Surabaya, January 2018
Di kehidupan pertamanya dia yakin bahwa dia adalah sebuah tumbuhan beracun yang melukai banyak orang dan yang membunuh banyak kehidupan. Termasuk beberapa binatang yang kelaparan dan terpaksa memakan dirinya. Lalu dia kemudian hidup kembali sebagai seekor kelinci di hutan. Kelinci putih kecil yang membuat susah para pemburu karena tak pernah mengalah meskipun seorang manusia kelaparan memerlukan dagingnya. Namun kemudian, meski enggan berkorban untuk manusia kelaparan, pada akhirnya hewan buas lain menerkamnya.
Lalu dia kemudian hidup lagi, ketiga kalinya dan menjadi seekor elang pemangsa. Dia membunuh banyak tikus yang meresahkan pertanian manusia. Namun tidak jarang dia juga mengambil sebagian hewan ternak sehingga membuat manusia murka. Dia masih hidup dengan sifat yang sama. Hingga pada kehidupan terakhirnya atau lebih tepatnya kesempatan terakhirnya, dia menjadi manusia. Manusia yang lahir membawa sifat baru namun juga mempertahankan sifat lama yang tidak memiliki belas kasihan dan enggan berkorban. Tapi benarkah?
“Jadi inikah yang kamu inginkan?” Jonathan menatap lembaran dokumen yang Eleanor sodorkan di atas meja. Lalu beralih mencari tatapan mata Eleanor. Kali ini entah kenapa Eleanor justru memilih menundukkan pandangan matanya. “Wedding Agreement?”
Jonathan memejamkan mata sejenak. Melepaskan diri dari kontak mata yang tak bersambut. Wanita di hadapannya terlihat sangat kaku, tidak tersentuh dan penuh arogansi, terlebih dengan pakaian kerja yang masih dikenakannya. Namun begitu Jonathan mengamati kembali wajah itu, sosok mungil dengan sorotan mata polos yang justru menyambutnya. Seakan dalam diri wanita itu terdapat dua jiwa yang saling bertolak-belakang. Manipulatif, begitulah kesannya.
“Bukan…” jawab Eleanor singkat, tanpa emosi. “Ini hanya perjanjian Pra-nikah.”
Suaranya yang tenang, seperti tidak memiliki kekhawatiran apapun. Padahal dia sedang mengingkari dirinya sendiri. Eleanor duduk disana dengan mencengkram buku-buku jarinya. Dia pun sengaja menghindari tatapan mata Jonathan agar pembicaraan itu cepat selesai.
“Mengapa harus ada perjanjian pra-nikah? Apakah kamu sudah memikirkan kalau kita berdua tidak akan cocok untuk hidup bersama?” sama-sama dirambati emosi, Jonathan pun tidak bisa menahan diri untuk tidak mengucapkannya. Perjanjian seperti itu memang lumrah, terutama untuk mereka yang takut akan kehilangan harta gono-gini.
Tanpa Jonathan sadari, tangan Eleanor yang berada di atas pangkuannya kembali mencengkram kuat. Namun kali ini Eleanor mengangkat kepalanya hingga sorotan matanya tidak beralih sedetikpun dari wajah Jonathan.
“Mungkin…” sahut Eleanor ambigu.
Jonathan menghembuskan nafas berat. Memperbaiki posisi duduknya seperti posisi negosiasi yang sesungguhnya. Jika mengingat apa yang telah terjadi setahun terakhir, rasanya dia tidak percaya akan duduk di sofa itu berhadapan dengan wanita itu untuk membicarakan pernikahan. “Apakah menurutmu pernikahan ini hanya sebuah permainan?” tanyanya.
Untuk pertama kalinya pupil mata Eleanor tampak melebar. Pertanyaan yang diajukan padanya terasa mengantam jantungnya. Dilihatnya sekali lagi pria itu masih menatapnya dengan sorotan mata yang sama. Seolah dia sudah menemukan jalan untuk keluar dari jeratan itu.
“Jika seperti itu seharusnya aku tidak perlu menyetujui pernikahan ini sejak awal.” Tanpa menunggu jawaban Eleanor, Jonathan mengambil kesimpulan sendiri. “Aku akan melakukan apapun untuk membalas budi, tapi tidak dengan bermain-main dengan pernikahan. Jika kamu ingin aku menyerahkan perusahaanku sebagai bentuk balas budiku, aku akan berusaha melepasnya dengan syarat tertentu.”
Jonathan kembali sudah memutuskan untuk menghadapi Eleanor dan itu berarti dia sedang mempertaruhkan segalanya. “Aku memiliki banyak harapan dalam hidupku. Jadi tidak masalah kalau harus mengorbankan perusahan untuk mewujudkan harapan itu, karena aku bisa memulainya kembali dari awal. Dan apa kamu tahu harapan terbesarku? Aku hanya ingin mempunyai sebuah keluarga bahagia seperti kedua orang tuaku. Jadi aku tidak ingin main-main dengan pernikahan.”
Karena tidak kunjung mendengar tanggapan Eleanor, Jonathan merasa ingin segera mengakhiri pembicaraan menyiksa itu. Karena itu tanpa menunggu waktu, dia segera beranjak dari tempat duduknya. Ada banyak alasan mengapa Jonathan harus mengatakan semua itu. Salah satu alasannya adalah karena dia tidak ingin menyesal untuk kesekiankalinya. Dan alasan terakhir adalah karena Allena, dia masih memikirkan wanita itu.
Namun baru selangkah, Eleanor justru menahannya, “Tunggu! Perjanjian ini juga untuk membebaskanmu…” ujarnya. Tahu bahwa Jonathan hendak melepaskan diri, Eleanor pun segera bertindak cepat. Jonathan tidak tahu bahwa Eleanor mengetahui segala hal lebih dari apa yang diketahuinya. Termasuk hal yang terjadi di apartmen Jonathan.
Jonathan berbalik. Menatap wajah Eleanor dari posisi berdiri. Kelopak matanya memanas setelah dia mengucapkan kata-kata tentang harapannya. Namun di depan Eleanor, dia mencoba menahan. Sebaliknya dari posisinya sekarang Jonathan bisa melihat kedua tangan Eleanor tang tersembunyi di balik meja itu. Buku-buku jari Eleanor tampak memutih, kontras dengan ekspresi yang tenang dan mengintimidasi yang coba ditampilkannya.
“Aku sudah tahu semua yang terjadi diantara kalian dan kamu masih mencintai wanita itu, kekasih yang kamu pertahankan selama lebih dari sepuluh tahun.” Ujar Eleanor penuh penekanan, terutama pada kalimat terakhir. “Karena itu aku akan membebaskanmu untuk kembali padanya.”
Diam. Jonathan membeku di tempatnya karena perkataan Eleanor. Dia butuh beberapa saat untuk mencerna kata-kata itu. Kata-kata yang sebenarnya terasa menghinanya. “Bagaimana kamu tahu aku akan kembali padanya atau tidak?” tanya Jonathan tanpa emosi.
“Apakah aku salah?” tantang Eleanor dengan menampilkan kontak mata yang lebih tajam.
“Tidak… kamu mungkin tidak salah.” Balas Jonathan ambigu.
January, 2017Eleanor tidak suka barang branded. Dia membenci segala hal yang akan membuatnya seperti penggemar rendahan. Semua hal yang dimilikinya pun tidak boleh ada yang menyamai dan tidak ada yang memiliki sesuatu yang sama seperti miliknya. Termasuk itu dalam hal pakaian, sepatu, tas maupun aksesoris. Semua pakaian yang dikenakan Eleanor baik itu pakaian kerja atau pakaian untuk acara-acara tertentu dijahit oleh penjahit keluarganya dan desainer kepercayaannya. Jadi bisa dipastikan tidak ada merk dari brand apapun yang menempel di tubuhnya. Prada, Chanel, Gucci, Armani, Burberry, Hermes, Fendi dan teman-temannya mungkin dianggap Eleanor hanya seperti brand idola para rakyat jelata seperti Rere. Dan sekalipun ada sebuah brand yang dimilikinya, seperti jam tangan atau kacamata, itupun dipesan khusus dan biasanya dari hasil desain orang-orang yang sudah dikenalnya. Namun jujur saja Eleanor lebih suka memakai barang-barang buatan lokal, apalagi kalau itu handmade. Seperti tas tangan
Majalah Online FeminimRunner Up Asia Top Model BertunanganSiapa yang tidak mengenal Allena Rheanatha, model cantik asal Surabaya, mantan runner up Asia Top Model 2015 ini sudah sering melenggok di catwalk event-event busana ternama. Tak hanya itu beberapa judul FTV pun pernah dibintanginya bersama artis-artis ternama. Beberapa waktu yang lalu Allena dikabarkan telah bertunangan dengan kekasihnya yang merupakan seorang pengusaha IT di Surabaya. Usut-diusut ternyata Allena dan tunangannya telah berpacaran cukup lama. Salah satu teman baik Allena bahkan mengatakan bahwa mereka telah berpacaran sejak SMA, hanya saja putus nyambung.Saat dikonfirmasi tentang kebenaran pertunangannya, Allena tidak menampik. Dia bercerita bahwa kekasihnya yang akrab dipanggi Jo alias Jonathan Aldebaran telah melamarnya beberapa waktu lalu. Lamaran yang sederhana dan hanya melibatkan mereka berdua. Namun me
Blouse satin berwarna gading dipadukan dengan blazer merah, kacamata hitam dan rambut pendek curly yang diikat rapi ke belakang adalah style andalan Eleanor di kantor. Tidak lupa celana katun high weish dan sebuah stiletto merah yang membalut kakinya. Seharusnya style seperti itu lebih cocok jika dipadukan dengan rok pensil seukuran lutut, apalagi dengan kegemaran Eleanor terhadap stiletto. Tetapi wanita yang tahun ini genap berusia dua puluh tujuh tahun itu menolak keras gaya berpakaian seperti itu. Eleanor yang seperti alergi dengan pakaian seksi bahkan sampai menetapkan aturan di perusahaannya untuk melarang pegawai wanita memakai rok dan kemeja seksi. Dengan dalil kesetaraan gender, dia tidak ingin pegawai wanita mendapat perlakuan khusus terlebih dipandang dengan sudut kecantikan semata.Standart kerja yang diterapkan Eleanor sejak dia menjabat sebagai direktur utama HS Group pun juga terbilang tinggi. Setiap pegawai akan diawasi oleh satuan khusus sehingga dilarang berc
Tidak ada jaminan bahwa seseorang yang dibesarkan dari keluarga harmonis dan bahagia tidak akan memiliki trauma pada pernikahan. Seorang yang lahir di keluarga yang sempurna seperti Eleanor pun bahkan bisa tidak mempercayai cinta sedikitpun, apalagi sebuah komitmen yang disebut pernikahan. Eleanor tidak punya waktu untuk memikirkan pernikahan dalam hidupnya. Karena kebanyakan pernikahan yang dikenalnya tidak lebih dari pernikahan bisnis, atau kalau tidak pernikahan parasite, dimana salah satu belah pihak berusaha mendapatkan keuntungan dari pernikahaan itu. Sungguh Eleanor tidak tertarik jenis pernikahaan apapun di dunianya.Begitu pula dengan pesta pernikahan konyol yang sedang berlangsung itu. Dibandingkan dengan pesta pernikahaan romantis dimana kedua mempelai menunjukan tatapan saling mencintai, pesta itu justru lebih tepat disebut pesta pernikahan bisnis. Banyak relasi dari Jimmy Kwok yang hadir, dibandingkan keluarga atau sahabat dekat Jenny. Tetapi Eleanor juga hampir
“Keberanian untuk mengambil resiko apapun demi mencapai tujuan.”Di sebelah Konservatorium mini halaman rumahnya, ada sebuah sauna dari bambu yang rutin digunakan Eleanor untuk Meditasi atau Yoga. Paling lama setengah jam, tergantung seberapa besar amarah yang sedang dikendalikannya. Tapi terkadang juga bisa sampai berjam-jam, atau lima belas menit saja kalau tidak ada hal apapun yang menganggu mood-nya. Suasana hati Eleanor memang mirip cuaca. Kadang mendung, kadang cerah. Sebentar hujan, lalu tiba-tiba menghangat. Tapi dalam keadaan cerah sekalipun, sikap Eleanor memang tetap kaku seperti itu.Hanya saja Rere tidak tahu apa yang membuat Eleanor mampu menghabiskan dua jam di arena tembak. Pasti moodnya kali ini lebih ekstrim dari yang bisa dikendalikannya dengan Yoga. Olahraga ekstrim itu pun hanya dilakukan Eleanor paling tidak seminggu sekali. Itu juga paling lama tiga puluh menit. Dan jangan ditanya seberapa jago Eleanor menembak. Dari usinya t
“Keluar dari jalur kuno dan menciptakan inovasi.”Dalam sebuah keluarga besar pasti ada seorang pembangka di dalamnya. Atau si bungsu yang merasa terabaikan sehingga melakukan banyak tingkah untuk mendapatkan perhatian. Begitulah William Liemsudibyo. Lahir dengan IQ 150. Setidaknya cukup membuatnya mendapat julukan genius. Saat masih kecil William bercita-cita menjadi dokter, sehingga ayahnya langsung membuatkannya sebuah rumah sakit premium bernama Williemsiom. Namun di tahun terakhir dia kulia kedokteran di NUS, William justru mengundurkan diri. Lalu memutuskan untuk mengambil study robotika di Penysilvania. Tentu saja hal itu menjadi kontroversi besar di keluarganya.Tidak berhenti disana, William bahkan nyaris mengitari separuh dunia untuk menguji kemampuannya sendiri. Setelah menyelesaikan study robotika-nya, William mengambil gelar lain dari universitas yang berbeda-beda, mulai dari Swiss Federal Institute of Technology Zurich jurusan teknik,
Sekilas tentang Haryanto Liemsudibyo atau Liem Sioe Gwan, raja sawit di Indonesia yang telah tutup usia.Haryanto Liemsudibyo lahir dan dibesarkan di Pontianak. Ayahnya seorang Fujian yang kemudian menikah dengan wanita pribumi dan membuka usaha toko kelontong. Setelah dewasa, Haryanto pergi ke jawa untuk melanjutkan kulia. Setelah ayahnya meninggal karena serangan jantung, dia mencoba berwirausaha kecil-kecilan untuk menambah uang kulianya. Namun tidak disangkah usaha itu cukup berkembang. Di pulau jawa, Haryanto juga bertemu gadis pujaannya yang juga peranakan bernama asli Tan mei hwandan kemudian menikahinya. Dari keluarga istri-nya, Haryanto mulai memiliki banyak koneksi. Dia pun secara tidak langsung mendapat dukungan penuh untuk mengembangkan usahanya.Dimulai dari usaha dibidang pangan yaitu mendirikan pabrik mie instant, lalu bank hingga kini perkebunan sawit. Pada saat krisis ekonomi tahun 1998 dan ditamb
Afternoon tea di TWG Tea Salon & Boutique setiap weekend, berburu barang-barang branded, pemotretan, wawancara majalah, haha-hihi dengan geng “Canci”, party nightmare alias clubbing adalah sederet kegiatan Allena di ibukota. Dia sudah menjadi bagian dari standart hidup wanita di kota itu. Kehidupan Allena pun terlihat sempurna. Apalagi dengan bergabungnya dia di lingkaran geng wanita-wanita populer itu. Sebut saja Mia Arestya, mantan pemain sinetron yang sekarang menjadi nyonya di keluarga Pramuwidjadja (walaupun dia masih terbilang kalah elegan dengan mertuanya yang mempunyai aset fantastis).Mia adalah ketua geng Canci sekaligus pendirinya. Dia yang menyatukan ketiga anggota lainnya; Jenifer Alison, Alexa Indira dan Allena Rheanatha yang juga berasal dari industri hiburan. Jenifer lebih dulu mengenal Allena
Atas permintaan Jonathan acara pernikahan itu pun digelar secara sederhana. Pemberkatan yang digelar di salah satu gereja di Surabaya Barat hanya dihadiri oleh keluarga. Di salah satu gereja elit dengan bangunan bernuansa putih dan berlantai marmer, lukisan-lukisan kisah kristus di langit-langitnya serta deretan tempat duduk jemaat yang dihiasi pita-pita cantik, juga bunga-bunga segar; camelia, mawar, ponny hingga krisan itu Eleanor dan Jonathan berdiri berdampingan menghadap sang pastor untuk mengucapkan janji pernikahan. Eleanor dengan gaun brokat satin putih berlengan panjang dengan potongan dada rendah serta tundung transparan yang menutupi wajahnya terlihat tenang dan anggun saat mengucapkan janji pernikahan dengan bimbingan sang pastor. Sementara Jonathan dengan setelan tuxendo hitam dan sarung tangan putih tampak memandang lurus ke depan seolah memikirkan sesuatu. Di barisan depan kursi jemaat duduk Liem Hok dengan wajah masamnya lalu ayah Eleanor dengan pandangan mata berkaca-
“Ada hal yang harus kita bicarakan!” Saat pesan itu masuk ke ponselnya, Jonathan sudah bisa menebak hal apa yang akan mereka bicarakan. Sehingga dia langsung memutar mobilnya dan mengambil jalur tercepat menuju HS Group Building. Jam kerjanya fleksibel jadi dia akan memberitahu Ryan untuk memulai briefing tanpanya. Sebenarnya ini adalah hari pertamanya kembali berkerja setelah mengambil cuti panjang. Tidak terbayang banyaknya perkerjaan yang harus diselesaikannya nanti. Meskipun selama masa cutinya baik dia maupun Ryan tetap terhubung dengan perkerjaan mereka. Sesampainya disana Jonathan segera mencari tempat parkir. Meski sudah beberapa kali menginjakkan kakinya di tempat itu, entah kenapa dia masih sering merasa terintimidasi saat memandang bangunan tinggi di hadapannya. Jonathan pun terdiam begitu saja disana setelah keluar dari mobilnya. Butuh beberapa saat baginya untuk menetralkan pikirannya sebelum menghadapi Eleanor. Letak kesalahan itu memang ada pada diri Jonathan. Baik yan
Bahagia itu bukan hanya perkara memiliki sesuatu. Tapi melepaskan juga bisa menjadi awal dari bahagia. Hanya saja melepaskan memang terkadang lebih sulit dari pada mengejar sesuatu yang diinginkannya. Jadi Jonathan tidak bisa menyalahkan Allena sepenuhnya atas apa yang terjadi tempo hari. Allena berada dalam keterpurukan karena sesuatu hal yang Jonathan belum pahami. Mungkin karena kekasih baru Allena yang pernah dilihat Jonathan telah meninggalkan perempuan itu entah kemana, atau barangkali mereka hanya sedang menggunakan istilah “break” dalam hubungan mereka seperti yang pernah Allena katakan pada Jonathan. Tapi apapun itu perasaan Allena pada Jonathan malam itu pasti hanya bersifat temporal. Dan ketika Allena tidak lagi merasa kesepian, dia pasti akan mencampakkan Jonathan lagi. Atau mereka akan sering bertengkar lagi karena kebiasan Jonathan yang gila kerja. Jadi Jonathan telah memutuskan tidak ingin lagi terjebak perasaan lam
Rere berjingit saat Eleanor menyumpit potongan tumis pare dan kemudian memakannya. Tidak peduli apakah sayuran pahit itu sudah direndam dalam air garam atau tidak sebelum memasaknya, rasa pahit pare tidak akan hilang sepenuhnya. Tetap ada rasa pahit yang tertinggal. Rere pun tidak habis pikir dengan selera makan Eleanor. Orang-orang berduit di luar sana menghabiskan waktu makan siang mereka dengan makanan enak dan mewah yang dimasak oleh chef di restaurant terkenal sambil menikmati pemandangan indah. Tapi Eleanor justru menikmati tumis pare, nasi putih, ikan kukus, sup kaldu jamur bening dan hidangan pencuci mulut berupa pudding buah untuk makan siangnya. Ditambah Eleanor harus melakukan perjalanan bolak-balik dari kantor ke rumahnya lalu ke kantor lagi hanya untuk makan siang itu.Hari ini Rere tiba dengan penerbangan pertama dan dia langsung menemui Eleanor yang sedang menikmati makan siang di rumahnya. Eleanor ternyata sudah kembali dari Perth sejak beberapa
Saat memutuskan bertunangan, dia dan Jonathan sepakat dalam satu hal. Bahwa cinta tidak begitu diperlukan dalam hubungan pernikahan mereka. Ada banyak orang-orang di lingkarannya yang memutuskan menikah dengan alasan seperti kepentingan bisnis, mengamankan aset, mengembangkan koneksi, mendapatkan status hingga balas budi. Sementara cinta hanyalah salah satu dari beberapa syarat yang jarang dipertimbangkan. Sebab syarat yang paling penting biasanya hanya menyangkut seperti latar belakang keluarga, harta, karier, pendidikan, kepribadian, penampilan dan kelayakannya. Cinta sendiri ada dalam daftar paling terakhir, atau lebih tepatnya tidak begitu penting. Mereka yang menikah karena cinta adalah orang-orang yang beruntung. Di sebuah bungalow tepi pantai Eleanor menyesap aroma penfolds grange shiraz. Sementara lidahnya mulai terbiasa dengan rasa sepat dan pahit dari kombinasi oak leather, vanilla, kakao, tobacco yang seimbang dan diakhiri fruit bomb
“Aku akan membantumu setelah acara pertunangan kita.” dengan nada bicara yang terdengar dingin Eleanor menyanggupi permintaan Jonathan. Sehingga acara pertunangan itu pun berjalan seperti yang seharusnya terjadi.Pasific Rim adalah restaurant yang menyajikan makanan tradisional asia dengan dekorasi dan patern ala Tibet. Berlantai marmer dengan nuansa yang kental dengan warna black & gold di sekelilingnya. Juga pemandangan jendela yang mengarah langsung ke lautan lepas. Semua meja di tempat itu telah terisi penuh oleh tamu undangan dan kerabat Eleanor. Peralatan makan mewah dengan serbet putih, chop stick serta gelas sampanye juga tertata rapi di hadapan mereka. Beberapa waiters pun tampak menyajikan hidangan pembuka.Acara pertunangan sendiri baru dimulai ketika Eleanor dan Jonathan memasuki tempat itu. Best Man yang tak lain adalah Ryan memberikan kontak cincin yang dipercayakan padanya untuk kemudian disem
Semua telah disiapkan sedemikian rupa. Bahkan untuk setelan tuxendo yang dikenakan Jonathan di acara pertunangannya nanti malam. Setelan itu sudah ada di suite-nya sejak tadi pagi, masih rapi dan terbungkus. Jonathan tidak menyentuhnya sama sekali, tidak pula berniat mencobanya untuk mengetahui apakah setelan itu sesuai ukurannya atau tidak. Orang lain mungkin berpikir bahwa dia merasa gugup karena acara pertunangan itu. Sehingga dia sampai meng-skip sarapan dan makan siangnya hari ini, lalu memilih tetap berada di dalam suite-nya. Namun bukan itu alasan perubahan diri Jonathan. Acara pertunangan itu tidak sedikitpun membuatnya gugup. Malahan dia nyaris lupa jika hari pertunangannya dengan Eleanor telah tiba dan dia pun terjebak di sebuah hotel berjalan yang letaknya ribuan mil dari tempatnya berasal.Jonathan memandangi setelan itu sejenak, menghelaikan napasnya lalu kembali memeriksa ponselnya. Kapal pesiar itu sedang transit di pel
Cukup merepotkan sebenarnya jika harus mengadakan pesta pertunangan di atas kapal pesiar. Mereka harus terbang ke Singapura, menginap di hotel beberapa waktu sembari menunggu jadwal pelayaran. Namun tidak ada yang sulit dilakukan selama Liem Hok yang memutuskan. Kapal pesiar mewah Seven Sea itu akan melakukan perjalanan selama 14 hari dari Singapura menuju melintasi beberapa pelabuhan di negara-negara seperti Thailand, Cambodia, Vietnam, Philippines, sebelum sampai di Hongkong. Dan Liem Hok-lah yang membiayai perjalanan serratus lima puluh tamu undangan di kapal pesiar itu, termasuk keluarga dan kerabatnya. Semua dilakukannya seolah–olah demi pesta pertunangan keponakan kesayangannya, Eleanor Liemsudibyo. Meski yang dilihat Eleanor sendiri justru tidak demikian rupa.Untuk orang seperti pamannya, Eleanor memahami bahwa dia tidak perlu berbicara lantang untuk menolak atau menentang sesuatu. Karena bagi Liem Hok uang-lah yang dapat menggantikan
Tak pernah Eleanor merasa sesulit ini bertemu pamannya. Dan baru pertama kalinya pula dia diperlakukan seperti ini oleh pamannya. Padahal sudah tiga hari sejak Eleanor tiba di Hongkong, menginap di salah satu apartemen keluarganya hanya sekedar menunggu Liem Hok memiliki waktu untuk menemuinya. Sudah berkali-kali juga dia menanyakan agenda pamannya pada sang sekretaris, tapi jawaban yang didapatnya tetap bahwa Liem Hok sedang sibuk hingga akhir pekan. Bahkan ketika Eleanor nekat mendatangi kediaman pamannya pun dia tetap tidak bisa bertemu dengan pamannya. Selalu ada alasan bagi Liem Hok untuk mengulur-ulur waktu Eleanor. Dan hal itu semakin menguatkan keyakinan Eleanor bahwa Liem Hok sudah mengetahui semua. Sekarang dia pun hanya bisa bergantung pada perjanjian yang dibuatnya dengan William.“Oke… aku akan tanda tangan. Tapi dengan satu syarat. Aku mau kamu membiarkan Rere berkerja denganku setelah kamu menikah dengan Jonathan. Bagaimana?”