"Ah aku rubah saja surat kontrak itu dari pada aku mati penasaran kek gini, " gumamnya. Nesya beranjak bangun dan mengambil sebuah berkas yang isinya surat kontrak di dalam laci meja kerjanya. Nesya merobek surat kontrak itu. Dan akan merubah salah satu isi di dalamnya.
Samuel yang baru saja datang langsung menuju ke ruangan kerjanya Nesya.
Tok... tok ... tok...
"Baby ... apakah aku boleh masuk? " sahut Samuel di ambang pintu ruangan kerja Nesya.
"Boleh! Masuk saja, " teriak Nesya yang sedang fokus membuat surat kontrak baru.
Ceklek
Samuel membuka pintu dan masuk kedalam ruangan.
"Kok berantakan kek gini? " tanya Samuel heran. Dahinya mengkerut ketika melihat robekan kertas yang berserakan di lantai.
"Itu surat kontrak pernikahan kita sudan aku robek. Dan sekarang aku lagi buat yang baru jadi kau diam dan jangan protes, " ucap Nesya yang masih sibuk menulis.
"Ok! " Samuel pun duduk santai atas sofa sembari memainkan ponselnya.
Di dalam surat kontrak itu tertera : Nesya ingin sekali punya anak dan keturunan, usianya sudah cukup matang untuk mempunyai anak. Jadi meskipun hanya pernikahan sandiwara, Samuel dan Nesya boleh melakukan hubungan panas di atas tempat tidur. Setelah Nesya hamil dan melahirkan, Nesya akan membebaskan Samuel. Setelah bercerai, Samuel akan mendapatkan hadiah rumah mewah, mobil, uang tunai 3000.000.000 asal Samuel jangan mengusik Nesya dan sang anak kelak. Ketika pernikahan ini berlangsung, jika ada pria yang dekat dengan Nesya, Samuel tidak boleh marah dan ikut campur, begitu pun Nesya. Jika Samuel jatuh cinta kepada wanita lain itu boleh-boleh saja. Nesya tidak akan ikut campur masalah pribadi Samuel.
Nesya merubah isi surat itu karena dirinya. tidak mau dibuat mati penasaran karena tidak merasakan kenikmatan sepasang suami istri. Selain itu, Nesya juga ingin memberikan cucu buat Mommy Gresya.
"Usia ku sudah 32 tahun, aku sudah pantas menjadi seorang ibu, " gumam Nesya dalam hati.
Nesya sudah selesai membuat surat pernikahan kontrak yang baru.
"Sini, dan baca serta tanda tangan, " perintah Nesya kepada Samuel.
Samuel menurut, dirinya beranjak bangun dan pindah posisi. Kini Samuel duduk berhadapan dengan Nesya. Samuel mengambil surat kontrak itu lalu membacanya.
"Kok isinya jadi begini? Jadi aku sebagai suami bayaran boleh menyentuhmu? " tanya Samuel tapi pandangannya masih tertuju kepada isi surat kontrak itu.
"Iya! Dengan catatan kalau aku yang minta, " ucap Nesya enteng.
"Aku tidak setuju! " Samuel menaruh berkah itu secara kasar di atas meja.
"What? Kau menentang ku? Kau mau di denda? " Nesya beranjak dari tempat duduknya. Nesya tidak mau jika Samuel menentangnya.
"Nesya, jika kau menginginkannya kau tinggal minta dan tidak usah ada surat perjanjian seperti itu. Konyol! Apa lagi ini menyangkut soal anak. Aku tidak mau jika nanti setelah bercerai, aku terpisah dengan anakku. " Samuel merobek surat kontrak yang sudah di buat oleh Nesya.
"Pernikahan itu suci, dan hanya satu kali. Kenapa kita tidak jalani saja seperti layaknya suami dan istri tanpa ada istilah pernikahan kontrak. Maaf Nesya, aku tidak tertarik dengan hartamu. Kemarin aku butuh uangmu karena terdesak, " ucap Samuel dengan tegasnya.
Nesya menunduk, Samuel beranjak berdiri menghampiri Nesya. Ketika mendekat, Samuel memeluk tubuh Nesya yang kaku.
"Aku emang di bayar untuk menjadi suami kamu. Tapi aku tidak mau jika kita mempermainkan pernikahan seperti ini. Nesya, jika kau ingin merasakan malam pengantin, aku akan memenuhinya dengan senang hati. Aku lebih suka perjanjian yang pertama, kau akan membebaskan ku jika kau sudah bosan. Aku setuju, siapa tahu kau tidak pernah bosan, " tutur Samuel dengan lembut.
Nesya tidak bergeming. Nesya terhanyut dalam pelukan Samuel.
"Lupakan surat perjanjian itu Nesya. Kita jalani saja pernikahan ini, entah kenapa aku senang saja berperan menjadi suami kamu. Meskipun suami bayaran. " Samuel tersenyum tipis, Nesya masih tidak bergeming.
Samuel melepaskan pelukannya, tangannya menyentuh wajah Nesya, "Sepertinya kau butuh waktu untuk sendiri. Dan jika kau kekeh ingin seperti itu perjanjiannya, kau cari saja pria lain. Aku akan membayar semua kerugian yang sudah kau keluarkan. "
Samuel tersenyum tipis, Nesya menatap wajah Samuel, "Uang dari mana? " tanya Nesya ketus.
"Ternyata ALM kedua orang ku mempunyai tanah luas, aku tinggal jual Nesya tanah warisan itu. Uang itu cukup bahkan lebih untuk membayar semua ganti rugi, " ucap Samuel santai. Entah kenapa Samuel tidak mau lepas dari Nesya, ia lebih setuju dengan isi surat yang pertama. Sampai Nesya bosan baru membebaskannya.
"Ya sudah!" jawab Nesya.
"Ya sudah apa Nesya? " tanya Samuel bingung.
"Ish ... " Nesya memukul-mukul bidang dada Samuel dengan manja.
"Kau kenapa sih? " Samuel merasa kesakitan, bidang dadanya di pukuli oleh Nesya.
Nesya pun memeluk tubuh Samuel, "Kau tahu saja kalau aku menginginkan nafkah batin, " ucapnya malu-malu.
"Haha ... " Samuel ketawa lepas.
"Ish ... jangan ketawa. Mau aku pecat kau jadi suami bayaran ku, " ancam Nesya.
"Jangan dong! Nanti kau mati penasaran Nesya karena belum merasakan nikmatnya malam pengantin, " goda Samuel yang melepaskan pelukan dari Nesya.
"Aku tahu kok semalam kau mimpi jorok kan, hahaha ... iya kan hayo? " goda Samuel membuat Nesya semakin malu dan menunduk.
"Iya! Kau puas? " kesal Nesya wajahnya mulai merona.
"Lalu bagaimana pernikahan kita? " tanya Samuel mengangkat dagu Nesya hingga bola mata kembar itu saling beradu.
"Entahlah ... aku sudah merobek surat kontrak yang pertama, dan kau sudah merobek surat kontrak yang baru. Jadi aku bingung, " ucap Nesya kembali menggigit bibir bagian bawahnya sehingga membuat Samuel gemas melihatnya.
"Kita jalani saja seperti air yang mengalir. Sampai kau bosan, tapi akan ku pastikan kau tidak akan bosan. " Samuel tersenyum nakal.
"Kau adalah istriku, aku bolehkan kecupan hangat aku darat kan di pipimu? " bisik Samuel membuat Nesya tercengang, detak jantungnya kembali berdebar tak beraturan. Nesya menyentuh dadanya merasakan detak jantungnya yang berdegup cepat.
"Jika tidak boleh, tidak apa-apa!" Samuel tersenyum tipis. Dirinya memutar tubuhnya membelakangi Nesya.
Ketika mau melangkah, Nesya menahannya. Nesya melingkarkan kedua tangannya di perut Samuel, "Mau kemana? Kau harus tanggung jawab karena kau sudah membuat ku seperti ini. Tubuhku selalu panas jika sudah kau sentuh." Nesya semakin erat memeluk tubuh Samuel.
"Nanti malam jika aku di izinkan, aku akan memberikan nafkah batin untukmu. " Samuel melepas kedua tangan Nesya yang melingkar di perutnya. Samuel memutar tubuhnya kembali menghadap Nesya.
Kecupan hangat mendarat di kening Nesya, "Lebih baik kita makan dulu. Maafkan suami bayaran kamu ini yang selalu nyosor. Hahahaha ... " seloroh Samuel.
"Meskipun usia mu tua, tapi kau manis Nesya, kau menggemaskan. " Samuel mengedip-kan kedua mata nya ketika Nesya menatapnya.
Samuel meraih tangannya Nesya dan menggandengnya. Keduanya berjalan beriringan keluar dari ruangan kerja Nesya.
Malam telah tiba, entah kenapa malam ini malah menjadi malam yang begitu menegangkan bagi Nesya. Entah apa yang akan terjadi dengan malam ini, Nesya begitu tampak gugup. Sesekali Nesya mengatur nafasnya, Nesya menarik nafas panjang lalu membuangnya secara perlahan-lahan."Kenapa malam ini tubuhku gemetar seperti ini? Apa yang akan terjadi? My god, tubuhku terasa panas dingin, " gumam Nesya.Nesya kini sedang duduk di depan meja riasnya. Nesya terus menyisir rambutnya. Nesya masih bermalam di rumah Mommy Gresya, sebab sang Mommy belum siap jika harus ditinggal. Tiara di rumah barunya untuk sementara waktu Samuel titipkan kepada Baby Sister.Saat ini Samuel sedang berada di dalam kamar mandi. Samuel sedang membersihkan tubuhnya. Bukan Nesya saja yang merasakan keanehan malam ini, begitu pun Samuel, dirinya tampak tegang."Duh ... gara-gara kejadian tadi siang pikiranku traveling terus
Samuel baru keluar dari dalam kamar mandi. Tubuhnya hanya ditutupi oleh handuk, dari pinggang sampai atas lutut. Nesya kembali terperangah ketika dirinya melihat bidang dada Samuel yang kekar itu. Nesya masih duduk di depan cermin meja riasnya. Bayangan Samuel terlihat jelas didalam cermin. dengan susah payah Nesya menelan saliva nya ketika melihat Samuel berjalan menuju ke arahnya."Duh... kok dia makin mendekat kesini sih, apakah malam ini akan terjadi," ucap Nesya dalam hatinya.Samuel semakin mendekat saja, ketika mendekat Samuel langsung memeluk Nesya dari arah belakang, "Apakah aku boleh memelukmu seperti ini?" tanya Samuel berbisik."Kau kan suamiku. Tentu boleh," ucap Nesya terdengar sangat kaku."Tapi aku hanya suami bayaran kamu, Nesya." Samuel mencium aroma wangi di tubuh Nesya, aroma wangi itu membuat Samuel semakin ingin terus memeluk Nesya."Iya tapi pernikahan kita
Samuel baru saja tiba di kantor tempat Nesya bekerja. Samuel segera menuju ke ruangan kerja Nesya yang berada di lantai 5. Ketika Samuel berada di dalam lift, dering ponselnya berbunyi. Ada telepon dari Nesya. "Iya Baby, ada aku lagi di dalam lift, " ucap Samuel ketika dirinya sudah menjawab telepon dari Nesya. "Lama banget sih, " ucap Nesya sinis. "Macet! Baby macet. " Samuel kesal juga dengan sikap Nesya yang tidak sabaran seperti itu. Tut! Nesya menekan tombol warna merah, dirinya memutuskan sambungan teleponnya. "Dadar perawan tua," kesal Samuel. Di tempat makan siang yang nantinya dihadiri Nesya juga. Di sana sudah tampak Leonard dan Desy, keduanya menggunakan warna pakaian yang senada. Rupanya Desy dan Leonard tidak mau kalah juga. Kedatangan Leonard dan Desy disambut hangat ol
Suasana malam terasa begitu dingin, angin lembut menerobos celah-celah jendela kamar yang setengah terbuka. Nesya masih berbaring membelakangi Samuel, wajahnya sedikit kusut, namun matanya tak mampu menutup sepenuhnya. Hati kecilnya bergejolak, tak mampu sepenuhnya mengabaikan kehadiran pria di sampingnya. Samuel, meski terlihat cuek, perlahan mulai merasakan perubahan suasana di kamar itu. "Ingat, Nesya, ingat, dia hanya suami bayaran. Bukan suami sesungguhnya," batin Nesya menggerutu. Tanpa ia sadari, Samuel — suami bayarannya sedang memandangi punggung Nesya yang masih terlihat tegang. Sepertinya Ia merasakan sesuatu yang berbeda malam ini. Bukan hanya dingin yang menelusup ke dalam tubuhnya, tetapi juga ketegangan di antara dirinya dan wanita yang selalu Ia bilang 'Perawan tua' yang sudah terjalin belum lama ini.Ya, Samuel akui, ini hanya pernikahan kontrak, dan ada batasan yang harus Samuel jaga. “Nona Nesya,” gumam Samuel pelan, nyaris berbisik.Nesya tak merespons, tetap d
Samuel terbangun dengan perasaan yang berbeda dari biasanya. Matahari baru saja menampakkan diri, sinarnya perlahan menyusup melalui celah-celah tirai kamar yang masih setengah tertutup. Di sampingnya, Nesya masih terbaring, napasnya terdengar pelan dan tenang, seolah mimpi-mimpi malam sebelumnya memberikan ketenangan bagi dirinya. Padahal, Nesya hanya pura-pura tidur. Samuel menoleh, memperhatikan wajah Nesya yang damai dalam tidurnya. Perlahan, ia menyadari apa yang baru saja terjadi antara mereka. Tadi malam bukan hanya sekadar pelepasan hasrat, tapi juga momen yang mengubah cara pandangnya terhadap Nesya. Ada sesuatu yang berbeda saat ia menyentuh Nesya, perasaan yang tak pernah ia duga sebelumnya. Ia mendekatkan tubuhnya ke Nesya, memeluknya dari belakang dengan hangat. “Nona Nesya...” bisiknya lembut di telinga wanita itu, suaranya penuh dengan kehangatan yang baru ditemukannya. Nesya membuka matanya. Ia menarik napas dalam, menyadari sesuatu yang membuatnya sedikit terkejut
Nesya dan Samuel akhirnya keluar dari kamar, rambut Nesya masih basah karena baru saja selesai mandi. Samuel mengikuti di belakangnya dengan wajah santai dan tersenyum. Mereka berdua berjalan menuju ruang makan di mana Mommy Gresya sudah menyiapkan sarapan. Mommy Gresya memperhatikan keduanya dengan tatapan hangat, meskipun dalam hatinya ia tahu betul apa yang mungkin telah terjadi. "Selamat pagi," sapanya sambil meletakkan piring roti panggang di meja. "Kalian terlihat segar pagi ini." Mommy Gresya menggoda.Nesya merasa pipinya mulai memanas mendengar ucapan itu, tapi dia tetap berusaha menjaga sikap. "Pagi, Mom. Maaf ya kalau kita agak telat."Mommy Gresya tersenyum tipis dan melirik Nesya dengan tatapan yang sulit dijelaskan. "Tidak apa-apa, Sayang."Setelah selesai sarapan bersama, Nesya dan Samuel bersiap-siap untuk pindah ke rumah baru. Mereka tahu bahwa pindah adalah keputusan yang tepat, agar tidak terlalu berada di bawah pengawasan Mommy Gresya yang selalu saja mencurigai h
Sudah beberapa minggu terakhir, Desy sudah mulai terlihat berubah. Biasanya selalu hangat dan selalu membuat Leonard merasa bergairah, hanya Desy yang bisa memberikan kenikmatan surga dunia padanya. Kini, sikap Desy terasa dingin dan merasa jauh. Leonard merasa bosan, terjebak dalam situasi yang monoton. Dia merindukan kehangatan yang pernah ada, dan tanpa sadar, pikiran itu membawanya kembali pada Nesya, mantan kekasihnya.Hingga Leonard memutuskan untuk mengunjungi perusahaan Nesya. Ketika dia melangkah masuk ke ruang kerja CEO, matanya langsung menangkap sosok Nesya yang sedang serius memeriksa dokumen. Dia terlihat anggun dengan setelan bisnis yang rapi, tetapi ada aura kesedihan di wajahnya.“Nesya,” sapa Leonard, mencoba tersenyum meski hatinya bergetar.Nesya menoleh, terkejut melihat kehadiran Leonard. “Leonard! Sudah lama sekali. Ada yang bisa aku bantu?”Dia terlihat profesional, tetapi Leonard bisa merasakan ada kerinduan di balik tatapannya. “Aku hanya ingin menyapa. Apa k
Pukul sepuluh malam, suasana kamar terasa sedikit tegang. Samuel berbaring di sisi Nesya, tangannya perlahan menyentuh punggung wanita itu, mencoba mencari kehangatan seperti biasanya. Namun, kali ini berbeda. Nesya bergerak menjauh, tubuhnya tegang. “Samuel, aku lelah,” ucap Nesya tanpa menatapnya, suaranya terdengar datar. Ini artinya Nesya menolak keinginan Samuel. Samuel terkejut. Ini bukan kali pertama ia meminta, namun reaksi Nesya kali ini benar-benar berbeda. “Lelah? Ada apa, Nes? Kamu biasanya nggak menolak.”Nesya diam sejenak, lalu menarik selimut lebih erat ke tubuhnya. “Aku cuma lelah, oke? Nggak setiap malam harus seperti ini.”Samuel menghela napas, bingung dengan sikap Nesya yang berubah. Dia tahu pernikahan mereka hanyalah kontrak, tapi selama empat bulan terakhir, keduanya cukup akrab dan sering berbagi keintiman tanpa masalah. Kini, ada jarak yang Nesya ciptakan, dan Samuel tidak tahu bagaimana harus menghadapinya.“Baik, aku paham,” jawab Samuel akhirnya, suarany