Kayla seorang mahasiswi tingkat akhir yang tengah proses menyelesaikan skripsinya, disukai Ilham seorang mahasiswa semester 6 yang umurnya ternyata sepantaran hanya lantaran Ilham pernah menunda waktu kuliahnya selama satu tahun. Ilham yang awal mengenal Kayla lewat temannya yang bernama Dian, yang tanpa disangka Ilham ternyata membuatnya justru tertarik dan suka dengan pribadi Kayla yang terkadang ceplas ceplos.
“Yan, kenalin gua sama temen lu yang jomblo dong… “ucap Ilham
“Mau buat apa? “ tanya Dian
“Nasi bungkus. Gila aja lu nanya buat apa, lu kira gua apaan? Ya kalau cocok mau gua jadiin pacar terakhir lah…. “
“Ntar cuma lu buat main-main lagi”
“Sialan lu, gua cowok baik-baik neng. Gimana ada gak? “
“Ada, namanya Kayla. Setahu gua dia belum pernah punya pacar anak kampus sini. Dan sejauh ini sih masih jomblo. Tapi dia dah mau wisuda, lu gak malu deketin cewek pinter? “
“Jadi dia pinter? Udah mana nomernya… Kalau seangkatan lu mah gak tua-tua juga. Sini nomernya… “
“Ntar gua kirimin. Dah ya, gua ada kuliah…. “
----------
Malam kira-kira pukul 20.00 handphone Kayla berbunyi, panggilan dari nomer baru dengan profil cowok.
“Siapa? “ ucap Kayla penasaran kemudian diterima panggilan itu.
“Hallo… “
“Assalamualaikum… Kayla ya? “
“Wa’alaikum salam, iya… Ini siapa ya?”
“Gua temennya Dian, dapet nomer dari Dian”
“Iya, teruusss…. “
“Nama gua Ilham “
“Iya, ada yang bisa dibantu? “
“Cuma pengen kenalan aja. Dian cerita banyak tentang kamu katanya suka bantuin kerjain tugas dia, suka mencuri perhatian dosen lewat pertanyaan kritis kamu, katanya kamu pinter. “ Ilham mulai keder karena sudah pakai bahasa lu lu gua gua ternya tanggapanya begitu.
“Masa sih? “
“Hmmmm, boleh kan gua kenalan? Maksudnya aku ke kenalan… “
“Boleh… “
“Terusss …. “
“Ya teruss mau apa? Bingung deh aku malahan”
“Yaudah besok kalau ada waktu ketemuan ya… di kampus juga boleh”
“Wah maaf mas, aku besok gak ke kampus. Aku sambil momong anak orang ini, siangan aja ya abis aku selesai momong anak orang. “
“Oke deh, besok aq chat kamu ya… “
“Iya”
“Yaudah, Assalamualaikum… “
“Iya, wa’alaikum salam… “
Siangnya lantaran penasaran Ilham benar-benar menemui Kayla, mereka janjian di sebuah tempat makan disaat jam makan siang. Ilham sudah datang terlebih dahulu menunggu di meja pojok. Sembari menunggu dia mengirim pesan pada Kayla.
*Aku sudah sampai ya, di meja pojok pake kaos putih*
*Ok, aq otw*
Setelah beberapa lama akhirnya Kayla sampai. Setelah memparkirkan motor matic kesayangannya ia segera memutarkan pandangan mencari orang berkaos putih duduk di pojokan. Tapi tidak ada orang yang dicarinya, meja pojok semua kosong. Kayla masuk dan mencari dengan seksama tiba-tiba dari arah belakangnya ada suara mengejutkannya.
“Kayla ya? “
Kayla langsung menoleh mencari sumber suara, ternyata seorang pria tinggi berkulit sawo matang tengah tersenyum kepadanya. Kayla sedikit bingung siapa orang yang ada di depannya ini.
‘siapa dia? Belum pernah lihat aku, gak jelek-jelek amat sih, lumayan lah kalau buat nemenin kondangan bohongin temen-temen. Eh iya, mukanya sih kaya yang d profil semalam telpon. Berarti ini orangnya’batin Kayla.
“Eh, maaf… gua salah orang ya? “ kata pria itu salah tingkah.
“Bener kok mas, aku Kayla”
“Kenalin gua Ilham… “ mengulurkan tangan mengajak berjabat tangan
“Kayla (bersalaman) tadi katanya di pojokan… “
“Iya, baru dari toilet. Ayo kita duduk di sana… “ ajak Ilham ke meja yang tadi untuk menunggu Kayla.
Mereka memesan makan dan bercerita panjang lebar. Karena memang Kayla pribadi yang humble jadi mudah saja dia untuk cepat kenal dengan Ilham.
Sejak pertemuan itu Ilham makin sering telpon ataupun berkirim pesan, dan terkadang mereka ketemu walau hanya sekedar untuk makan siang saja.
Dari kedekatan itu akhirnya membuat Ilham tumbuh benih suka terhadap Kayla. Pribadi Ilham pun berubah menjadi lebih baik terlihat dari bahasanya yang tidak lagi menggunakan bahasa lu lu gua gua. Seringkali Ilham mengatakan suka dan ketertarikannya pada Kayla secara langsung ataupun melalui telepon atau chat. Tapi setiap itu juga Kayla memutar-mutar topik pembicaraan, bahkan tak jarang dia menolak Ilham dengan candaan juga terkadang membuat Ilham patah hati.
Meskipun seringkali ucapan Kayla membuat Ilham patah hati dengan gaya penolakannya yang santai justru membuat Ilham semakin penasaran dan berusaha untuk selalu mendekatinya. Ilham menganggap penolakan Kayla hanya ucapan yang tidak serius.
--------
“ Hahhh? Udah di depan?!!"
Suara Kayla kaget sambil mematikan handphone nya.
Kayla adalah seorang mahasiswi tingkat akhir yang sedang proses penyelesaian skripsinya. Selain itu ia juga tengah disibukkan dengan profesi barunya sebagai guru TK.
"Gila dia, tiba-tiba aja udah didepan... " katanya sambil melangkah keluar sekolah dan mencari orang yang sedang menunggunya.
" Hay... " sapa seorang laki-laki muda yang belum juga turun dari sepeda motornya lengkap dengan helm yang masih menempel dikepalanya.
" Ngapain tiba-tiba kesini, Ham? " tanya Kayla sedikit sewot.
" Sudah siang nona, makan yuukk... "
" Haaa... " kayla melongo
" Murid kamu kan sudah pulang dari tadi. Nungguin apa lagi? " ucap pemuda yang bernama Ilham itu.
" Jauh-jauh ke sini cuma mau ngajakin makan? Kuliah kok kelayapan nyampe sini. "
" Aku dah sampai sini nih, gak kasihan apa? "
" Temanku belum pada pulang"
"Gakpapa, aku tungguin disini. " jawab Ilham dengan senyum
" Gila ya... " ucap Kayla sambil masuk kembali ke sekolah hendak ijin pulang duluan.
--------
" Buk... "ucap Kayla pada seorang wanita paruh baya rekan kerjanya.
" Iya, bu Kayla. Gimana, mau pulang duluan? " tanya Bu Rida seraya meledek.
" Hihihi ... Ada temen saya buk. Ngajak makan katanya... "
" Udah, sana duluan. Ini saya juga dah mau pulang kok. Gakpapa... " jawabnya dengan senyum.
" Makasih ya buk... " segera mengemasi barang-barangnya dan memasukan kedalam tas tentengnya.
" Cieee, bu Kayla.... " ledek satu temannya lagi yang baru saja masuk ke ruang guru.
" Apa sih bu Mita ini, itu temen buk bukan siapa-siapa. "
" Lebih juga gakpapa... Kita dah pernah muda kok. Iya kan bu Rida? "
" Bener... " sahut bu Rida kepala sekolah yang baik dan murah senyum itu.
" Kalau begitu saya pamit dulu ya.... " bersalaman dan menjabat tangan dua rekan kerjanya itu.
Langkahnya kemudian menuju parkiran sepeda motor hitam yang sedang tenang terparkir. Dengan sedikit lebih cepat dari biasanya Kayla masukan kunci dan segera tarik gas pelan tapi pasti hingga sepeda motor matic nya itu melaju keluar gerbang mendekati Ilham yang sedang menunggunya sambil bermain hp.
"Ayukk... " kata Kayla
" Kemana?" ledek pria berkulit sawo matang itu.
" Jadi gak? Kalo gak jadi sih aku mau pulang aja. "
" Jadi, jadi... Maksudnya dimana? " jawab Ilham dengan senyuman. " oya, Kay... Pake motorku aja gimana? "
" Ogah, pulangnya susah"
"Ya aku anterin lagi nanti, lumayan hemat bensin" bujuk Ilham.
"Udah ah, sendiri aja." jawab Kayla "aku yang nyari tempat ya... "
" Siap... Aku ngikut dari belakang. "
Motor Kayla melaju lebih dulu kemudian disusul Ilham dengan motor matic warna merah. Kayla menuju sebuah rumah makan yang lumayan elite yang ada di kota Purworejo. Yah kota kecil dengan kenyamanan tersendiri bagi penghuninya, kota yang selalu ramah untuk para penduduknya.
------
"Di sana aja ya, Ham... "tunjuk Kayla ketika sampai di pintu masuk, menunjuk tempat duduk yang dekat dengan kasir.
" Oke ... "
Tak berapa lama seorang pelayan datang dengan membawa buku menu yang ditangkupkan di tangannya. Dengan sopan buku tersebut ia berikan pada Kayla dan Ilham yang sedang duduk berhadapan itu.
" Silakan mau pesan apa? “ ucap pelayan dengan sopan sambil memberikan buku menu pada Ilham dan Kayla.
Setelah beberapa waktu memilih menu yang tersedia akhirnya Kayla menentukan pilihannya dengan cepat.
“Nasi goreng sosis sama lemon tea y mbak... Kamu apa ham? “
“Udah samain aja mbak... “
“Baik, silahkan tunggu dulu ya... “ jawab pelayan dengan sopan sambil menerima kembali buku menu yang diberikan kedua pelanggannya itu kemudian beranjak meninggalkan mereka.
“Apa gunanya coba tadi lihat-lihat buku menu kalau ujung-ujungnya ngikut pesenanku? “ tanya Kayla datar.
“Buat pantes-pantes aja sih... “ jawab Ilham sambil senyum melihat wanita berjilbab yang duduk didepannya itu.
“Dasar ... “
“Kenapa? Dasar ganteng gitu ya? “
“Aisshhh... “
Ilham justru tertawa melihat tanggapan temannya itu.
“Kay, berarti bentar lagi kamu sidang skripsi terus wisuda ya? Kalau lulus kan? “
“ Sembarangan kamu ya... Pasti lulus lah aku. Gini-gini juga aku lumayan nyambung kalau masalah kuliah. “ jawab Kayla sedikit emosi.
“Berarti nanti gak bakal ketemu di kampus ya kita? “
“Perasaan dari awal kenal kamu, belum pernah deh kita ketemu di kampus. Padahal prodi kita sebelahan. Apa jangan-jangan kamu tuh gak kuliah disitu ya? “
“Sembarangan kamu ya, kemarin siang jam setengah satu aku lihat kamu di depan prodimu sama satu temenmu nunggu dosen kalau gak salah.... “ jawab Ilham sambil tertawa.
“Kalau kamu lihat aku kenapa gak nyapa?”
“Takut kamu malu nanti”
“Dasar kamu ya... “
Tiba-tiba pelayan datang membawa pesanan dan menghidangkan di depan mereka.
“Silakan mas, mbak... “ucap pelayan dengan sopan.
“Makasih ... “jawab Kayla dengan senyum juga.
Pelayan meninggalkan meja mereka. Tanpa dikomando Kayla langsung menyantap pesanannya tanpa ragu dan jaim dengan temannya itu.
“Bismillahirrahman nirrahiim... “
Tanpa sungkan langsung memakan dengan lahap. Tanpa peduli apakah pria di sampingnya itu sudah mulai makan juga atau belum.
“Kamu lapar ya Kay? “
“Iya dong, kamu ngajakin kesini buat makan kan? “
“Kan yang ngajakin kesini kamu Kay... “ jawab Ilham sambil menyedot minumannya.
“Ups ... “ Kayla terhenti sambil melirik Ilham.
“Biasanya sih yang ngajak yang bayarin ya Kay... “
Kayla terhenti dan memandang Ilham sembari mikir isi dompetnya ‘kalo aku yang bayar pake apa nih? Mahasiswa akhir kaya aku mana punya duit buat traktir-traktir. Lagipula ngajar di TK kan gajinya cuma bisa buat beli bensin doang, orang aku cuma nyari kesibukan’ ucapnya dalam hati.
“Kenapa Kay? “ tanya Ilham senyum sambil memulai makan.
“Serius ini jadinya aku yang bayar? Kan kamu yang ngajakin aku tadi, nyamperin ke sekolah segala. “ ucap Kayla sedikit bingung.
“Yang ngajakin di sini kamu kan? “
“Iya sih, tapi kan... “
“Berarti yang ngajakin kan Kay yang bayar? “
Belum sempat Kayla menjawab tiba-tiba Ilham sudah menjawab lebih dulu.
“Udah Kay, aku becanda kali... Aku yang bayar, aku yang ngajakin karena aku pengen ketemu kamu. “ucap Ilham sambil senyum menatap Kayla.
Kayla hanya tersenyum malu mendengarnya. Mereka melanjutkan makan siangnya dengan terkadang Ilham melempar kata-kata yang seringkali membuat Kayla sedikit jengkel tapi setelah itu mereka senyum-senyum kembali.
Hari ini Kayla sudah ijin dengan kepala sekolah TK tempat dia mengajar, bahwa dia tidak bisa masuk karena ada jadwal bimbingan skripsi dengan 2 dosen pembimbingnya sekaligus. Yah begitu semangat Kayla mempersiapkan bahan skripsinya itu menjadi 2 rangkap, satu untuk pembimbing pertama Prof. Subagja yang juga selaku dekan fakultas, sedang satu lagi untuk pak Dicky dosen pembimbing keduanya. Kayla berharap bimbingannya kali ini tidak akan terlalu banyak coretan dari pembimbingnya, dia berharap bisa segera selesai dari urusan skripsi dan bisa segera sidang sehingga bisa bersantai ria untuk menunggu wisuda.Pukul 9 Kayla sudah berada di depan ruang dekan untuk menemui Prof. Subagja yang terkenal sopan dan halus tutur katanya itu. Dilihatnya dari balik kaca kecil yang ada di pintu bahwa dosen senior itu belum datang, dengan demikian Kayla memutuskan menunggu di luar ruangan sambil memegang map biru berisi susunan skripsi didalamnya.Tak berapa lama terlihat
Jam di dinding mes dosen menunjukkan pukul 15.20, saat itu Dicky sedang duduk santai setelah selesai tugas mengajarnya tadi sampai jam 15.00‘Sebentar lagi bimbingan skripsinya Kayla... Apa mungkin dia akan datang kesini? ‘ pikirnya dalam hati.Dia segera mengambil handuk dan perlengkapan mandinya yang ada di loker miliknya. Kebetulan di mes hanya ada pak Sutan dosen teknik yang juga masih bujangan tengah bermaingames di laptopnya.“Besok kelas jam berapa pak? “ tanya Dicky“Pagi jam 07.30 tapi untungnya hari ini saya Cuma sampai jam 3 sore. Masih bisa santai lah di mes... “ jawab Sutan tetap sambil memandang laptopnya.“Sama” jawab Dicky singkat kemudian melangkah menuju kamar mandi.Selesai mandi dan berganti pakaian, Dicky segera menghampiri kawannya yang ada di ruang tamu dengan mengenakan kaos putih dan celana jeans.
Tepat pukul 9 murid-murid Kayla sedang beristirahat. Ada yang tengah bermain dengan temannya dan ada yang sedang menikmati bekal yang dibawakan ibunya. Permainan merekapun macam-macam, ada yang kejar-kejaran, petak umpet dan ada juga yang lebih memilih untuk duduk merangkai balok pintar ataupun merangkai lego. Mereka terlihat sungguh bahagia, begitu juga raut wajah guru muda yang tengah mengamati anak-anak itu. Ya, dia Kayla yang sejak tadi melihat murid-muridnya yang tengah asyik menikmati waktu bermainnya. Tiba-tiba ponselnya berbunyi menandakan ada sebuah pesan masuk dari seseorang, begitu dilihat ternyata dari Ilham.[Kay, hari ini kamu gak ke kampus?][aku ke kampus udah kemarin. Ada apa?][kalik aja di kampus bisa ketemu, lagi di kampus nih...][yadah, selamat belajar... Hihihihihi...][hmmmm....]Setelah itu perhatiannya kembali kepada murid-muridnya yang sedang bermain diluar ke
Dicky povDicky menguping pembicaraan Kayla dan temannya dari balik pintu dengan penuh rasa penasaran.“Mau gak Kay? Kamu belum makan pasti kan? “ terdengar suara laki-laki yang tengah ngobrol bersama Kayla.“Belum sih... Makan di mana? ““Udah laksana aja ayo... Enak nasi gorengnya disana, gara-gara kamu ini aku ketagihan ““Boleh, nanti jam 12 aku harus ketemu dosenku lagi.”Karena harus segera cuci tangan dan bersiap untuk kuliah lagi, Dicky memutuskan untuk keluar seperti tujuan utamanya mencuci tangan di wastafel toilet. Meskipun dalam benaknya masih bergelayut rasa penasaran pada pria muda yang bersama mahasiswinya itu. Saat ia keluar berjalan menuju toilet Hampir saja Kayla jatuh karena menabrak Dicky yang tiba-tiba berjalan di depannya.“Eh... (Kayla kaget kepalanya menabrak sesuatu) Bapak.... Maaf ya pak, maaf saya tidak lihat ada bapak.
Kayla masih tidak percaya dengan apa yang ditanyakan oleh dosen pembimbingnya itu, menanyakan apakah dirinya tertarik atau tidak. Sambil menutupi kebingungannya, Kayla terfokus pada jalan yang mereka lewati hingga hampir sampai tempat yang dituju Kayla mengarahkan jalan pada Dicky.“Pak, itu nanti belok kanan ya. Terus nanti warung gorengan berhenti disitu pak, terus kita jalan lewat setapak. ““Oke “Dicky mengikuti arahan Kayla mencari tempat penjual geblek yang dituju. Setelah sampai di warung gorengan yang masih tutup, Dicky memparkirkan mobilnya di pinggir jalan. Setelah turun mereka berjalan menyusuri setapak kecil yang hanya cukup untuk berpapasan 2 buah sepeda motor. Mereka berjalan beriringan, Dicky dengan kemeja kerjanya dan celana bahan warna hitam lengkap dengan sepatu sambil memegang kacamata hitam yang tadi dipakainya. Tubuh tingginya terlihat tegap ketika berjalan dan menarik mata ketika berjalan ber
Sampai dirumah Kayla segera masuk setelah memparkirkan motornya di halaman. Di dalam terlihat ibunya sedang duduk di teras sambil membersihkan biji kacang yang baru selesai di sangrainya.“Assalamualaikum… “ salam dan mencium tangan ibunya.“Wa’alaikum salam…. Bawa apa itu Kay? ““Ini ada titipan geblek buat ayah. Ayah dah pulang buk? ““Udah, lagi istirahat di belakang. Kamu jadi anter cari geblek buat dosenmu itu to?”“Iya, ini makanya aku dibawain. Ibu mau buat kue kacang? “ terlihat semburat senyum senang di wajahnya yang lelah.“Iya kalau jadi. Udah sana kasihin ayahmu itu sesuai amanahnya.”Kayla masuk dan menemui ayahnya. Setelah mencium tangan ayahnya, Kayla lalu duduk di samping ayahnya yang sedang tiduran sambil menonton acara tv. Kayla lebih dekat dengan ayahnya sehingga ia lebih terbuka d
Siang itu kira-kira jam makan siang Kayla sudah berada di tempat bazar buku bersama 2 kawannya, Dian dan Resti. Mereka teman satu kelas yang sering bersama kemanapun pergi, namun semenjak sudah sibuk dengan skripsi masing-masing, dan antar mereka bertiga mendapat dosen pembimbing yang berbeda membuat mereka jarang untuk bisa pergi bersama. Jikalau ingin melepas rindu, mereka selalu mencari waktu luang yang sama dan janjian bertemu untuk sekedar melepas kangen, yah seperti saat ini mereka sengaja ketemu di tempat bazar buku untuk bisa ketemu dan bersama-sama makan siang.“Mau nyari buku apa kalian? “ tanya Kayla.“Lihat-lihat dulu ajalah. Nanti kalau cocok baru dibeli. “jawab Dian yang diangguki Resti pertanda setuju dengan statement Dian.Mereka bertiga melihat buku-buku yang ada, memilih buku-buku yang sesuai dengan keinginan mereka. Mengitari tempat bazar dari ujung hingga ke ujung. Tiba-tiba tanpa sepenget
Sampai di ruang rawat semua terlihat lega dan berharap bu Murni bisa segera pulang dan segera membaik. Suasana masih hening meski di ruangan itu ada banyak orang. Setelah perawat selesai mengatur dan menyetel aliran infus serta memastikan semua sudah beres, segera perawat minta ijin untuk keluar dari ruang tersebut.“Eh, mas Ilham datang juga... Makasih ya... Dian sama Resti juga kesini. Makasih ya... “ ucap bu Murni dengan senyum.Namun hal itu justru membuat Dicky bertanya-tanya tentang kedekatan Kayla dengan mahasiswa dari pak Sutan itu. ‘Sebenarnya sedekat apa hubungan mereka? Kok ibunya sampai hafal sama anak ini’ tanya Dicky dalam hati.‘Apakah mungkin diantara mereka ada hubungan sesuatu? Tapi kenapa pak Hermawan bilang belum ada teman spesial yang ia kenalkan. Ah, mungkin dia teman akrab saja... ‘“Ibu, tadi kejadiannya gimana? “ tanya Hermawan.“Pulang dari
‘Harus berapa kali sih aku jawabnya?’ tanya Kayla dalam hatinya.Kayla kini hanya menatap kesal ke arah Dicky. Tak ada satu kata pun yang keluar dari mulut Kayla.Melihat tatapan janggal dari Kayla, Dicky segera memegang kedua pipi Kayla dengan gemas. Senyuman manis Dicky berikan pada Kayla agar gadis itu tidak lagi merasa marah ataupun kesal.“Jangan seperti itu!! I love you sayangku...” Ucap Dicky penuh senyum.Namun Kayla tidak sedikit pun tersenyum dengan rayuan Dicky kali ini. Hatinya sudah terlanjur dongkol dan kesal kepada Dicky.“Kamu kenapa?” Tanya Dicky mulai khawatir.“Mas Dicky mau sampai kapan cemburu terus sama mas Aldi? Diantara kami sudah berakhir beberapa tahun yang lalu. Dia juga sudah tahu kalau aku sama kamu, mas. Bahkan kita sudah tunangan.” Jawab Kayla sambil menatap ke arah Dicky dengan kemarahan.“Aku juga tahu jika diantara kalia
Sore setelah mendapat telepon dari Wika, Kayla dan Dicky segera berangkat menuju tempat yang sudah diberitahukan sebelumnya. Mereka segera pamit pada Bu Murni dan pak Hermawan, lalu bergegas menuju tempat janjian dengan Wika.Di sebuah kafe yang cukup besar, sedang duduk Wika bersama seorang laki-laki yang dari belakang tampak begitu kekar dan tegap. Mengenakan kaos hitam sedikit longgar dan topi yang menutup kepalanya. Suasana kafe yang tidak begitu ramai tertutup karena alunan musik yang begitu riang membakar semangat.“Di, lu beneran nggak pa-pa nih ntar ditinggal kawin sama Kayla?” Tanya Wika dengan laki-laki berkaus hitam yang tak lain adalah Aldi.“Emang gua kenapa? Orang dia tunangannya Dicky.” Jawab Aldi mencoba mengelak dari kekhawatiran Wika. Meski sebenarnya hatinya pedih menerima kenyataan Kayla yang sudah menjadi tunangan orang.Senyuman tipis terlempar dari bibir tipis Wika mendengar ucapan
Siang itu, Kayla bersama dua sahabatnya sedang menikmati makan siang di tempat makan ayam geprek depan kampusnya. Mereka terlihat begitu bersemangat menceritakan berbagai hal yang menarik menurut masing-masing.Gelak tawa tak jarang menghiasi wajahnya. Sahabat yang jarang sekali bisa berkumpul kini mereka saling menyempatkan waktu untuk bertemu dan saling melepas kerinduan.Tiba-tiba telepon Kayla berbunyi.“Siapa Kay?” Tanya Dian penasaran.“Pak Dicky.”“Udah, angkat aja!” Seru Resti.“Tapi aku lagi malas, lagi kesel sama dia!” jawab Kayla.“Nanti masalah lu makin runyam. Udah angkat aja, siapa tahu mau ajakin ketemu buat minta maaf.” Ucap Dian.Kayla menghela nafas panjang lalu mengangguk menyetujui saran dari sahabatnya itu. Telepon Dicky akhirnya diangkat juga oleh Kayla.“Assalamu’alaikum ...” ucap Kayla santai
Di sebuah kafe, sedang duduk bersama Ilham dan Wika. Mereka tampak semakin dekat dan akrab. Beberapa kali terlihat keduanya tertawa dan saling bercanda penuh keakraban.“Eh, kamu sekarang gimana rasanya?” Tanya Wika di sela obrolannya ingin mengetahui langsung apa yang kini dirasakan Ilham“Baik. Aku jauh lebih baik. Memang kenapa?” Ilham penasaran. Wajahnya terlihat antusias menanti ucapan apa yang hendak kelur dari bibir Wika.“Baik. Emmm.... Apa kamu masih akan memaksakan perasaan kamu sama Kayla?” Tanya Wika dengan nada meledek.Wika merasa sedikit khawatir jika hal itu masih akan menjadi sesuatu yang teramat sensitif bagi Ilham. Sehingga Wika menanyakannya dengan sedikit gurauaan dan candaan.“Aku ingat ucapan kamu saat kita ketemuan untuk makan siang waktu itu....” Jawab Ilham sambil melepaskan senyuman sedang angannya melayang ke beberapa waktu yang lalu.Sian
“Kay... Apa kamu masih mencintai Aldi??” tanya Dicky mengulang pertanyaannya kembali.“Aku juga mau tanya, apa mas Dicky juga sedang mulai membuka hati untuk perempuan lain?” tanya Kayla pelan.Mendengar pertanyaan Kayla sungguh membuat Dicky bingung mengapa gadis di hadapannya justru bertanya seperti itu. Dicky mencoba melihat jauh ke dalam mata Kayla, hingga keduanya saling tatap mencari tahu jawaban sendiri dari pertanyaannya masing-masing.“Kay... Jika memang aku suka dengan perempuan lain, bagaimana mungkin aku rela susah payah ingin mendapatkan kamu.” Ujar Dicky dengan tenang.Kayla hanya tersenyum kecut seolah tidak percaya dengan ucapan Dicky.“Apa tadi kamu ke kampus?” tanya Dicky kembali.Kayla menggeleng pelan sambil menarik tangannya dari genggaman Dicky.“Apa kamu sedang mencoba membohongi calon suamimu sendiri?” tanya Dicky lebih mengeratkan kembal
Malam itu setelah sholat isya, Kayla meraih ponselnya yang sedari dicas dalam posisi off. Bukan tanpa alasan ia mematikan ponselnya. Hal itu dilakukan karena Kayla ingin menghindari telepon Dicky yang pasti akan menanyakan kenapa tadi siang teleponnya tidak di angkat.Kayla masih terbayang betapa senyum bahagia keluar dari wajah bu Dewi saat mengobrol dengan Dicky tadi siang. Lebih sakit lagi ketika Dicky dengan santai tanpa beban menjawab setiap pertanyaan wanita cantik itu dengan penuh senyum hangat.Memang Dicky tidak mengetahui ada Kayla di belakangnya, namun Kayla sangat berharap jika Dicky tidak harus hanya berdua saja menikmati sarapannya. Rasa cemburu Kayla benar-benar membuat rasa kesal dan kecewa di dalam hatinya.Setelah mengeluarkan nafas panjangnya, Kayla menekan tombol di smartphone miliknya agar benda pipih itu menyala.Saat proses sinkronisasi terjadi, banyak sekali notifikasi panggilan tak terjawab dari Dicky. Tak
Sampai di alun-alun Kayla sudah melihat Wika dan Ilham sedang duduk di tempatnya tadi menunggu. Dari kejauhan terlihat mereka sedang mengobrol lumayan akrab, senyum dan tawa kecil tampak muncul dari keduanya.Kayla menepikan sepeda motornya lalu segera menghampiri Ilham dan Wika. Senyum bersahabat Kayla lemparkan pada mereka, benar-benar seolah tidak terjadi apa-apa beberapa menit sebelumnya.“Hai... Udah lama nunggunya??” Tanya Kayla.“Belum terlalu lama kok.” Jawab Ilham dan Wika hampir bersamaan.Ilham terlihat sedikit malu kala melihat ke arah Kayla. Namun demi mencari suasana menyenangkan dan melupakan kekesalannya pada Dicky, Kayla bersikap ramah dan bersahabat.“Ham, gimana kondisi kamu?? Badannya masih pada kaku nggak?” tanya Kayla ceria.“Udah nggak, Kay...” jawab Ilham sangat bahagia disapa lebih dulu oleh Kayla.“Makanya kita joging supa
Dengan perasaan yang tidak tenang akhirnya Kayla sampai juga di kampus. Tujuan utamanya adalah ke ruang prodi menemui Dicky.Setelah mengucapkan salam dan dipersilahkan masuk, Kayla segera bertanya pada petugas yang ada di prodi.“Maaf, pak Dicky ada pak?”“Baru saja sampai, naruh tas terus keluar itu mbak. Tapi ini memang belum jam masuk juga.” Jawab bapak-bapak paruh baya itu.“Ya sudah... Terima kasih pak, permisi...” Ucap Kayla lalu keluar ruangan.Di luar ia kemudian melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.“Belum waktunya masuk. Mungkin dia di kantin...” ucap Kayla lirih lalu berlari ke arah kantin.Tak membutuhkan waktu lama karena letak kantin tidak terlalu jauh dari prodi. Akhirnya beberapa menit kemudian Kayla sudah sampai di kantin.Saya memutarkan pandangannya mencari Dicky. Karena masih terlalu pagi sehingga kantin belum banyak pengun
Pagi itu di saat udara dingin menyerang, Kayla sudah terbangun dan membantu ibunya memasak di dapur. Dengan penuh sukacita Kayla membantu ibunya. Sebenarnya tidak pantas juga disebut membantu sebab dalam hal ini Kayla masih harus banyak bertanya pada ibunya.“Nah, besok kalau sudah menikah pagi-pagi sudah harus masak. Banyak latihan sekarang, Kay...” ucap ibunya lembut.“Iya, Bu... Kalau nggak masak beli Bu, kan di Jogja tempat mas Dicky kota jadi pasti banyak yang jualan sarapan.” Jawab Kayla senang dengan impiannya.“Terus mau bangun siang? Lagi pula apa kamu tidak malu sama mertua kamu nanti?” Bu Murni mencoba mengingatkan.“Mama baik banget kok, Bu...”“Baik bukan berarti kamu bisa ngelunjak kan, Kay? Apalagi kamu pernah bilang kalau ibunya Dicky suka masak. Itu artinya kamu jadi mantunya itu juga harus bisa.” Nasehat Bu Murni pada anak gadisnya.“Hihihi... I