"Ada apa, Frey?" tanya Alex yang melihat kepanikan di wajah istrinya."Kita harus segera ke rumah sakit, Kakek Brian harus melakukan operasi saat ini juga," jawab Freya mengambil tas tangannya. Alex mengambil kunci mobilnya, dia segera menyusul Freya yang telah lebih dulu pergi meninggalkan apartemen mereka. Kesibukan mereka dengan proyek pembangunan resort membuat lupa akan kondisi Kakek Brian. Beberapa hari, Alex tidak mengunjungi atau sekadar menanyakan keadaan kakeknya pada dokter. Rasa bersalah melanda hatinya, dia takut kondisi jantung kakeknya bertambah parah. Alex melihat Freya yang hendak menaiki mobilnya. Pria itu segera mencegah istrinya dengan kembali menutup pintu mobil Freya. "Apa yang kamu lakukan? Kita harus segera ke rumah sakit!" Freya menatap Alex dengan tajam melihat kelakuan suaminya."Kita pergi menggunakan mobilku. Bukankah kita sudah berbaikan? Tenanglah, Sayang! Jangan panik, oke?" ujar Alex sambil menggandeng istrinya menuju mobil Alex. Freya berusaha unt
"Operasi telah berjalan dengan lancar, kami akan melakukan observasi kemudian memindahkannya ke ruang rawat," ucap dokter memberitahukan keadaan Brian. Alex, Freya, dan Irene tersenyum lega. Setelah menunggu sekitar satu jam, Brian dipindahkan ke kamar rawat inap. "Apakah itu kamu, Irene?" tanya Brian dengan pelan. Bryan terperangah melihat Irene, dia tidak menyangka putrinya akan menjenguknya. Selama ini, Brian selalu menantikan kehadiran Irene. Dia tidak akan lagi mengatur hidup putrinya. Asalkan, Irene berjanji kembali pada keluarganya. "Iya, Ayah! Ini aku, Irene," ucap wanita yang masih terlihat cantik walau sudah memasuki kepala empat. Mata Brian memerah, pria tua itu tidak bisa membendung air matanya. Kerinduan pada putrinya begitu mendalam. Sepuluh tahun sudah Irene meninggalkannya, baru kali ini dia dapat bertemu dengan Irene. "Jangan meninggalkan Ayah lagi, Irene. Ayah takut tidak bisa melihatmu lagi! Maafkan Ayah, aku tidak akan menekanmu untuk menikah dengan pria pili
"Bukan dari siapa-siapa." Alex mematikan ponselnya. Pria itu menggandeng Freya menuju mobil untuk mencari makan malam mereka. Hari ini, mereka bahkan melewatkan makan siang karena rasa tenang menunggu operasi Brian."Apa kamu selalu bersikap seperti itu, Al?" tanya Freya pada suaminya.Alex mengeryitkan dahinya, heran dengan pertanyaan Freya. "Siap seperti apa maksudmu?" jawab Alex dengan sebuah pertanyaan."Mematikan ponsel ketika seseorang menghubungimu! Bagaimana bila panggilan itu adalah hal penting? Seharian kemarin kamu tidak menjawab panggilanku, pesanku pun tidak kamu balas!" ucap Freya dengan kesal.Hatinya masih dipenuhi dengan perasaan curiga karena sikap Alex yang tidak dapat dia prediksi. Kelakuan Alex yang seenaknya mematikan ponsel tidak luput dari perhatian Freya. "Apa kita masih harus membahasnya? Kemarin ponselku mati seharian, sehingga aku tidak bisa mengubungimu. Panggilan tadi memang tidak penting untukku, jadi aku tidak mengangkatnya," gumam Alex dengan sedikit
"Tidak! Aku hanya..." Ucapan Irene dipotong oleh Brian."Jangan menyembunyikan apa pun dariku, Irene. Beberapa tahun kamu telah hidup seorang diri tanpa keluarga mendampingi. Kamu bisa menceritakannya padaku, aku masih Ayahmu, bukan?" tanya Brian. "Aku pernah parah hati karena pria yang kucintai hanya mengincar harta kita. Itu salah satu penyebab aku tidak ingin dijodohkan dengan siapa pun," jawab Irene. Wanita itu mengenang masa lalunya, tidak ada yang dapat mengerti kegelisahan hatinya. Keluarga besar mereka menganggap wajar perjodohan. Akan tetapi, Irene tidak ingin terjebak dengan pernikahan seperti itu."Calon yang aku siapkan untukmu adalah pria yang mapan, tidak mungkin mereka mengincar harta kita, Irene!" tukas Brian."Sudahlah, Ayah. Tidak perlu repot untuk mengurusi hidupku. Saat ini yang terpenting adalah kesehatanmu. Ayah tidak ingin aku kembali pergi ke Prancis, bukan?" ucap Irene dengan nada mengancam. Brian terdiam mendengar ancaman Irene. Dia memilih untuk tidak mem
"Tidak ada yang aku sembunyikan darimu, Frey. Aku tadi hanya mengecek beberapa pekerjaan. Felix menghubungiku agar aku membaca laporan yang dia kerjakan," ucap Alex. 'Kenapa kamu berbohong? Padahal aku tidak akan marah kalau kamu jujur padaku,' batin Freya."Baiklah kalau begitu, aku pikir itu adalah orang yang tadi menghubungimu, lalu tidak kamu angkat. Jangan pernah membohongiku, Al. Aku tidak suka kebohongan," balas Freya menatap Alex dengan tajam.Selama mereka menikah, Alex tidak pernah berbohong padanya. Namun, kali ini dia menyaksikan sendiri kalau Alex bukan menghubungi Felix tentang pekerjaan. Sudah jelas yang dihubungi Alex adalah seseorang yang membuatnya menjadi kesal. Pasti, orang tersebut bukanlah Alex. "Ya sudahlah, ayo kita tidur, Sayang. Aku ingin tidur dengan memelukmu." Alex mengalihkan perhatian Freya. Pria itu membimbing Freya menuju kamar mereka. Freya berbaring memunggungi Alex, hatinya cukup lelah mengetahui ada hal yang disembunyikan oleh Alex. Kepercayaann
"Kau yakin tidak bertengkar dengannya? Jangan pernah kau berpikir untuk menyakiti Freya, Al," ucap Ghina memandang tajam Alex.Alex dan Ghina bisa dibilang tumbuh bersama. Dia sudah mengetahui kisah cinta Alex. Termasuk keterpurukan pria itu saat dikhianati oleh Claudia. Ghina cukup terkejut mendapati Alex langsung setuju dengan perjodohan yang diatur oleh Brian.Ghina yang telah menikah dan menjalani kehidupan rumah tangga agak pesimis dengan keputusan Alex. Namun, dia tidak bisa berbuat apa pun karena mereka hanyalah teman. Saat mengenal Freya, Ghina yakin perempuan itu dapat membuat Alex mencintainya. Hal itu diruntuhkan saat mendengar Freya mengigau tentang hal yang kemungkinan disembunyikan Alex. Dia merasa pernikahan teman masa kecilnya itu tidak sedang baik-baik saja."Aku bersumpah tidak sedang bertengkar dengan Freya. Hanya saja akhir-akhir ini dia sangat sensitif dan mudah curiga padaku. Apakah perempuan selalu seperti itu pada suaminya?" tanya Alex dengan memandang sendu F
Freya menggigit bibirnya saat Alex datang. Dia ingin mengetahui lebih lanjut tentang Olivia dari Ghina. Namun, obrolan mereka terpotong karena kedatangan Alex. "Makanlah dulu, Frey, kemudian minum obatmu. Jangan terlalu banyak pikiran, oke?" ucap Ghina.Freya menganggukkan kepalanya. Alex hanya mengerutkan dahinya mendengar perkataan Ghina. Mungkinkah Freya sakit karena terlalu banyak berpikir? Kepergian dan kebohongannya mungkin saja membuat Freya semakin overthinking tentang Alex. Pria itu bersikap seolah tidak mendengar perkataan Ghina. Dia membantu Freya untuk duduk di ranjang mereka. Alex membuatkan bubur khusus untuk istrinya yang sedang sakit."Ayo buka mulutmu!" ucap Alex seraya menyodorkan sesendok bubur di hadapan Freya.Freya menolehkan kepalanya, dia enggan disuapi oleh Alex. Matanya melirik ke arah Ghina yang tersenyum. Teman Alex itu tersenyum mengerti, dia berpikir Freya malu karena dia melihat interaksi antara sepasang suami istri di hadapannya."Ehm... kalau begitu
Alex menghentikan ciumannya pada Freya. Dia mengingat wanitanya itu sedang sakit, tidak mungkin pria itu melakukan hal berlebihan pada Freya. Emosinya selalu memuncak ketika Freya menanyakan perasaannya pada Alex. "Bersabarlah Frey, aku yakin perasaan cintaku akan tumbuh seiring waktu." Alex menempelkan keningnya dengan kening Freya.Dalam lubuk hatinya, dia sudah menyadari kalau Alex memiliki perasaan pada Freya. Namun, pria itu selalu menyangkal karena ketakutan yang tidak beralasan. Dia takut Freya akan mengkhianatinya seperti yang dilakukan oleh Claudia bila Alex memberikan hatinya pada istrinya itu."Aku hanya ingin mengetahui batasnya, Al," ucap Freya yang masih terengah-engah karena ciuman Alex. Pria itu selalu dapat menaklukkannya, seharusnya saat Alex menyetujui perceraian mereka Freya pergi jauh darinya agar tidak bisa ditemukan. Namun, takdir berkata lain, mereka masih terjebak dalam pernikahan yang awalnya dijalani terpaksa oleh Alex. "Sampai aku mencintaimu," ucap Alex
Sesampainya di rumah sakit, Freya langsung ditangani oleh beberapa petugas kesehatan. Sebelumnya, Alex telah menghubungi pihak rumah sakit untuk mempersiapkan Freya yang akan melahirkan. Proses kelahiran putra pertama Freya cukup cepat. Air ketuban telah keluar membuat kelahiran pertama yang dialami oleh Freya berlangsung lancar. Alex melihat semua proses yang dialami oleh Freya. Pria itu mendekati sang istri setelah Freya melahirkan sang putra. "Terima kasih, Sayang. Aku mencintaimu," ucap Alex mengecup puncak kepala Freya. Freya tersenyum pada Alex. Terkenang beberapa memori selelum hubungannya dengan Alex sedekat ini. Tidak terkira perasaan bahagia yang dirasakan oleh Freya. Setelah dilakukan pelekatan pada bayi dan ibu, Freya tersenyum melihat sang buah hati. Menjalani proses melahirkan yang cukup mudah membuat Freya sangat bersyukur. Freya dipindahkan ke ruang rawat. Alex selalu menemaninya, pria itu tidak ingin melewatkan satu hal kecil dalam keluarga kecilnya. Br
Usia kandungan Freya memasuki bulan ke sembilan. Mendekati hari perkiraan lahir, Freya masih saja menginginkan untuk ikut ke kantor. Dia bosan bila berada di rumah. Meskipun, telah di larang oleh Brian dan Irene untuk ikut ke perusahaan. Freya tetap pada keinginannya untuk terus bersama dengan Alex. Entah mengapa wanita itu tidak ingin jauh dari sang suami. "Kau di rumah saja, Sayang. Aku akan segera kembali. Tidak akan lama," ucap Alex memperingati Freya. Freya menggelengkan kepala. "Aku bosan di rumah, apa kamu tidak menginginkan aku untuk dekat denganmu?" tanya Freya sambil merenggut. "Aku hanya tidak ingin kau kelelahan, Sayang," jawab Alex mengelus rambut Freya. Masih dengan wajah yang menahan kekesalan, Freya membalas perkataan Alex. "Justru, dengan aku sering berpergian, dapat membuat aku bergerak. Kata orang dengan bergerak dapat mempermudah jalan lahir," ucap Freya. "Begitukah?" Alex seakan tidak percaya dengan perkataan sang istri. Perut Freya yang sangat memb
Hari ini, Freya dan Renata bertemu untuk membeli perlengkapan bayi. Tentu saja, Alex tidak akan melewatkan kesempatan untuk berbelanja bersama sang istri. Walaupun, harus didampingi oleh Renata, sahabat Freya. Pun Felix yang tadinya tidak memiliki urusan untuk berbelanja terpaksa mengikuti Alex karena perintah bosnya itu. Pria yang tidak gemar berbelanja itu harus mengikuti dua wanita yang bersemangat membeli perlengkapan bayi. "Al, apa kita perlu membeli baju berwarna pink?" tanya Freya dengan lembut pada sang suami. Alex membulatkan matanya, hasil USG telah menunjukkan kalau sang buah hati kemungkinan berjenis kelamin laki-laki. Tidak mungkin dia membelikan baju warna pink untuk anaknya. "Ehm.... sebaiknya jangan sayang. Beli saja warna merah," jawab Alex dengan hati-hati. Berpikir sejenak karena mendengar jawaban Alex. "Baiklah, beli warna merah saja, Ren!" ucap Freya mengatakan hal tersebut pada Renata. Alex melihat Felix yang hampir menertawakannya. Jujur saja, sejak
Sepanjang perjalanan menuju tempat Claudia berada, Freya dipenuhi oleh ucapan Tania. Dia tidak menyangka kalau persahabatan antara Claudia dan Tania akan berakhir begitu saja. Dia pikir persahabatan mereka akan terus ada karena Tania selalu mendukung perbuatan Claudia. Alex memperhatikan Freya yang melamunkan sesuatu. Dia mengusap kepala Freya untuk mengalihkan perhatian istrinya. "Ada apa?" tanya Alex sambil menggenggam tangan sang istri. "Tidak ada apa-apa. Aku hanya terpikir tenang persahabatan antara Claudia dan Tania. Kukira persahabatan mereka akan terus berjalan walau Claudia melakukan sesuatu yang salah," jawab Freya dengan jujur. "Tidak perlu memikirkan hubungan keduanya. Kau tidak usah mencampurinya. Mungkin memang takdir kalau persahabatan mereka dapat berakhir. Layaknya sebuah hubungan, persahabatan juga mengenal awal dan akhir," balas Alex mencoba berpikir secara logika. Pria itu tidak ingin Freya terlalu terlibat dalam hubungan persahabatan antara Claudia dan T
Sesuai janji yang dikatakan oleh Alex, dia akan menemani Freya untuk bertemu dengan Claudia dan Tania. Setelah mempertimbangkan berbagai hal, Alex mengatur agar Freya bertemu dengan Tania terlebih dahulu, baru menemui Claudia. Pria itu ingin Freya berbicara dengan Tania agar lebih mudah ketika bertemu dengan Claudia. Freya pun mengiyakan ucapan sang suami. Dia memang berencana untuk menemui Tania baru Claudia. Ketika sampai di sebuah gedung, Freya mengeryitkan dahi. Mereka berada di sebuah panti sosial. Freya menolehkan kepala pada sang suami. "Benarkah Tania berada di sini?" tanya Freya pada Alex. "Ya, aku sudah mencari tahu keberadaan Tania sebelum berangkat. Dia telah berada di panti sosial ini sejak keluar dari rumah sakit," jawab Alex dengan tenang. Tampak tidak percaya, Freya terkejut mengetahui fakta menyedihkan ini. Tania masih sangat muda, seharusnya dia masih dapat memulai kariernya walau keterbatasan yang dimiliki olehnya. Alex dan Freya masuk lalu bertemu denga
Permohonan yang diucapkan oleh Wenny diabaikan oleh Alex. Pria itu menatap angkuh Wenny yang berlutut di hadapannya. Tidak ada rasa kasihan pada sang karyawan. Pun Angel menatap Wenny sekilas, lalu menatap Alex dengan tajam. "Anda tidak bisa seenaknya memecat kami hanya karena kesalahan yang bahkan belum kami perbuat." Angel berusaha mencari celah untuk terhindar dari pemecatan. Alex menyunggingkan senyum sinisnya. "Aku rasa perbuatan kalian yang merencanakan menjadi seorang simpanan dapat menjadi sebuah alasan. Lagi pula, kalian berada di perusahaan ini untuk bekerja bukan menjadi wanita jalang!" tekan Alex dengan penuh ketegasan. Tangan Angel mengepal, baru saja dia merencanakan untuk menggoda sang atasan, tetapi hal tersebut harus dia urungkan. Kehadiran Freya membuat semua berantakan. Tanpa diduga, wanita itu berdiri lalu hendak menyerang Freya. Hal itu segera dicegah Alex dengan menghempaskan tubuh Angel hingga terjatuh. "Beraninya kau pada istriku! Aku akan membuat perhi
Sebelum kedua wanita yang mengganggu pikiran Freya datang, Alex telah mengatakan untuk menggantikannya di kursi kebesaran yang biasa dia duduki. Dia tidak ingin ikut campur lebih jauh, tetapi dia ingin karyawan baru itu mengetahui posisi mereka. Tidak akan ada yang bisa menggoyahkan Alex. Perasannya hanya tertuju pada sang istri. Alex membiarkan Freya melakukan apa pun yang diinginkannya. Bahkan, menghukum dua orang yang baru memiliki niat untuk menggoda Alex. "Lakukan apa yang kau inginkan! Aku akan mendukung semua tindakanmu!" ucap Alex pada sang istri. Freya tersenyum pada Alex. "Benarkah? Walaupun aku memecat kedua karyawanmu itu? Kau akan menyetujui semua tindakanku?" tanya Freya menaikkan alisnya. "Tentu. Kau boleh melakukan apa pun. Lagi pula mereka baru memasuki masa percobaan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan," jawab Alex dengan kalem. Diam-diam Alex meminta Felix untuk mencari tahu tentang kedua karyawan baru. Ternyata mereka masih menjalani masa percobaan. Pantas saj
Perintah yang dikatakan oleh Alex membuat Felix tersenyum. Rupanya, atasan sangat menuruti perkataan Freya. Walaupun memang seperti itu, tetapi ini merupakan profesionalitas dalam pekerjaan. Tidak dapat dipungkiri, Freya membawa banyak pengaruh pada Alex. CEO dari Perusahan Kingston itu selalu pulang tepat waktu ketika Freya telah kembali pada dirinya. Kehilangan sang istri rupanya dapat mengubah semua kebiasaan Alex. Felix tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh Alex karena dua karyawan tersebut telah berani menyinggung perasaan sang istri. Bila langsung memecat dua orang tersebut rasanya tidak mungkin. Akan tetapi, semua dapat terjadi sesuai dengan keinginan Freya."Baiklah, Tuan! Saya akan memanggilkan kedua orang tersebut," ucap Felix menjawab perintah dari Alex.Freya tersenyum puas, dia memikirkan beberapa hal tentang dia orang yang mengganggu pikirannya. Saat di toilet dia tidak menampik kalau kedua orang itu masih sangat muda. Freya cukup insecure, apa lagi melihat tubuhnya
Pergi dengan rasa kesalnya, Freya bergegas menuju ruangan Alex. Dia ingin menumpahkan kekesalan pada sang suami. Alex yang sedang membaca sebuah laporan terkejut dengan kedatangan Freya yang terlihat memendam emosinya.Alex mengalihkan perhatiannya pada sang istri. Beberapa bulan menemani Freya dalam kondisinya yang hamil, sudah dapat membuat Alex paham kalau ada yang salah pada sang istri. Entah hal apa yang mengganggu istrinya."Halo, Sayang. Kau sudah datang?" tanya Alex sambil menutup berkas di tangannya.Pria itu beranjak dan mendekati Freya yang masih kesal. Bodyguard Freya menunggu di depan ruangan, dia tahu kalau kedua majikannya membutuhkan privasi. Sebenarnya, dia penasaran apa yang terjadi di toilet. Akan tetapi, sangat jelas Freya tidak dalam mood yang baik. "Ya! Alex, aku ingin bertanya padamu. Apa standar penerimaan karyawan baru di Perusahaan Kingston telah melakukan tes psikologi? Aku rasa ada hal yang perlu dibenahi di devisi HRD!" Secara blak-blakan Freya mengungkap