Awan Hitam menutupi langit sepanjang cakrawala, hujan deras mengguyur bumi.Seorang Pria dengan pakaian bangsawan yang terbuat dari sutra bersulam emas berjalan perlahan melewati jalan setapak. Aura yang keluar dari tubuhnya sangat khidmat. Air hujan mengguyur tubuhnya, namun pakaiannya tampak sangat kering. Jika diperhatikan secara detil, air hujan bahkan tidak menyentuh ujung rambutnya.Pria ini adalah Liu Kai, ia menggunakan pelindung esensinya untuk menghalau guyuran air hujan. Setelah tiga hari berlari melewati hutan, Kai akhirnya menemui jalan setapak, ia segera berjalan perlahan saat dirinya melihat rombongan karavan yang bergerak menuju ke arahnya melewati jalan setapak.Kai berencana untuk memasuki Kota Tua dan mengikuti lelang, namun jika ia memasuki kota sendirian dengan status Holy Soulnya, akan ada banyak masalah yang menantinya, ia berencana untuk ikut dalam rombongan karavan sebelum memasuki kota.Perlahan namun pasti, Rombongan Karavan akhirnya berada tidak jauh dari b
Kelompok Karavan kembali bergerak setelah Kai ikut dengan rombongan mereka. Kai diundang masuk ke dalam gerbong utama, ia duduk tepat di hadapan Pria Bangsawan Kaya itu di antara kedua Pengawal Divine Soul."Teman Muda, namaku adalah Wu Hanfeng, bagaimana dengan Tuan Muda ini?" Pria Kaya dengan nama Jian Hanfeng itu tersenyum ramah sambil memperkenalkan diri.Kai memperhatikan tidak ada sedikitpun jejak arogansi ataupun cemoohan dalam senyum pria di hadapannya, ia kemudian membalas senyumnya dan menangkupkan tinju. "Saudara Wu, namaku adalah Ning Tiejun, terimakasih sudah membiarkanku ikut dengan rombonganmu." Kai memberikan nama palsu."Tidak masalah, kebetulan aku memang membutuhkan teman untuk bercerita, lalu setelah aku melihat kita berada di umur yang sepantaran, aku memilih untuk menambah pertemanan." Jiang Hanfeng berbicara dengan nada ramah.Kai sedikit terkekeh. "Aku tau, itu bukan hanya sekedar keinginan berteman, kenapa tidak membuang formalitas dan berbicara terbuka?"Mend
Dua hari perjalanan dengan Rombongan Karavan mengantarkan Kai ke Kota Tua. Rombongan Karavan berhenti di depan Gerbang Kota sebelum para Penjaga Gerbang menyadari kedatangan Wu Hanfeng. Para Penjaga gerbang segera mempersilahkan Rombongan Karavan itu untuk masuk tanpa melalui pemeriksaan sedikitpun. Para penjaga juga tampak memberikan hormat ketika gerbong utama melewati mereka.Kai di sisi lain tampak sedikit takjub, melihat semua orang yang mengantri di depan gerbang dan dikenai biaya untuk memasuki kota, rombongan Karavan justru segera dipersilahkan masuk, hal ini membuktikan betapa kuatnya pengaruh Paviliun itu."Saudara Ning, kemana kau akan pergi setelah ini? Aku memesan satu tingkat Penginapan Terbaik di kota ini untuk rombonganku, apakah kamu tertarik untuk ikut?" Wu Hanfeng menawarkan dengan ramah.Kai tersenyum sambil sedikit menggelengkan kepalanya. "Tidak diperlukan, aku memiliki beberapa hal yang harus aku urus terlebih dahulu, terimakasih atas tumpangan Tuan Muda Wu.""B
Keesokan pagi, tepat setelah matahari menampakkan cahayanya, Kai berjalan menuju Aula Lelang. Di depan pintu Gerbang Aula, orang-orang memadati halaman aula hingga penuh sesak. Kai sedikit mengernyitkan dahinya melihat hal ini. "Antusias para penduduk sangat tinggi, aku membayangkan apakah aula ini sanggup menampung orang dengan jumlah ini?"Gedung Aula berwarna abu-abu itu tampak sangat megah dan luas, itu tampaknya bisa menampung lebih dari lima puluh ribu orang. Pintu Gerbang di bagi menjadi dua jalur, jalur pertama untuk orang-orang yang ingin melihat acara lelang serta menambah wawasan mereka dalam barang-barang langka dan mahal. Meskipun di bandrol dengan harga 50 Soul Stone Low-Grade, mereka semua tetap membayar untuk masuk dan melihat acara pelelangan akbar yang jarang terjadi.Pintu kedua tampak lebih mewah itu terbuat dari batu marmer setinggi delapan meter dengan ukiran-ukiran abstrak. Pintu ini adalah pintu yang di khususkan untuk tamu undangan. Undangan yang disebar seban
Seluruh penonton maupun peserta pelelangan terdiam dan menyaksikan dengan seksama kepada Pria Gempal di atas panggung. Pria Gempal itu kembali membuka suara. "Tanpa berlama, kita akan langsung memulai lelang..."Bersamaan dengan berakhirnya pidato Pria Gempal seorang gadis muda dengan perawakan tinggi serta pakaian yang hampir menampakkan seluruh lekukan tubuhnya yang padat, dan kulit yang seputih susu naik ke atas panggung sambil membawa kotak kayu dengan kedua tangannya. Gadis itu tersenyum sambil membuka kotak kayu.Saat kotak kayu dibuka, aroma obat semerbak langsung keluar dari dalam kotak. Terlihat sepuluh pil berwarna merah dengan garis-garis urat hijau tersusun rapi di dalam kotak. Setelahnya, kerumunan mulai dipenuhi dengan diskusi.Pria Gempal itu tersenyum sebelum membuka suaranya. "Barang pertama yang akan dilelang adalah Pil Yuan Urat Hijau... Mungkin beberapa dari kalian sudah mengetahui khasiat pil ini, namun aku akan tetap menjelaskan. Pil ini dibuat oleh Grandmaster K
Seorang pria dengan aura kematian yang kuat tertawa sebelum dengan lembut berkata. "Lima Ratus Ribu!" Meskipun suaranya pelan, namun seluruh orang di aula bisa mendengarnya. Ia kemudian menatap bilik tempat Penatua Qin berada. "Nenek Tua jangan berpikir bahwa kau bisa mendominasi di sini... Tidak semua orang berasal dari Provinsi Zhou..."Wajah Penatua Qin menjadi sangat kesal semburat amarah bisa terlihat di wajahnya. "Ular tua apakah kau mau mencoba memulai sesuatu yang lucu di sini? Apa aku harus mengingatkanmu tentang kekalahan menyedihkanmu saat aku memukulmu hingga ibumu bahkan tidak bisa mengenalimu, apa yang coba kau tarik di sini?""Jangan sombong! Kau hanya menyerangku di saat aku tidak dalam keadaan puncak, berani aku menantangmu di sini!" Ledakan Aura Kematian yang ganas keluar dari tubuh pria berkerudung hitam itu dan meledak keluar dari dalam bilik menyebar ke seluruh arena."Mencari kematian!!" Raungan amarah terdengar dari dalam bilik Red Phoenix Sect bersamaan dengan
Setelah perdebatan antara kedua ahli puncak Divine Soul itu, suasana di dalam aula perlahan mulai tenang. Meskipun sebelumnya para penonton sempat tegang dan cemas, mereka tetap merasa antusias dengan lelang yang segera kembali dimulai."Mari kita lanjut ke Harta Karun selanjutnya, kali ini kami akan menampilkan Persenjataan Tempur yang kami dapatkan dari Fallen God Field..." Suara Pria Gempal bergema hingga ke seluruh aula, para penonton seketika gempar, tidak ada orang di sana yang tidak mengetahui prestise Fallen God Field dan hal ini membuat bola mata para penonton memanas untuk melihat harta karun yang akan ditampilkan."Fallen God Field? Apa istimewanya?" Kai mengerutkan keningnya, secara tidak langsung, hanya Kai satu-satunya orang yang tidak mengetahui mengenai hal itu.Saat Kai bergumam, suaranya tidak terlalu keras, namun orang-orang di sekitar Kai masih bisa mendengarnya dan mereka tertawa sambil memberikan tatapan meremehkan ke arah Kai. Salah seorang Pria yang duduk tepat
Kai melihat Pedang Patah di atas panggung dengan minat yang tumbuh di hatinya, ia tidak tahu mengapa, namun ia merasakan jejak yang akrab dari pedang itu. Pedang Patah itu memiliki bilah yang berukuran setengah meter lebih, namun ujung bilah itu terdapat patahan dan hanya sekitar 70 persen dari total panjang asli, serta seluruh permukaan bilah pedang ditutupi oleh karat. Sekilas, pedang itu terlihat seperti sampah, namun jika melihat lebih teliti, ada jejak samar kekuatan Energi Spritual yang kuno di dalam pedang itu.Para tamu undangan mengernyitkan dahinya saat melihat benda itu, sebagian besar dari mereka melihat bahwa benda itu hanyalah sampah yang tidak berguna, namun pakar praktisi bela diri tingkat tinggi yang ada di sana tentu merasakan aura kuno yang samar dari Pedang Patah itu, hal ini juga membuat mereka merasakan bahwa pedang ini secara misterius benda yang tidak biasa."Pedang yang patah ini adalah Harta Karun terakhir dari urutan senjata pertempuran dalam lelang kali ini