Share

The Real Queen

Penulis: Renita Sylvia
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-12 08:27:35

January, 2017

Eleanor tidak suka barang branded. Dia membenci segala hal yang akan membuatnya seperti penggemar rendahan. Semua hal yang dimilikinya pun tidak boleh ada yang menyamai dan tidak ada yang memiliki sesuatu yang sama seperti miliknya. Termasuk itu dalam hal pakaian, sepatu, tas maupun aksesoris. Semua pakaian yang dikenakan Eleanor baik itu pakaian kerja atau pakaian untuk acara-acara tertentu dijahit oleh penjahit keluarganya dan desainer kepercayaannya. Jadi bisa dipastikan tidak ada merk dari brand apapun yang menempel di tubuhnya. Prada, Chanel, Gucci, Armani, Burberry, Hermes, Fendi dan teman-temannya mungkin dianggap Eleanor hanya seperti brand idola para rakyat jelata seperti Rere. Dan sekalipun ada sebuah brand yang dimilikinya, seperti jam tangan atau kacamata, itupun dipesan khusus dan biasanya dari hasil desain orang-orang yang sudah dikenalnya. Namun jujur saja Eleanor lebih suka memakai barang-barang buatan lokal, apalagi kalau itu handmade. Seperti tas tangan yang dipakainya ke kantor setiap hari merupakan karya eksklusif seniman tas kulit terkenal dari Bali.

Hal itulah yang membuat Eleanor berbeda dari kebanyakan wanita. Normalnya wanita akan menyukai apa itu yang disebut shoping. Tapi Eleanor, kemanapun dia pergi dan bahkan ke belahan dunia mana saja, dia lebih menghindari keramaian. Sehingga hampir dipastikan dia tidak pernah menginjakkan kakinya di Mall atau pusat perbelanjaan manapun di dunia. Bahkan untuk kebiasaan yang satu ini pun Rere nyaris gila dibuatnya. Sebab Eleanor tidak akan pernah mau makan makanan yang dimasak oleh orang yang tidak dikenalnya. Bahkan sekalipun makanan itu dibeli dari restaurant bintang tujuh atau dimasak chef professional. (Dalam hal ini Rere sering berpikir Eleanor separanoid Kim Jong Un, pemimpin Korea Utara)

Setiap hari, bahkan untuk sarapan, makan siang dan makan malam, Eleanor lebih memilih pulang dan menyantap makanan yang dimasak oleh juru masak di rumahnya. Masakan sederhana dari bahan-bahan segar yang diambil dari kebun dan hasil tangkapan nelayan setempat, dengan porsi secukupnya hingga tidak menyisakan sebutir nasi atau bumbu sedikipun di piring setelah dia selesai makan. Bahkan saking pelit dan iritnya, Eleanor tidak pernah menawari Rere makanan dari rumahnya. Eleanor akan makan di meja makannya dengan tenang. Sementara Rere mendapat kebebasan makan siang di restaurant manapun sendiri.

Padahal juru masak di rumah Eleanor pun bukan koki bintang lima atau chef terkenal, juru masaknya hanya perempuan paruh baya yang sudah mengabdi di keluarga Eleanor sejak kakek-neneknya masih hidup. Di rumah tua di kawasan Surabaya Barat −yang merupakan rumah lama kakek dan neneknya itupun−Eleanor hanya memperkerjakan tiga orang; satu juru masak, satu bagian bersih-bersih dan satu lagi supir yang merangkap penjaga. Ketiganya nyaris sudah memasuki usia pensiun. Eleanor memang seperti itu. Casing luarnya saja yang terlihat seperti perempuan muda pemilik perusahaan Holding Company yang sukses. Tapi sebetulnya mentalnya sudah serupa pamannya yaitu Liem Hok, pria nyentrik yang usianya sudah separuh abad.

Namun kali ini, karena sebuah persaingan konyol dengan teman sekaligus musuh bebuyutannya dari masa lalu, Eleanor terpaksa menginjakkan kakinya di Paragon mall untuk memesan secara langsung sepasang sepatu branded eksklusif yang hanya ada beberapa unit di dunia. Tentu itu karena majalah murahan yang dibaca Rere pagi tadi. Yang memuat informasi provokatif dari si teman beracun itu, sehingga membuat permusuhan lama itupun kembali muncul ke permukaan.

Majalah Gosip High Class (edisi special tahun baru)

Menguak Pernikahan Kedua Sang Milyader

-Bagian 2-

−Alih-alih memanggilnya tuan putri, dulu kami justru lebih senang menyebutnya sebagai penyihir. Yah… semacam penyihir yang mampu mendapatkan apapun yang diinginkannya dengan sihir yang disebut uang.” Komentar calon mempelai wanita saat kami mencoba bertanya tentang persahabatannya dengan Dirut HS Group, Eleanor Liemsudibyo. Tampaknya calon istri Jimmy Kwok ini bukanlah orang biasa, dia bukan hanya cucu dari salah satu pengusaha ternama. Namun lingkup pergaulannya pun terbilang kelas atas karena berteman baik dengan salah satu anggota keluarga kerajaan sawit di Indonesia.

Seperti yang kita ketahui bahwa keluarga Liemsudibyo adalah salah satu penguasa perkebunan sawit di Indonesia, mereka memiliki lebih dari tiga ratus ribu hektar lahan kelapa sawit yang tersebar di beberapa pulau seperti Kalimantan dan Sumatera. Tak hanya lahan sawit, keluarga Liemsudibyo pun mempunyai perusahaan pengolahan sawit berbasis internasional di Singapura, perusahaan pengembangan biodesel di Riau serta Holding Company yang berpusat di Surabaya. Selama ini keluarga ini cukup tertutup pada media, bahkan tak sedikit media yang kecewa karena gagal mendapatkan informasi tentang mereka. Tetapi berkat Jennica Tjandra yang merupakan calon istri Jimmy Kwok, banyak hal yang bisa diketahui tentang keluarga ini. Khususnya tentang Eleanor Limsudibyo, wanita yang menarik perhatian publik karena menjadi pemimpin salah satu perusahaan besar di Indonesia di usia yang relatif muda yaitu 27 tahun.

“Eleanor itu sejak dulu memang sangat ambisius, dia selalu berusaha menjadi yang terbaik dan tak jarang dia menggunakan segala cara untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Itu juga terlihat bukan dari cara dia memimpin perusahaannya, dia tampak tidak pernah berubah. Tapi lucunya, sejak dulu dia tidak pernah bisa menjadi yang terbaik dalam hal percintaan karena sebagian besar anak laki-laki justru takut berurusan dengan dia maupun keluarganya,” lanjut Jennica atau yang lebih suka kami panggil dengan nama Jenny dengan sedikit candaan. Walaupun ia calon istri seorang Jimmy Kwok namun wanita seperti dia tampaknya tetap mempertahankan sikap rendah hati. “Aku juga mendengar dia menjabat sebagai Dirut HS Group sekaligus calon pewaris kekayaan orang tuanya. Bahkan kemungkinan besar dia juga menjadi pewaris kerajaan sawit kakeknya setelah sepupu tertuanya; Roger Limsudibyo memilih untuk menggeluti dunia politik dibandingkan mengurusi perusahaan keluarganya. Tapi aku yakin itu bukan sebuah kebetulan karena aku tahu bagaimana jalan pikiran Eleanor yang sedikit manipulatif.”

Berbicara dengan Jenny dalam sesi wawancara ini sangat menyenangkan, dia bersikap ramah dan sangat terbuka. Bahkan ketika kami meminta tanggapannya tentang rumor buruk yang beredar seputar reputasi temannya (Read; Eleanor Limsudibyo) dalam dunia bisnis, dia pun tidak menampik. “Aku tahu dengan pasti bagaimana sifat Eleanor karena kami berteman sejak masih sekolah dan aku sangat prihatin dengan rumor-rumor kurang sedap itu. Aku harap dia bisa berubah dan menyusulku untuk segera menikah. Bukankah kesuksesan wanita itu tidak akan lengkap tanpa menikah?” Imbuh Jenny.

Resepsi pernikahan Jenny dan Jimmy Kwok sendiri rencananya akan digelar di dua kota yaitu Shanghai dan Surabaya. Konsep pernikahan dan gaun yang akan dikenakannya pada resepsi itu masih dirahasiakan, kami tidak berhasil mengorek lebih jauh selain latar belakang dan status sosialnya. Tapi dia berkata bahwa pernikahaannya akan menjadi pesta pernikahaan yang berkesan karena begitu banyak selebriti ibukota dan tamu kehormatan yang akan diundang, seperti Eleanor Limsudibyo misalnya.

Redaksi High Class\Monalisa L\ 20 Desember 2016

“Teman katanya? Dasar si ular sanca!” umpat Rere,

“Otaknya terbuat dari apa sih? Atau Jenny si ular sanca itu memang gak punya otak sama sekali?” lanjutnya sambil meremas tangannya kuat-kuat.

Eleanor tidak merespon. Nama perempuan yang disebut sekretarisnya itu justru membawanya pada ingatan lama. Sepuluh tahun yang lalu. Ketika dia masih tinggal dengan kakeknya bersama sepupunya Roger Antonio Liemsudibyo. Dimana saat itu Eleanor hanya gadis berkacamata tebal yang terlalu serius belajar dan hanya sedikit mempunyai teman. Sekalipun dia lahir dari keluarga kaya dan berkuasa tetapi tidak berarti dia hidup dimanja dalam kemewahan. Justru alasan kakeknya memboyong Eleanor dan sepupunya ke rumah besarnya adalah agar keduanya tumbuh dengan pendidikkan langsung dari kakeknya (pendidikan ala pebisnis yang mengharuskan mereka berkerja keras seperti babu jika ingin mendapatkan sesuatu).

Eleanor adalah pribadi yang tertutup saat itu. Satu-satunya teman yang dimilikinya hanya Jennica Tjandra, putri bungsu pemilik perusahaan textil yang merupakan orang dari lingkaran kekuasaan kakeknya. Namun pertemanan yang pernah Eleanor pikir sebagai satu-satunya yang membuatnya bahagia ternyata hanya sebuah kebohongan. Entah bagaimana awalnya, mereka kemudian berakhir menjadi rival hingga kini.

“Haruskan aku melakukan sesuatu untuk memberinya pelajaran? Aku ingin sekali mematakan hidung silikonnya seperti dulu.” Resti Anggika, sekretaris pribadi Eleanor mudah tersulut amarahnya jika menyangkut Jenny. Hal itu karena Resti telah mengenal Eleanor cukup lama bahkan sebelum wanita di hadapannya itu menjadi atasannya.

“Kenapa justru kamu yang marah?” tanya Eleanor.

Matahari sudah mulai cenderung ke barat dan sinarnya pun menerobos jendela kaca di punggung Eleanor. Dibalik jendela itu juga terlihat pemandangan pulau sentosa yang indah dengan bangunan-bangunan tinggi di sekelilingnya.

Paman Eleanor, Liem Hok Seeng adalah presiden komisaris Golden Palm Internasional.Ltd, salah satu perusahaan pengolahan minyak scala internasional yang dimiliki keluarga Eleanor. Setelah menghadiri rapat tahunan pemegang saham, Eleanor memutuskan tinggal sampai tahun baru.

“Lalu menurutmu, aku akan diam setelah dia mempermalukanmu? Jawabannya sudah tentu tidak, karena aku bukan tipe orang yang sabar dalam menghadapi si ular sanca itu. Jadi keputusanku adalah aku akan segera menelpon kepala redaksi untuk menarik peredaran edisi itu.”

Setelah pertimbangan yang cukup lama, Rere membuat keputusan sendiri. Dia tidak bisa membiarkan kehidupan Eleanor menjadi bahan publik terutama karena sebuah majalah gossip yang memojokannya. Baginya itu sama saja menghina dirinya.

“Kamu memang bisa diandalkan, Re.” sergah Eleanor, “Tapi asal kamu tahu saja kalau aku tidak rela mengeluarkan uang sepeserpun untuk majalah murahan seperti itu.”

Rere meletakkan kembali ponselnya dan lantas mengumpat dalam hati. Bagian yang paling dia benci dari berkerja dengan orang-orang semacam Eleanor adalah sifat pelit mereka. Padahal jika dihitung-hitung kekayaan mereka tidak akan habis tujuh turunan.

“Ini nih yang paling kubenci! Saat kamu terlalu santai menghadapi orang-orang yang berniat merusak citramu. Dasar Tacik pelit!” cibir Rere.

Eleanor hanya tersenyum miring. Dia menyesali kata-kata yang diucapkan Rere. “Memangnya aku punya citra yang baik selama ini? Kenyataannya aku memang seperti itu, Re. Jadi tidak akan ada bedanya untukku?” sahut perempuan itu tanpa menoleh. Tampaknya dokumen yang sedang dipelajarinya lebih menarik dari topik pembicaraan itu.

“Lagipula aku tidak dilahirkan dari keluarga yang murah hati, yang mengijinkanku menghambur-hamburkan uang sesuka hati. Jangankan untuk membayar media, untuk dapat uang saku saja aku harus berkerja pada keluargaku sendiri sejak masih muda.”

“Kamu merendah untuk meroket ya?” Rere dengan memasang raut wajah sebal. “Itu memang karena keluargamu saja yang takut ketahuan kalau kalian penimbun harta! Makanya kalian sengaja merendah.”

Eleanor semakin tertawa dalam hati. “Benarkah? Coba katakan itu sekali lagi! Lebih tepatnya di depan paman.” Bibir tipis Eleanor tersenyum culas, dia sengaja melipat tangannya di depan dada sambil memutar kursi kerjanya untuk menggoda Rere.

“Kenapa harus bawa-bawa Pak Liem sih? Itu kan lain lagi.”

Tidak ada orang yang berani berkata macam-macam di depan paman Eleanor. Stigma kejam, culas dan pelit sudah melekat dengan kuat di wajah pria berumur enam puluh tahun itu. Padahal bagi Eleanor, pamannya tidak lebih dari orang yang berselera nyentrik baik itu dalam berpakaian yang cenderung suka memakai celana pendek maupun gaya kepemimpinannya.

“Sudahlah… lebih baik kamu kembali ke Surabaya dan mengambil cuti yang kuberikan untuk tahun baru. Tidakah kamu perlu itu untuk mendapatkan jodoh?” kali ini Eleanor balas mencibir. Permbicaraannya dengan Rere memang selalu santai, tidak seperti saat dia berhadapan dengan pegawai lain.

“Kurang ajar!” umpat perempuan berkacamata itu. Diambilnya beberapa dokumen di atas meja yang sudah diperiksa Eleanor, kemudian merapikan. Topik jodoh memang sangat sensitive bagi Rere meskipun tingkat sensitivitas-nya masih di bawah topik tentang Jenny.

“Dibanding mengambil cuti, aku lebih tertarik menghabiskan malam tahun baru di sini, di negara termaju seasia tenggara. Jadi kamu tidak akan bisa menghindari tentang rencanamu untuk si ular sanca itu. Aku yakin kamu pasti punya rencana bukan?”

“Aku tidak punya rencana apapun untuk Jenny, itulah kenyataannya.” Jawab Eleanor enteng. Seolah masaah dengan mantan temannya tersebut tidaklah besar. Tapi Rere sudah mengenal baik tabiat Eleanor luar dalam. Tidak mungkin wanita yang arogan sepertinya memilih untuk mengalah dengan rival abadinya.

“Tidak mungkin kamu bersikap sesantai ini kalau kamu tidak punya rencana, aku tidak percaya denganmu! Atau kamu memang tidak bermaksud datang ke pesta pernikahannya? Aku yakin dia akan sangat malu karena tamu yang dibanggakannya justru tidak datang.”

“Kupikir aku tidak sepenting itu, Re. Dibandingkan tamu-tamu undangan suami Jenny, aku masih tidak ada apa-apanya. Tapi kalau dipikir tidak ada salahnya juga kalau aku datang.”

“Apa? Kamu akan datang?” Rere menggebrak meja di hadapannya, “Apa kamu lupa apa yang sudah dilakukan si ular sanca itu padamu? Bertahun-tahun kamu sudah diam. Tapi dia terus menganggumu. Harusnya kamu bisa menunjukan padanya kalau kamu sudah berbeda kelas dengannya. Jadi dia harus berpikir dua kali jika ingin menyaingimu.”

Eleanor tidak akan pernah lupa tentang semua detil masa lalunya. Termasuk itu awal bagaimana pertemanannya dengan Jenny berakhir buruk. Mungkin masalah saat itu hanya masalah kecil yang seharusnya tidak perlu dibesarkan jika Jenny meminta maaf secara dewasa. Tapi sayangnya hal itu tidak pernah dilakukannya karena ego perempuan itu sendiri.

“Aku tidak terlalu menganggap manusia sepertinya penting. Tapi baiklah… aku akan memberi pelajaran padanya di hari pernikahannya nanti.”

Rere bersorak. Seolah dia baru memenangkan undian. “Wah… akhirnya kamu mengatakannya juga! Asal kamu tahu saja, Eleanor yang kukenal itu bukan orang yang sabar. Dia bahkan bisa melempar sepatu ke wajah pegawainya.”

“Apa maksud kamu? Kamu menyindir aku lagi?”

“Tidak, tidak menyindir. Aku hanya mengatakan yang sebenarnya kok.” gumam Rere yang masih bisa di dengar Eleanor.

“Hei nenek tua! Karena kamu sudah memancing sifat culasku jadi besok kamu yang harus menyiapkan segala sesuatu yang aku butuhkan. Sepatu, gaun, accesoris dan juga sebuah kado yang akan membuat mata Jenny melompat keluar.”

“Siap! Dengan senang hari kusiapkan.” sahutnya dengan wajah yang lebih bersemangat dari biasanya. Padahal biasanya perempuan itu akan mengeluh jika diberi tugas di hari liburnya.

Bab terkait

  • Stiletto Si Wanita Penyihir   High Heels To Kill

    Majalah Online FeminimRunner Up Asia Top Model BertunanganSiapa yang tidak mengenal Allena Rheanatha, model cantik asal Surabaya, mantan runner up Asia Top Model 2015 ini sudah sering melenggok di catwalk event-event busana ternama. Tak hanya itu beberapa judul FTV pun pernah dibintanginya bersama artis-artis ternama. Beberapa waktu yang lalu Allena dikabarkan telah bertunangan dengan kekasihnya yang merupakan seorang pengusaha IT di Surabaya. Usut-diusut ternyata Allena dan tunangannya telah berpacaran cukup lama. Salah satu teman baik Allena bahkan mengatakan bahwa mereka telah berpacaran sejak SMA, hanya saja putus nyambung.Saat dikonfirmasi tentang kebenaran pertunangannya, Allena tidak menampik. Dia bercerita bahwa kekasihnya yang akrab dipanggi Jo alias Jonathan Aldebaran telah melamarnya beberapa waktu lalu. Lamaran yang sederhana dan hanya melibatkan mereka berdua. Namun me

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-13
  • Stiletto Si Wanita Penyihir   Independent

    Blouse satin berwarna gading dipadukan dengan blazer merah, kacamata hitam dan rambut pendek curly yang diikat rapi ke belakang adalah style andalan Eleanor di kantor. Tidak lupa celana katun high weish dan sebuah stiletto merah yang membalut kakinya. Seharusnya style seperti itu lebih cocok jika dipadukan dengan rok pensil seukuran lutut, apalagi dengan kegemaran Eleanor terhadap stiletto. Tetapi wanita yang tahun ini genap berusia dua puluh tujuh tahun itu menolak keras gaya berpakaian seperti itu. Eleanor yang seperti alergi dengan pakaian seksi bahkan sampai menetapkan aturan di perusahaannya untuk melarang pegawai wanita memakai rok dan kemeja seksi. Dengan dalil kesetaraan gender, dia tidak ingin pegawai wanita mendapat perlakuan khusus terlebih dipandang dengan sudut kecantikan semata.Standart kerja yang diterapkan Eleanor sejak dia menjabat sebagai direktur utama HS Group pun juga terbilang tinggi. Setiap pegawai akan diawasi oleh satuan khusus sehingga dilarang berc

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-14
  • Stiletto Si Wanita Penyihir   Sensitivity

    Tidak ada jaminan bahwa seseorang yang dibesarkan dari keluarga harmonis dan bahagia tidak akan memiliki trauma pada pernikahan. Seorang yang lahir di keluarga yang sempurna seperti Eleanor pun bahkan bisa tidak mempercayai cinta sedikitpun, apalagi sebuah komitmen yang disebut pernikahan. Eleanor tidak punya waktu untuk memikirkan pernikahan dalam hidupnya. Karena kebanyakan pernikahan yang dikenalnya tidak lebih dari pernikahan bisnis, atau kalau tidak pernikahan parasite, dimana salah satu belah pihak berusaha mendapatkan keuntungan dari pernikahaan itu. Sungguh Eleanor tidak tertarik jenis pernikahaan apapun di dunianya.Begitu pula dengan pesta pernikahan konyol yang sedang berlangsung itu. Dibandingkan dengan pesta pernikahaan romantis dimana kedua mempelai menunjukan tatapan saling mencintai, pesta itu justru lebih tepat disebut pesta pernikahan bisnis. Banyak relasi dari Jimmy Kwok yang hadir, dibandingkan keluarga atau sahabat dekat Jenny. Tetapi Eleanor juga hampir

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-15
  • Stiletto Si Wanita Penyihir   Risk Taker

    “Keberanian untuk mengambil resiko apapun demi mencapai tujuan.”Di sebelah Konservatorium mini halaman rumahnya, ada sebuah sauna dari bambu yang rutin digunakan Eleanor untuk Meditasi atau Yoga. Paling lama setengah jam, tergantung seberapa besar amarah yang sedang dikendalikannya. Tapi terkadang juga bisa sampai berjam-jam, atau lima belas menit saja kalau tidak ada hal apapun yang menganggu mood-nya. Suasana hati Eleanor memang mirip cuaca. Kadang mendung, kadang cerah. Sebentar hujan, lalu tiba-tiba menghangat. Tapi dalam keadaan cerah sekalipun, sikap Eleanor memang tetap kaku seperti itu.Hanya saja Rere tidak tahu apa yang membuat Eleanor mampu menghabiskan dua jam di arena tembak. Pasti moodnya kali ini lebih ekstrim dari yang bisa dikendalikannya dengan Yoga. Olahraga ekstrim itu pun hanya dilakukan Eleanor paling tidak seminggu sekali. Itu juga paling lama tiga puluh menit. Dan jangan ditanya seberapa jago Eleanor menembak. Dari usinya t

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-01
  • Stiletto Si Wanita Penyihir   Innovative

    “Keluar dari jalur kuno dan menciptakan inovasi.”Dalam sebuah keluarga besar pasti ada seorang pembangka di dalamnya. Atau si bungsu yang merasa terabaikan sehingga melakukan banyak tingkah untuk mendapatkan perhatian. Begitulah William Liemsudibyo. Lahir dengan IQ 150. Setidaknya cukup membuatnya mendapat julukan genius. Saat masih kecil William bercita-cita menjadi dokter, sehingga ayahnya langsung membuatkannya sebuah rumah sakit premium bernama Williemsiom. Namun di tahun terakhir dia kulia kedokteran di NUS, William justru mengundurkan diri. Lalu memutuskan untuk mengambil study robotika di Penysilvania. Tentu saja hal itu menjadi kontroversi besar di keluarganya.Tidak berhenti disana, William bahkan nyaris mengitari separuh dunia untuk menguji kemampuannya sendiri. Setelah menyelesaikan study robotika-nya, William mengambil gelar lain dari universitas yang berbeda-beda, mulai dari Swiss Federal Institute of Technology Zurich jurusan teknik,

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-03
  • Stiletto Si Wanita Penyihir   Persistent

    Sekilas tentang Haryanto Liemsudibyo atau Liem Sioe Gwan, raja sawit di Indonesia yang telah tutup usia.Haryanto Liemsudibyo lahir dan dibesarkan di Pontianak. Ayahnya seorang Fujian yang kemudian menikah dengan wanita pribumi dan membuka usaha toko kelontong. Setelah dewasa, Haryanto pergi ke jawa untuk melanjutkan kulia. Setelah ayahnya meninggal karena serangan jantung, dia mencoba berwirausaha kecil-kecilan untuk menambah uang kulianya. Namun tidak disangkah usaha itu cukup berkembang. Di pulau jawa, Haryanto juga bertemu gadis pujaannya yang juga peranakan bernama asli Tan mei hwandan kemudian menikahinya. Dari keluarga istri-nya, Haryanto mulai memiliki banyak koneksi. Dia pun secara tidak langsung mendapat dukungan penuh untuk mengembangkan usahanya.Dimulai dari usaha dibidang pangan yaitu mendirikan pabrik mie instant, lalu bank hingga kini perkebunan sawit. Pada saat krisis ekonomi tahun 1998 dan ditamb

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-04
  • Stiletto Si Wanita Penyihir   High Standart

    Afternoon tea di TWG Tea Salon & Boutique setiap weekend, berburu barang-barang branded, pemotretan, wawancara majalah, haha-hihi dengan geng “Canci”, party nightmare alias clubbing adalah sederet kegiatan Allena di ibukota. Dia sudah menjadi bagian dari standart hidup wanita di kota itu. Kehidupan Allena pun terlihat sempurna. Apalagi dengan bergabungnya dia di lingkaran geng wanita-wanita populer itu. Sebut saja Mia Arestya, mantan pemain sinetron yang sekarang menjadi nyonya di keluarga Pramuwidjadja (walaupun dia masih terbilang kalah elegan dengan mertuanya yang mempunyai aset fantastis).Mia adalah ketua geng Canci sekaligus pendirinya. Dia yang menyatukan ketiga anggota lainnya; Jenifer Alison, Alexa Indira dan Allena Rheanatha yang juga berasal dari industri hiburan. Jenifer lebih dulu mengenal Allena

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-05
  • Stiletto Si Wanita Penyihir   Stakeholder

    Dalam suatu perusahaan, setiap orang memiliki kepentingannya masing-masing. Namun kepentingan tersebut harus bersinergi dengan kepentingan bisnis. Begitupula dengan sistem di keluarga besar Eleanor. Semua anggota keluarga memiliki kepentingannya masing-masing. Mereka pun tidak lebih dari orang asing terdekat. Namun satu hal yang pasti bahwa keberadaan mereka harus bersinergi dan saling menguntungkan. Setiap anak dan cucu di keluarganya pun harus membangun dinasti sendiri. Seperti bisnis pamannya di Singapura dan bisnis ayahnya di Indonesia, kelak anak-anak mereka harus bisa membangung ekspansi bisnis di negara lain. Sayangnya dalam hal ini hanya Eleanor yang berada di jalur tersebut. Sepupuh-sepupuhnya memilih keluar dari sistem stakeholder di keluarganya. Begitupula dengan ayah Eleanor kini.“Papa mau pergi?” tanya perempuan itu ketika bertemu ayahnya di koridor lantai dua. Handoko, sosok berkacamata bingkai hitam itu menghentikan lan

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-07

Bab terbaru

  • Stiletto Si Wanita Penyihir   Spoiler: Cinta Kadar 20% (Sequel)

    Atas permintaan Jonathan acara pernikahan itu pun digelar secara sederhana. Pemberkatan yang digelar di salah satu gereja di Surabaya Barat hanya dihadiri oleh keluarga. Di salah satu gereja elit dengan bangunan bernuansa putih dan berlantai marmer, lukisan-lukisan kisah kristus di langit-langitnya serta deretan tempat duduk jemaat yang dihiasi pita-pita cantik, juga bunga-bunga segar; camelia, mawar, ponny hingga krisan itu Eleanor dan Jonathan berdiri berdampingan menghadap sang pastor untuk mengucapkan janji pernikahan. Eleanor dengan gaun brokat satin putih berlengan panjang dengan potongan dada rendah serta tundung transparan yang menutupi wajahnya terlihat tenang dan anggun saat mengucapkan janji pernikahan dengan bimbingan sang pastor. Sementara Jonathan dengan setelan tuxendo hitam dan sarung tangan putih tampak memandang lurus ke depan seolah memikirkan sesuatu. Di barisan depan kursi jemaat duduk Liem Hok dengan wajah masamnya lalu ayah Eleanor dengan pandangan mata berkaca-

  • Stiletto Si Wanita Penyihir   Kliring

    “Ada hal yang harus kita bicarakan!” Saat pesan itu masuk ke ponselnya, Jonathan sudah bisa menebak hal apa yang akan mereka bicarakan. Sehingga dia langsung memutar mobilnya dan mengambil jalur tercepat menuju HS Group Building. Jam kerjanya fleksibel jadi dia akan memberitahu Ryan untuk memulai briefing tanpanya. Sebenarnya ini adalah hari pertamanya kembali berkerja setelah mengambil cuti panjang. Tidak terbayang banyaknya perkerjaan yang harus diselesaikannya nanti. Meskipun selama masa cutinya baik dia maupun Ryan tetap terhubung dengan perkerjaan mereka. Sesampainya disana Jonathan segera mencari tempat parkir. Meski sudah beberapa kali menginjakkan kakinya di tempat itu, entah kenapa dia masih sering merasa terintimidasi saat memandang bangunan tinggi di hadapannya. Jonathan pun terdiam begitu saja disana setelah keluar dari mobilnya. Butuh beberapa saat baginya untuk menetralkan pikirannya sebelum menghadapi Eleanor. Letak kesalahan itu memang ada pada diri Jonathan. Baik yan

  • Stiletto Si Wanita Penyihir   Diversifikasi

    Bahagia itu bukan hanya perkara memiliki sesuatu. Tapi melepaskan juga bisa menjadi awal dari bahagia. Hanya saja melepaskan memang terkadang lebih sulit dari pada mengejar sesuatu yang diinginkannya. Jadi Jonathan tidak bisa menyalahkan Allena sepenuhnya atas apa yang terjadi tempo hari. Allena berada dalam keterpurukan karena sesuatu hal yang Jonathan belum pahami. Mungkin karena kekasih baru Allena yang pernah dilihat Jonathan telah meninggalkan perempuan itu entah kemana, atau barangkali mereka hanya sedang menggunakan istilah “break” dalam hubungan mereka seperti yang pernah Allena katakan pada Jonathan. Tapi apapun itu perasaan Allena pada Jonathan malam itu pasti hanya bersifat temporal. Dan ketika Allena tidak lagi merasa kesepian, dia pasti akan mencampakkan Jonathan lagi. Atau mereka akan sering bertengkar lagi karena kebiasan Jonathan yang gila kerja. Jadi Jonathan telah memutuskan tidak ingin lagi terjebak perasaan lam

  • Stiletto Si Wanita Penyihir   Cash and Carry

    Rere berjingit saat Eleanor menyumpit potongan tumis pare dan kemudian memakannya. Tidak peduli apakah sayuran pahit itu sudah direndam dalam air garam atau tidak sebelum memasaknya, rasa pahit pare tidak akan hilang sepenuhnya. Tetap ada rasa pahit yang tertinggal. Rere pun tidak habis pikir dengan selera makan Eleanor. Orang-orang berduit di luar sana menghabiskan waktu makan siang mereka dengan makanan enak dan mewah yang dimasak oleh chef di restaurant terkenal sambil menikmati pemandangan indah. Tapi Eleanor justru menikmati tumis pare, nasi putih, ikan kukus, sup kaldu jamur bening dan hidangan pencuci mulut berupa pudding buah untuk makan siangnya. Ditambah Eleanor harus melakukan perjalanan bolak-balik dari kantor ke rumahnya lalu ke kantor lagi hanya untuk makan siang itu.Hari ini Rere tiba dengan penerbangan pertama dan dia langsung menemui Eleanor yang sedang menikmati makan siang di rumahnya. Eleanor ternyata sudah kembali dari Perth sejak beberapa

  • Stiletto Si Wanita Penyihir   Dividien

    Saat memutuskan bertunangan, dia dan Jonathan sepakat dalam satu hal. Bahwa cinta tidak begitu diperlukan dalam hubungan pernikahan mereka. Ada banyak orang-orang di lingkarannya yang memutuskan menikah dengan alasan seperti kepentingan bisnis, mengamankan aset, mengembangkan koneksi, mendapatkan status hingga balas budi. Sementara cinta hanyalah salah satu dari beberapa syarat yang jarang dipertimbangkan. Sebab syarat yang paling penting biasanya hanya menyangkut seperti latar belakang keluarga, harta, karier, pendidikan, kepribadian, penampilan dan kelayakannya. Cinta sendiri ada dalam daftar paling terakhir, atau lebih tepatnya tidak begitu penting. Mereka yang menikah karena cinta adalah orang-orang yang beruntung. Di sebuah bungalow tepi pantai Eleanor menyesap aroma penfolds grange shiraz. Sementara lidahnya mulai terbiasa dengan rasa sepat dan pahit dari kombinasi oak leather, vanilla, kakao, tobacco yang seimbang dan diakhiri fruit bomb

  • Stiletto Si Wanita Penyihir   Kustodian

    “Aku akan membantumu setelah acara pertunangan kita.” dengan nada bicara yang terdengar dingin Eleanor menyanggupi permintaan Jonathan. Sehingga acara pertunangan itu pun berjalan seperti yang seharusnya terjadi.Pasific Rim adalah restaurant yang menyajikan makanan tradisional asia dengan dekorasi dan patern ala Tibet. Berlantai marmer dengan nuansa yang kental dengan warna black & gold di sekelilingnya. Juga pemandangan jendela yang mengarah langsung ke lautan lepas. Semua meja di tempat itu telah terisi penuh oleh tamu undangan dan kerabat Eleanor. Peralatan makan mewah dengan serbet putih, chop stick serta gelas sampanye juga tertata rapi di hadapan mereka. Beberapa waiters pun tampak menyajikan hidangan pembuka.Acara pertunangan sendiri baru dimulai ketika Eleanor dan Jonathan memasuki tempat itu. Best Man yang tak lain adalah Ryan memberikan kontak cincin yang dipercayakan padanya untuk kemudian disem

  • Stiletto Si Wanita Penyihir   Take Profit

    Semua telah disiapkan sedemikian rupa. Bahkan untuk setelan tuxendo yang dikenakan Jonathan di acara pertunangannya nanti malam. Setelan itu sudah ada di suite-nya sejak tadi pagi, masih rapi dan terbungkus. Jonathan tidak menyentuhnya sama sekali, tidak pula berniat mencobanya untuk mengetahui apakah setelan itu sesuai ukurannya atau tidak. Orang lain mungkin berpikir bahwa dia merasa gugup karena acara pertunangan itu. Sehingga dia sampai meng-skip sarapan dan makan siangnya hari ini, lalu memilih tetap berada di dalam suite-nya. Namun bukan itu alasan perubahan diri Jonathan. Acara pertunangan itu tidak sedikitpun membuatnya gugup. Malahan dia nyaris lupa jika hari pertunangannya dengan Eleanor telah tiba dan dia pun terjebak di sebuah hotel berjalan yang letaknya ribuan mil dari tempatnya berasal.Jonathan memandangi setelan itu sejenak, menghelaikan napasnya lalu kembali memeriksa ponselnya. Kapal pesiar itu sedang transit di pel

  • Stiletto Si Wanita Penyihir   Ethical Standard

    Cukup merepotkan sebenarnya jika harus mengadakan pesta pertunangan di atas kapal pesiar. Mereka harus terbang ke Singapura, menginap di hotel beberapa waktu sembari menunggu jadwal pelayaran. Namun tidak ada yang sulit dilakukan selama Liem Hok yang memutuskan. Kapal pesiar mewah Seven Sea itu akan melakukan perjalanan selama 14 hari dari Singapura menuju melintasi beberapa pelabuhan di negara-negara seperti Thailand, Cambodia, Vietnam, Philippines, sebelum sampai di Hongkong. Dan Liem Hok-lah yang membiayai perjalanan serratus lima puluh tamu undangan di kapal pesiar itu, termasuk keluarga dan kerabatnya. Semua dilakukannya seolah–olah demi pesta pertunangan keponakan kesayangannya, Eleanor Liemsudibyo. Meski yang dilihat Eleanor sendiri justru tidak demikian rupa.Untuk orang seperti pamannya, Eleanor memahami bahwa dia tidak perlu berbicara lantang untuk menolak atau menentang sesuatu. Karena bagi Liem Hok uang-lah yang dapat menggantikan

  • Stiletto Si Wanita Penyihir   Business to Business

    Tak pernah Eleanor merasa sesulit ini bertemu pamannya. Dan baru pertama kalinya pula dia diperlakukan seperti ini oleh pamannya. Padahal sudah tiga hari sejak Eleanor tiba di Hongkong, menginap di salah satu apartemen keluarganya hanya sekedar menunggu Liem Hok memiliki waktu untuk menemuinya. Sudah berkali-kali juga dia menanyakan agenda pamannya pada sang sekretaris, tapi jawaban yang didapatnya tetap bahwa Liem Hok sedang sibuk hingga akhir pekan. Bahkan ketika Eleanor nekat mendatangi kediaman pamannya pun dia tetap tidak bisa bertemu dengan pamannya. Selalu ada alasan bagi Liem Hok untuk mengulur-ulur waktu Eleanor. Dan hal itu semakin menguatkan keyakinan Eleanor bahwa Liem Hok sudah mengetahui semua. Sekarang dia pun hanya bisa bergantung pada perjanjian yang dibuatnya dengan William.“Oke… aku akan tanda tangan. Tapi dengan satu syarat. Aku mau kamu membiarkan Rere berkerja denganku setelah kamu menikah dengan Jonathan. Bagaimana?”

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status