Share

Innovative

Penulis: Renita Sylvia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Keluar dari jalur kuno dan menciptakan inovasi.”

Dalam sebuah keluarga besar pasti ada seorang pembangka di dalamnya. Atau si bungsu yang merasa terabaikan sehingga melakukan banyak tingkah untuk mendapatkan perhatian. Begitulah William Liemsudibyo. Lahir dengan IQ 150. Setidaknya cukup membuatnya mendapat julukan genius. Saat masih kecil William bercita-cita menjadi dokter, sehingga ayahnya langsung membuatkannya sebuah rumah sakit premium bernama Williemsiom. Namun di tahun terakhir dia kulia kedokteran di NUS, William justru mengundurkan diri. Lalu memutuskan untuk mengambil study robotika di Penysilvania. Tentu saja hal itu menjadi kontroversi besar di keluarganya.

Tidak berhenti disana, William bahkan nyaris mengitari separuh dunia untuk menguji kemampuannya sendiri. Setelah menyelesaikan study robotika-nya, William mengambil gelar lain dari universitas yang berbeda-beda, mulai dari Swiss Federal Institute of Technology Zurich jurusan teknik, Universitas Edinburgh jurusan science komputer sampai Tsinghua University Beijing jurusan managemen. Terakhir dia mengambil gelar MBA di Standford, tapi kemudian mengundurkan diri begitu saja untuk memulai bisnis di bidang teknologi.

Diantara tiga bersaudara di keluarganya hanya William yang sulit dikendalikan. Bukan hanya karena mulut pedasnya yang suka mengkritik cara hidup keluarganya sendiri, melainkan juga karena dia yang paling berani menantang Liem Hok, ayahnya sendiri untuk memulai jalan hidupnya sendiri. Karena itu William pun tidak segan menolak saat Eleanor mengajaknya bertemu. Tidak ada yang sesantai dan seberani William dalam lingkaran itu. Tapi bukan Eleanor namanya kalau dia tidak memaksa. Alasan William adalah karena dia mempunyai kesibukan selama berada di Surabaya, sehingga tidak bisa mampir ke HS Group walaupun sebentar.

Namun Eleanor tahu bahwa sepupunya itu hanya beralibi. Sebab selain genius, sepupunya itu juga terkenal dengan kemalasannya. Biarpun dia telah mengangkat dirinya sendiri sebagai CEO perusahan konsultan IT, tapi setiap hari yang dikerjakannya hanya bermain Gim dan bersenang-senang dengan beberapa wanita. Dalilnya hidup hanya sekali jadi harus dia nikmati. Sementara managemen perusahaannya sendiri dikendalikan dengan sistem autopilot, atau dengan kata lain diserahkan sepenuhnya pada bawahannya. Sungguh Eleanor tidak pernah bisa tahan dengan jalan hidup sepupunya itu, tidak ada yang bisa dibanggakan dari hidupnya sekalipun dia cukup potensial. Bahkan untuk bisnis yang sedang dijalankannya−yang katanya dibangun dengan mandiri tapi tetap mengambil dana dari bank HS Group−pada akhirnya tidak memiliki kemajuan sedikitpun.

Tanpa pemberitahuan, Eleanor tahu-tahu sudah muncul di kantor cabang milik William yang berada di Surabaya (Sementara kantor pusatnya berada di ibukota). Sekretaris William yang melihat kedatangan Eleanor pun tidak mampu berbuat banyak, ataupun mencega wanita itu untuk masuk ke ruangan William. Bahkan Eleanor mengintruksikannya untuk tidak memberitahu William tentang kedatangannya. Rumor tentang Eleanor yang bertangan dingin telah menyebar luar di kalangan pebisnis, juga para seketaris mereka. Sehingga seketaris William pun tampak lebih tunduk pada Eleanor dibanding atasannya sendiri.

William sedang berada di meja kerjanya saat Eleanor menerobos masuk. Tapi laki-laki bertubuh tambun itu justru tidak menyadarinya karena terlalu asik bermain Gim di beberapa komputer yang ada di ruangannya. Bahkan sesekali laki-laki itu mengumpat dan berteriak dengan hebohnya karena gim yang sedang dimainkanya. Dunia ini memang terkadang tidak adil, ada seseorang yang diberkahi otak cemerlang dan uang berlimpah tapi lebih memilih menyia-nyiakanya dengan tidak memiliki tujuan hidup. Lalu disisi lain ada seseorang yang tidak mempunyai keduanya, sehingga harus berkerja keras untuk mencapai tujuan hidupnya.

“Ekhm…” Eleanor pura-pura berdehem. Tapi William tetap tak mendengarnya. Melihat bagaimana keadaan tempat itu membuat Eleanor memijat keningnya. Dia sudah cukup bersabar dengan suasana di kantor William yang menurutnya terlalu bebas. Semua pegawai di tempat itu memakai pakaian casual dan berkerja tanpa SOP. Ditambah lagi ruangan pribadi William yang menurutnya lebih seperti kamar pribadi. Ada kursi relaksasi, tempat tidur, beberapa unit komputer serta beberapa koleksi action figure. Sangat tidak professional.

“Jadi ini yang kamu bilang sibuk?” ucap Eleanor akhirnya. Dia tidak tahan menunggu sampai William menyadari kehadirannya.

William hampir melompat dari kursinya dengan kemunculan Eleanor. Bibir laki-laki itu pun mengumpat tanpa sengaja. “Astaga… ibu Liem yang terhormat! Kapan anda datang? Seperti hantu saja!” cibir Will yang masih memegangi dadanya. Dia dan Rere adalah aliansi yang sepakat memanggil Eleanor dengan embel-embel “Yang terhormat” hanya untuk mencibir kepemimpinan Eleanor yang terkesan ditaktor.

Eleanor masih berdiri. Tidak melepaskan tatapannya dari William. Jika bukan karena bisnis William yang juga bergerak di bidang teknologi, Eleanor tidak mau repot-repot bertemu sepupunya yang pemalas itu. “Baik-baiklah! Aku minta maaf karena menolak bertemu. Tapi aku punya alasan. Jadi bagaimana kalau kita membicarakannya dengan baik-baik sambil minum tea?”

Akhirnya Will mengakui kekalahannya. Dia segera berdiri dan menggandeng Eleanor menuju sofa. “Kamu pikir aku datang untuk pesta minum tea?” cibir Eleanor.

Tapi Will hanya menanggapi dengan tersenyum manis yang dibuat-buat. Dia sudah paham bagaimana tabiat Eleanor yang pemarah. Jadi dia tidak ingin mengambil resiko dengan membuat Eleanor berubah menjadi monster yang lebih mengerikan.

“Hanya untuk menenangkan saraf dan membuatmu rileks!” bujuknya. Lalu memanggil sekretarisnya dari line telepon untuk membuat tea. Eleanor pun memutar bola matanya. Dia duduk bersandar sambil menyilangkan kakinya. Sementara tatapan matanya menghunus William.

Setelah selesai berbicara dengan sekretarisnya, William pun mengambil tempat duduk di sofa seberang. Dia berusaha terus tersenyum untuk meredam amarah Eleanor. Tak sampai satu menit, pintu ruangannya pun terbuka. Menampilkan sekretaris seksi Will yang membawa secangkir tea dari mug berbentuk bola. William tentu saja ingin mengerjai Eleanor dengan model mug itu. Dia membayangkan seorang yang arogan seperti Eleanor minum dengan mug yang lucu tersebut. Itu mungkin kejadian yang paling langka di dunia.

“Nah… silahkan diminum dulu! Tea hijau kesukaanmu.” Bujuk Will.

Tapi Eleanor tetap menatapnya tajam. “Kamu bercanda?” tukasnya.

“Tidak. Kapan aku bercanda? Aku justru sedang menawarimu minuman.”

“Kamu bermaksud meracuniku bukan?”

William sungguh ingin mengumpat keras kali ini. “Ya, Tuhan. Astaga, Eleanor!” pekiknya.

“Terima kasih, tapi aku tidak akan meminumnya.” Sahut Eleanor. William pun harus rela menghapus hayalan tentang Eleanor yang minum dari mug berbentuk bola.

“Lalu dimana Resti? Apa dia tidak datang bersamamu?” William memajukan badannya dan sedikit berbisik. Sejak remaja William mempunyai ketertarikan pribadi dengan wanita yang lebih tua. Khususnya dengan Rere atau Resti Anggika, sekretaris pribadi Eleanor. Dan hal itu berlanjut hingga sekarang.

“Kenapa kamu menanyakan Rere? Jelas-jelas aku yang ada di depanmu.” cibir Eleanor. Will hanya menghembuskan nafas, lalu tersenyum lagi. Harusnya dia memang meletakkan racun di tea itu agar mulut Eleanor tidak berbicara dengan tajam lagi.

“Aku hanya bertanya. Karena tumben kamu datang tidak bersama sekretaris?” William menengahi. Berada satu ruangan dengan Eleanor membuatnya aura di kantornya menjadi suram dan mengerikan. Karena itu dia harus meletakkan sesaji atau bawang putih setelah ini agar Eleanor tidak datang lagi ke kantornya.

“Memangnya kamu orang penting itu sehingga aku harus membawa sekretaris untuk bertemu denganmu?” Gaya Eleanor tidak pernah berubah. Tipe orang yang sangat sering merendahkan bahkan memandang orang lain seperti rumput liar.

“Tentu saja kamu seharusnya membawa sekretaris! Aku ini seorang CEO perusahaan konsultan IT sekarang.” Protes William sambil membusungkan dada. Lalu tidak lupa dia meniru gaya arogan Eleanor dengan melipat kedua kakinya membentuk dan menyandarkan punggung.

“Perusahaan konsultan IT yang tidak pernah berkembang sedikitpun ini maksudmu? Orang bahkan harus berpikir dua kali untuk memakai jasa di perusahaanmu.”      

William menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Walaupun terdengar menghina, tapi William tidak menampik jika perusahaannya memang tidak memiliki kemajuan. Sekalipun dari tahun ke tahun perusahaan konsultan IT diminati beberapa perusahaan besar. Tapi perusahaan William masih belum menduduki puncak seperti HS Group. Bahkan tahun ini mereka kehilangan banyak klien karena masalah tertentu. Dan sepertinya tidak ada yang tidak bisa diketahui Eleanor di dunia bisnis. Termasuk kebobrokan perusahaan William.

“Baiklah… To The Point saja! Apa yang anda inginkan, ibu Liem yang terhormat?”

Eleanor masih duduk menyilang, begitu pula dengan William. “Aku ingin menawarimu kesepakatan.” Ujar Eleanor.

“Tidak ada hujan, tidak ada petir, kamu justru datang membawa kesepakatan? Wow… fantastic.” balas William.

Tidak ada balasan dari Eleanor. Karena perempuan itu justru mengeluarkan sebuah map dari dalam tas-nya sebelum kemudian melemparkannya ke meja sofa. William sigap meraih map itu dan membaca dokumen di dalamnya. Dia pun membulatkan mata. 

“Aku akan membantu keuangan perusahaanmu. Seperti yang kamu lihat, itu jumlah yang besar yang tidak akan kamu dapatkan dari pinjaman di bank manapun.”

“Tapi mana mungkin aku bisa menerima bantuan dari sepupuku yang baik hati ini secara cuma-cuma? Pasti ada syaratnya bukan?”

“Tentu saja. Aku kan sudah bilang bahwa ini sebuah kesepakatan. Jadi harus ada keuntungan untuk kedua belah pihak. Tapi jangan khawatir, aku tidak meminta hal yang besar padamu sebagai imbalan. Aku hanya ingin data penting yang berhubungan dengan perusahaan startup Bimasakti. Bukankah perusahaan rintisan itu termasuk klienmu?”

“Data perusahaan?” William terkejut atau mungkin itu hanya dibuat-buatnya. “Tidak-tidak! Kamu ingin aku membocorkan data klienku padamu?”

“Kenapa enggak? Aku kan sepupumu, keponakan ayahmu.” balas Eleanor lagi. Kali ini dia benar-benar membuat William pusing tujuh keliling.

Bukan sebuah rahasia jika bisnis yang dijalankan keluarga Liemsudibyo terkadang bersifat kotor dan menghalalkan segala cara. Baik itu untuk Eleanor, Liem Hok Seeng (ayah Will sendiri) maupun Roger Liemsudibyo (kakak tertua Will yang sekarang duduk di parlemen). Itu membuat bisnis mereka berkembang pesat sejak era reformasi berjalan. Dan cara berbisnis mereka itulah yang tidak William sukai. Sehingga dia memutuskan untuk menemukan jalan hidupnya sendiri. Melakukan segala hal untuk mendapatkan target dan menyingkirkan siapapun yang menghalangi adalah hal biasa. Tapi William tidak percaya kalau target operasi penghancuran Eleanor kali ini adalah perusahaan kecil milik kliennya.

“Maaf Bu Liemsudibyo, tapi aku bukan Liem Hok Seeng, si paman kesayanganmu itu. Jadi aku tidak akan membantumu melakukan bisnis kotor. Lagipula untuk apa kamu menargetkan perusahaan startup? Apa bersaing dengan perusahaan kecil seperti itu membuat bisnis kalian kerepotan sehingga kalian memakai cara kotor lagi?” Cibir Will.

Sepertinya William sudah salah paham dengan tujuan Eleanor. Sehingga wanita di hadapannya itu pun memutar bola mata. Tapi Eleanor sendiri tidak berniat menjelaskan tujuan utamanya. Biarlah sepupunya itu berpikir demikian.

 “Dasar naif!”

“Dalam dunia bisnis, hal yang kotor itu sah-sah saja, Will! Jika kamu ingin mendapatkan kesuksesan, kamu harus membiarkan tanganmu kotor sesekali. Kamu pikir ada orang di dunia ini yang bisa sukses dengan tangan bersih? Tidak ada. Karena sekalipun ada, mereka hanya rajin mencuci tangannya dengan beramal dan mencari muka di hadapan publik.”

William seperti mendapat kotbah siaran ulang. Sebab kata-kata seperti itu juga pernah diucapkan oleh ayahnya, bahkan sama persis. Diantara dia, kakaknya; Roger Antonio Liemsudibyo yang sekarang berpolitik dan menjadi anggota parlemen, lalu kakak perempuannya; Anastasia Liemsudibyo yang memilih hidup bebas di Amerika, tidak ada yang mirip dan berkelakuan seperti ayah mereka. Hanya Eleanor, sepupunya yang lebih mirip ayahnya dibanding semua anak kandungnya. Tapi William merasa bersyukur dengan fakta itu. Mungkin diantara keluarga besarnya hanya dialah yang paling normal, paling berakal sehat dan tidak banyak dosa.

 “Itu kan bisnis kalian! Bisnisku bergerak di bidang terknologi jadi berbeda. Kami lebih mengedepankan persaingan inovasi dibandingkan persaingan kotor seperti itu.” Will masih bisa menyombongkan diri karena merasa lebih menguasai bidang itu dibanding Eleanor.

“Lalu mana inovasi yang kamu maksud?” cibir Eleanor lagi dan lagi. Sampai kapanpun Will menyadari, dia tidak akan menang melawan Eleanor.

“Perusahaanmu bahkan tidak menghasilkan keuntungan sedikitpun dan justru defisit selama bertahun-tahun. Aku dan paman bukan tidak peduli, justru kami sangat prihatin dengan keadaanmu sehingga kami terus memantau perkembangan perusahaanmu. Jadi inovasi apa yang bisa kamu sembunyikan?”

“Shit!” Will mengumpat dalam hati tapi tidak mampu berkata sedikitpun. Dia merasa terpojok karena Eleanor yang ternyata mengetahui segala hal tentang perusahaannya. Mungkin setelah ini dia harus lebih waspada karena ada mata-mata Eleanor di perusahaannya.

“Jadi kamu bisa mengetahui rahasia perusahaanku dengan mudah? Tapi kenapa rahasia perusahaan startup sekelas Bimasakti tidak bisa kamu dapatkan sendiri?”

Eleanor mengeraskan rahangnya. Willima keras kepala seperti pamannya. Hanya saja sepupunya itu tidak sadar jika ada sifat yang diturunkan sang ayahpada dirinya.

 “Begini saja!” Eleanor mencoba meringkas waktu. “Aku tidak akan memaksamu membocorkan data klien perusahaanmu tapi sebagai gantinya rekomendasikan seorang ahli IT terbaik yang bisa berkerja denganku sebagai Hacker!” 

Bab terkait

  • Stiletto Si Wanita Penyihir   Persistent

    Sekilas tentang Haryanto Liemsudibyo atau Liem Sioe Gwan, raja sawit di Indonesia yang telah tutup usia.Haryanto Liemsudibyo lahir dan dibesarkan di Pontianak. Ayahnya seorang Fujian yang kemudian menikah dengan wanita pribumi dan membuka usaha toko kelontong. Setelah dewasa, Haryanto pergi ke jawa untuk melanjutkan kulia. Setelah ayahnya meninggal karena serangan jantung, dia mencoba berwirausaha kecil-kecilan untuk menambah uang kulianya. Namun tidak disangkah usaha itu cukup berkembang. Di pulau jawa, Haryanto juga bertemu gadis pujaannya yang juga peranakan bernama asli Tan mei hwandan kemudian menikahinya. Dari keluarga istri-nya, Haryanto mulai memiliki banyak koneksi. Dia pun secara tidak langsung mendapat dukungan penuh untuk mengembangkan usahanya.Dimulai dari usaha dibidang pangan yaitu mendirikan pabrik mie instant, lalu bank hingga kini perkebunan sawit. Pada saat krisis ekonomi tahun 1998 dan ditamb

  • Stiletto Si Wanita Penyihir   High Standart

    Afternoon tea di TWG Tea Salon & Boutique setiap weekend, berburu barang-barang branded, pemotretan, wawancara majalah, haha-hihi dengan geng “Canci”, party nightmare alias clubbing adalah sederet kegiatan Allena di ibukota. Dia sudah menjadi bagian dari standart hidup wanita di kota itu. Kehidupan Allena pun terlihat sempurna. Apalagi dengan bergabungnya dia di lingkaran geng wanita-wanita populer itu. Sebut saja Mia Arestya, mantan pemain sinetron yang sekarang menjadi nyonya di keluarga Pramuwidjadja (walaupun dia masih terbilang kalah elegan dengan mertuanya yang mempunyai aset fantastis).Mia adalah ketua geng Canci sekaligus pendirinya. Dia yang menyatukan ketiga anggota lainnya; Jenifer Alison, Alexa Indira dan Allena Rheanatha yang juga berasal dari industri hiburan. Jenifer lebih dulu mengenal Allena

  • Stiletto Si Wanita Penyihir   Stakeholder

    Dalam suatu perusahaan, setiap orang memiliki kepentingannya masing-masing. Namun kepentingan tersebut harus bersinergi dengan kepentingan bisnis. Begitupula dengan sistem di keluarga besar Eleanor. Semua anggota keluarga memiliki kepentingannya masing-masing. Mereka pun tidak lebih dari orang asing terdekat. Namun satu hal yang pasti bahwa keberadaan mereka harus bersinergi dan saling menguntungkan. Setiap anak dan cucu di keluarganya pun harus membangun dinasti sendiri. Seperti bisnis pamannya di Singapura dan bisnis ayahnya di Indonesia, kelak anak-anak mereka harus bisa membangung ekspansi bisnis di negara lain. Sayangnya dalam hal ini hanya Eleanor yang berada di jalur tersebut. Sepupuh-sepupuhnya memilih keluar dari sistem stakeholder di keluarganya. Begitupula dengan ayah Eleanor kini.“Papa mau pergi?” tanya perempuan itu ketika bertemu ayahnya di koridor lantai dua. Handoko, sosok berkacamata bingkai hitam itu menghentikan lan

  • Stiletto Si Wanita Penyihir   Expense

    Ini mimisan yang ketiga kalinya dalam minggu ini untuk Jonathan. Dia terlihat seperti pria lemah jika sudah seperti ini. Ryan bahkan sering menggodanya karena kelemahannya tersebut. karena biarpun badan Jonathan termasuk cetakan gym dengan otot bisep yang lebih besar dari milik Ryan. Namun jika memang sudah lelah, tubuhnya tidak bisa dikompromi. Dia akan langsung mimisan seperti hari ini.Selama sebulan ini memang sangat berat untuk bisnis Jonathan. Belum selesai masalahnya dengan para hacker yang mencoba meretas data perusahaannya, dia justru mendapat masalah lain yang lebih serius. Kehilangan investor terbesar perusahaannya, yaitu Jimmy Kwok. Proyek baru yang awalnya akan berjalan sukses dan mendapat dukungan penuh dari semua pihak kini akan lumpuh total jika dia tidak segera menemukan alternatif.Jonathan juga tidak mengerti mengapa perusahan start up seperti Bimasakti harus menerima serangan begitu hebat. Patner bisnisnya; Jimmy Kwok yang tiba-tiba menarik investas

  • Stiletto Si Wanita Penyihir   Kapitalis Ventura

    Untuk pertamakalinya dia tertarik pada seorang pria biasa yang tidak berasal dari kalangannya. Pria berkulit eksotis yang mempunyai sorot mata tajam sekaligus sendu, tidak begitu menarik untuk orang-orang dari lingkungannya dan sangat beresiko jika dia mendekatinya. Hari itu Eleanor melihatnya diantara orang-orang mulia yang rajin mendonasikan kekayaannya untuk menyelamatkan satwa sekaligus harga diri mereka. Laki-laki itu terlihat tidak nyaman tetapi garis rahangnya yang kaku itu tetap dipaksakan untuk tersenyum ramah. Tidakkah dia terlihat seperti kucing yang tersesat. Sosok Jonathan bahkan tidak bisa melebur diantara mereka. Dia terlalu menonjol. Begitu juga dengan sikapnya yang kentara dengan masalah yang dialaminya.Dari balkon VVIP, Eleanor terus mengamati sosok Jonathan hingga tanpa sadar rahangnya mengeras. Dia tidak suka dengan apa yang dilakukan Jonathan di tempat itu. Jonathan terlalu berharga untuk jatuh dalam kubangan orang-orang munafik yang datang

  • Stiletto Si Wanita Penyihir   Stagnan

    Jonathan hanyalah orang biasa. Lahir dari keluarga biasa, tumbuh dewasa dengan lingkungan yang biasa, mempunyai keluarga, pacar, sahabat, kerabat dan tetangga-tetangga yang juga berasal dari kalangan orang biasa. Sekalipun dia pernah bertemu orang-orang terkenal dan berpengaruh, menempuh pendidikan di sekolah bergensi atau memacari seorang model sekaligus aktris. Namun Jonathan tetap menganggap hidupnya biasa-biasa saja, sama seperti kebanyakan orang. Bahkan jika kelak dia sukses dalam bisnisnya, dia tetap ingin hidup biasa-biasa saja.Pertemuaannya kembali dengan Aryan Baskoro−sahabatnya di SMA− sekitar tiga tahun lalu merupakan jembatan emas yang menghubungkan mereka dengan cita-cita lama mereka untuk mendirikan sebuah perusahaan. Kebetulan saat itu Ryan sedang berkerja di Mc Kinsey, perusahaan yang terkenal memiliki standart kualifikasi pegawai sangat tinggi dan mengeluh dengan tekanan dan tuntutan perkerjaannya. Sementara Jonathan bergabung dengan perusahaan t

  • Stiletto Si Wanita Penyihir   Derivasi

    Waktu itu Eleanor berusia sembilan tahun ketika ibunya mengajak Eleanor berbelanja di Orion Plaza. Bisnis keluarganya saat itu memang masih berbasis di Jakarta, begitupula dengan tempat tinggal mereka. Namun krisis ekonomi yang terjadi kala itu menyebabkan masalah yang besar pada beberapa bisnis kakeknya. Sehingga untuk sementara waktu Eleanor pun kembali tinggal dengan kedua orang tuanya (keputusan kala itu yang kemudian berefek besar dalam kehidupan Eleanor). Sama seperti orang tua pada umumnya, Margaret senang mengajak anak perempuannya berbelanja. Tidak peduli kesulitan yang dialami keluarga besar suaminya kala itu. Dan Eleanor pun sama seperti anak pada umumnya, tidak memiliki prasangka apapun pada orang tuanya entah seburuk apapun keadaan saat itu.Namun menjelang siang tiba-tiba kerusuhan besar terjadi di tempat itu. Masa yang berteriak dengan suara memprovokasi dengan cepat menjarah dan membakar kios-kios di kawasan tersebut. Tak hanya kios, mereka pun juga membakar b

  • Stiletto Si Wanita Penyihir   Watchlist

    Setiap detik Eleanor selalu memantau segalanya. Indeks harga saham, CPO (crude palm oil), kurs, kebijakan ekonomi, perkembangan teknologi, prosedural perusahaan, kinerja para direksi, sampai hal yang paling sepele yaitu letak benda-benda di ruangannya. Tidak ada yang boleh melenceng dari aturan semula. Bergeser setengah inci pun dia pasti bisa menyadarinya. Begitu pula dengan letak barang-barang di rumahnya. Kalaupun ada satu benda pun yang tidak berada pada tempatnya, Eleanor pasti sudah bertindak untuk memindahkannya ke tempat semula dan dalam posisi seperti sediakala. Seperti toples makanan ikan yang pagi tadi disentuh Rere. Toples itu hanya bergeser beberapa centi dari tempatnya biasa. Namun Eleanor yang saat itu sudah bersiap-siap hendak pergi tiba-tiba berhenti dan memperbaiki letak toples tersebut. Segala hal harus berada dalam kendalinya, begitulah cara seorang Eleanor berkerja. Bahkan Rere pernah curiga jika Eleanor juga memiliki dua

Bab terbaru

  • Stiletto Si Wanita Penyihir   Spoiler: Cinta Kadar 20% (Sequel)

    Atas permintaan Jonathan acara pernikahan itu pun digelar secara sederhana. Pemberkatan yang digelar di salah satu gereja di Surabaya Barat hanya dihadiri oleh keluarga. Di salah satu gereja elit dengan bangunan bernuansa putih dan berlantai marmer, lukisan-lukisan kisah kristus di langit-langitnya serta deretan tempat duduk jemaat yang dihiasi pita-pita cantik, juga bunga-bunga segar; camelia, mawar, ponny hingga krisan itu Eleanor dan Jonathan berdiri berdampingan menghadap sang pastor untuk mengucapkan janji pernikahan. Eleanor dengan gaun brokat satin putih berlengan panjang dengan potongan dada rendah serta tundung transparan yang menutupi wajahnya terlihat tenang dan anggun saat mengucapkan janji pernikahan dengan bimbingan sang pastor. Sementara Jonathan dengan setelan tuxendo hitam dan sarung tangan putih tampak memandang lurus ke depan seolah memikirkan sesuatu. Di barisan depan kursi jemaat duduk Liem Hok dengan wajah masamnya lalu ayah Eleanor dengan pandangan mata berkaca-

  • Stiletto Si Wanita Penyihir   Kliring

    “Ada hal yang harus kita bicarakan!” Saat pesan itu masuk ke ponselnya, Jonathan sudah bisa menebak hal apa yang akan mereka bicarakan. Sehingga dia langsung memutar mobilnya dan mengambil jalur tercepat menuju HS Group Building. Jam kerjanya fleksibel jadi dia akan memberitahu Ryan untuk memulai briefing tanpanya. Sebenarnya ini adalah hari pertamanya kembali berkerja setelah mengambil cuti panjang. Tidak terbayang banyaknya perkerjaan yang harus diselesaikannya nanti. Meskipun selama masa cutinya baik dia maupun Ryan tetap terhubung dengan perkerjaan mereka. Sesampainya disana Jonathan segera mencari tempat parkir. Meski sudah beberapa kali menginjakkan kakinya di tempat itu, entah kenapa dia masih sering merasa terintimidasi saat memandang bangunan tinggi di hadapannya. Jonathan pun terdiam begitu saja disana setelah keluar dari mobilnya. Butuh beberapa saat baginya untuk menetralkan pikirannya sebelum menghadapi Eleanor. Letak kesalahan itu memang ada pada diri Jonathan. Baik yan

  • Stiletto Si Wanita Penyihir   Diversifikasi

    Bahagia itu bukan hanya perkara memiliki sesuatu. Tapi melepaskan juga bisa menjadi awal dari bahagia. Hanya saja melepaskan memang terkadang lebih sulit dari pada mengejar sesuatu yang diinginkannya. Jadi Jonathan tidak bisa menyalahkan Allena sepenuhnya atas apa yang terjadi tempo hari. Allena berada dalam keterpurukan karena sesuatu hal yang Jonathan belum pahami. Mungkin karena kekasih baru Allena yang pernah dilihat Jonathan telah meninggalkan perempuan itu entah kemana, atau barangkali mereka hanya sedang menggunakan istilah “break” dalam hubungan mereka seperti yang pernah Allena katakan pada Jonathan. Tapi apapun itu perasaan Allena pada Jonathan malam itu pasti hanya bersifat temporal. Dan ketika Allena tidak lagi merasa kesepian, dia pasti akan mencampakkan Jonathan lagi. Atau mereka akan sering bertengkar lagi karena kebiasan Jonathan yang gila kerja. Jadi Jonathan telah memutuskan tidak ingin lagi terjebak perasaan lam

  • Stiletto Si Wanita Penyihir   Cash and Carry

    Rere berjingit saat Eleanor menyumpit potongan tumis pare dan kemudian memakannya. Tidak peduli apakah sayuran pahit itu sudah direndam dalam air garam atau tidak sebelum memasaknya, rasa pahit pare tidak akan hilang sepenuhnya. Tetap ada rasa pahit yang tertinggal. Rere pun tidak habis pikir dengan selera makan Eleanor. Orang-orang berduit di luar sana menghabiskan waktu makan siang mereka dengan makanan enak dan mewah yang dimasak oleh chef di restaurant terkenal sambil menikmati pemandangan indah. Tapi Eleanor justru menikmati tumis pare, nasi putih, ikan kukus, sup kaldu jamur bening dan hidangan pencuci mulut berupa pudding buah untuk makan siangnya. Ditambah Eleanor harus melakukan perjalanan bolak-balik dari kantor ke rumahnya lalu ke kantor lagi hanya untuk makan siang itu.Hari ini Rere tiba dengan penerbangan pertama dan dia langsung menemui Eleanor yang sedang menikmati makan siang di rumahnya. Eleanor ternyata sudah kembali dari Perth sejak beberapa

  • Stiletto Si Wanita Penyihir   Dividien

    Saat memutuskan bertunangan, dia dan Jonathan sepakat dalam satu hal. Bahwa cinta tidak begitu diperlukan dalam hubungan pernikahan mereka. Ada banyak orang-orang di lingkarannya yang memutuskan menikah dengan alasan seperti kepentingan bisnis, mengamankan aset, mengembangkan koneksi, mendapatkan status hingga balas budi. Sementara cinta hanyalah salah satu dari beberapa syarat yang jarang dipertimbangkan. Sebab syarat yang paling penting biasanya hanya menyangkut seperti latar belakang keluarga, harta, karier, pendidikan, kepribadian, penampilan dan kelayakannya. Cinta sendiri ada dalam daftar paling terakhir, atau lebih tepatnya tidak begitu penting. Mereka yang menikah karena cinta adalah orang-orang yang beruntung. Di sebuah bungalow tepi pantai Eleanor menyesap aroma penfolds grange shiraz. Sementara lidahnya mulai terbiasa dengan rasa sepat dan pahit dari kombinasi oak leather, vanilla, kakao, tobacco yang seimbang dan diakhiri fruit bomb

  • Stiletto Si Wanita Penyihir   Kustodian

    “Aku akan membantumu setelah acara pertunangan kita.” dengan nada bicara yang terdengar dingin Eleanor menyanggupi permintaan Jonathan. Sehingga acara pertunangan itu pun berjalan seperti yang seharusnya terjadi.Pasific Rim adalah restaurant yang menyajikan makanan tradisional asia dengan dekorasi dan patern ala Tibet. Berlantai marmer dengan nuansa yang kental dengan warna black & gold di sekelilingnya. Juga pemandangan jendela yang mengarah langsung ke lautan lepas. Semua meja di tempat itu telah terisi penuh oleh tamu undangan dan kerabat Eleanor. Peralatan makan mewah dengan serbet putih, chop stick serta gelas sampanye juga tertata rapi di hadapan mereka. Beberapa waiters pun tampak menyajikan hidangan pembuka.Acara pertunangan sendiri baru dimulai ketika Eleanor dan Jonathan memasuki tempat itu. Best Man yang tak lain adalah Ryan memberikan kontak cincin yang dipercayakan padanya untuk kemudian disem

  • Stiletto Si Wanita Penyihir   Take Profit

    Semua telah disiapkan sedemikian rupa. Bahkan untuk setelan tuxendo yang dikenakan Jonathan di acara pertunangannya nanti malam. Setelan itu sudah ada di suite-nya sejak tadi pagi, masih rapi dan terbungkus. Jonathan tidak menyentuhnya sama sekali, tidak pula berniat mencobanya untuk mengetahui apakah setelan itu sesuai ukurannya atau tidak. Orang lain mungkin berpikir bahwa dia merasa gugup karena acara pertunangan itu. Sehingga dia sampai meng-skip sarapan dan makan siangnya hari ini, lalu memilih tetap berada di dalam suite-nya. Namun bukan itu alasan perubahan diri Jonathan. Acara pertunangan itu tidak sedikitpun membuatnya gugup. Malahan dia nyaris lupa jika hari pertunangannya dengan Eleanor telah tiba dan dia pun terjebak di sebuah hotel berjalan yang letaknya ribuan mil dari tempatnya berasal.Jonathan memandangi setelan itu sejenak, menghelaikan napasnya lalu kembali memeriksa ponselnya. Kapal pesiar itu sedang transit di pel

  • Stiletto Si Wanita Penyihir   Ethical Standard

    Cukup merepotkan sebenarnya jika harus mengadakan pesta pertunangan di atas kapal pesiar. Mereka harus terbang ke Singapura, menginap di hotel beberapa waktu sembari menunggu jadwal pelayaran. Namun tidak ada yang sulit dilakukan selama Liem Hok yang memutuskan. Kapal pesiar mewah Seven Sea itu akan melakukan perjalanan selama 14 hari dari Singapura menuju melintasi beberapa pelabuhan di negara-negara seperti Thailand, Cambodia, Vietnam, Philippines, sebelum sampai di Hongkong. Dan Liem Hok-lah yang membiayai perjalanan serratus lima puluh tamu undangan di kapal pesiar itu, termasuk keluarga dan kerabatnya. Semua dilakukannya seolah–olah demi pesta pertunangan keponakan kesayangannya, Eleanor Liemsudibyo. Meski yang dilihat Eleanor sendiri justru tidak demikian rupa.Untuk orang seperti pamannya, Eleanor memahami bahwa dia tidak perlu berbicara lantang untuk menolak atau menentang sesuatu. Karena bagi Liem Hok uang-lah yang dapat menggantikan

  • Stiletto Si Wanita Penyihir   Business to Business

    Tak pernah Eleanor merasa sesulit ini bertemu pamannya. Dan baru pertama kalinya pula dia diperlakukan seperti ini oleh pamannya. Padahal sudah tiga hari sejak Eleanor tiba di Hongkong, menginap di salah satu apartemen keluarganya hanya sekedar menunggu Liem Hok memiliki waktu untuk menemuinya. Sudah berkali-kali juga dia menanyakan agenda pamannya pada sang sekretaris, tapi jawaban yang didapatnya tetap bahwa Liem Hok sedang sibuk hingga akhir pekan. Bahkan ketika Eleanor nekat mendatangi kediaman pamannya pun dia tetap tidak bisa bertemu dengan pamannya. Selalu ada alasan bagi Liem Hok untuk mengulur-ulur waktu Eleanor. Dan hal itu semakin menguatkan keyakinan Eleanor bahwa Liem Hok sudah mengetahui semua. Sekarang dia pun hanya bisa bergantung pada perjanjian yang dibuatnya dengan William.“Oke… aku akan tanda tangan. Tapi dengan satu syarat. Aku mau kamu membiarkan Rere berkerja denganku setelah kamu menikah dengan Jonathan. Bagaimana?”

DMCA.com Protection Status