"Memangnya ada hal penting apa yang ingin Tante sampaikan? Sampai menghubungiku beberapa kali," ucap Alex dengan keheranan. "Apa benar kamu membiayai pengobatan Claudia? Dia berkoar-koar kalau kau melakukan hal tersebut," tanya Irene sedikit menggebu-gebu.Mata Alex membulat mendengar pertanyaan dari Irene. Bagaimana mungkin Irene mengetahui hal yang sudah berusaha dia sembunyikan? Apakah Irene bertemu dengan Claudia?"Dari mana Tante mengetahui hal tersebut?" Alex tidak menjawab pertanyaan dari Irene, dia membalasnya dengan sebuah pertanyaan. "Tidak penting aku tahu dari mana. Sekarang, jawab pertanyaanku! Benarkah kamu membantu biaya pengobatan Claudia?" cecar Irene.Alex terdiam sebentar sebelum memutuskan untuk memberitahukan perbuatannya pada Irene. Dia berpikir kalau tantenya itu pasti mengetahui tentang perbuatannya karena mencari tahu lewat orang kepercayaannya. Sama sekali tidak terpikirkan kalau Irene bertemu dengan Claudia di rumah sakit. "Ya, aku memang membiayai pengob
Freya sudah merasa sedikit membaik. Rasa pusing yang dideranya telah menghilang. Dia memutuskan untuk memenangkan dirinya terlebih dahulu. "Maaf, aku ingin melakukan USG. Apakah bisa?" tanya Freya tiba-tiba ketika melihat seorang perawat berada di ruangannya.Perawat yang mendengar pertanyaan Freya tersenyum. "Apakah Anda tidak ingin menunggu keluarga Anda? Saya bisa membantu menghubunginya bila Anda memberitahukan nomor ponsel yang bisa saya hubungi," jawab sang perawat. "Tidak. Aku ingin memastikan keadaanku terlebih dahulu. Aku tidak yakin dengan kondisi kehamilanku kalau belum melihat langsung dengan melakukan USG. Lagipula suamiku sedang ke luar negeri untuk bekerja. Jadi, kemungkinan dia tidak bisa datang untuk menjemputku," ucap Freya berbohong.Wanita itu sudah memutuskan untuk tidak memberitahukan kehamilannya pada Alex. Hatinya masih berdenyut nyeri ketika mengetahui kenyataan Alex masih berhubungan dengan mantan kekasihnya. Sedih, kecewa, dan marah menjadi satu dalam hatin
Freya mengambil resep, kemudian dengan cepat pergi dari rumah sakit. Dia ingin segera sampai menuju apartemen, kemudian mengepak pakaian untuk di bawa pergi. Freya belum mengetahui tempat yang ingin dia tuju, tetapi dia ingin secepatnya hengkang dari apartemen Alex. Sesampainya di apartemen Freya mencari koper, kemudian menaruhnya di atas tempat tidur. Freya membuka lemari, lalu memasukkan pakaian secara asal. Wanita itu, tidak menyadari seorang pria mengamati pergerakannya. "Apa yang kamu lakukan?" suara bariton terdengar dari pintu kamar. Freya menatap sekilas Alex yang berdiri di ambang pintu. Dia hanya diam tidak menggubris perkataan suaminya. Alex mendekati Freya dengan panik dan menghentikan aktivitas wanita itu. "Hentikan!" perintah Alex. Namun, Freya tetap tidak mengindahkan perintah Alex. Dia tidak ingin terbuai dengan Alex seperti biasanya. Hatinya lelah karena semua kenyataan yang diterima pada hari ini. Bahkan, berita kehamilan dirinya tidak disambut dengan kegembiraan
"Aku mohon, Sayang. Maafkan kesalahanku. Aku janji tidak akan mengulanginya lagi," ucap Alex dengan wajah penuh permohonan.Freya masih menangis, Alex mendekati kemudian memeluk wanita itu. Sudah beberapa kali dia menyebabkan Freya bersedih. Dia sangat menyesal telah menolong Claudia."Mengapa kamu tidak berpikir tentang perasaanku sebelum membantu wanita itu? Bukankah kamu mengetahui kalau dialah penyebab aku memutuskan untuk berpisah darimu," tanya Freya dengan sangat pelan."Aku hanya takut kamu menolak untuk membantunya. Ketakutanku merupakan alasan yang wajar karena kamu sangat marah dan tidak menyukai dirinya," jawab Alex. "Tentu saja aku marah ketika mengetahui kamu menyimpan foto kenangan kalian. Belum lagi pernyataan yang mengatakan kalau masih mencintainya. Apakah aku tidak boleh marah dan cemburu ketika mengetahui suamiku mencintai wanita lain?" ucap Freya dengan kesal. Entah apa yang dipikirkan oleh Alex, dia pikir Freya akan mewajarkan perbuatannya yang terus saja dibay
Keresahan memenuhi relung jiwa Freya, dia terus merasa kekecewaan pada Alex. Ingin pergi dari sisi Alex sangatlah sulit. Seharusnya, dia tidak perlu kembali ke apartemen Alex. Dia seharusnya langsung pergi tanpa memikirkan untuk membawa pakaian dan barang yang dia miliki. Akan tetapi, dia belum memiliki tujuan yang pasti. Belum lagi, Alex terlihat lebih protektif pada Freya. Sepanjang dia terlelap, Alex tidak melepaskan pelukannya sama sekali. Beberapa kali Freya bergerak, Alex tetap terus mengeratkan rangkulannya seolah tidak ingin Freya meninggalkannya. Freya terbangun di pelukan Alex, kemudian menatap wajah tampan yang memeluknya. Posisinya kali ini saling berhadapan. Pikiran Freya berkelana menuju dua tahun yang lalu, saat dia menikah dengan Alex. Freya sangat berpikiran positif, dia menyangka kehidupan pernikahannya berjalan dengan lancar. Ternyata hal itu hanyalah angan-angan belaka. "Kamu sudah bangun?" tanya Alex menatap wajah Freya yang terlihat cantik di matanya. Freya ha
Freya mendengar suara wanita yang sedari tadi menjadi beban pikirannya. Memang Alex tidak menyimpan nomor ponsel dari Claudia. Akan tetapi, dari panggilan ponsel ini bisa diketahui kalau mereka sering berhubungan.Alex yang membawa nampan berisi bubur terpaku melihat Freya menggenggam ponselnya. Wanita itu memejamkan matanya seperti menahan sakit. Alex segara menghampiri Freya, dia menaruh nampan di atas nakas, lalu memeriksa keadaan istrinya."Ada apa, Sayang? Apa perutmu kembali sakit?" tanya Alex yang menghiraukan Freya sedang memegang ponselnya."Sepertinya dia ingin berbicara denganmu!" jawab Freya dengan dingin tanpa menghiraukan pertanyaan Alex. Dahi Alex berkerut mendengar jawaban Freya. Dia menatap layar ponsel yang terdapat nomor asing. Pria itu mengambil ponselnya lalu berbicara di depan Freya."Halo! Siapa ini?" tanya Alex. "Al, aku Claudia! Mengapa dari tadi kau tidak merespon perkataanku?" jawab Claudia dengan sedikit nada heran dalam suaranya. Alex menegang kemudian m
"Aku akan membuka pintu terlebih dahulu, kamu tunggu di sini!" ucap Alex saat mendengar suara bel di apartemennya."Ya, tentu aku akan menunggu di sini," balas Freya dengan menganggukkan kepalanya.Selama menunggu kedatangan Ghina. Alex menyuapi Freya dengan bubur yang dibuat oleh pria itu. Hatinya menghangat karena perlakukan Alex yang sangat memperhatikan dirinya. Namun, ketika mengingat tentang Claudia, dirinya kembali merasa tidak percaya dengan tindakan Alex. Freya menatap punggung Alex yang menjauhinya dengan sendu. Dia memikirkan berbagai cara untuk menghindari pemeriksaan dari Ghina. Akan tetapi, hal tersebut tidak mungkin dilakukan, Ghina sudah datang ke apartemen mereka. Ghina menghampiri Freya. "Apa yang terjadi pada dirimu?" tanya sang dokter saat melihat Freya yang wajahnya memucat. Keadaan Freya belum membaik setelah muntah yang dia alami tadi. Hal itu membuat Alex semakin khawatir. "Aku hanya merasa sedikit pusing. Alex yang terlalu berlebihan hingga membuat dirimu h
"Ah, tidak. Aku hanya ingin mengatakan kalau kamu lama sekali mengambilkan air. Aku benar-benar haus!" kilah Freya."Maaf, tadi aku menghubungi Felix sebentar. Ada sesuatu yang sangat penting di perusahaan," balas Alex, kemudian menyodorkan air untuk Freya.Alex mengalihkan perhatiannya menatap Ghina. "Jadi, apa yang terjadi pada Freya?" tanya Alex. "Sama seperti kemarin, istrimu melewatkan jam makannya. Asam lambungnya naik, hingga menyebabkan dia mual serta muntah. Aku akan meresepkan obat untuk mengurangi rasa mualnya," jawab Ghina.Freya menatap Ghina selama dokter cantik itu mengatakan alasan untuk Alex. Dia sangat bersyukur dapat meyakinkan Ghina dengan berbagai cara. Hatinya sangat lega, Ghina dapat mengatakan alasan pada Freya."Maafkan aku, Sayang! Seharusnya aku dapat memperhatikan kesehatanmu!" ucap Alex sambil menggenggam tangan Freya. "Tidak perlu minta maaf, aku sendiri yang salah tidak menjaga kesehatanmu," timpal Freya."Baiklah, kalau begitu nanti kamu harus menebus
Sesampainya di rumah sakit, Freya langsung ditangani oleh beberapa petugas kesehatan. Sebelumnya, Alex telah menghubungi pihak rumah sakit untuk mempersiapkan Freya yang akan melahirkan. Proses kelahiran putra pertama Freya cukup cepat. Air ketuban telah keluar membuat kelahiran pertama yang dialami oleh Freya berlangsung lancar. Alex melihat semua proses yang dialami oleh Freya. Pria itu mendekati sang istri setelah Freya melahirkan sang putra. "Terima kasih, Sayang. Aku mencintaimu," ucap Alex mengecup puncak kepala Freya. Freya tersenyum pada Alex. Terkenang beberapa memori selelum hubungannya dengan Alex sedekat ini. Tidak terkira perasaan bahagia yang dirasakan oleh Freya. Setelah dilakukan pelekatan pada bayi dan ibu, Freya tersenyum melihat sang buah hati. Menjalani proses melahirkan yang cukup mudah membuat Freya sangat bersyukur. Freya dipindahkan ke ruang rawat. Alex selalu menemaninya, pria itu tidak ingin melewatkan satu hal kecil dalam keluarga kecilnya. Br
Usia kandungan Freya memasuki bulan ke sembilan. Mendekati hari perkiraan lahir, Freya masih saja menginginkan untuk ikut ke kantor. Dia bosan bila berada di rumah. Meskipun, telah di larang oleh Brian dan Irene untuk ikut ke perusahaan. Freya tetap pada keinginannya untuk terus bersama dengan Alex. Entah mengapa wanita itu tidak ingin jauh dari sang suami. "Kau di rumah saja, Sayang. Aku akan segera kembali. Tidak akan lama," ucap Alex memperingati Freya. Freya menggelengkan kepala. "Aku bosan di rumah, apa kamu tidak menginginkan aku untuk dekat denganmu?" tanya Freya sambil merenggut. "Aku hanya tidak ingin kau kelelahan, Sayang," jawab Alex mengelus rambut Freya. Masih dengan wajah yang menahan kekesalan, Freya membalas perkataan Alex. "Justru, dengan aku sering berpergian, dapat membuat aku bergerak. Kata orang dengan bergerak dapat mempermudah jalan lahir," ucap Freya. "Begitukah?" Alex seakan tidak percaya dengan perkataan sang istri. Perut Freya yang sangat memb
Hari ini, Freya dan Renata bertemu untuk membeli perlengkapan bayi. Tentu saja, Alex tidak akan melewatkan kesempatan untuk berbelanja bersama sang istri. Walaupun, harus didampingi oleh Renata, sahabat Freya. Pun Felix yang tadinya tidak memiliki urusan untuk berbelanja terpaksa mengikuti Alex karena perintah bosnya itu. Pria yang tidak gemar berbelanja itu harus mengikuti dua wanita yang bersemangat membeli perlengkapan bayi. "Al, apa kita perlu membeli baju berwarna pink?" tanya Freya dengan lembut pada sang suami. Alex membulatkan matanya, hasil USG telah menunjukkan kalau sang buah hati kemungkinan berjenis kelamin laki-laki. Tidak mungkin dia membelikan baju warna pink untuk anaknya. "Ehm.... sebaiknya jangan sayang. Beli saja warna merah," jawab Alex dengan hati-hati. Berpikir sejenak karena mendengar jawaban Alex. "Baiklah, beli warna merah saja, Ren!" ucap Freya mengatakan hal tersebut pada Renata. Alex melihat Felix yang hampir menertawakannya. Jujur saja, sejak
Sepanjang perjalanan menuju tempat Claudia berada, Freya dipenuhi oleh ucapan Tania. Dia tidak menyangka kalau persahabatan antara Claudia dan Tania akan berakhir begitu saja. Dia pikir persahabatan mereka akan terus ada karena Tania selalu mendukung perbuatan Claudia. Alex memperhatikan Freya yang melamunkan sesuatu. Dia mengusap kepala Freya untuk mengalihkan perhatian istrinya. "Ada apa?" tanya Alex sambil menggenggam tangan sang istri. "Tidak ada apa-apa. Aku hanya terpikir tenang persahabatan antara Claudia dan Tania. Kukira persahabatan mereka akan terus berjalan walau Claudia melakukan sesuatu yang salah," jawab Freya dengan jujur. "Tidak perlu memikirkan hubungan keduanya. Kau tidak usah mencampurinya. Mungkin memang takdir kalau persahabatan mereka dapat berakhir. Layaknya sebuah hubungan, persahabatan juga mengenal awal dan akhir," balas Alex mencoba berpikir secara logika. Pria itu tidak ingin Freya terlalu terlibat dalam hubungan persahabatan antara Claudia dan T
Sesuai janji yang dikatakan oleh Alex, dia akan menemani Freya untuk bertemu dengan Claudia dan Tania. Setelah mempertimbangkan berbagai hal, Alex mengatur agar Freya bertemu dengan Tania terlebih dahulu, baru menemui Claudia. Pria itu ingin Freya berbicara dengan Tania agar lebih mudah ketika bertemu dengan Claudia. Freya pun mengiyakan ucapan sang suami. Dia memang berencana untuk menemui Tania baru Claudia. Ketika sampai di sebuah gedung, Freya mengeryitkan dahi. Mereka berada di sebuah panti sosial. Freya menolehkan kepala pada sang suami. "Benarkah Tania berada di sini?" tanya Freya pada Alex. "Ya, aku sudah mencari tahu keberadaan Tania sebelum berangkat. Dia telah berada di panti sosial ini sejak keluar dari rumah sakit," jawab Alex dengan tenang. Tampak tidak percaya, Freya terkejut mengetahui fakta menyedihkan ini. Tania masih sangat muda, seharusnya dia masih dapat memulai kariernya walau keterbatasan yang dimiliki olehnya. Alex dan Freya masuk lalu bertemu denga
Permohonan yang diucapkan oleh Wenny diabaikan oleh Alex. Pria itu menatap angkuh Wenny yang berlutut di hadapannya. Tidak ada rasa kasihan pada sang karyawan. Pun Angel menatap Wenny sekilas, lalu menatap Alex dengan tajam. "Anda tidak bisa seenaknya memecat kami hanya karena kesalahan yang bahkan belum kami perbuat." Angel berusaha mencari celah untuk terhindar dari pemecatan. Alex menyunggingkan senyum sinisnya. "Aku rasa perbuatan kalian yang merencanakan menjadi seorang simpanan dapat menjadi sebuah alasan. Lagi pula, kalian berada di perusahaan ini untuk bekerja bukan menjadi wanita jalang!" tekan Alex dengan penuh ketegasan. Tangan Angel mengepal, baru saja dia merencanakan untuk menggoda sang atasan, tetapi hal tersebut harus dia urungkan. Kehadiran Freya membuat semua berantakan. Tanpa diduga, wanita itu berdiri lalu hendak menyerang Freya. Hal itu segera dicegah Alex dengan menghempaskan tubuh Angel hingga terjatuh. "Beraninya kau pada istriku! Aku akan membuat perhi
Sebelum kedua wanita yang mengganggu pikiran Freya datang, Alex telah mengatakan untuk menggantikannya di kursi kebesaran yang biasa dia duduki. Dia tidak ingin ikut campur lebih jauh, tetapi dia ingin karyawan baru itu mengetahui posisi mereka. Tidak akan ada yang bisa menggoyahkan Alex. Perasannya hanya tertuju pada sang istri. Alex membiarkan Freya melakukan apa pun yang diinginkannya. Bahkan, menghukum dua orang yang baru memiliki niat untuk menggoda Alex. "Lakukan apa yang kau inginkan! Aku akan mendukung semua tindakanmu!" ucap Alex pada sang istri. Freya tersenyum pada Alex. "Benarkah? Walaupun aku memecat kedua karyawanmu itu? Kau akan menyetujui semua tindakanku?" tanya Freya menaikkan alisnya. "Tentu. Kau boleh melakukan apa pun. Lagi pula mereka baru memasuki masa percobaan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan," jawab Alex dengan kalem. Diam-diam Alex meminta Felix untuk mencari tahu tentang kedua karyawan baru. Ternyata mereka masih menjalani masa percobaan. Pantas saj
Perintah yang dikatakan oleh Alex membuat Felix tersenyum. Rupanya, atasan sangat menuruti perkataan Freya. Walaupun memang seperti itu, tetapi ini merupakan profesionalitas dalam pekerjaan. Tidak dapat dipungkiri, Freya membawa banyak pengaruh pada Alex. CEO dari Perusahan Kingston itu selalu pulang tepat waktu ketika Freya telah kembali pada dirinya. Kehilangan sang istri rupanya dapat mengubah semua kebiasaan Alex. Felix tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh Alex karena dua karyawan tersebut telah berani menyinggung perasaan sang istri. Bila langsung memecat dua orang tersebut rasanya tidak mungkin. Akan tetapi, semua dapat terjadi sesuai dengan keinginan Freya."Baiklah, Tuan! Saya akan memanggilkan kedua orang tersebut," ucap Felix menjawab perintah dari Alex.Freya tersenyum puas, dia memikirkan beberapa hal tentang dia orang yang mengganggu pikirannya. Saat di toilet dia tidak menampik kalau kedua orang itu masih sangat muda. Freya cukup insecure, apa lagi melihat tubuhnya
Pergi dengan rasa kesalnya, Freya bergegas menuju ruangan Alex. Dia ingin menumpahkan kekesalan pada sang suami. Alex yang sedang membaca sebuah laporan terkejut dengan kedatangan Freya yang terlihat memendam emosinya.Alex mengalihkan perhatiannya pada sang istri. Beberapa bulan menemani Freya dalam kondisinya yang hamil, sudah dapat membuat Alex paham kalau ada yang salah pada sang istri. Entah hal apa yang mengganggu istrinya."Halo, Sayang. Kau sudah datang?" tanya Alex sambil menutup berkas di tangannya.Pria itu beranjak dan mendekati Freya yang masih kesal. Bodyguard Freya menunggu di depan ruangan, dia tahu kalau kedua majikannya membutuhkan privasi. Sebenarnya, dia penasaran apa yang terjadi di toilet. Akan tetapi, sangat jelas Freya tidak dalam mood yang baik. "Ya! Alex, aku ingin bertanya padamu. Apa standar penerimaan karyawan baru di Perusahaan Kingston telah melakukan tes psikologi? Aku rasa ada hal yang perlu dibenahi di devisi HRD!" Secara blak-blakan Freya mengungkap