"Aku kira nggak bakal menghabiskan waktu seperti ini."
Siena memijat leher Jimmy yang membuatnya memejamkan matanya "Kamu tahu bagaimana sibuknya jika terjadi pergantian, tapi kamu memang hebat karena bisa mengatur semuanya.""Aku sudah biasa." Siena mengatakan dengan nada sombongnya membuat Jimmy berdecak pelan "Besok anter Jeno?" Jimmy menganggukkan kepalanya "Aku mau ke kampung."Jimmy membuka matanya mendengar kata-kata Siena "Ada masalah? Kenapa tiba-tiba?"Siena tersenyum dan menggelengkan kepala pelan "Ada yang harus diurus, mengenai warisan.""Aku antar." Siena langsung menggelengkan kepalanya "Berapa lama? Jeno nanti gimana?""Zee yang mau merawat Jeno, lagian kamu sibuk dua rumah sakit."Jimmy menarik tangan Siena dan membuatnya duduk di pangkuan, saling menatap satu sama lain, mendekatkan bibir mereka dengan ciuman lembut. Ciuman mereka semakin dalam, perlahan Siena mendorong badan Jimmy yang membuat mereka sa"Pindah di rumah kalian dulu?" Tania menganggukkan kepalanya.Tania tahu jika Rifat menatapnya penuh selidik, mengalihkan pandangan kearah lain sambil melepaskan pelukan Rifat. Menghindari tatapan Rifat tidak mudah jika tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan, hembusan napas berat dikeluarkannya membuat perasaan bersalah Tania hadir."Apa aku bisa menolak?" "Rey tinggal disana sendiri, kamu tega meninggalkan anak kita disana?" Tania mengatakan dengan nada lembut dan tatapan memohon."Bukan karena ada yang kamu sembunyikan? Murni tentang Rey?" Tania langsung menganggukkan kepalanya "Aku hanya nggak mau kalau ada yang...""Aku paham, kamu pasti berat berada disana. Kenangan bersama Wijaya memang berada disana dan aku paham kalau kamu merasa keberatan, jika aku jadi kamu pasti juga akan..."Rifat menghentikan kata-kata Tania dengan mencium bibirnya lembut "Wijaya...hanya dia yang bisa membuatku tidak cemburu. Banyak hal yang bisa
"Kamu hamil?" Jimmy menatap alat tes kehamilan yang diberikan Siena.Siena menatap cemas saat melihat reaksi Jimmy, pernikahan mereka sejauh ini berjalan seperti umumnya pasangan yang menikah. Memberitahukan kehamilan tetap membuatnya berdetak kencang, ketakutan menghantui Siena jika memang Jimmy tidak menerima.Menarik Siena kedalam pelukan, mencium puncak kepalanya dalam membuat Siena menghembuskan napas lega, ketakutannya seketika hilang melihat dan merasakan reaksi Jimmy saat ini dan tidak perlu menakutkan apapun lagi."Jeno akan punya adik," ucap Jimmy yang diangguki Siena "Terima kasih, Sayang." Jimmy mencium bibir Siena lembut, melepaskan ciuman mereka dengan membelai pipi Siena pelan "Aku akan berusaha menjadi suami dan ayah yang baik nanti, ayah yang adil juga pastinya.""Kamu pasti bisa melakukannya." Siena tersenyum lembut.Perasaan bersalah menghampiri Jimmy melihat senyuman Siena, berita yang diberikan membuatnya terkejut. Ti
"Kamu sudah memilih dan sekarang kamu..." Ruli menggelengkan kepalanya sambil menikmati minumannya "Kamu akan bertemu Febby dengan keadaan Siena yang hamil? Bukan masalah buat Siena karena dia pernah mengalaminya, dulu Siena bisa menyadari karena tidak ada suami, sekarang? Apa kamu akan membuat Siena merasakan itu lagi?" Ruli menghembuskan napas kasar "Aku tidak bisa berkata apapun."Mereka berdua duduk di cafe yang tidak jauh dari rumah sakit, Jimmy membatalkan pesanannya dan memilih ikut Ruli. Memilih mengikuti Ruli artinya harus siap mendengarkan semua yang dia katakan, kata-kata berupa nasehat tentang kedua wanita itu. Ruli pastinya membuat Jimmy melupakan Febby, dari awal memang tidak menyukai wanita itu."Aku tahu kamu pasti tidak mendengar kata-kataku, kamu lebih mempercayai Febby dibandingkan kata-kataku. Selama ini kamu tahu jika semua yang aku ucapkan selalu terjadi, terutama tentang Febby."Jimmy hanya diam, membenarkan perkataan Ruli memang sel
Merasakan ada sesuatu yang aneh dengan kepindahan maminya ke rumah lama membuat Jimmy berpikir panjang, pembicaraannya dengan Endi semakin berpikir panjang. Jimmy mencoba kembali fokus pada Siena, melupakan Febby dengan tidak melakukan kontak atau apapun itu. Beberapa kali bertemu dengan Yudi tidak menunjukkan sesuatu yang aneh, tidak mungkin maminya mengambil keputusan tanpa ada sesuatu. Hal yang aneh lagi adalah memberikan pengawalan kembali untuk dirinya dan ekstra pengawalan untuk Jeno dan Siena, tindakan yang diambil membuat pikiran negatif kembali hadir."Memang harus?" tanya Jimmy yang diangguki Endi "Tapi apa nggak berlebihan?""Kamu takut mereka nggak bisa jaga rahasia? Selama ini mereka bisa melakukannya kalau kamu lupa." Endi mengatakan tanpa menatap Jimmy "Apa kamu punya rahasia?" Jimmy memilih diam membuat Endi menatap kearahnya dengan tatapan penuh selidik "Jangan bilang kalau kamu..." Jimmy hanya diam tanpa berniat menjawabnya "ASTAGA! Kamu
Keputusan memang harus diambil, mengakhiri hubungan dengan Febby. Beberapa hari ini tidak pernah mendatangi tempat tinggal Febby, tapi Jimmy meminta salah satu pengawal yang dipercaya untuk melihat keadaannya."Aku tahu kalau pernikahan ini terpaksa, aku juga tidak berhak meminta apapun ke kamu, tapi setidaknya kamu pikirkan tentang anak kita. Kamu tidak perlu memikirkan Jeno, bagaimanapun dia bukan darah dagingmu." Siena mengambil tempat disamping Jimmy yang membuatnya terkejut "Aku tahu apa yang kamu rasakan dan pikirkan, Jim. Aku kenal kamu dari lama, jadi sudah tahu semua tentang kamu."Tidak ada kata yang keluar dari bibirnya saat Siena mengatakan hal tersebut, lidahnya seakan kelu dan tidak bisa mengeluarkan suaranya sama sekali. Menatap Siena yang tampak santai saat mengatakan hal tersebut, tapi Jimmy tahu jika perasaannya sangat sakit."Maaf."Siena menggelengkan kepalanya "Tidak ada yang harus di maafkan, Jim.""Aku bajingan! Baj
"Bebal."Jimmy menatap tajam pada Ruli saat berkata seperti itu, kalimat yang keluar setelah menceritakan apa yang terjadi semalam dengan Febby. Mereka kini berada di coffee shop depan apartemen, rencananya akan berangkat bersama ke rumah sakit milik keluarganya bersama Tomo dan Danu. Kedua pria lainnya hanya diam mendengarkan, belum ada komentar atau reaksi apapun."Kata apalagi yang cocok buat kamu setelah semuanya? Orang tua kamu pastinya sudah memikirkan panjang, kamu buta yang namanya cinta." Ruli mengatakan penuh emosi "Apa menariknya Febby? Kamu sudah lihat rekaman cctv yang dia lakukan sama pria lain di apartemen yang kalian sewa dan sekarang kamu masuk kembali dalam jebakan permainannya." "Cinta tai kucing kalau buat kalian berdua," sahut Danu yang diangguki Tomo."Kenapa nggak ada yang suka sama hubunganku dan Febby?" Jimmy menatap penasaran pada ketiga sahabatnya "Kalian bukannya dulu dukung tapi kenapa sekarang...""Kita duku
"Dia akan melakukan apa?" Rifat menatap salah satu pengawal yang mengikuti Yudi."Belum ada pergerakan sama sekali, tapi Jimmy sudah mengakhiri hubungan dengan Febby." Rifat menghembuskan napas panjang "Ikuti mereka terus terutama Febby, aku yakin ada yang direncanakan."Rifat melempar kertas yang baru saja diterimanya, hembusan napas panjang dikeluarkannya. Tidak pernah ada dalam bayangannya harus berhadapan dengan masa lalu Tania, mencintai dari lama membuat Rifat harus mengalami banyak hal dan ini adalah salah satunya."Memikirkan apa, Om?" tanya Lucas yang berjalan mendekati Rifat "Masalah mami dan mantannya? Kita sudah membahas ini berkali-kali."Rifat menghembuskan napasnya kembali "Papi kamu sudah merencanakan semuanya dengan baik, kebiasaan kalian yang nggak pernah bisa setia dengan satu wanita." Lucas mencibir kata-kata Rifat "Memang benar, kalian selalu membuat repot.""Memang apa yang Jimmy lakukan?" Lucas bertanya pada intinya
"Apa harus sejauh ini?" Fransiska menatap mereka semua setelah mendengarkan penjelasan Leo "Apa aku nggak bisa disini aja?""Sayangnya nggak bisa," jawab Bima dengan nada tegasnya "Kita semua tidak mau terjadi sesuatu pada kalian berdua yang sedang hamil.""Kak Zee disini, aku bisa tinggal bersama mereka. Hotel bukannya dijaga penuh? Aku rasa..." Leo menggenggam tangan Fransiska sambil menggelengkan kepalanya "Bagaimana dengan kakak aku dan mama?""Mereka akan aman, target mereka bukan keluarga kamu tapi kita dan orang-orang kesayangan kita. Zee nggak ikut karena memang bukan dia targetnya, Billy sudah sangat mampu menjaga Zee." Lucas menjawab Fransiska tenang "Kalian berdua akan bersama dengan Anggi dan mami, jadi nggak perlu khawatir. Keluarga kamu tetap dalam pengawasan kita jadi tidak perlu khawatir, beritahu mereka jika ada sesuatu yang mencurigakan tapi kalau tetap merasa khawatir hanya mama kamu yang bisa ikut.""Kakak aku dan anaknya?" Fra
"Kamu bukannya harus sudah cuti?" tanya Jimmy saat melihat Siena ikut masuk kedalam ruangannya"Aku bosan, kamu kerja terus Jeno sekolah full." Siena menjawab sambil mengerucutkan bibirnya "Dokter Tomo bilang kalau dia baik-baik saja dan lagian perkiraan melahirkan juga masih lama.""Terserah, kerjanya tetap di ruangan ini!" Jimmy mengatakan dengan nada tegas yang diangguki Siena.Hasil keputusan atau sidang sudah keluar, bahkan permintaan mereka terkait dengan kondisi kejiwaan dengan hasil tidak sesuai keinginan mereka membuat semua mendapatkan hukuman sesuai perbuatannya. Febby juga mendapatkan hukuman dari ikatan dokter dimana semua gelarnya dicabut, dengan begitu pendidikan yang dilaluinya menjadi sia-sia tanpa adanya gelar. Jimmy sebenarnya tidak mau mendengar kabar apapun tentang Febby, tapi ketiga sahabatnya selalu memberi kabar yang tidak tahu dapat darimana. Mendengar kabar mereka tidak satupun yang Jimmy ingat karena memang tidak penting, walaupun begitu Endi dan juga ketig
"Puas sama hasilnya?" tanya Jimmy tepat di telinga Endi."Lumayan," jawab Endi tanpa mengalihkan pandangan dari jalannya sidang.Keputusan yang dibacakan tampaknya kurang membuat keluarganya puas, Jimmy menatap istri Yudi yang terlihat santai saat hasil pembacaan hukuman. Mengikuti langkah Endi yang keluar dari ruang sidang, meninggalkan tim lawyer mereka yang masih diskusi.Endi membawa langkah mereka menuju mobil yang menjadi alat transportasi mereka berdua sejak pertama, hembusan napas panjang dikeluarkan mereka berdua saat sudah berada didalam mobil. Supir membawa mereka keluar dari pengadilan, tidak ada yang membuka pembicaraan seakan sibuk dengan pikiran masing-masing."Apa reaksi nenek dan adik Febby waktu kamu kasih tahu?" tanya Endi memulai pembicaraan mereka."Terkejut, mereka terdiam beberapa saat. Neneknya yang langsung menangis dan meminta maaf, mereka berdua juga minta bertemu sama keluarga Arkan. Aku menolak ide mereka kare
"Aku lihat Prof Yudi kemarin, berantakan dan nggak seperti biasanya."Jimmy memilih diam mendengarkan informasi yang Danu berikan, saat mendengarnya sudah tidak ada rasa kasihan sedikitpun dan tampaknya hati Jimmy sudah mati rasa mendengar informasi tentang mereka."Febby di hukum berat, benar?" Jimmy menganggukkan kepalanya "Gelar dokternya juga dicabut, tapi Prof Yudi sedang berusaha agar tidak terjadi. Aku tahu gimana perasaannya secara Febby itu anak kebanggaannya." Danu melanjutkan ceritanya dengan memberikan tambahan tentang keadaan mereka "Kamu nggak ketemu Febby?""Buat apa? Nggak penting juga." Jimmy menjawab langsung.Danu mengangguk "Benar, lagian dia yang mencelakai kamu. Aku sampai sekarang nggak nyangka kalau mereka begitu, Febby yang baik dan manja sama kamu ditambah Prof Yudi yang tegas setiap kita belajar, walaupun kalau suruh milih mending sama Prof Marcus.""Kamu kan sempat mau membantu Prof Yudi," ucap Jimmy dengan tat
"Apa aku kurang tegas?" Siena mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan Jimmy ketika mereka akan tidur."Tegas yang bagaimana? Kamu ke aku dan Jeno tegas, memang kamu merasa kurang tegas?" Siena mencoba bertanya untuk mengetahui maksud Jimmy.Mendengar jawaban Siena seketika Jimmy terdiam, tatapannya kosong dan memikirkan kata-kata Zee pada saat di rooftop rumah sakit. Zee benar saat menilai dirinya yang tidak jauh berbeda dengan Lucas dulu, tapi pada saat itu papi membantu Lucas keluar dari permasalahannya. "Memikirkan apa?" suara Siena membuyarkan lamunan Jimmy, tangan Siena membelai wajah Jimmy tanpa melepaskan tatapannya "Apa ada hubungannya dengan hasil dakwaan dari Febby?" tembak Siena yang membuat Jimmy menelan saliva kasar "Maksud pertanyaan kamu tadi itu ada hubungannya sama Febby?"Jimmy tahu tidak mungkin menutupi permasalahan ini dari Siena, apalagi komitmen dirinya dalam pernikahan dengan Siena adalah saling terbuka. Banyaknya kejad
"Mereka tiba-tiba datang minta kita mencabut laporan," ucap Billy yang diangguku Zee dan keluarga Fira."Kalian tanda tangan?" Endi menatap Fira dan keluarganya yang menggelengkan kepalanya "Bagus! Mereka nggak melukai kamu, kan?" "Kita semua baik-baik saja, pengawal bekerja dengan baik dimana langsung masuk saat kita mengirim pesan." Billy menjawab pertanyaan Endi "Aku justru khawatir sama Fira bukan kita sendiri.""Kami baik-baik saja," ucap Bian menenangkan mereka "Bagaimana hasil sidangnya?""Dua puluh tahun penjara yang diikuti pencabutan gelar dokter," jawab Endi yang diangguki mereka.Jimmy hanya diam mendengarkan pembicaraan mereka dengan tatapannya tidak lepas dari Zee dan Fira, perasaan bersalah kembali hadir setiap kali melihat orang terdekatnya harus menghadapi permasalahannya. Jimmy baru merasakan perasaan Zee dulu, hanya saja bedanya Billy memiliki keinginan berubah, tapi tidak dengan Febby yang tetap dengan tujuannya.
"Terdakwa diputuskan bersalah dengan menjalani hukuman selama dua puluh tahun atas kasus pembunuhan....."Jimmy fokus menatap Febby yang menundukkan kepalanya, tapi bukan tanda-tanda penyesalan melainkan ketakutan. Jimmy sangat mengenal Febby dengan sangat baik, bahasa tubuhnya bisa terbaca dan terlihat jelas dimana Jimmy bisa melihat secara jelas."Sayang harusnya hukuman mati, kita sedang diskusi untuk mengajukan banding agar hukumannya lebih berat." Jimmy mengalihkan pandangan kearah Endi yang berbisik padanya."Apa tidak keterlaluan?" Endi menatap Jimmy tajam "Bagian mana yang keterlaluan? Hukumannya? Kamu masih punya hati ternyata sama dia."Jimmy terkejut melihat reaksi Endi, menatap saudaranya yang beranjak dari tempat duduk dengan mendekati tim lawyer. Mencerna kata-kata Endi dan sedikit bingung tentang masih memiliki hati, sedangkan hatinya sudah selesai dan berpindah ke Siena, tidak hanya itu sedetik saja tidak ada membayangkan
"Kalian setuju?" Bima menatap tajam kearah Rifat dan Tania setelah mendengar permintaan Galih.Bima langsung mengambil penerbangan untuk pulang ke Indonesia setelah di hubungi Rifat tentang kedatangan Galih, Bima sudah memberi pesan apabila Galih datang ke rumah artinya mereka melakukan usaha terakhir dan tampaknya benar saat mendengar penawaran yang di berikan Galih pada keluarga mereka.Bima yang mengikuti setiap rencana yang dibuat Wijaya dulu untuk menyelamatkan Tania, arti lebih besar adalah tahu karakter mereka masing-masing dan Rifat diberitahukan hanya garis besar bukan secara keseluruhan."Kita nggak setuju, tapi Galih bilang akan memberi waktu kita berpikir." Rifat menjawab pertanyaan Bima setelah sedikit tenang."Tujuan mereka adalah membuat kalian bercerai dan menikahi Tania, semua akan mereka lakukan untuk mendapatkan nama baik keluarga seperti dulu dengan bisnis mereka yang berjalan lancar. Intinya adalah mereka ingin menguasai H&D G
"Sidangnya cepat banget?" Jimmy menatap Endi penasaran.Endi menggelengkan kepalanya "Bukan sidang masalah Zee dan Fira, tapi kelanjutan Febby.""Maksudnya?" Jimmy mengerutkan keningnya."Otaknya dia." Endi menunjuk wanita yang duduk dihadapan hakim sedang memberikan pernyataan."Istri pertama?" Endi menganggukkan kepalanya "Bagaimana bisa? Memang yakin dia?""Tim menemukan sesuatu yang aneh dari kamera CCTV dimana keberadaan dia tidak jauh dari sana. Febby mendatangi dia setelah melakukan tugasnya, bisa jadi ada kesepakatan diantara mereka atau Febby melakukan atas perintah dia." Endi menjelaskan yang membuat Jimmy mengalihkan pandangan kearah Febby "Tim masih mencari apa yang melatar belakangi Febby melakukan itu.""Kemungkinan dia bebas?" Endi mengangkat bahu "Kita bukan membantu Febby, tapi mengusut sampai tuntas. Kamu jangan sampai tergoda dengan Febby setelah nanti tahu kejadian yang sebenarnya." Endi mengalihkan
"Berita itu beneran?" Ruli memasuki ruangan Jimmy diikuti kedua sahabatnya."Berita tentang istri Prof Yudi?" Mereka bertiga menganggukkan kepalanya "Benar." Jimmy memberikan jawaban yang sebenarnya."Bukannya sudah meninggal?" Tomo menatap tidak percaya."Ibu kandungnya, wanita ini adalah istri pertama. Ibunya Febby adalah istri yang lain." Jimmy menjelaskan secara lengkap."Sekarang di kantor polisi?" tanya Danu memastikan yang dijawab Jimmy dengan mengangkat bahunya "Kamu nggak ngikutin perkembangannya?"Jimmy menggelengkan kepalanya "Aku datang karena jadwal operasi yang sama sekali tidak bisa diundur.""Kasus semakin berkembang? Prof Yudi bagaimana? Datangin kalian lagi?" tanya Danu penasaran."Dia nggak akan berani melakukan itu lagi," jawab Jimmy santai dengan beranjak dari tempat duduknya "Aku mau melakukan operasi sekarang, sampai ketemu nanti."Jimmy melanggar perintah Lucas untuk tetap berada di rumah