Share

Pengakuan Ari

Author: Maulina Fikriyah
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Status W* Mantan Suami (4)

________________________

 

"Hana ... Hana ....!"

 

 

Aku yang sedang menyiapkan makan malam di dapur sedikit terkesiap mendengar Mas Ari berteriak lantang dari depan. Segera kumatikan kompor dan menghampirinya yang sudah berdiri di depan pintu dengan berkacak pinggang.

 

 

 

"Ada apa, Mas? Kenapa teriak-teriak?" 

 

 

"Ada apa kamu bilang, hah? Kamu sadar kan apa yang udah kamu lakuin ke ibu?"

 

 

 

Aku menghela nafas kasar. Selalu saja begini, Mas Ari seolah buta dengan situasi yang terjadi. Dia hanya akan membela Ibu sekalipun aku membela diri.

 

 

 

"Mas ... harusnya aku loh yang marah sekarang!" Aku berusaha mengeluarkan suara, meskipun jantungku sudah mulai berdebar tidak beraturan.

 

 

 

"Punya hak apa kamu di rumah ini? Sadar diri, Han ... kamu itu wanita miskin, jika saja aku dulu tidak menikahimu, mungkin kamu nggak bisa hidup seenak ini. Kamu itu cuma numpang! Numpang disini!" teriak Mas Ari. Suaranya memecah keheningan di dalam rumah.

 

 

 

Aku menghirup napas dalam-dalam dan mulai mengeluarkannya perlahan. Sesak di dalam dada saling berhimpitan ingin keluar. Bahkan air mata yang kutahan sejak tadi memaksa untuk berderai.

 

 

"Kalau begitu ... ceraikan aku!" sahutku datar, berusaha sekuat mungkin agar tidak menangis di depannya. 

 

 

 

Tawa Mas Ari menggema di ruangan. Dia menjetikkan jemarinya tepat di depan wajahku. "Cerai? Enak aja, kamu pikir cerai nggak keluar duit?" ujarnya ringan sekali. "Sudah untung aku mau menikahimu, jika tidak kamu pasti sudah menjadi wanita tua di kampung. Kamu harusnya bersyukur, banyak wanita kampung yang bermimpi menikahi lelaki kota, tapi kamu justru ingin meminta cerai. Jangan sok kamu, Han!" cibir Ari.

 

 

Keningku berkerut. Lalu untuk apa dia mempersuntingku jika hanya menjadi samsak kemarahannya? Bukankah bercerai lebih baik, meskipun harus merogoh kocek yang tidak sedikit. Ah ... andai saja aku punya uang, minimal memiliki penghasilan sendiri ... aku sudah barang pasti lebih dulu mengajukan gugatan perceraian.

 

 

"Kalau begitu, biar aku yang mengajukan gugatan cerai. Itu kan yang kamu inginkan?" 

 

 

Mata Mas Ari melotot sehingga nampak bola matanya hampir saja melompat dari kelopaknya. Dicengkeramnya lenganku dengan kuat, kulihat dadanya naik turun seperti tengah menahan marah.

 

 

Apa aku salah? 

 

 

Bukankah dia sendiri yang bilang jika enggan keluar duit untuk mengurus perceraian. Lalu, kini saat aku menantang akan menggugat cerai dirinya, Mas Ari justru terlihat semakin marah.

 

 

"Apa kamu lupa siapa kamu, Han? Wanita kampung yang miskin! Kamu tau kan bagaimana reaksi Bapak dan Emakmu nanti jika putri mereka menjadi janda? Apa kamu bisa membayangkan itu?" Sudut bibir Mas Ari terangkat, membuatku semakin muak berada di dekatnya. Lelaki apa yang menikahiku ini? Mengapa dulu aku begitu mudah menaruh hati padanya? 

 

 

Aku merutuki kebodohanku. Mas Ari benar ... aku mungkin bisa tahan dengan cibiran warga kampung, tapi entah dengan Bapak dan Emak, mereka sudah tua, sudah seharusnya menikmati masa-masa tuanya dengan tenang. Lalu ... bagaimana hancurnya hati mereka jika tau kalau aku menjadi janda di usia yang begitu muda, bahkan di usia pernikahan yang belum genap satu tahun ini?

 

 

"Hana ... Hana ... kamu nggak akan bisa bercerai dariku. Aku masih butuh bantuanmu, Han. Nikmati saja uang bulanan gratis dariku, itu adalah satu kebaikanku untukmu," tutur Mas Ari. "Dengan adanya kamu ... kakakku yang bodoh itu tidak akan curiga jika aku dan istrinya ...."

 

 

 

Plak!

 

 

Suasana dalam ruang tamu seketika berubah mencekam. Hening. Kami saling diam. Mas Ari mengusap pipinya yang nampak memerah bekas tamparan dariku. Tanganku gemetar setelah sadar sudah menampar pipi Mas Ari dengan begitu keras. Dia menatap nyalang ke arahku, ditariknya rambutku dengan kuat, lalu dihempaskannya tubuhku hingga terjerembab di lantai.

 

 

 

Ketakutan benar-benar menguasaiku kali ini. Aku akui, meskipun Mas Ari tidak pernah memberiku nafkah yang layak, tapi dia tidak pernah melakukan kekerasan fisik. 

 

 

"Berani kamu menamparku, Han?" desisnya dengan membungkuk, mensejajarkan dirinya dengan tubuhku yang luruh di lantai. "Apa kamu marah setelah mengetahui kenyataan mengapa aku menikahimu? Iya?!" Suaranya meninggi, tidak dapat kupungkiri jika aku benar-benar takut kali ini. 

 

 

Aku merutuki kelemahanku. Di luar sana, banyak wanita yang bisa keluar dari hubungan keluarga yang tidak sehat, bahkan mereka bisa melawan suami yang berbuat dzolim dengan penuh keberanian. Tapi aku ...? Setelah memberanikan diri menampar pipi Mas Ari, justru ketakutan semakin terkungkung dalam jiwa. Aku lemah ... aku kalah dengan keadaan yang ada.

 

 

"Kamu salah karena sudah berani melawanku, Hana! Kamu pikir kenapa aku menikahi wanita kampung sepertimu, sedangkan di kota saja aku bisa menggaet wanita yang lebih cantik?" Mas Ari tertawa, membuat hatiku semakin nyeri. "Itu karena kamu hanya wanita kampung ... banyak orang bilang kalau wanita dari kampung itu penurut ... lembut dan mudah dibohongi. Tapi ternyata semakin kesini kami semakin berani padaku," ujar Mas Ari sengit.

 

 

Aku mendongakkan kepala, menatap nanar pada Mas Ari yang tertawa semakin lebar. Tidak lama setelah itu, Mbak Risa datang ... itulah saat-saat dimana rasa cintaku pada Mas Ari benar-benar hancur ... luntur, tak lagi berbekas.

 

 

 

Bersambung

 

 

 

Related chapters

  • Status WA Mantan Suami   Melawan Mantan Mertua

    Status WA Mantan Suami (5)___________________________"Cabe sepuluh ribu," ujar Ibu Mas Ari datar.Suasana mendadak hening, tidak ada lagi canda tawa para Ibu-ibu yang berbelanja. Mereka seolah mengerti, aku sedang melayani siapa sekarang."Ini, Bu." Kuserahkan sekantong plastik berisi cabe. Harga cabe sedang naik, wajar saja jika sepuluh ribu hanya dapat segenggam saja."Kamu mau menipuku?" bentak Ibu Mas Ari dengan lantang. Aku mengerutkan kening.Menipu?"Maksutnya, Bu?""Iya, kamu mau me

    Last Updated : 2024-10-29
  • Status WA Mantan Suami   Rasa yang Menguap

    Status W* Mantan Suami (6) ______________________________ "Brengsek!" Samar-samar aku mendengar Mas Ari mengumpat. Dengan dada berdebar, aku berjalan semakin menjauh. Rasanya seperti mimpi ketika aku benar-benar berani melawan mereka. Tanpa terasa air mataku mengalir. Bukan karena sedih, melainkan perasaan yang begitu lega karena bisa bangkit setelah berbulan-bulan aku hampir gila karena perlakuan mereka. 🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀

    Last Updated : 2024-10-29
  • Status WA Mantan Suami   Bertemu Kenan

    Status WA Mantan Suami (7)_____________________________"Setoran kamu kenapa banyak minusnya, Han? Apa ada masalah hari ini?" tanya Bu Wira lembut.Aku menunduk, memainkan sepuluh jemari dengan gelisah. Kebaikan hati Bu Wira selalu bisa membuatku merasa tidak enak hati jika terjadi masalah dalam pekerjaanku. Seperti sekarang ini ... uang penjualan sayur harus kurang karena aku tidak bisa menutup kerugian."Ma-maaf, Bu. Ijinkan saya ganti kekurangannya besok ya, Bu, kebetulan tadi saya nggak bawa uang. Sekali lagi maafkan saya," ucapku takut. Bagaimana jika Bu Wira merasa aku tidak becus dalam berjualan? Atau dia justru berpikir aku sudah menilap uangnya?

    Last Updated : 2024-10-29
  • Status WA Mantan Suami   Hati yang Mulai Mati

    Status WA Mantan Suami (8)__________________________Aku terkekeh, "Aku takut? Rasa takut itu bahkan telah menguap bersama dengan luka-luka yang sudah dia ciptakan," ujarku.Bu Wira mengusap lenganku lembut. Setelah sadar, aku menutup mulut dan mengusap sudut mata yang sedikit berair."Duh, maaf, Bu, Mas Kevin. Tadi ... anu ... kelepasan. Malah curhat."Keduanya tertawa melihat kegugupan yang kutunjukkan. Baru kali ini aku melihat Kevin tertawa dan bersikap seperti pria baik-baik, padahal sejauh yang kudengar, dia adalah sosok yang suka bermain perempuan. Entah benar atau tidak, aku ti

    Last Updated : 2024-10-29
  • Status WA Mantan Suami   Tawaran Pekerjaan

    Status WA Mantan Suami (9)_________________________Sejak pukul lima pagi aku sudah datang di tempat Bu Wira. Ada sekitar tiga karyawan lain yang sudah datang lebih dulu. Mang Husen, Kang Jono, Yu Srina, dan aku. Kita berjualan di komplek yang berbeda."Apa diantara kalian ada yang mau menggantikan Hana berjualan di komplek ini?" tanya Bu Wira pada ketiga karyawan yang lain.Mereka saling pandang, lalu bersamaan menggelengkan kepala. Aku mendesah lirih, sudah kutebak jika salah satu dari mereka tidak akan ada yang mau menggantikan berkeliling di komplek tempatku berjualan. Mereka memilih berkelil

    Last Updated : 2024-10-29
  • Status WA Mantan Suami   Kenan

    Status WA Mantan Suami (10)_________________________"Tempe sama tahu terus, Han. Nggak bosen?" ujar Mbak Juli saat melihat tanganku memilih tempe di depannya."Enggak, Mbak. Memang bisanya beli ini," sahutku datar."Duh, Han. Hati-hati Ari berpaling loh. Kamu nggak bisa banget ngatur uang bulanan ya?" selidiknya.Aku menghela napas kasar, "Kenapa sibuk ngurusin saya, Mbak? Emang Mbak Juli tau berapa banyak suami saya ngasih uang belanja. Enggak kan?" ucapku dengan suara bergetar.Mbak Juli mencebik, terlihat dari kejauhan Ibu

    Last Updated : 2024-10-29
  • Status WA Mantan Suami   Tanda Merah di Tubuh Risa

    Status WA Mantan Suami (11)___________________________"Lama banget! Ayo, udah telat nih!"Aku mengekor di belakang Kenan. Dia masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi kemudi. Aku yang hendak membuka pintu belakang sontak berjingkat saat lelaki dingin itu berbicara, "Emang aku sopir? Duduk depan!" pintanya.Aku menurut, daripada gagal mendapat pekerjaan bagus. Kulihat Bu Wira tersenyum dan melambaikan tangannya pada Kenan sebelum akhirnya mobil yang kami tumpangi benar-benar menjauhi rumah megah mereka.Ckitt!Jdug!Keningku terkantuk dasbor mobil saat Kenan

    Last Updated : 2024-10-29
  • Status WA Mantan Suami   Status WA Ari

    Status WA Mantan Suami (1)______________________[Janda ngenes, baru kucerai udah kalang kabut aja jualan sayur]Aku meremas baju yang melekat di dada saat jemariku dengan sengaja membuka status WA Mas Ari, mantan suamiku enam bulan yang lalu.Ternyata tidak cukup sampai di situ, di bawah status Mas Ari, terpampang jelas nama Mbak Risa, kakak ipar yang kini sudah menguasai rumah Ibu mertua. Mas Ari dua bersaudara. Kakak pertamanya bekerja di luar pulau dan beristrikan Mbak Risa. Sedang anak kedua yakni Mas Ari, mantan suamiku.[Makanya jadi wanita itu yang nurut. Sok-sokan minta cerai, eh, nggak taunya malah jadi buruh penjual sayur, wkwkwk]

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Status WA Mantan Suami   Tanda Merah di Tubuh Risa

    Status WA Mantan Suami (11)___________________________"Lama banget! Ayo, udah telat nih!"Aku mengekor di belakang Kenan. Dia masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi kemudi. Aku yang hendak membuka pintu belakang sontak berjingkat saat lelaki dingin itu berbicara, "Emang aku sopir? Duduk depan!" pintanya.Aku menurut, daripada gagal mendapat pekerjaan bagus. Kulihat Bu Wira tersenyum dan melambaikan tangannya pada Kenan sebelum akhirnya mobil yang kami tumpangi benar-benar menjauhi rumah megah mereka.Ckitt!Jdug!Keningku terkantuk dasbor mobil saat Kenan

  • Status WA Mantan Suami   Kenan

    Status WA Mantan Suami (10)_________________________"Tempe sama tahu terus, Han. Nggak bosen?" ujar Mbak Juli saat melihat tanganku memilih tempe di depannya."Enggak, Mbak. Memang bisanya beli ini," sahutku datar."Duh, Han. Hati-hati Ari berpaling loh. Kamu nggak bisa banget ngatur uang bulanan ya?" selidiknya.Aku menghela napas kasar, "Kenapa sibuk ngurusin saya, Mbak? Emang Mbak Juli tau berapa banyak suami saya ngasih uang belanja. Enggak kan?" ucapku dengan suara bergetar.Mbak Juli mencebik, terlihat dari kejauhan Ibu

  • Status WA Mantan Suami   Tawaran Pekerjaan

    Status WA Mantan Suami (9)_________________________Sejak pukul lima pagi aku sudah datang di tempat Bu Wira. Ada sekitar tiga karyawan lain yang sudah datang lebih dulu. Mang Husen, Kang Jono, Yu Srina, dan aku. Kita berjualan di komplek yang berbeda."Apa diantara kalian ada yang mau menggantikan Hana berjualan di komplek ini?" tanya Bu Wira pada ketiga karyawan yang lain.Mereka saling pandang, lalu bersamaan menggelengkan kepala. Aku mendesah lirih, sudah kutebak jika salah satu dari mereka tidak akan ada yang mau menggantikan berkeliling di komplek tempatku berjualan. Mereka memilih berkelil

  • Status WA Mantan Suami   Hati yang Mulai Mati

    Status WA Mantan Suami (8)__________________________Aku terkekeh, "Aku takut? Rasa takut itu bahkan telah menguap bersama dengan luka-luka yang sudah dia ciptakan," ujarku.Bu Wira mengusap lenganku lembut. Setelah sadar, aku menutup mulut dan mengusap sudut mata yang sedikit berair."Duh, maaf, Bu, Mas Kevin. Tadi ... anu ... kelepasan. Malah curhat."Keduanya tertawa melihat kegugupan yang kutunjukkan. Baru kali ini aku melihat Kevin tertawa dan bersikap seperti pria baik-baik, padahal sejauh yang kudengar, dia adalah sosok yang suka bermain perempuan. Entah benar atau tidak, aku ti

  • Status WA Mantan Suami   Bertemu Kenan

    Status WA Mantan Suami (7)_____________________________"Setoran kamu kenapa banyak minusnya, Han? Apa ada masalah hari ini?" tanya Bu Wira lembut.Aku menunduk, memainkan sepuluh jemari dengan gelisah. Kebaikan hati Bu Wira selalu bisa membuatku merasa tidak enak hati jika terjadi masalah dalam pekerjaanku. Seperti sekarang ini ... uang penjualan sayur harus kurang karena aku tidak bisa menutup kerugian."Ma-maaf, Bu. Ijinkan saya ganti kekurangannya besok ya, Bu, kebetulan tadi saya nggak bawa uang. Sekali lagi maafkan saya," ucapku takut. Bagaimana jika Bu Wira merasa aku tidak becus dalam berjualan? Atau dia justru berpikir aku sudah menilap uangnya?

  • Status WA Mantan Suami   Rasa yang Menguap

    Status W* Mantan Suami (6) ______________________________ "Brengsek!" Samar-samar aku mendengar Mas Ari mengumpat. Dengan dada berdebar, aku berjalan semakin menjauh. Rasanya seperti mimpi ketika aku benar-benar berani melawan mereka. Tanpa terasa air mataku mengalir. Bukan karena sedih, melainkan perasaan yang begitu lega karena bisa bangkit setelah berbulan-bulan aku hampir gila karena perlakuan mereka. 🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀

  • Status WA Mantan Suami   Melawan Mantan Mertua

    Status WA Mantan Suami (5)___________________________"Cabe sepuluh ribu," ujar Ibu Mas Ari datar.Suasana mendadak hening, tidak ada lagi canda tawa para Ibu-ibu yang berbelanja. Mereka seolah mengerti, aku sedang melayani siapa sekarang."Ini, Bu." Kuserahkan sekantong plastik berisi cabe. Harga cabe sedang naik, wajar saja jika sepuluh ribu hanya dapat segenggam saja."Kamu mau menipuku?" bentak Ibu Mas Ari dengan lantang. Aku mengerutkan kening.Menipu?"Maksutnya, Bu?""Iya, kamu mau me

  • Status WA Mantan Suami   Pengakuan Ari

    Status WA Mantan Suami (4)________________________"Hana ... Hana ....!"Aku yang sedang menyiapkan makan malam di dapur sedikit terkesiap mendengar Mas Ari berteriak lantang dari depan. Segera kumatikan kompor dan menghampirinya yang sudah berdiri di depan pintu dengan berkacak pinggang."Ada apa, Mas? Kenapa teriak-teriak?""Ada apa kamu bilang, hah? Kamu sadar kan apa yang udah kamu lakuin ke ibu?"Aku menghela nafas kasar. Selalu saja begini, Mas Ari seolah buta dengan situasi yang terja

  • Status WA Mantan Suami   Mengingat Kepedihan

    Status WA Mantan Suami (3)__________________________"Ya kan, Han? Kamu pasti insecure kan punya ipar secantik aku?"Aku menoleh sejenak, lalu kembali berfokus pada para ibu-ibu yang meminta dihitung belanjaannya. Mbak Risa menghentak-hentakkan kaki melihatku yang tidak merespon ucapannya."Loh, Ris, nggak belanja?" teriak Mbak Juli pada Mbak Risa yang melenggang pergi menjauhi gerobak sayur."Dih, nggak level banget aku, Mbak, beli ke dia. Mending ke Mall, uang bulanan dari Ari cukup banyak!" Dia mengibaskan tangan di udara. Aku hanya mampu menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah Mbak Risa yang semakin menjadi-jadi semenjak aku bercerai dari

DMCA.com Protection Status