Share

Bab 4 Rekaman di Bandara

Author: Arumi Nazra
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Sebuah chat masuk ke akun W******p di gawaiku. Aku yang tengah sibuk memasukkan pakaian ke dalam koper gegas mengambilnya dari atas kasur dan membukanya.

[Mas akan pulang sesuai rencana dan tidak jadi memperpanjang waktu kerja di sini. Demi kamu, Zahira. Tetaplah di rumah dan jangan ke mana- mana. Maafkan mas karna sempat membuatmu marah.]

Aku tersenyum setelah membaca isi chat yang dikirim suamiku dan hanya membalasnya dengan emoticon jempol tanda oke. Sesuai dugaanku, pasti mama yang memintanya untuk tetap pulang tiga hari lagi karna tadi saat aku menaiki tangga, kulihat mama tengah sibuk dengan gawainya. Mungkin ia ingin menghubungi anak kesayangannya agar mencegahku datang ke Padang. Karna bila aku ke sana, semua kebusukan mereka pasti akan terbongkar.

Aku tertawa puas. Baru saja memulai, aku sudah menang. Ini belum apa-apa Mas, masih ada hal tak terduga lainnya yang akan kulakukan!

Tiba-tiba mama masuk ke kamarku setelah mengetuknya dua kali. Wanita paro baya itu langsung menggendong Tabitha yang sedang berbaring di atas ranjang.

“Zahira, kamu gak jadi ‘kan mau nyusul Adnan?” tanya mama yang melihatku sedang memasukkan kembali koper ke dalam lemari.

“Gak, Ma. Aku berubah pikiran, lagipula mas Adnan akan pulang tiga hari lagi. Untuk apa aku nyusul, bikin capek aja,” ucapku santai. Ekspresi mama yang tadinya gusar berubah menjadi tenang.

“Syukurlah, lebih baik di rumah urusin anakmu, mama sebentar lagi akan pulang, tadi sudah pesan taksi,” ujar mama yang tengah menimang putriku.

“Loh, kok, cepat banget, Ma pulangnya? Kan baru aja sampai.” Aku bertanya sambil mengernyitkan dahi.

“Mama capek, mau istirahat. Lagipula mama ke sini Cuma mau ngantar pesananmu sambil lihat cucu mama,” ucapnya lalu membawa Tabitha keluar kamar.

Tak lama berselang, sebuah taksi sudah berhenti di depan pagar. Aku mengambil Tabitha dari dekapan mama, lalu mengantar keduanya menuju kendaraan beroda empat itu. Tak lupa mama dan Lula menciumi anakku berkali-kali sebelum masuk dan menutup pintu taksi.

Aku memandangi kepergian keduanya hingga taksi itu menghilang dari pandangan. Mama masih begitu menyayangi putriku dan ia tetap peduli padaku meski kadang terkesan jutek.

Barusan ia memberiku sebotol jamu untuk pelancar asi sekaligus penyegar badan.

Rumah mama tak begitu jauh dari sini, mereka tinggal di sebuah perumahan di tengah kota. Namun, butuh waktu lebih dari setengah jam ke sana mengingat jalanan kota yang sering macet.

Kini tinggal aku berdua dengan Tabitha. Kembali melewati hari berdua sampai suamiku kembali.

Kupandangi sebuah mobil mewah di garasi, sayangnya hanya mas Adnan sendiri yang bisa mengendarainya. Aku jadi berpikir untuk kursus menyetir nanti dan meminta suamiku untuk membelikanku mobil juga.

***

Hari ini adalah kepulangan mas Adnan, dan ia telah menghubungiku ketika akan naik pesawat.

Aku telah meminta Masli, sahabatku untuk menunggunya di bandara. Menurut jadwal pesawatnya akan tiba jam empat sore nanti.

Masli sudah di rumahku sejak siang, ia adalah sahabat karibku sejak SMA, kami juga berasal dari kampung yang sama. Aku sudah menceritakan tentang pernikahan suamiku di Padang kepada Masli, dan ia siap untuk membantuku. Kami memang sudah seperti saudara. Ia tinggal di Medan karna menikah dengan salah seorang dosen di universitas negeri di kota ini, dan mereka baru menikah tiga bulan lalu.

Sebenarnya aku ingin sekali memergoki mas Adnan dengan mata kepalaku sendiri. Akan tetapi, Tabitha masih terlalu kecil untuk kubawa. Aku tak tega jika membawanya ke tempat keramaian seperti bandara.

“Tega, ya ,suamimu,” ucap Masli saat menggendong Tabitha.

“Ya, begitulah. Aku sebenarnya gak nyangka jika mas Adnan berkhianat. Tapi kenyataannya dia bahkan sudah menikah lagi,” ucapku, menghela nafas panjang, berharap ada beban yang yang lepas seiring nafas yang berhembus.

“Ya, udah. Kamu tenang aja, aku pasti bisa dapatin bukti dan menunjukkan siapa pelakor yang sudah berani mengambil Adnan dari kamu,” ucap Masli, menenangkanku.

Aku yakin mas Adnan pasti akan membawa wanita itu turut bersamanya. Semoga Masli nanti bisa mencari tahu dimana mas Adnan akan menyembunyikan wanita itu dariku. Kupastikan ia tak akan tenang hidup di kota ini. Aku juga meminta Masli mencarikanku tempat kursus mobil yang bagus, karna aku tak ingin terus merepotkannya jika nanti harus terpaksa bertindak sendiri.

“Udah jam setengah empat ni, aku berangkat ya,” ucap Masli seraya melihat jam di tangannya.

“Iya, hati-hati, ya. Pastikan suamiku tidak curiga dan mengenalimu.”

“Beres!” Ia menunjukkan jempolnya ke arahku.

Masli sudah mempersiapkan diri sebaik mungkin, ia menutup wajahnya dengan kaca mata dan masker agar tak mudah dikenali. Gayanya juga terlihat tomboy karna mengenakan jaket kulit dan celana Levis saja. Masli sampai terbahak-bahak ketika melihat dirinya di cermin. Ia yang biasanya berpakaian modis dan feminim harus rela merubah penampilan seratus delapan puluh derajat demi rencana ini.

Ia masuk ke dalam mobil yang diparkirkan di halaman depan, lalu melaju membelah jalanan menuju bandara yang sudah beroperasi selama delapan tahun belakangan.

Sudah sekitar setengah jam sejak keberangkatan Masli, aku masih belum menerima pesan apapun darinya.

Sementara aku sudah mempersiapkan diri untuk menyambut kepulangan suamiku nanti. Aku akan bersikap seperti biasa. Menyiapkan menu kesukaannya dan menyambutnya dengan senyuman termanis.

Sesaat kemudian, aku menerima sebuah chat dari Masli. Ia mengirimkan sebuah video yang tentunya berisi rekaman suamiku bersama seorang wanita yang kuduga adalah bernama Renita sedang keluar dari pintu kedatangan bandara. Butuh seribu kekuatan sebelum memutar isi rekaman yang akan membuat hatiku kembali berdarah-darah.

Tampak mereka sedang berjalan beriringan dan wanita itu merangkul lengan suamiku, sementara mas Adnan membawa sebuah koper besar berwarna pink yang kuyakini milik selingkuhannya itu. Wanita berpakaian serba hitam itu tampak tertawa bahagia, sayangnya aku tak bisa melihat wajahnya dengan jelas karna ia memakai kacamata berlensa besar. Namun, perkiraanku umurnya tidak jauh berbeda denganku.

[Ikuti mereka, li.]

Aku mengirimkan chat kepada Masli lalu menghapus video tersebut setelah memindahkannya ke folder rahasia di gawaiku. Video ini akan sangat berguna untukku nanti.

Kali ini tak ada lagi air yang keluar dari mataku. Aku tak sedih tapi tak pula cemburu. Rasa kecewa sudah meliputi seluruh hatiku hingga tak dapat membuatku menangis lagi. Hanya ada amarah dan dendam yang harus kutahan agar mampu melanjutkan rencanaku berikutnya.

“Maaf, Ra. Aku kehilangan jejak mereka.” Masli berucap melalui panggilan video whatssApp, menunjukkan keberadaanya di dalam mobil.

“Kok, bisa?” tanyaku. Tampak suasana jalanan yang padat.

“Jalanan macet, Ra.Tadi taksi yang mereka naiki menuju jalan ke rumahmu. Apa mungkin Adnan akan membawa wanita itu tinggal serumah denganmu? Udah ya nanti aku hubungi lagi, aku akan berusaha mencari taksi itu karna aku ingat nomor platnya.”

Masli berucap tanpa dapat kusela, lalu mengakhiri panggilan video tersebut.

Apa benar mas Adnan akan membawa wanita itu ke sini dan memperkenalkannya sebagai maduku? Berani sekali lelaki itu.

Tidak, aku tidak sudi jika harus tinggal satu atap dengan wanita perebut suamiku.

Related chapters

  • Story Adik Iparku di Akad Nikah Suamiku   Bab 5 Butuh Baby Sitter

    Selang beberapa menit terdengar suara klakson mobil. Benar saja, ada sebuah taksi di depan rumahku, pasti mas Adnan. Aku berlari keluar membuka pintu, hatiku berdebar sebab akan berhadapan langsung dengan wanita itu. Tak tahu apa yang akan kukatakan nanti, yang pasti aku harus tegar dan tidak boleh bersikap lemah di depannya.Aku berdiri di depan pagar, melihat mas Adnan turun lalu tersenyum menatapku. Rasa tak sabar ingin segera bertatapan langsung dengan pelakor itu, lalu mengusirnya sebelum sempat menginjakkan kaki bahkan di halaman ini.Mas Adnan sudah menurunkan barang-barangnya, namun wanita itu tak kunjung turun. Dengan tak sabar aku mendekat dan meraih pintu mobil, membukanya, namun tak menemukan siapapun lagi kecuali si sopir taksi. Ekspresinya sama dengan mas Adnan,Menunjukkan mimik heran melihatku yang tiba-tiba membuka pintu lalu menutupnya keras.Mas Adnan menarikku, dengan tampang penuh tanya ia berucap, “Kenapa sayang? Kok kamu tiba-tiba begitu? Nyari apa?”Entah ke ma

    Last Updated : 2024-10-29
  • Story Adik Iparku di Akad Nikah Suamiku   Bab 6 Mobil Mewah atas Namaku

    Tepat pukul sepuluh pagi mobil yang dijanjikan mas Adnan sudah terparkir rapi di garasi rumah. Diantar pihak showroom menggunakan truk towing yang berhenti di pinggir jalan. Menyisakan sebagian ruang untuk mobil mas Adnan nanti masuk. Garasi selebar tujuh meter itu akan terisi dua mobil, milikku dan suamiku.Nanti saat jam istirahat, mas Adnan akan pulang dan membawaku pergi untuk mengurus segala keperluan sehingga mobil idamanku itu akan sah atas namaku.Sebagai kepala staff bagian quality control yang berpenghasilan hampir puluhan juta, membuat mas Adnan dengan mudahnya membelikanku sebuah mobil, apalagi perusahaannya baru saja memenangkan tender pembangunan proyek besar di Sumatra Barat. Ini adalah masa-masa emas bagi mas Adnan setelah enam tahun bekerja dan hanya menjadi staff biasa di perusahaan itu. Artinya, sebelum menikah mas Adnan memang sudah bekerja di perusahaan yang sama, namun setelah menikah karirnya perlahan meningkat seiring naiknya posisi dan jabatannya di perusahaan

    Last Updated : 2024-10-29
  • Story Adik Iparku di Akad Nikah Suamiku   Bab 7 Dia Datang

    Oek ... Oek ... OekTabitha yang terlelap digendonganku tiba-tiba terbangun, menyadarkanku dari ilusi yang mungkin akan menghancurkan aku dan rencanaku.Tak hanya menangis, bayiku bahkan muntah, mengeluarkan kembali asi dari hidung dan mulutnya. Tangisannya semakin kencang, sementara aku tak tahu harus berbuat apa.“Zahira, kenapa Tabitha sampai muntah gitu?” Mama hendak mengambil Tabitha dariku, saat tangannya baru saja meraih tubuh kecil itu, mas Adnan merebutnya kembali.“Tabitha, sayang, kamu kenapa, Nak?”Mas Adnan cemas. Ia menimang pelan putri kecilnya yang masih menangis.Aku mengambil tisu, membersihkan kotoran yang menempel pada baju Tabitha. Bersiap duduk di sofa, mengambil Tabitha kembali untuk menyusuinya.Bukannya diam, ia malah semakin menangis, kurasakan hangat pada sekujur tubuhnya.“Tabitha panas, Ma.” Aku mendongak, menunggu respon dari mama. Ia juga tampak panik sepertiku. Tapi, mama kalah cepat ketimbang mas Adnan.“Bawa ke kamar, sayang. Ganti bajunya dan cek suh

    Last Updated : 2024-10-29
  • Story Adik Iparku di Akad Nikah Suamiku   Bab 8 Keributan di Pagi Hari

    Aku mengantar Renita menuju gudang di belakang rumah. Bangunan ini akan menjadi tempat tinggalnya selama bekerja di sini. Meskipun mama berkali-kali memintaku untuk mengizinkan Renita tinggal di kamar tamu, tapi aku sama sekali tak menanggapinya. Kamar itu disediakan khusus untuk tamu, selain Mamak, biasanya Lula atau Dipo yang akan menempatinya.Dipo adalah adik lelaki mas Adnan yang sedang kuliah jurusan seni di Universitas Negeri Medan. Ia sering datang tiba-tiba pada malam hari dan bermalam di sini.“Kamu bersihkan saja dulu, gudang ini tidak terlalu buruk. Lagipula, semua fasilitas lengkap di sini,” ucapku ketika membuka pintu gudang yang aslinya adalah sebuah klinik yang didirikan oleh pemilik awal rumah ini.Bangunan yang bahkan bisa disebut rumah itu mempunyai kamar mandi dan dapur tersendiri. Jadi, aku memerintahkan Renita untuk tidak berlama-lama di rumahku. Cukup datang ketika harus beberes di pagi dan sore hari atau ketika aku membutuhkannya. Bagian masak-memasak tetap aku

    Last Updated : 2024-10-29
  • Story Adik Iparku di Akad Nikah Suamiku   Bab 9 Masli dan Renita

    Aku memandikan Tabitha dan memakaikan sebuah dress cantik bergambar kelinci yang dihadiahkan Dipo. Dipo memang sangat perhatian kepadaku dan Tabitha, tetapi entah mengapa ia tak begitu akrab dan peduli kepada Mas Adnan, saudara kandungnya sendiri.Wajah mereka sangat mirip, bahkan bentuk alis dan bibirnya sangat serupa. Hanya saja Dipo terkesan asal, rambutnya dibiarkan panjang sebahu dan berkumis tipis. Gaya berpakaiannya juga tak semodis mas Adnan. Kata mas Adnan wajah mereka mewarisi almarhum papa. Sedangkan Lula mewarisi wajah mama.Selama lima tahun menjadi bagian dari keluarga ini, aku sama sekali tak pernah tahu wajah almarhum papa seperti apa. Mereka sama sekali tak pernah menunjukkan potretnya padaku.“Zahira, Zahira.” Terdengar suara Masli dari luar, aku mengintip dari jendela sambil membawa Tabitha dalam gendongan. Masli berdiri di depan pagar sambil terus memukul- mukul pagar, padahal ada Renita sedang berdiri di depannya.Aku bergegas turun menemuinya, sepertinya terjadi

    Last Updated : 2024-10-29
  • Story Adik Iparku di Akad Nikah Suamiku   Bab 10 Cara Halusku

    Sudah lima hari aku mengikuti kursus mengemudi dan aku sudah cukup lihai berkendara di keramaian. Sang instruktur sudah memberikan sebuah sertifikat tanda selesai pelatihan dan memberikan beberapa berkas yang harus ditanda tangani untuk pengurusan Surat Izin Mengemudiku dari kepolisian.Lima hari pula Masli bolak balik ke rumahku untuk menjaga Tabitha dan mendesain kamarnya. Sebenarnya Masli bisa saja menyelesaikannya dalam dua hari, tapi aku sengaja memintanya untuk mengulur waktu agar sesuai dengan waktu kursusku, yaitu lima hari.Kamar itu sudah rampung, Masli mengubahnya menjadi bernuansa pink dan putih yang indah dipandang mata. Beberapa aksesoris berbentuk Hello Kitty di pajang pada sebuah meja dekat jendela. Dinding dan lemari juga ditempeli stiker bergambar kartun kucing imut itu. Aku jadi lebih suka menghabiskan waktu di kamar ini, selain untuk menjaga Tabitha, juga untuk menghindar dari mas Adnan.Hari ini Mas Adnan kembali lebih awal. Kantornya memperbolehkan karyawan khusu

    Last Updated : 2024-10-29
  • Story Adik Iparku di Akad Nikah Suamiku   Bab 11 Mendapatkan Rumah Ini

    Aku meninggalkan mereka dengan perasaan yang penuh teka-teki. Apakah ini bagian dari sandiwara mereka atau memang ada hal lain yang memang disembunyikan. Sepertinya aku harus memasang cctv di rumah ini.“Aku jadi tidak bersemangat mau keluar malam ini, Mas!” keluhku pada mas Adnan saat sudah berada di kamar. Aku melipat kedua tanganku, berdecak kesal.“Kenapa sayang, apa karna ulah Renita tadi? Kalau memang kamu tidak suka, aku bakalan pecat dia sekarang juga,” ucapnya, bergegas hendak keluar kamar. Aku mencekal pergelangan tangan suamiku, bermaksud untuk mencegahnya.Aku menggeleng pelan, memberi isyarat agar mas Adnan tak perlu melakukannya. Ke mana wanita itu akan pergi jika ia tak di sini lagi. Lagipula, akan sulit bagiku mengetahui apa yang nanti mereka lakukan di luar sana. Bisa jadi ini hanya akal–akalan mas Adnan, agar Renita bisa keluar dari rumah ini dan akan lebih leluasa menemuinya di tempat lainlaiTerlebih lagi, ia merasa aku selalu memperhatikan setiap gerak geriknya. A

    Last Updated : 2024-10-29
  • Story Adik Iparku di Akad Nikah Suamiku   Bab 12 Sakitnya Renita

    Saat jarum panjang menunjuk angka sembilan, di situlah terdengar deru mesin mobil mas Adnan di depan rumah. Aku mengintip dari jendela kamar. Mas Adnan keluar setelah mematikan mesin mobilnya, tanpa membawanya masuk ke garasi.Ia berlari kencang masuk ke dalam rumah. Disusul mama yang tampak kepayahan memapah Renita yang masih terlihat tak berdaya. Aku segera turun menemui mereka, berlari menapaki anak tangga rumah ini.Mas Adnan tampak terburu-buru, ia baru saja memasukkan ponsel ke kantong celananya.“Sayang, tolong siapkan pakaian kerja. Mas harus ke luar kota malam ini juga, ada pekerjaan yang harus diselesaikan!” ucapnya, mengayunkan kaki menaiki tangga.“Kenapa mendadak begini, Mas. Makan malam kita?” Aku bertanya sembari memohon, membuatnya urung meneruskan langkah.“Maaf, sayang. Mas tidak bisa menunda pekerjaan ini. Lagi pula, ini sudah jam sembilan malam, terlalu larut untuk pergi ke restoran.” Ia menghampiriku, menuruni dua anak tangga di bawahnya.“Sampai kapan, Mas?”Saat

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Story Adik Iparku di Akad Nikah Suamiku   Bab 98 Tamat

    "Cih ... tidak ada hakmu satu rupiah pun. Dan ingat, aku bukan lagi ibumu!" Nyonya Friska berjengit, ia jijik kembali berhadapan dengan anak sambung yang tak tahu diri itu.Renita berdecak, di pandangnya sekilas foto-foto yang terpampang di dinding rumah itu. Terdapat potret baru pernikahan Marwah dan Dipo, juga Friska bersama almarhum ayahnya dulu.Senyum ayahnya tampak nyata dari sana, namun mewariskan belati tajam di sanubarinya. Bagaimana bisa Friska tidak lagi mengakui tentang dirinya, namun masih setia memasang potret ayahnya."Wanita tua brengsek! Dulu, kau sendiri yang memintaku agar memanggilmu ibu. Sekarang kau membuang ku karena ayahku telah tiada. Wanita macam apa kau itu? Status sosialmu tinggi namun sebenarnya kau rendahan!"Renita mengumpat bekas ibu sambungnya dengan kata-kata kejam. Nyonya Friska terhenyak dengan bola mata yang hampir keluar."Kau ... keterlaluan. Aku tidak punya tanggung jawab apapun lagi padamu! Aku telah menawarimu rumah dan uang tapi kau malah men

  • Story Adik Iparku di Akad Nikah Suamiku   Bab 97 Menuju Ending

    Sepasang mata tajam itu kemudian menatap wajah Renita dari gambar yang ia ambil secara diam-diam dari ponsel canggihnya. Jemari tangannya bergerak untuk memperbesar tampilan layarnya."Kena kau, Renita. Kau harus mempertanggung jawabkan perbuatanmu!" Pria itu berucap dengan geram, bibirnya menampilkan seringai penuh dendam."Tinggal satu langkah lagi, kau akan mendekam di penjara!" lanjutnya, gemeretak giginya mengisyaratkan panasnya bongkahan bara yang menghuni di dada.Pria berjambang yang sejak tadi mengintai dari dalam mobil itu tak akan lagi kehilangan jejak Renita. Ia akan segera menuntaskan dendamnya. Renita harus membayar semua rasa sakit atas kehilangan aset dan nyawa ibunya. Juga wanita pujaannya. ***Pagi itu, Renita merasakan dirinya yang baru. Perlahan, ia membuka mata setelah semalaman begadang bak seorang lajang. Ia habiskan malam panjangnya dengan dentuman keras dari irama diskotik langganan.Sejak melahirkan, ia tak pernah lagi hadir ke

  • Story Adik Iparku di Akad Nikah Suamiku   Bab 96 Kepergian Riswan dan Putranya

    "Gak, Mas. Silahkan kau pulang bersama ibumu tapi aku tidak akan ikut!" ucap Renita menyanggah ucapan sang suami. Sudah setengah jam mereka berdiskusi dan Renita masih terus kekeh dengan jawaban yang sama.Saat keduanya terbangun tadi pagi, Riswan telah mendapat maaf dari Masli atas kelakuan kasarnya semalam. Mereka berdua kembali berbaikan dan sempat menghabiskan sarapan bersama di meja makan. Walaupun suasananya agak berbeda, karena ada Tata dan suaminya.Renita tidak tahu jika kakak iparnya sudah tiba sejak semalam. Ia tidur semalaman sambil melewati hukuman yang diberikan Riswan."Ini demi masa depan kita juga, aku berjanji ini tidak akan lama. Jika sudah sukses nanti, aku akan membeli rumah di kota lagi," bujuk Riswan lagi. Ia masih berusaha merayu Renita dengan memberikan iming-iming berbagai hal. "Gak, Mas. Tidak ada yang namanya masa depan kalau di kampung!""Ck, sadar, Renita. Kita tidak boleh memaksakan diri seperti ini. Roda kehidupan itu berputar, mana tau rezeki kita ada

  • Story Adik Iparku di Akad Nikah Suamiku   Bab 95 Sasaran Amarah

    "Masih belum diam juga?" ucap Riswan keheranan. Sudah cukup lama ia berada di luar, namun Renita masih belum bisa menenangkan putranya. Reisan masih terus menangis dalam dekapan sang ibu."Hhmmm, balik lagi, toh!" Bukannya merespon ucapan Riswan. Ia malah melirik tajam pada Bu Hayati dan menyindir kehadiran sang mertua.Ia bersyukur di dalam hati, sebab mertuanya masih ingin kembali. Ia jadi tak perlu repot, mengurus Reisan sendiri. Tanpa sungkan, ia berikan kembali Reisan pada neneknya. Lalu, memijit pelan bahunya bergantian akibat lelah menahan bayi dengan bobot enam kilogram tersebut."Gak konsisten, balik lagi, toh. Kenapa? Gak punya ongkos, atau takut tidur di pinggir jalan? Makanya kalau hidup masih numpang itu jangan sok-sokan!" gerutu Renita lagi. Wanita itu sudah melihat keduanya kembali melalui jendela kamarnya tadi. Lalu, bergegas turun untuk melontarkan kata-kata pedasnya pada sang mertua.Bu Hayati tak ingin menjawab, perasaannya masih kalut akibat pertemuan tidak sengaj

  • Story Adik Iparku di Akad Nikah Suamiku   Bab 94 Bertemu Mantan

    "Mau ke mana kamu, Mas? Jangan kamu kejar ibumu itu, biarkan saja!" sergah Renita sambil berusaha menghalangi kepergian Riswan. Sementara Reisan, ia biarkan di kamar sendirian."Kamu jangan halangi aku, aku akan mengantar ibu pulang. Urus saja Reisan, dia menangis sendirian," ucap Riswan sambil berlari menuju keluar rumah. Sayangnya, ia lupa jika kunci mobil masih dipegang Renita.Dengan terburu-buru, ia kembali ke kamar, menyusul Renita yang gusar karena mencoba menenangkan Reisan. Renita tak paham dengan keinginan bayi mungil di dekapannya, sebotol susu sudah ia sodorkan namun putranya masih tak ingin diam. Keadaan rumah yang kacau dan suara tangisan kencang memenuhi isi ruangan, membuatnya seketika merasa geram."Mana kunci mobilnya?" Riswan mengadahkan tangan, menunggu dengan perasaan risau."Gak ada!" Renita membuang pandang. Matanya memindai keluar jendela kamar, menyaksikan Bu Hayati berjalan sambil menyeret koper."Kok, gak ada? 'Kan kamu yang terakhir pakai mobilnya. Cepat b

  • Story Adik Iparku di Akad Nikah Suamiku   Bab 93 Perselisihan Menantu dan Mertua

    "Aaaarggghh ... apa kamu gak punya cara lain lagi, sih, Mas? Masa' kita harus keluar juga dari rumah ini? Mau tinggal di mana lagi kita?" sergah Renita begitu marah. Baru tiga bulan ia menempati rumah mewah bertingkat dua ini, ia beserta keluarganya harus merelakan rumah itu disita pihak Bank."Mau gimana lagi, Ren? Uangku gak cukup untuk bayar tunggakan bank. Kamu 'kan tahu, gajiku yang sekarang cuma cukup untuk makan dan kebutuhan sehari-hari aja. Sementara, tabungan sudah semakin menipis!" Riswan tertunduk lesu. Baru saja ia pulang bekerja, tapi malah disambut amukan oleh Renita. Mereka baru saja menerima surat peringatan untuk yang ketiga kalinya dari pihak bank. Mau tak mau, keluarga itu harus segera mengambil keputusan. Pergi mengosongkan rumah yang telah dianggunkan itu atau membayar semua tunggakan.Riswan sudah lama memikirkan hal ini. Keputusannya bulat untuk mengosongkan rumah ini saja dan membeli rumah sederhana di kampung halaman dengan uang yang masih ia punya. Akan tet

  • Story Adik Iparku di Akad Nikah Suamiku   Bab 92 Mengambil Kunci

    Entah kenapa, hati kecil kedua sahabat itu seperti bersorai gembira setiap kali melihat Renita tersakiti. Seakan ada kepuasan tersendiri dan juga rasa sakit yang terbalaskan. Sebagai manusia biasa, keduanya masih menyimpan dendam dan ingin terus membalasnya.Bu Hayati tampak begitu acuh. Ia sama sekali tidak mempunyai keinginan untuk membela wanita yang telah memberinya seorang cucu laki-laki itu. Wanita yang ia bela mati-matian kemarin, saat kesuksesan masih dalam genggaman putra semata wayangnya.Begitu pun Riswan. Ia lebih tertarik untuk mengamati barang bawaannya ketimbang melerai pertengkaran dua wanita yang pernah mengisi hari-harinya. "Itu becaknya, Wan?" tanya Bu Halimah ketika di saat bersamaan mendengar deru mesin dari dua buah becak motor yang datang. Ia benar-benar tidak ingin ikut campur pada urusan kedua wanita itu. Lalu, mengambil Reisan dari gendongan Renita.Bayi laki-laki yang wajahnya sangat mirip dengan Riswan itu menggeliat lucu, kelopak matanya yang tertutup be

  • Story Adik Iparku di Akad Nikah Suamiku   Bab 91 Disentak Mertua

    Karena terus didesak, akhirnya Masli menuruti saran Zahira. Apalagi ini hari terakhir sahabat karibnya bisa pergi dengannya, setelah berjanji dengan sang mertua untuk tak lagi pergi keluar rumah. Selain itu, Zahira akan pulang kampung lusa, mereka akan berpisah lama sekitar sepekan lamanya."Iya, iya. Kita ke sana sekarang," ujar Masli meskipun sebenarnya ia tak lagi ingin melihat wajah Riswan. Cukuplah semalam itu yang terakhir baginya. Karena setiap kali menatap manik pria itu, kenangan manis mereka kembali muncul.Mereka berempat menuju mobil yang terparkir di halaman kantor Koh Yusuf, lalu melajukan kendaraan itu menuju perumahan Evergreen.Berbagai prasangka berputar seperti roda di dalam kepala Masli. Begitu pun tentang bayangan wajah Koh Yusuf, meskipun keberadaan mereka telah dikikis oleh jarak, namun raut rupawan itu seolah masih ada di hadapannya.Apakah ia salah jika memiliki setitik perasaan pada pria Tiong Hoa itu?Ataukah ia layak menaruh sedikit harapan pada pria mapan

  • Story Adik Iparku di Akad Nikah Suamiku   Bab 90 Sama-sama dikhianati

    Bukannya sombong atau pun memandang dengan sebelah mata, keduanya hanya tidak mengira jika orang yang dimaksud akan berpenampilan sesederhana ini. Apalagi bayangan yang sejak tadi menghantui pikiran Zahira selama diperjalanan. Mereke berdua menganggap jika Koh Aceng adalah sosok pria tua yang berpenampilan necis dan berkelas. Khas para pengusaha kakap di kota ini."Oh ... jadi Anda, Koh Aceng? Maafkan saya Koh, saya tidak menyangka jika Koh Aceng masih muda dan segagah ini," celetuk Masli. Meskipun ia dilanda rasa gugup dan bingung, namun wanita itu mencoba tetap tenang dan menetralisir degupan jantungnya yang seketika hendak melompat, ketika pria bersahaja yang ia abaikan kehadirannya adalah pria pemilik perusahaan ini.Apalagi, pria itu sempat mengatakan tentang kekacauan di perumahan Evergreen. Sontak membuat nyali kedua sahabat itu menciut sekaligus malu."Maaf, Koh! Saya juga tidak tahu kalau Anda adalah Koh Aceng. Mas Adnan banyak bercerita tentang Anda kepada saya, tapi dia tid

DMCA.com Protection Status