"Aku tidak bisa! Aku masih belum bisa mengatasi traumaku!" ucap Renata yang membuat Luis semakin tidak sabar. Freya menatap wajah Renata yang masih dipenuhi air mata. Dia memikirkan semuanya, tentu bila menjadi Renata dia juga tidak bisa memaafkan perbuatan Luis. Seenaknya saja mendekati sahabatnya hanya untuk membuat Renata cemburu. "Perbuatan Luis yang mendekatimu bahkan sampai diketahui oleh Alex membuatku meragukan perasaannya padaku. Jadi, aku belum bisa sepenuhnya mempercayaimu, Luis," ungkap Renata pada Luis yang tercengang.Renata mengetahui tentang kejadian tempo lalu, ketika Alex menjemput Freya. Sahabatnya itu memberitahukan kejadian tersebut dan membuat Renata yakin kalau Luis bukanlah pria yang baik untuk dijadikan pelabuhan hatinya. "Saat itu aku hanya terkejut karena Freya ternyata telah menikah. Aku... aku ...," ucap Luis yang tidak bisa mengatakan apa pun. Dalam hatinya, Luis menyadari dia tertarik pada Freya. Awalnya, dia memang mendekatinya hanya untuk membuat R
"Maaf, aku tidak ingin berbicara saat ini! Tolong berikan aku waktu, please," pinta Renata yang tidak ingin membicarakan hubungan mereka berdua.Luis menganggukkan kepalanya dan melepaskan tangannya dari Renata. "Maafkan aku, Ren. Aku tidak berpikir sejauh itu, aku tidak menyangka kalau perbuatanku dapat membuatmu semakin menjauh dariku," ucap Luis dengan wajah sendu."Seharusnya kamu tahu kalau aku menjunjung tinggi kesetiaan. Jangan berpura-pura tidak tertarik pada Freya. Aku mengenal dirimu dan mengetahui arti tatapan matamu yang memujanya," tukas Renata.Renata membalikkan badannya lalu pergi meninggalkan Luis yang menyesali tindakan gegabahnya mendekati Freya. Seharusnya, pria itu tetap meyakinkan Renata untuk melanjutkan kembali hubungan mereka yang kandas. Freya mendengar sedikit potongan percakapan keduanya, lalu wanita itu segera menuju mejanya untuk mulai bekerja. Beban pikirannya menjadi bertambah karena hubungan sahabatnya yang rumit.Mengingat hubungannya dengan Alex yan
"Aku tidak salah mendengar. Kamu tadi mengatakan tentang pria tampan," ucap Alex yang mulai tidak menyukai Freya memuji pria lain. "Aku sudah bilang kamu salah mendengar. Sudahlah, kita pulang saja, oke?" ajak Freya menyunggingkan senyumnya pada Alex. "Ren, aku duluan ya! Ayo, pulang! Besok kita akan melakukan peninjauan resort dan harus berkumpul pagi hari," ucap Freya pada Renata yang sudah mulai tenang. Renata menatap sahabatnya dan menyunggingkan senyumnya. "Aku ingin menghabiskan kopiku terlebih dahulu, kamu duluan saja. Aku tidak apa-apa," balas Renata. "Benar? Tidak apa-apa aku duluan? Kalau kamu masih butuh teman ngobrol aku akan menunggumu dan menemanimu di sini. Tidak perlu khawatir, Alex akan duduk terpisah dari kita," kata Freya yang melirik pada Alex. Alex masih memikirkan perkataan Freya yang mengatakan asistennya tampan. Dia memiliki beberapa asisten jadi perlu kecermatan tingkat tinggi untuk mengetahui pada siapa perkataan Freya tertuju. Apakah dia harus memecat
"Ya Tuhan, jam berapa ini?" ucap Freya saat terbangun karena sinar mentari yang menembus kamar mereka. Wanita itu memegang dadanya karena terkejut mendapati dirinya bangun kesiangan.Alex membuka matanya perlahan, dia hanya tersenyum melihat Freya yang tampak panik. Freya duduk dan berdiri dari tempat peraduan mereka. Wanita itu menatap Alex dengan ekspresi wajah kesal."Ini semua karenamu, bukankah semalam aku sudah mengatakan jangan melakukannya! Aku jadi terlambat!" omel Freya dengan bibir yang mengerucut. Alex dengan tenang berkata pada Freya. "Aku akan menghubungi atasanmu dan mengatakan kamu pergi denganku. Jangan marah lagi, oke?" ucap Alex untuk menenangkan istrinya. Pria itu bangkit dari ranjang mereka kemudian menatap Freya dengan intens. "Ayo, kita mandi bersama," ujar Alex yang menggendong Freya menuju kamar mandi. Freya berusaha memberontak, tetapi perbedaan tenaga membuatnya pasrah. Dari semalam Alex sudah merencanakan semuanya. dDia ingin berangkat bersama Freya men
"Jadi, kamu merasa dirimu buaya darat?" tanya Alex dengan wajah angkuhnya. Alex tidak menyukai Freya berada di dekat Luis yang jelas memiliki perasaan padanya. Tentu saja dia masih mengingat pria yang mendekati istrinya. Dia tidak mungkin melupakan pria yang menatap Freya dengan penuh pandangan memuja. Namun, Alex heran, mengapa pria itu mengikuti Renata yang merupakan sahabat Freya? "Tidak! Aku tidak merasa kalau yang dibicarakan olehmu adalah diriku!" kilah Luis dengan sedikit gugup ketika merasakan aura superior dari Alex. Hal tersebut membuat Luis merinding."Kalau begitu tidak perlu merasa tersindir dengan perkatakanku. Istriku sangat memesona hingga membuatku khawatir ada pria yang ingin mendekatinya. Padahal statusnya sudah jelas istri orang," ucap Alex dengan lugas. Freya menyikut Alex, dia cukup lelah mendengar kedua pria di hadapannya saling menyindir. Lain halnya dengan Renata, dengan jelas dia mendengar perkataan Alex. Hal itu berarti, memang Luis serius mendekati Freya
"Baiklah, aku sudah siap, Al. Ayo kita makan malam!" ajak Freya mengenakan gaun malamnya.Saat Alex mengatakan mereka akan malam malam bersama, Freya telah menyiapkan gaun malam yang akan dia kenakan. Freya mengenakan gaun malam panjang berwarna hitam dengan belahan hingga betisnya. Bahunya sedikit terbuka hingga membuat Alex mengeryit tidak suka. "Adakah gaun yang lebih tertutup?" tanya Alex pada wanita yang terlihat sangat sexy. "Aku sudah menyiapkan gaun ini dengan baik, Al. Bukankah gaunku cukup tertutup?" jawab Freya merasa tidak ada yang salah dengan gaunnya. Alex mendekati Freya dan memegang pundak mulusnya. Pria itu mengecup singkat punggung Freya. "Aku tidak suka bagian ini terekspos, hanya aku yang boleh melihatnya," ucap Alex yang kemudian melingkarkan tangannya ke pinggang Freya. Freya terdiam mendengar perkataan Alex. "Dulu kamu tidak begitu! Kamu membiarkan aku memakai baju apa pun!" protes Freya yang malah kesal dengan perkataan Alex. "Ikuti saja perintahku! Atau k
"Ya, kita lanjutkan saja, makan malam ini," ucap Alex dengan senyuman. Freya mengangukkan kepalanya tidak ingin ambil pusing dengan panggilan yang mengganggu makan malam mereka. Sekilas netranya menuju ponselnya, tidak dapat dipungkiri hatinya penasaran dengan panggilan tersebut. Hanya saja dia mencoba tidak menghiraukan dan menikmati waktunya bersama dengan Freya. Setelah mereka selesai makan malam, alunan musik yang terdengar membuat Alex ingin mengajak Freya berdansa. Alex berdiri dari duduknya dan mengulurkan tangannya pada Freya. Wanita itu terdiam sejenak kemudian menerima uluran tangan Alex. Dia tersenyum mendapati Alex bersikap romantis padanya. "I love you, Al," ungkap Freya ketika mereka sedang berdansa. "I know," balas Alex memegang pinggang Freya. Seperti biasa, Freya tidak mendapatkan jawaban dari suaminya. Ada setitik kekecewaan dalam dirinya mendengar balasan Alex. Namun, dia tidak berharap lebih pada Alex karena telah mengetahui konsekuensi dari kembalinya dia pad
"Aku tidak akan terpengaruh pada pesan dari Claudia. Freya bisa bersedih bila mengetahui aku berhubungan kembali dengan Claudia," ucap Alex sambil menatap langit kamar. Freya memeluk erat Alex di sampingnya seolah tidak ingin kehilangan suaminya. Alex melihat wanita yang kini berada dalam dekapannya. Dia tidak ingin kembali menyakiti istri yang telah berjuang untuk rumah tangganya. Tanpa disadari, Alex ikut terlelap sambil mendekap istrinya. Kekhawatirannya terhadap Claudia sirna karena pelukan Freya yang mengusir semua kegelisahan yang timbul di hatinya. Pagi menjelang, Freya terbangun dalam dengan mengerjapkan matanya. Sinar mentari lolos melalui sela jendela yang membuatnya tertimpa sinar tersebut. Di sampingnya terlihat Alex masih tertidur dengan lelap. Tangan Freya menyusuri rahang Alex yang tegas. Dari awal, Freya telah menyukai Alex. "Kapan kamu akan mencintaiku, Aku? Rasanya aku tidak sanggup untuk terus menunggumu untuk mengungkapkan perasaanmu padaku," ucap Freya. Wanit
Sesampainya di rumah sakit, Freya langsung ditangani oleh beberapa petugas kesehatan. Sebelumnya, Alex telah menghubungi pihak rumah sakit untuk mempersiapkan Freya yang akan melahirkan. Proses kelahiran putra pertama Freya cukup cepat. Air ketuban telah keluar membuat kelahiran pertama yang dialami oleh Freya berlangsung lancar. Alex melihat semua proses yang dialami oleh Freya. Pria itu mendekati sang istri setelah Freya melahirkan sang putra. "Terima kasih, Sayang. Aku mencintaimu," ucap Alex mengecup puncak kepala Freya. Freya tersenyum pada Alex. Terkenang beberapa memori selelum hubungannya dengan Alex sedekat ini. Tidak terkira perasaan bahagia yang dirasakan oleh Freya. Setelah dilakukan pelekatan pada bayi dan ibu, Freya tersenyum melihat sang buah hati. Menjalani proses melahirkan yang cukup mudah membuat Freya sangat bersyukur. Freya dipindahkan ke ruang rawat. Alex selalu menemaninya, pria itu tidak ingin melewatkan satu hal kecil dalam keluarga kecilnya. Br
Usia kandungan Freya memasuki bulan ke sembilan. Mendekati hari perkiraan lahir, Freya masih saja menginginkan untuk ikut ke kantor. Dia bosan bila berada di rumah. Meskipun, telah di larang oleh Brian dan Irene untuk ikut ke perusahaan. Freya tetap pada keinginannya untuk terus bersama dengan Alex. Entah mengapa wanita itu tidak ingin jauh dari sang suami. "Kau di rumah saja, Sayang. Aku akan segera kembali. Tidak akan lama," ucap Alex memperingati Freya. Freya menggelengkan kepala. "Aku bosan di rumah, apa kamu tidak menginginkan aku untuk dekat denganmu?" tanya Freya sambil merenggut. "Aku hanya tidak ingin kau kelelahan, Sayang," jawab Alex mengelus rambut Freya. Masih dengan wajah yang menahan kekesalan, Freya membalas perkataan Alex. "Justru, dengan aku sering berpergian, dapat membuat aku bergerak. Kata orang dengan bergerak dapat mempermudah jalan lahir," ucap Freya. "Begitukah?" Alex seakan tidak percaya dengan perkataan sang istri. Perut Freya yang sangat memb
Hari ini, Freya dan Renata bertemu untuk membeli perlengkapan bayi. Tentu saja, Alex tidak akan melewatkan kesempatan untuk berbelanja bersama sang istri. Walaupun, harus didampingi oleh Renata, sahabat Freya. Pun Felix yang tadinya tidak memiliki urusan untuk berbelanja terpaksa mengikuti Alex karena perintah bosnya itu. Pria yang tidak gemar berbelanja itu harus mengikuti dua wanita yang bersemangat membeli perlengkapan bayi. "Al, apa kita perlu membeli baju berwarna pink?" tanya Freya dengan lembut pada sang suami. Alex membulatkan matanya, hasil USG telah menunjukkan kalau sang buah hati kemungkinan berjenis kelamin laki-laki. Tidak mungkin dia membelikan baju warna pink untuk anaknya. "Ehm.... sebaiknya jangan sayang. Beli saja warna merah," jawab Alex dengan hati-hati. Berpikir sejenak karena mendengar jawaban Alex. "Baiklah, beli warna merah saja, Ren!" ucap Freya mengatakan hal tersebut pada Renata. Alex melihat Felix yang hampir menertawakannya. Jujur saja, sejak
Sepanjang perjalanan menuju tempat Claudia berada, Freya dipenuhi oleh ucapan Tania. Dia tidak menyangka kalau persahabatan antara Claudia dan Tania akan berakhir begitu saja. Dia pikir persahabatan mereka akan terus ada karena Tania selalu mendukung perbuatan Claudia. Alex memperhatikan Freya yang melamunkan sesuatu. Dia mengusap kepala Freya untuk mengalihkan perhatian istrinya. "Ada apa?" tanya Alex sambil menggenggam tangan sang istri. "Tidak ada apa-apa. Aku hanya terpikir tenang persahabatan antara Claudia dan Tania. Kukira persahabatan mereka akan terus berjalan walau Claudia melakukan sesuatu yang salah," jawab Freya dengan jujur. "Tidak perlu memikirkan hubungan keduanya. Kau tidak usah mencampurinya. Mungkin memang takdir kalau persahabatan mereka dapat berakhir. Layaknya sebuah hubungan, persahabatan juga mengenal awal dan akhir," balas Alex mencoba berpikir secara logika. Pria itu tidak ingin Freya terlalu terlibat dalam hubungan persahabatan antara Claudia dan T
Sesuai janji yang dikatakan oleh Alex, dia akan menemani Freya untuk bertemu dengan Claudia dan Tania. Setelah mempertimbangkan berbagai hal, Alex mengatur agar Freya bertemu dengan Tania terlebih dahulu, baru menemui Claudia. Pria itu ingin Freya berbicara dengan Tania agar lebih mudah ketika bertemu dengan Claudia. Freya pun mengiyakan ucapan sang suami. Dia memang berencana untuk menemui Tania baru Claudia. Ketika sampai di sebuah gedung, Freya mengeryitkan dahi. Mereka berada di sebuah panti sosial. Freya menolehkan kepala pada sang suami. "Benarkah Tania berada di sini?" tanya Freya pada Alex. "Ya, aku sudah mencari tahu keberadaan Tania sebelum berangkat. Dia telah berada di panti sosial ini sejak keluar dari rumah sakit," jawab Alex dengan tenang. Tampak tidak percaya, Freya terkejut mengetahui fakta menyedihkan ini. Tania masih sangat muda, seharusnya dia masih dapat memulai kariernya walau keterbatasan yang dimiliki olehnya. Alex dan Freya masuk lalu bertemu denga
Permohonan yang diucapkan oleh Wenny diabaikan oleh Alex. Pria itu menatap angkuh Wenny yang berlutut di hadapannya. Tidak ada rasa kasihan pada sang karyawan. Pun Angel menatap Wenny sekilas, lalu menatap Alex dengan tajam. "Anda tidak bisa seenaknya memecat kami hanya karena kesalahan yang bahkan belum kami perbuat." Angel berusaha mencari celah untuk terhindar dari pemecatan. Alex menyunggingkan senyum sinisnya. "Aku rasa perbuatan kalian yang merencanakan menjadi seorang simpanan dapat menjadi sebuah alasan. Lagi pula, kalian berada di perusahaan ini untuk bekerja bukan menjadi wanita jalang!" tekan Alex dengan penuh ketegasan. Tangan Angel mengepal, baru saja dia merencanakan untuk menggoda sang atasan, tetapi hal tersebut harus dia urungkan. Kehadiran Freya membuat semua berantakan. Tanpa diduga, wanita itu berdiri lalu hendak menyerang Freya. Hal itu segera dicegah Alex dengan menghempaskan tubuh Angel hingga terjatuh. "Beraninya kau pada istriku! Aku akan membuat perhi
Sebelum kedua wanita yang mengganggu pikiran Freya datang, Alex telah mengatakan untuk menggantikannya di kursi kebesaran yang biasa dia duduki. Dia tidak ingin ikut campur lebih jauh, tetapi dia ingin karyawan baru itu mengetahui posisi mereka. Tidak akan ada yang bisa menggoyahkan Alex. Perasannya hanya tertuju pada sang istri. Alex membiarkan Freya melakukan apa pun yang diinginkannya. Bahkan, menghukum dua orang yang baru memiliki niat untuk menggoda Alex. "Lakukan apa yang kau inginkan! Aku akan mendukung semua tindakanmu!" ucap Alex pada sang istri. Freya tersenyum pada Alex. "Benarkah? Walaupun aku memecat kedua karyawanmu itu? Kau akan menyetujui semua tindakanku?" tanya Freya menaikkan alisnya. "Tentu. Kau boleh melakukan apa pun. Lagi pula mereka baru memasuki masa percobaan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan," jawab Alex dengan kalem. Diam-diam Alex meminta Felix untuk mencari tahu tentang kedua karyawan baru. Ternyata mereka masih menjalani masa percobaan. Pantas saj
Perintah yang dikatakan oleh Alex membuat Felix tersenyum. Rupanya, atasan sangat menuruti perkataan Freya. Walaupun memang seperti itu, tetapi ini merupakan profesionalitas dalam pekerjaan. Tidak dapat dipungkiri, Freya membawa banyak pengaruh pada Alex. CEO dari Perusahan Kingston itu selalu pulang tepat waktu ketika Freya telah kembali pada dirinya. Kehilangan sang istri rupanya dapat mengubah semua kebiasaan Alex. Felix tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh Alex karena dua karyawan tersebut telah berani menyinggung perasaan sang istri. Bila langsung memecat dua orang tersebut rasanya tidak mungkin. Akan tetapi, semua dapat terjadi sesuai dengan keinginan Freya."Baiklah, Tuan! Saya akan memanggilkan kedua orang tersebut," ucap Felix menjawab perintah dari Alex.Freya tersenyum puas, dia memikirkan beberapa hal tentang dia orang yang mengganggu pikirannya. Saat di toilet dia tidak menampik kalau kedua orang itu masih sangat muda. Freya cukup insecure, apa lagi melihat tubuhnya
Pergi dengan rasa kesalnya, Freya bergegas menuju ruangan Alex. Dia ingin menumpahkan kekesalan pada sang suami. Alex yang sedang membaca sebuah laporan terkejut dengan kedatangan Freya yang terlihat memendam emosinya.Alex mengalihkan perhatiannya pada sang istri. Beberapa bulan menemani Freya dalam kondisinya yang hamil, sudah dapat membuat Alex paham kalau ada yang salah pada sang istri. Entah hal apa yang mengganggu istrinya."Halo, Sayang. Kau sudah datang?" tanya Alex sambil menutup berkas di tangannya.Pria itu beranjak dan mendekati Freya yang masih kesal. Bodyguard Freya menunggu di depan ruangan, dia tahu kalau kedua majikannya membutuhkan privasi. Sebenarnya, dia penasaran apa yang terjadi di toilet. Akan tetapi, sangat jelas Freya tidak dalam mood yang baik. "Ya! Alex, aku ingin bertanya padamu. Apa standar penerimaan karyawan baru di Perusahaan Kingston telah melakukan tes psikologi? Aku rasa ada hal yang perlu dibenahi di devisi HRD!" Secara blak-blakan Freya mengungkap