Senyum dua pria itu memang terkembang, namun di mata keduanya terlihat rasa penasaran tentang satu sama lain.
“Nitip Kayla ya mas Dicky... “
“Pasti, tanpa diminta saya pasti menjaganya kok mas Aldi “ jawab Dicky sambil menggenggam tangan Kayla yang sontak membuat Kayla sedikit kaget namun segera ia berusaha menghilangkan Keterkejutannya itu.
Aldi tersenyum mendengar ucapan Dicky, setidaknya ia ikut lega bahwa wanita yang ia sayangi tidak sendiri di tempat baru.
“Kamu pulang jam berapa Kay? Nanti aku mau pulang Purworejo, kalau kamu mau bareng sekalian nanti aku jemput.”
“Gak usah mas, makasih... “
“Nanti kalau kamu berubah pikiran bilang ya Kay.. (Kayla mengangguk dengan senyum) kalau gitu saya tinggal dulu. Mari mas Dicky... Saya titip jagain Kayla ya... “
“Pasti mas.. Makasih juga ya mas udah anterin Kayla sampai sini dengan selamat”
“Sa
"Nanti pulangnya aku anter ya... ““Iya, ke tugu kan? Saya kereta jam 4 sore pak”“Sebenarnya ingin antar sampai rumah, tapi besok aku ada kerjaan. Gakpapa kan kalau cuma sampai stasiun? ““Saya juga gak minta diantar sampai rumah kok. Jauh loh... (Dicky hanya tersenyum mendengar jawaban Kayla) besok kan minggu, weekend kok kerja? Kerja apa? ““Kalau kuli kan kerjanya gak kenal hari... ““Bapak kerja apa selain jadi dosen di Purworejo? ““Mau tahu? “ tanya Dicky meledek.“Iyalah, kecuali kalau saya cuma jadi selingan bapak bukan masa depan bapak. Gakpapa juga gak kasih tahu” jawab Kayla setengah kesal.“InshaaAllah kamu akan aku perjuangkan jadi masa depanku (Kayla mengernyitkan alis dan memanyunkan bibirnya) iya... Besok ada event di JEC Jogja Expo Center, pameran kerajinan khas Jogja. Saya jualan souvenir terus mau ikut
Sore hari Kayla sudah berada di stasiun Tugu Yogyakarta ditemani Dicky. Mereka berdua berdiri bersandar tembok menunggu jam kereta prameks ke Kutoarjo. Dengan mengenakan celana jeans pendek dan t-shirt merah membuat Dicky terlihat lebih muda.“Nanti di Kutoarjo dijemput kan? ““Iya pak, nanti mas Dika yang jemput katanya. Kalau mau ikut juga ayo...” ledek Kayla.“Kamu ya, tahu nanti malam aku ada kerjaan bilang suruh ikut.” Jawab Dicky sambil memegang kepala Kayla penuh sayang.“Abisnya bapak kayak berat gitu, sini aku bisikin pak (Dicky menunduk) liatin sayanya biasa aja pak, takutnya ntar malam gak bisa tidur, ntar kebelet pengen cepet nikah... “Mendengar bisikan Kayla itu membuat Dicky tertawa kecil dan menjawab “Kalau kamu sudah siap, pokoknya gak pakai lama deh”Kayla mencubit perut Dicky sambil merajuk melihat wajah Dicky yang posisinya lebih tinggi darinya, seketika Dicky ka
Beberapa hari Kayla tidak bertemu dengan Dicky. Yang seharusnya jadwal Dicky mengajar di Purworejo hari rabu sampai jumat tapi kosong karena event kerjaannya di Jogja hingga Dicky harus ijin rabu dan kamisnya. Rencana awal pun Kayla akan datang ke event mengajak kakaknya pupus karena Dika harus kembali ke Jakarta minggu malam sebab hari senin ia harus mulai bekerja kembali.Rasa rindu menggebu dirasakan pasangan baru seperti Dicky dan Kayla karena tidak bisa bertemu beberapa hari setelah hari jadian mereka. Hanya sesekali pesan WhatsApp yang dikirim untuk saling mengabarkan. Video call pun jarang bisa dilakukan karena Dicky benar-benar selesai bekerja ketika sudah larut malam sehingga ia milih untuk tidak menghubungi Kayla supaya tidak mengganggu waktu istirahatnya.Kamis malam Kayla mencoba menghubungi Dicky lewat pesan WhatsApp, karena sesuai jadwal event Dicky berakhir pada kamis sore. Dengan perasaan menggebu dan senyum
Siang hari mendekati jam makan siang Kayla sudah menunggu Dicky di depan ruang jurusan untuk melakukan bimbingan skripsi. Kali ini depan ruang jurusan yang biasanya ramai kini hanya ada dirinya seorang yang tengah menunggu. Sementara di seberang gedung terlihat beberapa mahasiswa yang tengah duduk santai sambil mengobrol.Kayla yang sedari tadi sendiri, berusaha menyibukkan diri untuk menghilangkan kebosanan dengan membuka somed nya. Kali ini ia membuka instagram, melihat postingan teman-temannya. Melihat postingan terbaru dari teman-temannya, Kayla pun dengan lincah memberikan like pada setiap postingan. Begitu scroll beberapa lama terlihat postingan Dicky yang begitu ramai mendapat like yang banyak dan komen ramai sekali. Hal itu membuat penasaran Kayla.Terlihat postingan foto dua tangan yang sedang berdekatan meski tidak saling berpegangan dengan caption ‘menunggu kemantapan hatimu... ‘. Sebelum Kayla membuka se
Suara adzan ashar berkumandang membelah keheningan di ruang tengah depan tv di rumah Kayla. Terdapat 3 orang terlelap dengan posisi yang tidak berubah sedari awal. Kayla berada di sebelah kanan tertidur dengan kepala disandarkan di paha Dicky, sedang Dicky tidur masih dengan posisi duduk dengan di pahanya ada kepala Kayla dan ia bersandar di sofa. Sementara Rafi yang tadi masih semangat menonton film kini sudah tertidur pulas di samping Dicky dengan kepala berada di ujung kiri dan kaki dekat dengan kaki Dicky yang selonjoran.Bu Murni pun mendekat dan tersenyum melihat keadaan itu tapi juga cemas melihat anak gadisnya terlalu dekat dengan dosen yang kini menjadi kekasihnya itu. Segera ia memanggil suaminya yang berada di luar rumah sedang mengurus tanaman. Mendengar panggilan istrinya, pak Hermawan segera mendekatinya.“Yah, itu anak-anak gak dibangunin udah ashar? Siapa tahu itu masnya mau pulang ke Jogja... ““Iya bu, bentar aku bangunin... &
Pagi hari matahari mulai muncul dengan sedikit malu-malu. Sinarnya sedikit muram tidak secerah biasanya. Mungkin sebentar lagi akan turun hujan, karena meski sudah jam 7 belum juga ada sinar matahari bersinar seperti biasanya.Pagi itu Kayla baru saja menyapu rumah, menggiring debu-debu dari dalam rumah untuk dikeluarkan. Terlihat ayahnya sedang memberi makan ikan-ikan di kolam sambil sesekali membersihkan pot-pot bonsainya.“Yah, gimana kalau ntar malam bakar-bakar ikan? Tuh ikannya dah gede-gede lho... “ ledek Kayla sambil duduk di samping ayahnya.“Boleh... Nanti bilang ibumu suruh siapin semuanya. Ntar ayah yang bakar sendiri. ““Beneran nih? Aku bercanda lho yah... ““Emang udah ada niatan sebenarnya, nanti sore kakak kamu pulang sama temannya. Minta nikah kayaknya... “ suara pak Hermawan sambil tertawa kecil.“Berarti ini pulang bawa calon mantu buat ayah ya? “ tanya Kayla mas
Bakda maghrib semua keluarga pak Hermawan berkumpul di ruang depan tv. Pak Hermawan dan bu Murni duduk di sofa, sedang Kayla, Rafi, Dika dan satu wanita muda duduk di karpet bulu di bawahnya. Semua terlihat menikmati kebersamaan, namun terlihat wajah canggung dan malu dari wanita muda yang asing itu. Dengan duduk di samping Dika, wanita itu lebih banyak diam dan hanya ikut tersenyum ketika semua tertawa.“Mbak Rahma satu kantor ya sama mas Dika? “ tanya Kayla mencoba akrab.“Iya... “ jawab perempuan muda yang bernama Rahma itu dengan senyum dan anggukan.“Eh, kok bisa jadian? Pasti mas Dika suka kecakapan dan tebar pesona ya... (semua tertawa) mbak Rahma nanti lebih sabar sama mas Dika, soalnya mas Dika itu kalau udah tidur dibangunin susah banget. Kecuali dibilang ada apa gitu... Aku suka ngerjain mas Dika kalau disuruh bangunin sama ibu.”“Apa sih Kay... Kamu itu ngasih taunya yang jelek-jelek.... “ ucap D
Minggu pagi kira-kira pukul 9 Kayla dan keluarganya tengah berkumpul di teras rumahnya membersihkan ikan bersama. Garasinya di sulap jadi dapur umum, mobil avanza silver di parkirkan di bahu jalan tepat depan rumahnya, sedang dua sepeda motor diparkirkan tepat di luar pintu masuk rumahnya. Suasana terlihat begitu hangat. Dika, Rafi dan pak Hermawan membersihkan ikan-ikan yang ditangkap dari kolam kecil depan rumah. Sedangkan Kayla, Rahma calonnya Dika, dan bu Murni mengupas bawang dan membuat bumbu di teras rumah.Saat semua sedang asyik dengan kegiatan masing-masing, sebuah mobil honda jazz putih tengah bingung hendak parkir. Terlihat pengemudinya membuka kaca mobil dan melihat bingung karena jalan masuk ke rumah tertutup sepeda motor yang terparkir.“Siapa itu Kay? Teman kamu bukan? “ tanya Dika.“Nah, itu orangnya Dik... (pak Hermawan berdiri melempar senyum pada pengemudi mobil) Fi, itu coba dikasih tahu suruh parkir di belakang mobil
‘Harus berapa kali sih aku jawabnya?’ tanya Kayla dalam hatinya.Kayla kini hanya menatap kesal ke arah Dicky. Tak ada satu kata pun yang keluar dari mulut Kayla.Melihat tatapan janggal dari Kayla, Dicky segera memegang kedua pipi Kayla dengan gemas. Senyuman manis Dicky berikan pada Kayla agar gadis itu tidak lagi merasa marah ataupun kesal.“Jangan seperti itu!! I love you sayangku...” Ucap Dicky penuh senyum.Namun Kayla tidak sedikit pun tersenyum dengan rayuan Dicky kali ini. Hatinya sudah terlanjur dongkol dan kesal kepada Dicky.“Kamu kenapa?” Tanya Dicky mulai khawatir.“Mas Dicky mau sampai kapan cemburu terus sama mas Aldi? Diantara kami sudah berakhir beberapa tahun yang lalu. Dia juga sudah tahu kalau aku sama kamu, mas. Bahkan kita sudah tunangan.” Jawab Kayla sambil menatap ke arah Dicky dengan kemarahan.“Aku juga tahu jika diantara kalia
Sore setelah mendapat telepon dari Wika, Kayla dan Dicky segera berangkat menuju tempat yang sudah diberitahukan sebelumnya. Mereka segera pamit pada Bu Murni dan pak Hermawan, lalu bergegas menuju tempat janjian dengan Wika.Di sebuah kafe yang cukup besar, sedang duduk Wika bersama seorang laki-laki yang dari belakang tampak begitu kekar dan tegap. Mengenakan kaos hitam sedikit longgar dan topi yang menutup kepalanya. Suasana kafe yang tidak begitu ramai tertutup karena alunan musik yang begitu riang membakar semangat.“Di, lu beneran nggak pa-pa nih ntar ditinggal kawin sama Kayla?” Tanya Wika dengan laki-laki berkaus hitam yang tak lain adalah Aldi.“Emang gua kenapa? Orang dia tunangannya Dicky.” Jawab Aldi mencoba mengelak dari kekhawatiran Wika. Meski sebenarnya hatinya pedih menerima kenyataan Kayla yang sudah menjadi tunangan orang.Senyuman tipis terlempar dari bibir tipis Wika mendengar ucapan
Siang itu, Kayla bersama dua sahabatnya sedang menikmati makan siang di tempat makan ayam geprek depan kampusnya. Mereka terlihat begitu bersemangat menceritakan berbagai hal yang menarik menurut masing-masing.Gelak tawa tak jarang menghiasi wajahnya. Sahabat yang jarang sekali bisa berkumpul kini mereka saling menyempatkan waktu untuk bertemu dan saling melepas kerinduan.Tiba-tiba telepon Kayla berbunyi.“Siapa Kay?” Tanya Dian penasaran.“Pak Dicky.”“Udah, angkat aja!” Seru Resti.“Tapi aku lagi malas, lagi kesel sama dia!” jawab Kayla.“Nanti masalah lu makin runyam. Udah angkat aja, siapa tahu mau ajakin ketemu buat minta maaf.” Ucap Dian.Kayla menghela nafas panjang lalu mengangguk menyetujui saran dari sahabatnya itu. Telepon Dicky akhirnya diangkat juga oleh Kayla.“Assalamu’alaikum ...” ucap Kayla santai
Di sebuah kafe, sedang duduk bersama Ilham dan Wika. Mereka tampak semakin dekat dan akrab. Beberapa kali terlihat keduanya tertawa dan saling bercanda penuh keakraban.“Eh, kamu sekarang gimana rasanya?” Tanya Wika di sela obrolannya ingin mengetahui langsung apa yang kini dirasakan Ilham“Baik. Aku jauh lebih baik. Memang kenapa?” Ilham penasaran. Wajahnya terlihat antusias menanti ucapan apa yang hendak kelur dari bibir Wika.“Baik. Emmm.... Apa kamu masih akan memaksakan perasaan kamu sama Kayla?” Tanya Wika dengan nada meledek.Wika merasa sedikit khawatir jika hal itu masih akan menjadi sesuatu yang teramat sensitif bagi Ilham. Sehingga Wika menanyakannya dengan sedikit gurauaan dan candaan.“Aku ingat ucapan kamu saat kita ketemuan untuk makan siang waktu itu....” Jawab Ilham sambil melepaskan senyuman sedang angannya melayang ke beberapa waktu yang lalu.Sian
“Kay... Apa kamu masih mencintai Aldi??” tanya Dicky mengulang pertanyaannya kembali.“Aku juga mau tanya, apa mas Dicky juga sedang mulai membuka hati untuk perempuan lain?” tanya Kayla pelan.Mendengar pertanyaan Kayla sungguh membuat Dicky bingung mengapa gadis di hadapannya justru bertanya seperti itu. Dicky mencoba melihat jauh ke dalam mata Kayla, hingga keduanya saling tatap mencari tahu jawaban sendiri dari pertanyaannya masing-masing.“Kay... Jika memang aku suka dengan perempuan lain, bagaimana mungkin aku rela susah payah ingin mendapatkan kamu.” Ujar Dicky dengan tenang.Kayla hanya tersenyum kecut seolah tidak percaya dengan ucapan Dicky.“Apa tadi kamu ke kampus?” tanya Dicky kembali.Kayla menggeleng pelan sambil menarik tangannya dari genggaman Dicky.“Apa kamu sedang mencoba membohongi calon suamimu sendiri?” tanya Dicky lebih mengeratkan kembal
Malam itu setelah sholat isya, Kayla meraih ponselnya yang sedari dicas dalam posisi off. Bukan tanpa alasan ia mematikan ponselnya. Hal itu dilakukan karena Kayla ingin menghindari telepon Dicky yang pasti akan menanyakan kenapa tadi siang teleponnya tidak di angkat.Kayla masih terbayang betapa senyum bahagia keluar dari wajah bu Dewi saat mengobrol dengan Dicky tadi siang. Lebih sakit lagi ketika Dicky dengan santai tanpa beban menjawab setiap pertanyaan wanita cantik itu dengan penuh senyum hangat.Memang Dicky tidak mengetahui ada Kayla di belakangnya, namun Kayla sangat berharap jika Dicky tidak harus hanya berdua saja menikmati sarapannya. Rasa cemburu Kayla benar-benar membuat rasa kesal dan kecewa di dalam hatinya.Setelah mengeluarkan nafas panjangnya, Kayla menekan tombol di smartphone miliknya agar benda pipih itu menyala.Saat proses sinkronisasi terjadi, banyak sekali notifikasi panggilan tak terjawab dari Dicky. Tak
Sampai di alun-alun Kayla sudah melihat Wika dan Ilham sedang duduk di tempatnya tadi menunggu. Dari kejauhan terlihat mereka sedang mengobrol lumayan akrab, senyum dan tawa kecil tampak muncul dari keduanya.Kayla menepikan sepeda motornya lalu segera menghampiri Ilham dan Wika. Senyum bersahabat Kayla lemparkan pada mereka, benar-benar seolah tidak terjadi apa-apa beberapa menit sebelumnya.“Hai... Udah lama nunggunya??” Tanya Kayla.“Belum terlalu lama kok.” Jawab Ilham dan Wika hampir bersamaan.Ilham terlihat sedikit malu kala melihat ke arah Kayla. Namun demi mencari suasana menyenangkan dan melupakan kekesalannya pada Dicky, Kayla bersikap ramah dan bersahabat.“Ham, gimana kondisi kamu?? Badannya masih pada kaku nggak?” tanya Kayla ceria.“Udah nggak, Kay...” jawab Ilham sangat bahagia disapa lebih dulu oleh Kayla.“Makanya kita joging supa
Dengan perasaan yang tidak tenang akhirnya Kayla sampai juga di kampus. Tujuan utamanya adalah ke ruang prodi menemui Dicky.Setelah mengucapkan salam dan dipersilahkan masuk, Kayla segera bertanya pada petugas yang ada di prodi.“Maaf, pak Dicky ada pak?”“Baru saja sampai, naruh tas terus keluar itu mbak. Tapi ini memang belum jam masuk juga.” Jawab bapak-bapak paruh baya itu.“Ya sudah... Terima kasih pak, permisi...” Ucap Kayla lalu keluar ruangan.Di luar ia kemudian melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.“Belum waktunya masuk. Mungkin dia di kantin...” ucap Kayla lirih lalu berlari ke arah kantin.Tak membutuhkan waktu lama karena letak kantin tidak terlalu jauh dari prodi. Akhirnya beberapa menit kemudian Kayla sudah sampai di kantin.Saya memutarkan pandangannya mencari Dicky. Karena masih terlalu pagi sehingga kantin belum banyak pengun
Pagi itu di saat udara dingin menyerang, Kayla sudah terbangun dan membantu ibunya memasak di dapur. Dengan penuh sukacita Kayla membantu ibunya. Sebenarnya tidak pantas juga disebut membantu sebab dalam hal ini Kayla masih harus banyak bertanya pada ibunya.“Nah, besok kalau sudah menikah pagi-pagi sudah harus masak. Banyak latihan sekarang, Kay...” ucap ibunya lembut.“Iya, Bu... Kalau nggak masak beli Bu, kan di Jogja tempat mas Dicky kota jadi pasti banyak yang jualan sarapan.” Jawab Kayla senang dengan impiannya.“Terus mau bangun siang? Lagi pula apa kamu tidak malu sama mertua kamu nanti?” Bu Murni mencoba mengingatkan.“Mama baik banget kok, Bu...”“Baik bukan berarti kamu bisa ngelunjak kan, Kay? Apalagi kamu pernah bilang kalau ibunya Dicky suka masak. Itu artinya kamu jadi mantunya itu juga harus bisa.” Nasehat Bu Murni pada anak gadisnya.“Hihihi... I