"Baca apaan?"
Jimmy menggeser tubuhnya membiarkan Siena membaca apa yang dari tadi menjadi fokusnya daritadi, mengalihkan pandangan kearah Siena dengan rambutnya yang masih basah dan pakaian tipisnya. Menarik tubuh Siena yang membuatnya sedikit teriak, mencari posisi yang nyaman di pangkaun Jimmy dengan tetap fokus pada layar."Kamu makin menggairahkan," bisik Jimmy sambil mencium leher Siena."Daftar apaan? Darimana?" Siena tidak peduli dengan apa yang Jimmy katakan."Satu ronde lagi gimana?" Jimmy memainkan tangannya di payudara Siena dengan gerakan lembut "Sekali lagi?""Jeno udah mau berangkat," jawab Siena dengan menolak permintaan Jimmy."Jeno bukannya di rumah mami? Tidur sama Fransiska?"Siena menggelengkan kepalanya "Fransiska semalam minta tidur di hotel makanya Jeno dibawa balik." Jimmy mengerutkan keningnya "Ngidam tidur di hotel, habis itu pengen langsung di masakin sama Naila dan Irwan depan matanya.""Apa kamu tidak lelah?" Jimmy menatap dalam Febby yang tampak berantakan "Apa yang kamu inginkan?" bertanya sekali lagi karena tidak mendapatkan jawaban "Kalau memang tidak ada lebih baik kamu...""Bantu aku," potong Febby menatap penuh permohonan pada Jimmy "Hanya kamu yang bisa membantuku, Jim. Aku sudah hancur...ayah sudah tidak pulang dan aku nggak tahu harus bagaimana...kamu tahu gimana keadaan kakak dan adikku yang sama sekali tidak bisa diharapkan. Jim, bantu aku...."Jimmy hanya diam selama Febby berbicara meminta tolong, tatapan kesakitan tampak jelas di matanya. Sikap ayahnya memang Jimmy tahu dengan sangat jelas, bukan dari maminya melainkan selama mereka menjalin hubungan."Kenapa kamu minta tolong aku? Kamu sudah mengkhianati aku jauh sebelum keputusan perpisahan kita, sekarang setelah semua yang terjadi dan membuat heboh rumah sakit kamu minta tolong...kamu tahu kalau aku sudah menikah, kamu sendiri juga hamil yang....""Aku kegugura
Berbeda, perasaan berbeda yang dimiliki Jimmy saat ini. Menatap Febby yang berada dalam pelukannya setelah melampiaskan gairah mereka, pembicaraan yang membuat Jimmy tidak percaya."Mikirin apa?" Jimmy menatap Febby yang membuka matanya."Bukankah kamu...""Aku tahu kamu pasang cctv, kalau kamu lihat detail itu aku lakukan setelah keputusan kita. Hubungan intim dengan dokter yang sudah menikah? Kita sama-sama kesepian dan dia tahu kalau aku hamil, hormon kehamilan membuatku tidak bisa menahan diri dan aku ingat kalau kamu sangat maniak. Aku tidak mungkin mengganggu kamu dan aku tahu kalau kamu akan menolak permintaan orang tuamu jika tahu aku hamil.""Kenapa kamu nggak bilang? Harusnya kamu bilang." Jimmy masih tidak terima dengan keputusan yang Febby ambil."Aku nggak mau kamu menjadi anak durhaka, perbuatan ayahku dan keluarganya ke mami kamu memang keterlaluan. Aku juga lihat papimu yang semakin kritis jadi aku ambil keputusan itu, ber
"Tania."Tubuhnya membeku mendengar suara itu lagi, suara yang sangat dikenal dengan sangat baik. Membalikkan badannya dan tebakannya benar, Yudi bersama dengan seseorang menggunakan kursi roda dan sudah dipastikan jika itu anaknya."Kamu ngapain disini? Tinggal sekitar sini?" Yudi menatap penasaran.Tania mencoba mengingat tempat tinggal Yudi, seketika menggelengkan kepalanya jika memang nanti mereka tinggal di kompleks yang sama. Rifat tidak mungkin tidak tahu tentang Yudi, kesialan yang lain adalah saat ini Rifat ke Kalimantan mengurus perusahaan Wijaya disana bersama dengan Devan."Kamu tinggal disini?" Yudi menganggukkan kepalanya tanpa ragu "Aku juga.""Bisa kita bicara?" Yudi bertanya hati-hati."Bicara tentang?" Tania memberikan tatapan penuh selidik "Tidak ada yang perlu kita bicarakan.""Ikut aku!"Nada suara Yudi yang penuh dengan penekanan dan ketegasan membuat Tania memilih mengikutinya, berjalan se
Kesal, hal yang dirasakan Tania saat ini. Yudi tidak membiarkan dirinya pulang sama sekali. Yudi menitipkan anaknya ke tempat penitipan anak, mengunci pintu kamarnya saat Tania tidur. Sikapnya seketika berubah menjadi pasangan yang cemburu setelah tahu jika Tania sudah menikah, satu hal yang ada didalam pikiran Tania adalah Rifat dan anak-anak pasti mencari dirinya."Suami dan anak-anakmu nggak akan mencari." Tania memberikan tatapan penuh selidik dan tajam "Aku menggunakan ponselmu dan mengatakan ingin berlibur seorang diri.""Kamu..."Yudi menghentikan kalimat protes Tania dengan melumat bibirnya lembut "Aku kalah lagi! Tidak bisakah kamu cerai?"Tania mengangkat alisnya mendengar permintaan Yudi "Cerai? Menikah sama kamu? Memang orang tuamu dan anak kita bakal setuju? Anakku tidak akan setuju setelah tahu apa yang kamu lakukan.""Orang tuaku sudah meninggal dunia, aku akan membuat mereka...""Berhenti melakukan hal yang tidak
"Aku kira nggak bakal menghabiskan waktu seperti ini."Siena memijat leher Jimmy yang membuatnya memejamkan matanya "Kamu tahu bagaimana sibuknya jika terjadi pergantian, tapi kamu memang hebat karena bisa mengatur semuanya.""Aku sudah biasa." Siena mengatakan dengan nada sombongnya membuat Jimmy berdecak pelan "Besok anter Jeno?" Jimmy menganggukkan kepalanya "Aku mau ke kampung."Jimmy membuka matanya mendengar kata-kata Siena "Ada masalah? Kenapa tiba-tiba?"Siena tersenyum dan menggelengkan kepala pelan "Ada yang harus diurus, mengenai warisan.""Aku antar." Siena langsung menggelengkan kepalanya "Berapa lama? Jeno nanti gimana?""Zee yang mau merawat Jeno, lagian kamu sibuk dua rumah sakit."Jimmy menarik tangan Siena dan membuatnya duduk di pangkuan, saling menatap satu sama lain, mendekatkan bibir mereka dengan ciuman lembut. Ciuman mereka semakin dalam, perlahan Siena mendorong badan Jimmy yang membuat mereka sa
"Pindah di rumah kalian dulu?" Tania menganggukkan kepalanya.Tania tahu jika Rifat menatapnya penuh selidik, mengalihkan pandangan kearah lain sambil melepaskan pelukan Rifat. Menghindari tatapan Rifat tidak mudah jika tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan, hembusan napas berat dikeluarkannya membuat perasaan bersalah Tania hadir."Apa aku bisa menolak?" "Rey tinggal disana sendiri, kamu tega meninggalkan anak kita disana?" Tania mengatakan dengan nada lembut dan tatapan memohon."Bukan karena ada yang kamu sembunyikan? Murni tentang Rey?" Tania langsung menganggukkan kepalanya "Aku hanya nggak mau kalau ada yang...""Aku paham, kamu pasti berat berada disana. Kenangan bersama Wijaya memang berada disana dan aku paham kalau kamu merasa keberatan, jika aku jadi kamu pasti juga akan..."Rifat menghentikan kata-kata Tania dengan mencium bibirnya lembut "Wijaya...hanya dia yang bisa membuatku tidak cemburu. Banyak hal yang bisa
"Kamu hamil?" Jimmy menatap alat tes kehamilan yang diberikan Siena.Siena menatap cemas saat melihat reaksi Jimmy, pernikahan mereka sejauh ini berjalan seperti umumnya pasangan yang menikah. Memberitahukan kehamilan tetap membuatnya berdetak kencang, ketakutan menghantui Siena jika memang Jimmy tidak menerima.Menarik Siena kedalam pelukan, mencium puncak kepalanya dalam membuat Siena menghembuskan napas lega, ketakutannya seketika hilang melihat dan merasakan reaksi Jimmy saat ini dan tidak perlu menakutkan apapun lagi."Jeno akan punya adik," ucap Jimmy yang diangguki Siena "Terima kasih, Sayang." Jimmy mencium bibir Siena lembut, melepaskan ciuman mereka dengan membelai pipi Siena pelan "Aku akan berusaha menjadi suami dan ayah yang baik nanti, ayah yang adil juga pastinya.""Kamu pasti bisa melakukannya." Siena tersenyum lembut.Perasaan bersalah menghampiri Jimmy melihat senyuman Siena, berita yang diberikan membuatnya terkejut. Ti
"Kamu sudah memilih dan sekarang kamu..." Ruli menggelengkan kepalanya sambil menikmati minumannya "Kamu akan bertemu Febby dengan keadaan Siena yang hamil? Bukan masalah buat Siena karena dia pernah mengalaminya, dulu Siena bisa menyadari karena tidak ada suami, sekarang? Apa kamu akan membuat Siena merasakan itu lagi?" Ruli menghembuskan napas kasar "Aku tidak bisa berkata apapun."Mereka berdua duduk di cafe yang tidak jauh dari rumah sakit, Jimmy membatalkan pesanannya dan memilih ikut Ruli. Memilih mengikuti Ruli artinya harus siap mendengarkan semua yang dia katakan, kata-kata berupa nasehat tentang kedua wanita itu. Ruli pastinya membuat Jimmy melupakan Febby, dari awal memang tidak menyukai wanita itu."Aku tahu kamu pasti tidak mendengar kata-kataku, kamu lebih mempercayai Febby dibandingkan kata-kataku. Selama ini kamu tahu jika semua yang aku ucapkan selalu terjadi, terutama tentang Febby."Jimmy hanya diam, membenarkan perkataan Ruli memang sel