrat, tapi juga momen yang mengubah cara pandangnya terhadap Nesya. Ada sesuatu yang berbeda saat ia menyentuh Nesya, perasaan yang tak pernah ia duga sebelumnya. Ia mendekatkan tubuhnya ke Nesya, memeluknya dari belakang dengan hangat. “Nona Nesya...” bisiknya lembut di telinga wanita itu, suaranya penuh dengan kehangatan yang baru ditemukannya. Nesya membuka matanya. Ia menarik napas dalam, menyadari sesuatu yang membuatnya sedikit terkejut
Nesya dan Samuel akhirnya keluar dari kamar, rambut Nesya masih basah karena baru saja selesai mandi. Samuel mengikuti di belakangnya dengan wajah santai dan tersenyum. Mereka berdua berjalan menuju ruang makan di mana Mommy Gresya sudah menyiapkan sarapan. Mommy Gresya memperhatikan keduanya dengan tatapan hangat, meskipun dalam hatinya ia tahu betul apa yang mungkin telah terjadi. "Selamat pagi," sapanya sambil meletakkan piring roti panggang di meja. "Kalian terlihat segar pagi ini." Mommy Gresya menggoda.Nesya merasa pipinya mulai memanas mendengar ucapan itu, tapi dia tetap berusaha menjaga sikap. "Pagi, Mom. Maaf ya kalau kita agak telat."Mommy Gresya tersenyum tipis dan melirik Nesya dengan tatapan yang sulit dijelaskan. "Tidak apa-apa, Sayang."Setelah selesai sarapan bersama, Nesya dan Samuel bersiap-siap untuk pindah ke rumah baru. Mereka tahu bahwa pindah adalah keputusan yang tepat, agar tidak terlalu berada di bawah pengawasan Mommy Gresya yang selalu saja mencurigai h
Sudah beberapa minggu terakhir, Desy sudah mulai terlihat berubah. Biasanya selalu hangat dan selalu membuat Leonard merasa bergairah, hanya Desy yang bisa memberikan kenikmatan surga dunia padanya. Kini, sikap Desy terasa dingin dan merasa jauh. Leonard merasa bosan, terjebak dalam situasi yang monoton. Dia merindukan kehangatan yang pernah ada, dan tanpa sadar, pikiran itu membawanya kembali pada Nesya, mantan kekasihnya.Hingga Leonard memutuskan untuk mengunjungi perusahaan Nesya. Ketika dia melangkah masuk ke ruang kerja CEO, matanya langsung menangkap sosok Nesya yang sedang serius memeriksa dokumen. Dia terlihat anggun dengan setelan bisnis yang rapi, tetapi ada aura kesedihan di wajahnya.“Nesya,” sapa Leonard, mencoba tersenyum meski hatinya bergetar.Nesya menoleh, terkejut melihat kehadiran Leonard. “Leonard! Sudah lama sekali. Ada yang bisa aku bantu?”Dia terlihat profesional, tetapi Leonard bisa merasakan ada kerinduan di balik tatapannya. “Aku hanya ingin menyapa. Apa k
Pukul sepuluh malam, suasana kamar terasa sedikit tegang. Samuel berbaring di sisi Nesya, tangannya perlahan menyentuh punggung wanita itu, mencoba mencari kehangatan seperti biasanya. Namun, kali ini berbeda. Nesya bergerak menjauh, tubuhnya tegang. “Samuel, aku lelah,” ucap Nesya tanpa menatapnya, suaranya terdengar datar. Ini artinya Nesya menolak keinginan Samuel. Samuel terkejut. Ini bukan kali pertama ia meminta, namun reaksi Nesya kali ini benar-benar berbeda. “Lelah? Ada apa, Nes? Kamu biasanya nggak menolak.”Nesya diam sejenak, lalu menarik selimut lebih erat ke tubuhnya. “Aku cuma lelah, oke? Nggak setiap malam harus seperti ini.”Samuel menghela napas, bingung dengan sikap Nesya yang berubah. Dia tahu pernikahan mereka hanyalah kontrak, tapi selama empat bulan terakhir, keduanya cukup akrab dan sering berbagi keintiman tanpa masalah. Kini, ada jarak yang Nesya ciptakan, dan Samuel tidak tahu bagaimana harus menghadapinya.“Baik, aku paham,” jawab Samuel akhirnya, suarany
Selama beberapa minggu terakhir, Nesya semakin menjauh dari Samuel. Suasana di rumah menjadi dingin, penuh ketegangan yang tak terucapkan. Samuel mulai tidak nyaman dengan sikap Nesya, namun ia terpaksa bertahan karena sudah terikat kontrak. Tepat pukul delapan malam, keduanya duduk di sofa di dalam kamar. Samuel berusaha memulai pembicaraan, tetapi Nesya hanya menatap layar ponselnya.“Nes, kita perlu bicara,” ujar Samuel, berusaha menembus kebisuan.Nesya mengalihkan pandangannya, tetapi tidak menjawab. Samuel merasakan hatinya tertekan.“Kamu semakin jauh, dan kamu terlihat asing. Ada yang salah pada diriku?”“Tidak ada,” jawab Nesya singkat, masih dengan nada datar.Samuel menghela napas, merasa frustrasi. “Kalau tidak ada, kenapa kamu lebih memilih menghabiskan waktu di luar, kamu jarang pulang ke rumah ini? Apa kamu masih berhubungan dengan Leonard?”Mendengar nama Leonard, wajah Nesya seketika berubah. “Samuel, itu urusan aku. Jangan terus-menerus mengungkitnya,” katanya denga