Sebut saja Flora, nama dari mendiang istri Robert dan Candy sangat mengenalnya. Ia, Putra dan Flora memiliki hubungan yang sangat baik selayaknya anak dan ibu sungguhan. Candy ingat Robert selalu melempar senyuman kala menyaksikan tiga orang ini bermain bersama, tapi kejadian itu berakhir setelah kematian Flora.
Robert menjadi lebih pendiam dan Candy atau putra tidak pernah bertanya. Mereka hanya menebak bahwa Robert masih merasa kehilangan dan menjadi pendiam adalah hal yang wajar sampai kemudian Candy tahu bahwa Robert menyalahkan Putra atas kematian istrinya.
Pagi itu, Candy terlalu dilanda amarah untuk menyadari sebuah keanehan dari cara bicara atau semua kalimat yang Robert lontarkan. Kini, Candy merasakannya dengan jelas, sorot mata Robert yang memancarkan sesuatu yang lain. Sangat menggerikan, mendominasi sampai-sampai Candy tidak berani membuka mulut apalagi berbicara.
Raut wajah berubah kesakitan karena pundak yang dicengkram semakin kuat, tapi rinti
Balas dendam segi tiga :V
01.21Mobil terparkir di pinggir jembatan dan ada Putra di luarnya. Pemuda itu berbaring nyaman di atas kap selayaknya tengah berada di kursi santai. Seharusnya Putra tiba di rumah lebih dulu sebelum orangtuanya, tapi lain cerita jika pemuda itu menolak untuk pulang.Langit malam tampak indah karena ribuan bintang yang bersinar terang. Bulan purnama memantulkan cahaya di tenangnya air laut. Putra membutuhkan tempat tenang untuk bernafas dan jembatan kosong ini adalah tempat yang sesuai baginya. Gelap dan sepi, tenang dan menggerikan. Putra selalu datang bersama Candy sebelumnya, berbaring di kap mobil sembari menyaksikan matahari tenggelam.Kini, pemuda itu sendiri sembari meneguk minuman berakohol yang paling dia benci. Entahlah apa yang ada di dalam benak, tapi perasaan pemuda itu bercampur aduk di antara marah, sedih dan penuh ragu. Tidak ada teman bicara, itu sebab Putra mencoba menenangkan pikiran dengan minuman berahokol yang juga tidak Candy sukai.
Kaku pundak Bianca mendadak lembut karena nama perempuan lain yang terlontar dari mulut Putra, sampai sangat jelas di telinga. Bianca mengenal Candy, tapi tidak pernah suka setiap kali Putra menyinggungnya.“Candy …,” panggil Putra lagi dengan suara kecil selayaknya berbisik. Di dalam kepala, terngiang-ngiang kejadian tadi saat di mana dua teman ayahnya mencemooh. “Aku tidak suka … mereka mengataimu.”Bianca tidak tahu apa yang telah terjadi atau hal apa yang menggangu hati Putra, dia hanya ingin segera tiba untuk membawa pemuda itu pulang.“Candy …” Hati Putra terasa sakit kala otak mulai menciptakan bayangan di mana Candy dan ayahnya saling menatap dan tersenyum mesra. Ingin rasa memisahkan dua orang yang tengah berpelukan itu, tapi Putra tidak sanggup.Candy tidak dalam keadaan sebaik itu bersama Robert di dunia nyata. Apa yang Candy takutkan adalah malam pertama bersama seseorang yang telah ia p
“Oh, Hai … uhm …” Bianca mengatup bibir kembali karena tidak tahu harus bereaksi seperti apa pada Candy yang masih menatap. “Maaf aku datang malam-malam, Putra mabuk dan aku hanya ingin mengantarnya pulang,” terangnya kemudian.‘Apakah perempuan itu sedang berpura-pura?’ Hal itu melintasi benak Candy. Ini adalah pertemuan pertama Candy dengan perempuan itu, tapi Candy pernah melihatnya di dalam sebuah video. Bianca Venelope namanya dan dia adalah mantan pacar Robert dan selingkuhan Putra.“Tidak usah bersikap sok lugu di depanku,” ujar Candy tajam, hati sakit dan muak melihat drama lihai yang mampu Bianca peragakan. “Kau berselingkuh dengan Putra, mustahil tidak mengenalku,” tambahnya.Bianca tidak langsung merespon. Beberapa saat terdiam, dia memamerkan senyuman tulus. “Maaf, aku tidak paham apa maksudmu,” tuturnya.“Aku bilang tidak usah sok lugu,” ulang Ca
Bukankah itu adalah hal yang jelas? Bianca terdiam karena jawabannya adalah iya. Bianca tidak tahu bahwa Candy yang beberapa kali ia dengar kisahnya memiliki karakter yang cukup garang. Enggan kalah, Bianca membalas, “Bagaimana pun hubungan kalian sudah usai dan kau sudah menikahi Robert, jadi lebih baik jika kita lupakan masalah ini.”Bisa-bisanya dia berkata seperti itu! Rahang Candy mengeras dan dia menjerit, “Masalahku tidak selesai!” Berkali-kali dia mendorong Bianca, membawanya sampai ke depan pintu seiring dengan cercaan, “Orang yang paling aku cintai mengkhianatiku karenamu! Aku berakhir menjadi ibunya karenamu! Hatiku sakit karena jalang sepertimu dan kami usai karenamu!” Banyak lagi hal yang tidak bisa Candy keluarkan. Salah satunya adalah ia dengan bodoh memasukkan diri ke jurang gelap bernama Robert, terlambat tahu bahwa pria itu menikahinya hanya untuk membalas dendam. Selain Putra, Candy pun menyalahkan Bianca yang berhasil ia
“Bagaimana bisa kau berpaling dengan cara seperti itu!” Bukannya berhasil menyakiti Putra, justru Candy merasakan denyutan di kedua tangan.Candy teringat akan adu mulutnya dengan Putra tadi siang, saat Putra menyinggung diri ini yang malah menikahi ayahnya dan Candy dengan bangga berkata itu adalah pilihan terbaik yang sanggup diri ini buat. Kurang dari sehari dan Candy sudah menyesal.“Aku seharusnya meninggalkanmu dan menjauh …,” gumam gadis itu. “Seharusnya aku tidak memikirkan balas dendam …” Candy terlalu mencintai Putra dan Putra seharusnya tahu hal itu. Rasa pedih akan dikhianati berhasil menutup mata Candy, menyebabkannya mengambil keputusan yang salah dan … ia berakhir dengan seseorang yang hanya ingin membalasnya untuk menenangkan dendam di dalam hati.Candy menggelap air mata yang membasahi pipi sebelum mengangkat kepala. “Tidak …,” cicit gadis itu, mengambil nafas guna menen
“Ugh …” Silau cahaya yang menembus kelopak mata akhirnya berhasil menggangu kesadaran Putra yang masih belum bergerak dari atas sofa. Pemuda itu menggunakan tangan untuk menutup mata, menghalau cahaya dari menggangu.Butuh beberapa saat sampai bulu mata mau bergerak-gerak dan mata pun terbuka. Putra menghabiskan lebih dari lima menit membeku untuk mencerna keadaan. Mata mengerjap beberapa kali sampai buram menghilang dan apa yang dia lihat adalah …“Candy …?” panggil Putra menggunakan suara kecil. Kepala masih berputar dan berdenyut, tapi ia yakin bahwa sang pemilik nama tengah berjalan mondar-mandir di depannya.Candy tidak berjalan mondar-mandir, ia tengah menyelesaikan pekerjaan rumah yaitu membersihkan lemari TV. Candy sudah mulai bebersih dari beberapa jam yang lalu, tapi Putra baru terbangun sekarang. Tidurnya sangat pulas sampai Candy menjadi kesal hanya dengan melihatnya. Pemuda itu sudah pasti tidak tahu seke
Candy adalah tipe gadis yang baik, Putra akui itu. Dia sangat perhatian, murah senyum, bisa diandalkan dan hebat hampir dalam segala hal. Semua pekerjaan rumah sampai memasang ban sekalipun. Candy hebat dalam semuanya sampai terkadang Putra tak bisa berdiri dengan percaya diri di hadapannya.Candy tidak butuh lelaki untuk membantu, meski begitu bersikap sangat jinak bagaikan anak kecil di depan Putra yang berstatus pacarnya. Tapi itu sudah berlalu, setidaknya sampai kemarin.Putra tidak akan mengklaim Candy berubah atau sifat aslinya telah keluar, dia mungkin hanya … tidak pernah mau menampakkan sifat buruk itu karena terlalu mencintai diri ini.Namun, Putra tidak tahan diperlakukan sedemikian buruk olehnya. Candy bersikap layaknya ibu tiri kejam yang tidak akan ragu menyiksa sang anak kala berbuat kesalahan. Ini bukan kisah Cinderella yang ditindas hanya karena dia adalah anak tiri dan Putra tidak memiliki karakter lemah lembut seperti putri itu.
“Mengapa aku tidak bisa melakukannya?” jawab Candy tak acuh dan terkesan menantang. “Kau mabuk dan membahayakan dirimu, menyusahkan kami dan tentu aku harus menghukummu.” Apa yang Candy lontarkan hanyalah dalih, alasan sebenarnya tidak lain karena Candy ingin menindas. Lagipula Robert saja bisa menghukum diri ini, lantas mengapa ia tidak bisa memperlakukan Putra dengan cara yang sama?“Aku memerlukan dompetku!” tegas Putra. “Aku perlu uang dan-““Mabuk lagi?” sela Candy.“Aku tidak!” sangkal Putra. Putra minum semalam karena sudah terlanjur ditelan oleh emosi dan ia tidak berpikir untuk mau melakukannya lagi. “Kembalikan dompetku sekarang,” harap pemuda itu, sayangnya Candy tidak takut padanya.“Aku bilang dompetmu disita,” balas Candy tak mau kalah.“Kau tidak bisa melakukannya!” gertak Putra yang mulai kehabisan kesabaran.“Aku