Tepat pukul 9 murid-murid Kayla sedang beristirahat. Ada yang tengah bermain dengan temannya dan ada yang sedang menikmati bekal yang dibawakan ibunya. Permainan merekapun macam-macam, ada yang kejar-kejaran, petak umpet dan ada juga yang lebih memilih untuk duduk merangkai balok pintar ataupun merangkai lego. Mereka terlihat sungguh bahagia, begitu juga raut wajah guru muda yang tengah mengamati anak-anak itu. Ya, dia Kayla yang sejak tadi melihat murid-muridnya yang tengah asyik menikmati waktu bermainnya. Tiba-tiba ponselnya berbunyi menandakan ada sebuah pesan masuk dari seseorang, begitu dilihat ternyata dari Ilham.
[Kay, hari ini kamu gak ke kampus?]
[aku ke kampus udah kemarin. Ada apa?]
[kalik aja di kampus bisa ketemu, lagi di kampus nih...]
[yadah, selamat belajar... Hihihihihi...]
[hmmmm....]
Setelah itu perhatiannya kembali kepada murid-muridnya yang sedang bermain diluar ke
Dicky povDicky menguping pembicaraan Kayla dan temannya dari balik pintu dengan penuh rasa penasaran.“Mau gak Kay? Kamu belum makan pasti kan? “ terdengar suara laki-laki yang tengah ngobrol bersama Kayla.“Belum sih... Makan di mana? ““Udah laksana aja ayo... Enak nasi gorengnya disana, gara-gara kamu ini aku ketagihan ““Boleh, nanti jam 12 aku harus ketemu dosenku lagi.”Karena harus segera cuci tangan dan bersiap untuk kuliah lagi, Dicky memutuskan untuk keluar seperti tujuan utamanya mencuci tangan di wastafel toilet. Meskipun dalam benaknya masih bergelayut rasa penasaran pada pria muda yang bersama mahasiswinya itu. Saat ia keluar berjalan menuju toilet Hampir saja Kayla jatuh karena menabrak Dicky yang tiba-tiba berjalan di depannya.“Eh... (Kayla kaget kepalanya menabrak sesuatu) Bapak.... Maaf ya pak, maaf saya tidak lihat ada bapak.
Kayla masih tidak percaya dengan apa yang ditanyakan oleh dosen pembimbingnya itu, menanyakan apakah dirinya tertarik atau tidak. Sambil menutupi kebingungannya, Kayla terfokus pada jalan yang mereka lewati hingga hampir sampai tempat yang dituju Kayla mengarahkan jalan pada Dicky.“Pak, itu nanti belok kanan ya. Terus nanti warung gorengan berhenti disitu pak, terus kita jalan lewat setapak. ““Oke “Dicky mengikuti arahan Kayla mencari tempat penjual geblek yang dituju. Setelah sampai di warung gorengan yang masih tutup, Dicky memparkirkan mobilnya di pinggir jalan. Setelah turun mereka berjalan menyusuri setapak kecil yang hanya cukup untuk berpapasan 2 buah sepeda motor. Mereka berjalan beriringan, Dicky dengan kemeja kerjanya dan celana bahan warna hitam lengkap dengan sepatu sambil memegang kacamata hitam yang tadi dipakainya. Tubuh tingginya terlihat tegap ketika berjalan dan menarik mata ketika berjalan ber
Sampai dirumah Kayla segera masuk setelah memparkirkan motornya di halaman. Di dalam terlihat ibunya sedang duduk di teras sambil membersihkan biji kacang yang baru selesai di sangrainya.“Assalamualaikum… “ salam dan mencium tangan ibunya.“Wa’alaikum salam…. Bawa apa itu Kay? ““Ini ada titipan geblek buat ayah. Ayah dah pulang buk? ““Udah, lagi istirahat di belakang. Kamu jadi anter cari geblek buat dosenmu itu to?”“Iya, ini makanya aku dibawain. Ibu mau buat kue kacang? “ terlihat semburat senyum senang di wajahnya yang lelah.“Iya kalau jadi. Udah sana kasihin ayahmu itu sesuai amanahnya.”Kayla masuk dan menemui ayahnya. Setelah mencium tangan ayahnya, Kayla lalu duduk di samping ayahnya yang sedang tiduran sambil menonton acara tv. Kayla lebih dekat dengan ayahnya sehingga ia lebih terbuka d
Siang itu kira-kira jam makan siang Kayla sudah berada di tempat bazar buku bersama 2 kawannya, Dian dan Resti. Mereka teman satu kelas yang sering bersama kemanapun pergi, namun semenjak sudah sibuk dengan skripsi masing-masing, dan antar mereka bertiga mendapat dosen pembimbing yang berbeda membuat mereka jarang untuk bisa pergi bersama. Jikalau ingin melepas rindu, mereka selalu mencari waktu luang yang sama dan janjian bertemu untuk sekedar melepas kangen, yah seperti saat ini mereka sengaja ketemu di tempat bazar buku untuk bisa ketemu dan bersama-sama makan siang.“Mau nyari buku apa kalian? “ tanya Kayla.“Lihat-lihat dulu ajalah. Nanti kalau cocok baru dibeli. “jawab Dian yang diangguki Resti pertanda setuju dengan statement Dian.Mereka bertiga melihat buku-buku yang ada, memilih buku-buku yang sesuai dengan keinginan mereka. Mengitari tempat bazar dari ujung hingga ke ujung. Tiba-tiba tanpa sepenget
Sampai di ruang rawat semua terlihat lega dan berharap bu Murni bisa segera pulang dan segera membaik. Suasana masih hening meski di ruangan itu ada banyak orang. Setelah perawat selesai mengatur dan menyetel aliran infus serta memastikan semua sudah beres, segera perawat minta ijin untuk keluar dari ruang tersebut.“Eh, mas Ilham datang juga... Makasih ya... Dian sama Resti juga kesini. Makasih ya... “ ucap bu Murni dengan senyum.Namun hal itu justru membuat Dicky bertanya-tanya tentang kedekatan Kayla dengan mahasiswa dari pak Sutan itu. ‘Sebenarnya sedekat apa hubungan mereka? Kok ibunya sampai hafal sama anak ini’ tanya Dicky dalam hati.‘Apakah mungkin diantara mereka ada hubungan sesuatu? Tapi kenapa pak Hermawan bilang belum ada teman spesial yang ia kenalkan. Ah, mungkin dia teman akrab saja... ‘“Ibu, tadi kejadiannya gimana? “ tanya Hermawan.“Pulang dari
Sepanjang perjalanan Kayla lebih memilih diam dan mengamati pemandangan yang disuguhkan dari dalam mobil. Di dalam hatinya masih bertanya-tanya tentang ucapan Dicky pada adiknya tadi. Beberapa kali ia melirik pria yang ada di depan kemudi itu namun tak terlihat hal aneh dari wajahnya, tidak tersirat semburat grogi ataupun bingung pada dirinya. Sementara adiknya yang duduk di belakang terlihat lebih sibuk dengan handphone nya setelah beberapa kali terlihat obrolan dan candaan dengan Dicky.‘Kok pak Dicky lama-lama aneh sih.... Malah jadi kayak orang PDKT yang dipaksakan, tapi apa mungkin iya? Ahhh,mana mungkin lah. Aku ini apa, kenapa harus terlalu kePDan gini....’ ucap Kayla dalam hatinya.“Pak, ke mess ya... Saya mau ambil motor”“Iya. Rafi, maaf ya gak bisa antar sampai rumah sakit soalnya harus balik Jogja. Ada hal penting yang harus diurus secara langsung. Gakpapa ya?”“Iya mas
Keterkejutan pada pria yang baru menanyakan kondisinya setelah jatuh tidak hanya dialami Kayla saja, akantetapi juga pria itu sendiri. Mereka berdua saling pandang dengan wajah yang sama-sama kaget melihat satu sama lain. Belum sempat terucap jawaban dari mulut Kayla, pria yang tadi menabrak berkata dan membuyarkan mereka berdua.“Mbak, kalau sudah tidak apa-apa saya mau pergi boleh? Sudah ada pak polisi juga”“i iya mas, saya tidak apa-apa kok”Setelah pria yang tadi menabrak itu sudah jauh barulah Kayla kembali fokus pada pria berseragam polisi yang sedari tadi mengejutkannya.“Eh, mas Aldi... Tugas di sini ternyata” ucap Kayla gugup“Iya, lama banget tidak ketemu ya. Kamu pa kabar Kay?” tanya pria yang membuat kaget Kayla yang mengenakan seragam polisi itu sembari mengajak berjabat tangan.“Alhamdulillah baik mas... (jawab Kayla sambil menjabat tangan)”“
Senyum dua pria itu memang terkembang, namun di mata keduanya terlihat rasa penasaran tentang satu sama lain.“Nitip Kayla ya mas Dicky... ““Pasti, tanpa diminta saya pasti menjaganya kok mas Aldi “ jawab Dicky sambil menggenggam tangan Kayla yang sontak membuat Kayla sedikit kaget namun segera ia berusaha menghilangkan Keterkejutannya itu.Aldi tersenyum mendengar ucapan Dicky, setidaknya ia ikut lega bahwa wanita yang ia sayangi tidak sendiri di tempat baru.“Kamu pulang jam berapa Kay? Nanti aku mau pulang Purworejo, kalau kamu mau bareng sekalian nanti aku jemput.”“Gak usah mas, makasih... ““Nanti kalau kamu berubah pikiran bilang ya Kay.. (Kayla mengangguk dengan senyum) kalau gitu saya tinggal dulu. Mari mas Dicky... Saya titip jagain Kayla ya... ““Pasti mas.. Makasih juga ya mas udah anterin Kayla sampai sini dengan selamat”“Sa
‘Harus berapa kali sih aku jawabnya?’ tanya Kayla dalam hatinya.Kayla kini hanya menatap kesal ke arah Dicky. Tak ada satu kata pun yang keluar dari mulut Kayla.Melihat tatapan janggal dari Kayla, Dicky segera memegang kedua pipi Kayla dengan gemas. Senyuman manis Dicky berikan pada Kayla agar gadis itu tidak lagi merasa marah ataupun kesal.“Jangan seperti itu!! I love you sayangku...” Ucap Dicky penuh senyum.Namun Kayla tidak sedikit pun tersenyum dengan rayuan Dicky kali ini. Hatinya sudah terlanjur dongkol dan kesal kepada Dicky.“Kamu kenapa?” Tanya Dicky mulai khawatir.“Mas Dicky mau sampai kapan cemburu terus sama mas Aldi? Diantara kami sudah berakhir beberapa tahun yang lalu. Dia juga sudah tahu kalau aku sama kamu, mas. Bahkan kita sudah tunangan.” Jawab Kayla sambil menatap ke arah Dicky dengan kemarahan.“Aku juga tahu jika diantara kalia
Sore setelah mendapat telepon dari Wika, Kayla dan Dicky segera berangkat menuju tempat yang sudah diberitahukan sebelumnya. Mereka segera pamit pada Bu Murni dan pak Hermawan, lalu bergegas menuju tempat janjian dengan Wika.Di sebuah kafe yang cukup besar, sedang duduk Wika bersama seorang laki-laki yang dari belakang tampak begitu kekar dan tegap. Mengenakan kaos hitam sedikit longgar dan topi yang menutup kepalanya. Suasana kafe yang tidak begitu ramai tertutup karena alunan musik yang begitu riang membakar semangat.“Di, lu beneran nggak pa-pa nih ntar ditinggal kawin sama Kayla?” Tanya Wika dengan laki-laki berkaus hitam yang tak lain adalah Aldi.“Emang gua kenapa? Orang dia tunangannya Dicky.” Jawab Aldi mencoba mengelak dari kekhawatiran Wika. Meski sebenarnya hatinya pedih menerima kenyataan Kayla yang sudah menjadi tunangan orang.Senyuman tipis terlempar dari bibir tipis Wika mendengar ucapan
Siang itu, Kayla bersama dua sahabatnya sedang menikmati makan siang di tempat makan ayam geprek depan kampusnya. Mereka terlihat begitu bersemangat menceritakan berbagai hal yang menarik menurut masing-masing.Gelak tawa tak jarang menghiasi wajahnya. Sahabat yang jarang sekali bisa berkumpul kini mereka saling menyempatkan waktu untuk bertemu dan saling melepas kerinduan.Tiba-tiba telepon Kayla berbunyi.“Siapa Kay?” Tanya Dian penasaran.“Pak Dicky.”“Udah, angkat aja!” Seru Resti.“Tapi aku lagi malas, lagi kesel sama dia!” jawab Kayla.“Nanti masalah lu makin runyam. Udah angkat aja, siapa tahu mau ajakin ketemu buat minta maaf.” Ucap Dian.Kayla menghela nafas panjang lalu mengangguk menyetujui saran dari sahabatnya itu. Telepon Dicky akhirnya diangkat juga oleh Kayla.“Assalamu’alaikum ...” ucap Kayla santai
Di sebuah kafe, sedang duduk bersama Ilham dan Wika. Mereka tampak semakin dekat dan akrab. Beberapa kali terlihat keduanya tertawa dan saling bercanda penuh keakraban.“Eh, kamu sekarang gimana rasanya?” Tanya Wika di sela obrolannya ingin mengetahui langsung apa yang kini dirasakan Ilham“Baik. Aku jauh lebih baik. Memang kenapa?” Ilham penasaran. Wajahnya terlihat antusias menanti ucapan apa yang hendak kelur dari bibir Wika.“Baik. Emmm.... Apa kamu masih akan memaksakan perasaan kamu sama Kayla?” Tanya Wika dengan nada meledek.Wika merasa sedikit khawatir jika hal itu masih akan menjadi sesuatu yang teramat sensitif bagi Ilham. Sehingga Wika menanyakannya dengan sedikit gurauaan dan candaan.“Aku ingat ucapan kamu saat kita ketemuan untuk makan siang waktu itu....” Jawab Ilham sambil melepaskan senyuman sedang angannya melayang ke beberapa waktu yang lalu.Sian
“Kay... Apa kamu masih mencintai Aldi??” tanya Dicky mengulang pertanyaannya kembali.“Aku juga mau tanya, apa mas Dicky juga sedang mulai membuka hati untuk perempuan lain?” tanya Kayla pelan.Mendengar pertanyaan Kayla sungguh membuat Dicky bingung mengapa gadis di hadapannya justru bertanya seperti itu. Dicky mencoba melihat jauh ke dalam mata Kayla, hingga keduanya saling tatap mencari tahu jawaban sendiri dari pertanyaannya masing-masing.“Kay... Jika memang aku suka dengan perempuan lain, bagaimana mungkin aku rela susah payah ingin mendapatkan kamu.” Ujar Dicky dengan tenang.Kayla hanya tersenyum kecut seolah tidak percaya dengan ucapan Dicky.“Apa tadi kamu ke kampus?” tanya Dicky kembali.Kayla menggeleng pelan sambil menarik tangannya dari genggaman Dicky.“Apa kamu sedang mencoba membohongi calon suamimu sendiri?” tanya Dicky lebih mengeratkan kembal
Malam itu setelah sholat isya, Kayla meraih ponselnya yang sedari dicas dalam posisi off. Bukan tanpa alasan ia mematikan ponselnya. Hal itu dilakukan karena Kayla ingin menghindari telepon Dicky yang pasti akan menanyakan kenapa tadi siang teleponnya tidak di angkat.Kayla masih terbayang betapa senyum bahagia keluar dari wajah bu Dewi saat mengobrol dengan Dicky tadi siang. Lebih sakit lagi ketika Dicky dengan santai tanpa beban menjawab setiap pertanyaan wanita cantik itu dengan penuh senyum hangat.Memang Dicky tidak mengetahui ada Kayla di belakangnya, namun Kayla sangat berharap jika Dicky tidak harus hanya berdua saja menikmati sarapannya. Rasa cemburu Kayla benar-benar membuat rasa kesal dan kecewa di dalam hatinya.Setelah mengeluarkan nafas panjangnya, Kayla menekan tombol di smartphone miliknya agar benda pipih itu menyala.Saat proses sinkronisasi terjadi, banyak sekali notifikasi panggilan tak terjawab dari Dicky. Tak
Sampai di alun-alun Kayla sudah melihat Wika dan Ilham sedang duduk di tempatnya tadi menunggu. Dari kejauhan terlihat mereka sedang mengobrol lumayan akrab, senyum dan tawa kecil tampak muncul dari keduanya.Kayla menepikan sepeda motornya lalu segera menghampiri Ilham dan Wika. Senyum bersahabat Kayla lemparkan pada mereka, benar-benar seolah tidak terjadi apa-apa beberapa menit sebelumnya.“Hai... Udah lama nunggunya??” Tanya Kayla.“Belum terlalu lama kok.” Jawab Ilham dan Wika hampir bersamaan.Ilham terlihat sedikit malu kala melihat ke arah Kayla. Namun demi mencari suasana menyenangkan dan melupakan kekesalannya pada Dicky, Kayla bersikap ramah dan bersahabat.“Ham, gimana kondisi kamu?? Badannya masih pada kaku nggak?” tanya Kayla ceria.“Udah nggak, Kay...” jawab Ilham sangat bahagia disapa lebih dulu oleh Kayla.“Makanya kita joging supa
Dengan perasaan yang tidak tenang akhirnya Kayla sampai juga di kampus. Tujuan utamanya adalah ke ruang prodi menemui Dicky.Setelah mengucapkan salam dan dipersilahkan masuk, Kayla segera bertanya pada petugas yang ada di prodi.“Maaf, pak Dicky ada pak?”“Baru saja sampai, naruh tas terus keluar itu mbak. Tapi ini memang belum jam masuk juga.” Jawab bapak-bapak paruh baya itu.“Ya sudah... Terima kasih pak, permisi...” Ucap Kayla lalu keluar ruangan.Di luar ia kemudian melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.“Belum waktunya masuk. Mungkin dia di kantin...” ucap Kayla lirih lalu berlari ke arah kantin.Tak membutuhkan waktu lama karena letak kantin tidak terlalu jauh dari prodi. Akhirnya beberapa menit kemudian Kayla sudah sampai di kantin.Saya memutarkan pandangannya mencari Dicky. Karena masih terlalu pagi sehingga kantin belum banyak pengun
Pagi itu di saat udara dingin menyerang, Kayla sudah terbangun dan membantu ibunya memasak di dapur. Dengan penuh sukacita Kayla membantu ibunya. Sebenarnya tidak pantas juga disebut membantu sebab dalam hal ini Kayla masih harus banyak bertanya pada ibunya.“Nah, besok kalau sudah menikah pagi-pagi sudah harus masak. Banyak latihan sekarang, Kay...” ucap ibunya lembut.“Iya, Bu... Kalau nggak masak beli Bu, kan di Jogja tempat mas Dicky kota jadi pasti banyak yang jualan sarapan.” Jawab Kayla senang dengan impiannya.“Terus mau bangun siang? Lagi pula apa kamu tidak malu sama mertua kamu nanti?” Bu Murni mencoba mengingatkan.“Mama baik banget kok, Bu...”“Baik bukan berarti kamu bisa ngelunjak kan, Kay? Apalagi kamu pernah bilang kalau ibunya Dicky suka masak. Itu artinya kamu jadi mantunya itu juga harus bisa.” Nasehat Bu Murni pada anak gadisnya.“Hihihi... I