Freya sudah merasa sedikit membaik. Rasa pusing yang dideranya telah menghilang. Dia memutuskan untuk memenangkan dirinya terlebih dahulu. "Maaf, aku ingin melakukan USG. Apakah bisa?" tanya Freya tiba-tiba ketika melihat seorang perawat berada di ruangannya.Perawat yang mendengar pertanyaan Freya tersenyum. "Apakah Anda tidak ingin menunggu keluarga Anda? Saya bisa membantu menghubunginya bila Anda memberitahukan nomor ponsel yang bisa saya hubungi," jawab sang perawat. "Tidak. Aku ingin memastikan keadaanku terlebih dahulu. Aku tidak yakin dengan kondisi kehamilanku kalau belum melihat langsung dengan melakukan USG. Lagipula suamiku sedang ke luar negeri untuk bekerja. Jadi, kemungkinan dia tidak bisa datang untuk menjemputku," ucap Freya berbohong.Wanita itu sudah memutuskan untuk tidak memberitahukan kehamilannya pada Alex. Hatinya masih berdenyut nyeri ketika mengetahui kenyataan Alex masih berhubungan dengan mantan kekasihnya. Sedih, kecewa, dan marah menjadi satu dalam hatin
Freya mengambil resep, kemudian dengan cepat pergi dari rumah sakit. Dia ingin segera sampai menuju apartemen, kemudian mengepak pakaian untuk di bawa pergi. Freya belum mengetahui tempat yang ingin dia tuju, tetapi dia ingin secepatnya hengkang dari apartemen Alex. Sesampainya di apartemen Freya mencari koper, kemudian menaruhnya di atas tempat tidur. Freya membuka lemari, lalu memasukkan pakaian secara asal. Wanita itu, tidak menyadari seorang pria mengamati pergerakannya. "Apa yang kamu lakukan?" suara bariton terdengar dari pintu kamar. Freya menatap sekilas Alex yang berdiri di ambang pintu. Dia hanya diam tidak menggubris perkataan suaminya. Alex mendekati Freya dengan panik dan menghentikan aktivitas wanita itu. "Hentikan!" perintah Alex. Namun, Freya tetap tidak mengindahkan perintah Alex. Dia tidak ingin terbuai dengan Alex seperti biasanya. Hatinya lelah karena semua kenyataan yang diterima pada hari ini. Bahkan, berita kehamilan dirinya tidak disambut dengan kegembiraan
"Aku mohon, Sayang. Maafkan kesalahanku. Aku janji tidak akan mengulanginya lagi," ucap Alex dengan wajah penuh permohonan.Freya masih menangis, Alex mendekati kemudian memeluk wanita itu. Sudah beberapa kali dia menyebabkan Freya bersedih. Dia sangat menyesal telah menolong Claudia."Mengapa kamu tidak berpikir tentang perasaanku sebelum membantu wanita itu? Bukankah kamu mengetahui kalau dialah penyebab aku memutuskan untuk berpisah darimu," tanya Freya dengan sangat pelan."Aku hanya takut kamu menolak untuk membantunya. Ketakutanku merupakan alasan yang wajar karena kamu sangat marah dan tidak menyukai dirinya," jawab Alex. "Tentu saja aku marah ketika mengetahui kamu menyimpan foto kenangan kalian. Belum lagi pernyataan yang mengatakan kalau masih mencintainya. Apakah aku tidak boleh marah dan cemburu ketika mengetahui suamiku mencintai wanita lain?" ucap Freya dengan kesal. Entah apa yang dipikirkan oleh Alex, dia pikir Freya akan mewajarkan perbuatannya yang terus saja dibay
Keresahan memenuhi relung jiwa Freya, dia terus merasa kekecewaan pada Alex. Ingin pergi dari sisi Alex sangatlah sulit. Seharusnya, dia tidak perlu kembali ke apartemen Alex. Dia seharusnya langsung pergi tanpa memikirkan untuk membawa pakaian dan barang yang dia miliki. Akan tetapi, dia belum memiliki tujuan yang pasti. Belum lagi, Alex terlihat lebih protektif pada Freya. Sepanjang dia terlelap, Alex tidak melepaskan pelukannya sama sekali. Beberapa kali Freya bergerak, Alex tetap terus mengeratkan rangkulannya seolah tidak ingin Freya meninggalkannya. Freya terbangun di pelukan Alex, kemudian menatap wajah tampan yang memeluknya. Posisinya kali ini saling berhadapan. Pikiran Freya berkelana menuju dua tahun yang lalu, saat dia menikah dengan Alex. Freya sangat berpikiran positif, dia menyangka kehidupan pernikahannya berjalan dengan lancar. Ternyata hal itu hanyalah angan-angan belaka. "Kamu sudah bangun?" tanya Alex menatap wajah Freya yang terlihat cantik di matanya. Freya ha
Freya mendengar suara wanita yang sedari tadi menjadi beban pikirannya. Memang Alex tidak menyimpan nomor ponsel dari Claudia. Akan tetapi, dari panggilan ponsel ini bisa diketahui kalau mereka sering berhubungan.Alex yang membawa nampan berisi bubur terpaku melihat Freya menggenggam ponselnya. Wanita itu memejamkan matanya seperti menahan sakit. Alex segara menghampiri Freya, dia menaruh nampan di atas nakas, lalu memeriksa keadaan istrinya."Ada apa, Sayang? Apa perutmu kembali sakit?" tanya Alex yang menghiraukan Freya sedang memegang ponselnya."Sepertinya dia ingin berbicara denganmu!" jawab Freya dengan dingin tanpa menghiraukan pertanyaan Alex. Dahi Alex berkerut mendengar jawaban Freya. Dia menatap layar ponsel yang terdapat nomor asing. Pria itu mengambil ponselnya lalu berbicara di depan Freya."Halo! Siapa ini?" tanya Alex. "Al, aku Claudia! Mengapa dari tadi kau tidak merespon perkataanku?" jawab Claudia dengan sedikit nada heran dalam suaranya. Alex menegang kemudian m
"Aku akan membuka pintu terlebih dahulu, kamu tunggu di sini!" ucap Alex saat mendengar suara bel di apartemennya."Ya, tentu aku akan menunggu di sini," balas Freya dengan menganggukkan kepalanya.Selama menunggu kedatangan Ghina. Alex menyuapi Freya dengan bubur yang dibuat oleh pria itu. Hatinya menghangat karena perlakukan Alex yang sangat memperhatikan dirinya. Namun, ketika mengingat tentang Claudia, dirinya kembali merasa tidak percaya dengan tindakan Alex. Freya menatap punggung Alex yang menjauhinya dengan sendu. Dia memikirkan berbagai cara untuk menghindari pemeriksaan dari Ghina. Akan tetapi, hal tersebut tidak mungkin dilakukan, Ghina sudah datang ke apartemen mereka. Ghina menghampiri Freya. "Apa yang terjadi pada dirimu?" tanya sang dokter saat melihat Freya yang wajahnya memucat. Keadaan Freya belum membaik setelah muntah yang dia alami tadi. Hal itu membuat Alex semakin khawatir. "Aku hanya merasa sedikit pusing. Alex yang terlalu berlebihan hingga membuat dirimu h
"Ah, tidak. Aku hanya ingin mengatakan kalau kamu lama sekali mengambilkan air. Aku benar-benar haus!" kilah Freya."Maaf, tadi aku menghubungi Felix sebentar. Ada sesuatu yang sangat penting di perusahaan," balas Alex, kemudian menyodorkan air untuk Freya.Alex mengalihkan perhatiannya menatap Ghina. "Jadi, apa yang terjadi pada Freya?" tanya Alex. "Sama seperti kemarin, istrimu melewatkan jam makannya. Asam lambungnya naik, hingga menyebabkan dia mual serta muntah. Aku akan meresepkan obat untuk mengurangi rasa mualnya," jawab Ghina.Freya menatap Ghina selama dokter cantik itu mengatakan alasan untuk Alex. Dia sangat bersyukur dapat meyakinkan Ghina dengan berbagai cara. Hatinya sangat lega, Ghina dapat mengatakan alasan pada Freya."Maafkan aku, Sayang! Seharusnya aku dapat memperhatikan kesehatanmu!" ucap Alex sambil menggenggam tangan Freya. "Tidak perlu minta maaf, aku sendiri yang salah tidak menjaga kesehatanmu," timpal Freya."Baiklah, kalau begitu nanti kamu harus menebus
Felix diperintahkan oleh Alex untuk menebus resep di apotek terdekat. Dia yang sedang makan siang bersama Renata memutuskan untuk melaksanakan perintah atasannya setelah selesai dengan kegiatannya."Panggilan dari siapa?" tanya Renata penasaran.Sebagai partner bekerja, hubungan mereka semakin dekat. Walaupun terkadang bagi Felix, Renata merupakan wanita yang sangat merepotkan. Renata sering sekali menanyakan hal yang tidak seharusnya dia tanyakan."Tuan Alex ingin aku menebus resep untuk Nyonya Freya," jawab Felix, kemudian melanjutkan makannya. "Berarti, Freya sedang sakit karena itu bos tidak datang ke kantor?" ucap Renata memandangi Felix yang menikmati makan siangnya."Sepertinya begitu, aku tidak menanyakan lebih jauh. Akan tetapi, Nyonya Freya memang sedang sakit!" balas Felix. "Aku heran dengan Freya, mengapa akhir-akhir ini dia sangat sering sakit? Mungkin dia sangat tertekan dengan pernikahannya bersama Alex," gumam Renata melamunkan sahabatnya."Jangan ikut campur pada ur