Pov Widya[Bang cepetan, udah gak tahan ni] chatku pada Mas Raka.Aku sendiri gak tahu sehabis makan malam tadi kenapa naluri kewanitaanku begitu meronta ingin di belai. Rasanya aku ingin segera mendobrak pintu kamar Bang Raka dan menariknya ke dalam kamarku.[Iya bentar, ini tunggu Hani minum susu dulu seperti biasa] jawab Bang Raka.Seperti biasa Bang Raka akan memasukkan obat tidur ke susu wanita tua itu jika kami ingin ber aye- aye ria.[Paksa saja minum Bang atau aku akan dobrak pintu kamarmu] [ Jangan gila dong!][Makanya cepetan] ujarku yang sudah di puncak hawa na*suku.[Iya, iya ini orangnya masih bersihin wajah] [ Bodo amat, pokoknya cepetan] balasku.Aku mondar- mandir kepanasan di dalam kamar, waktu berputar sangat lambat bahkan aku merasa jarum jam seperti tak berjalan. "Awas kamu Bang, kalau lama aku dobrak pintu kamarmu, bodo amat jika istri blo onmu itu tahu," gumamkuDari awal mereka menikah, aku memang sangat membenci wanita tua itu. Wajar sih, wanita mana yang ta
Byur"Widya! Apa- apaan sih, kamu pikir mukaku ini tanaman, kamu siram- siram!" marah Mas Raka."Bueh, hai wanita tua, kamu buat minuman rasa apa sih, gak karuan gini!" ujarku kesal. Ingin rasanya ku gecek- gecek wanita sialan ini. Buat minuman saja tak becus."Rasa orange kan, seperti biasa," ujarnya datar.Santai sekali dia jawab, apa dia gak lihat mulutku jontor begini."Orange apaan! Pedes gini!" Ketusku sambil mengibas-ngibas bibirku yang terasa kebas dan menebal."Ouh itu mungkin karena yang minum pelakor makanya rasanya jadi pedes," jawanya datar tanpa ekspresi membuat Ban Raka tersedat dan mataku melotot.Apa maksudnya?"Maksudmu apa!" tanyaku dengan mata melotot, rasa ingin ku telan wanita oon ini."Eh maksudku tadi pas aku ngaduk pakai sendok, sepertinya itu sendok bekas aku ambil sambal dan aku lupa nyuci terlebih dahulu" ujarku.Dasar wanita bod*h bin tolol.Aku megipas- ngipas lidahku yang kian panas gatal dan perih serta panas lalu secepat kilat mengambil minuman Mas Rak
ab 13 Mati Kutu "Katanya Mas kalau sudah begini sampai kapanpun gak akan sembuh, tetap mengkeret." "A-apa, maksudnya si twiter?" "Ya anu Mas, maksudnya ya si twiter tetap akan tidur malah semakin lelap," ujarku santai tiada beban.Wajah Mas Raka pucat, bibirnya gemetar dan sesaat kemudian pingsan.Haha rasain kamu Mas aku kerjain.Aku tersenyum puas setelah sukses mengerjain Mas Raka. Kini giliran rencana selanjutnya._____Mas Raka tersadar setelah aku ngasih minyak angin di hidungnya."Syukurlah Mas sudah bangun?" ujarku saat melihat Mas Raka membuka matanya. Wajahnya tampak penuh beban seperti tadi."Apa kamu gak ada solusi Sayang, biar si twiter gak tidur terus?" tanya Mas Raka dengan suara lemah dan berat.'Gampang sih Mas, tinggal aku beri mantra penawarnya, hilang deh tu pengaruh mantranya. Tapi keenakan kamu dong nanti main kapal-kapalan terus sama wanita murahan itu, lagi pula aku juga belum puas ngerjain kamu,' aku membatin."Mm bentar ya Mas, aku mikir dulu," ujarku pura
"Iya Mbah, saya Hani." "Saya dengar.." "Udah Mbah, ngomongnya nanti aja," ujarku memotong ucapan Mbah dukun dan menariknya ke dalam.______Sesampainya di dalam rumah"Ini Mbah suami saya," ujarku menunjuk pada Mas Raka yang masih anteng duduk di sofa.Bersamaaan dengan itu muncul si pelakor yang sumpah ingin ku lenyek-lenyek dan ku cabaiin mukanya itu. Di tanganya menenteng plastik bertuliskan nama sebuah klinik.'Syukurin, pasti mules tu perutnya,' batinku dan tak lupa tertawa jahat."Lo siapa?" tanya Widya. Benar- benar tak ada aklak ni bocah.Mbah Dukun yang mirip Pak Raden itu memandang sekilas ke arahku," dia itu adik suami saya Mbah," ujarku."Ouh, cantik wajahnya tapi tak cantik hatinya," ujar Mbah Raden yang membuat mata Widya melotot seperti hendak lepas."Hati- hati dia Dukun, nanti di kutuk kamu jadi kodok," bisikku yang membuat Widya terdiam."Jadi apa yang bisa saya bantu?" tanya Mbah Dukun itu pada Mas Raka."Mm anu Mbah, twiter saya..," kata Mas Raka menjeda ucapann
"Hai wanita songong, apa-apain sih kamu pakai bawa lelaki gak jelas segala ke rumah ini," ujar Widya dengan suara menggelegar ke seluruh ruangan.'Memangnya kenapa, takut perselingkuhan kalian terbongkar terus aku viralin?!' batinku.Coba saja aku bilang begitu pasti pucat wajah si Widya dan Mas Raka."Heh Widya cukup ya, kamu tu benar- benar gak ada sopan santunnya sama orang tua, orang tua kamu gak pernah ajarin kamu sopan santun ya. Ouh iya lupa, ibu kamu kan kabur sama pria lain sebab tak puas dengan Papa kamu. Pantaslah anaknya seperti ini, buah jatuh tak jauh dari pohonnya," ujarku yang sudah tak bisa menahan emosiku lagi.Dulu memang Mas Raka pernah cerita tentang ibu kandung Widya yang ninggalin Widya dan Papanya karena alasan tak puas di nganu. Cih pantes punya anak juga gatalnya sampai langit ke tujuh."Berani kamu ya lawan aku sekarang," ujar Widya. Tanganya siap menamparku. Namun, segera ku tangkap."Dengar ya, bocah tak ada akhlak. Aku diam bukan berarti selama ini taku
agi harinya"Mana sarapan?" tanya Widya seperti biasa. Aku memang sengaja menyiapkan sepiring nasi goreng da segelas juss yang tentu saja untuk diriku sendiri karena Mas Raka masih meringkuk dan tak mau kerja."Kamu nanya aku?" "Ya iyalah dasar geblek.""Maaf ya, kamu kan punya tangan jadi kalau mau sarapan ya kamu buat saja sendiri," ujarku santai sambil makan nasi goreng."Awas kamu ya, aku adukan kamu ke abangku. Biar kamu di cerai!" Aku hanya meliriknya sekilas," malah Abangmu tu yang merengek semalaman minta agar aku tak menceraikan dia," ujarku."Apa katamu, gak mungkin ya Abangku seperti itu apalagi sampai memohon seperti itu. Abangku itu ganteng pasti banyak kok perempuan yang mau sama dia, jadi kamu jangan GR," ujar Widya."Itu kalau twiter dia gak bobok terus kek gitu, kakau gitu ya perempuan ogah. Wong gak ada bedanya laki sama perempuan."Selesai berkata begitu aku pergi meninggalkan meja makan, kuatir jika selera makanku hilang karena mual melihat wajah menjijikkan si W
Aku menautkan alisku," maksudnya Mas?" "Dia hamil, dan entah lelaki mana yang menghamilinya!" "Hamil, kok bisa bukanya twiter Mas masih bobok?"ujarku meluncur begitu saja.Ini mulut kenapa ember sih?"Maksudku kan Widya masih gadis Mas kok bisa hamil?" ujarku setelah Mas Raka menatap horor padaku."Memang masih gadis tapi entah sudah berapa lelaki yang menidurinya, murahan!" murka Mas Raka.Uluh-uluh kek dia gak ikut nyicip aja, bahkan lebih kenyang."Beneran kamu hamil?" tanyaku pada Widya."Mbak, tolong aku Mbak! Jangan biarkan Bang Raka mengusirku, aku mau tidur dimana Mbak," ujar Widya tergugu. Entah akting atau beneran."Mas, apa gak bisa kamu tolerin perbuatan si Widya, kita tanya baik-baik saja Mas, siapa lelaki yang menghamili Widya lalu kita nikahkan dia," ujarku mencoba membujuk Mas Raka."Gak! Aku gak sudi menerima kotoran yang di lempar di wajahku. Biar saja dia jadi gelandangan di luar sana," ujar Mas Raka tanpa menatap Widya. Entahlah sepertinya dia enggan menatap wajah
Widya," panggilkku dan Widya segera menoleh ke arahku."Maaf ya Mbak gak bisa bujuk Abangmu, ini ambil saja untuk kamu cari tempat kos," ujarku memberikan sejumlah uang."Terima kasih Mbak," ujarnya sendu.Aku yakin jika aku cerita sama Tary, si kampret itu tak akan berhenti memakiku karena telah menolong pelakor dalam rumah tanggaku dan juga musuh bebuyutanku sendiri."Iya, nanti kalau ada apa-apa kamu hubungin Mbak ya," ujarku.Entah aku ini waras atau tidak perduli pada Widya padahal jelas-jelas dia ini pelakor dan perusak rumah tanggaku. Aku yakin kalau berita ini tersebar di kalangan Mak-mak KBM mereka pasti pada bilang aku oon.Ck mereka tak tahu saja rencana Hani, kalau terbukti ternyata mereka itu cuma akting aku akan bertindak lebih kejam dari santet twiter bobok yang aku kasih ke Mas Raka.___"Kamu dari mana?" tanya Mas Raka penuh selidik saat aku masuk ke dalam rumah."Dari depan Mas, lihat Widya." "Ngapain lihat-lihat dia, gak penting!" ketus Mas Raka."Kasihan Mas,dia tu