Suara adzan ashar berkumandang membelah keheningan di ruang tengah depan tv di rumah Kayla. Terdapat 3 orang terlelap dengan posisi yang tidak berubah sedari awal. Kayla berada di sebelah kanan tertidur dengan kepala disandarkan di paha Dicky, sedang Dicky tidur masih dengan posisi duduk dengan di pahanya ada kepala Kayla dan ia bersandar di sofa. Sementara Rafi yang tadi masih semangat menonton film kini sudah tertidur pulas di samping Dicky dengan kepala berada di ujung kiri dan kaki dekat dengan kaki Dicky yang selonjoran.
Bu Murni pun mendekat dan tersenyum melihat keadaan itu tapi juga cemas melihat anak gadisnya terlalu dekat dengan dosen yang kini menjadi kekasihnya itu. Segera ia memanggil suaminya yang berada di luar rumah sedang mengurus tanaman. Mendengar panggilan istrinya, pak Hermawan segera mendekatinya.
“Yah, itu anak-anak gak dibangunin udah ashar? Siapa tahu itu masnya mau pulang ke Jogja... “
“Iya bu, bentar aku bangunin... &
Pagi hari matahari mulai muncul dengan sedikit malu-malu. Sinarnya sedikit muram tidak secerah biasanya. Mungkin sebentar lagi akan turun hujan, karena meski sudah jam 7 belum juga ada sinar matahari bersinar seperti biasanya.Pagi itu Kayla baru saja menyapu rumah, menggiring debu-debu dari dalam rumah untuk dikeluarkan. Terlihat ayahnya sedang memberi makan ikan-ikan di kolam sambil sesekali membersihkan pot-pot bonsainya.“Yah, gimana kalau ntar malam bakar-bakar ikan? Tuh ikannya dah gede-gede lho... “ ledek Kayla sambil duduk di samping ayahnya.“Boleh... Nanti bilang ibumu suruh siapin semuanya. Ntar ayah yang bakar sendiri. ““Beneran nih? Aku bercanda lho yah... ““Emang udah ada niatan sebenarnya, nanti sore kakak kamu pulang sama temannya. Minta nikah kayaknya... “ suara pak Hermawan sambil tertawa kecil.“Berarti ini pulang bawa calon mantu buat ayah ya? “ tanya Kayla mas
Bakda maghrib semua keluarga pak Hermawan berkumpul di ruang depan tv. Pak Hermawan dan bu Murni duduk di sofa, sedang Kayla, Rafi, Dika dan satu wanita muda duduk di karpet bulu di bawahnya. Semua terlihat menikmati kebersamaan, namun terlihat wajah canggung dan malu dari wanita muda yang asing itu. Dengan duduk di samping Dika, wanita itu lebih banyak diam dan hanya ikut tersenyum ketika semua tertawa.“Mbak Rahma satu kantor ya sama mas Dika? “ tanya Kayla mencoba akrab.“Iya... “ jawab perempuan muda yang bernama Rahma itu dengan senyum dan anggukan.“Eh, kok bisa jadian? Pasti mas Dika suka kecakapan dan tebar pesona ya... (semua tertawa) mbak Rahma nanti lebih sabar sama mas Dika, soalnya mas Dika itu kalau udah tidur dibangunin susah banget. Kecuali dibilang ada apa gitu... Aku suka ngerjain mas Dika kalau disuruh bangunin sama ibu.”“Apa sih Kay... Kamu itu ngasih taunya yang jelek-jelek.... “ ucap D
Minggu pagi kira-kira pukul 9 Kayla dan keluarganya tengah berkumpul di teras rumahnya membersihkan ikan bersama. Garasinya di sulap jadi dapur umum, mobil avanza silver di parkirkan di bahu jalan tepat depan rumahnya, sedang dua sepeda motor diparkirkan tepat di luar pintu masuk rumahnya. Suasana terlihat begitu hangat. Dika, Rafi dan pak Hermawan membersihkan ikan-ikan yang ditangkap dari kolam kecil depan rumah. Sedangkan Kayla, Rahma calonnya Dika, dan bu Murni mengupas bawang dan membuat bumbu di teras rumah.Saat semua sedang asyik dengan kegiatan masing-masing, sebuah mobil honda jazz putih tengah bingung hendak parkir. Terlihat pengemudinya membuka kaca mobil dan melihat bingung karena jalan masuk ke rumah tertutup sepeda motor yang terparkir.“Siapa itu Kay? Teman kamu bukan? “ tanya Dika.“Nah, itu orangnya Dik... (pak Hermawan berdiri melempar senyum pada pengemudi mobil) Fi, itu coba dikasih tahu suruh parkir di belakang mobil
Selesai makan dan membereskan semua perlengkapan, semua berada di ruang depan. Pak Hermawan dan bu Murni duduk di sofa yang menghadap ke pintu, Dika dan Rahma duduk di sofa panjang yang menghadap ke kamar depan. Sementara Kayla, Dicky dan Rafi memilih duduk di bawah menyandar pada sofa yang tak berpenghuni. Rafi memilih untuk dekat dengan Dicky, entah bagaimana Rafi terlihat akrab dan dekat dengan Dicky meski mereka belum lama kenal. Kayla duduk di samping Dicky sambil membuka-buka hp milik Dicky.“Eh, bukannya ini adik tingkat ku ya? Yang sok cantik dengan dandanan waoo itu kan? “ tanya Kayla lirih menunjukkan salah satu chat WA di hp Dicky yang tanpa nama.“Iya... Kamu kenal?” tanya Dicky balik.“Gak lah... Cuma tahu aja. Aku hapus gakpapa kan? “Dicky hanya mengangguk dan tersenyum menjawab ucapan Kayla. Dicky sudah begitu percaya pada Kayla hingga sandi hp nya ia tunjukkan pada Kayla. Ia juga tidak merasa k
Pagi hari rutinitas Kayla bersama anak-anak didiknya terlihat lebih santai. Tidak ada kejadian murid yang berkelahi ataupun kecelakaan kecil sehingga benar-benar hari yang menenangkan bagi Kayla. Semua muridnya hari ini terlihat sangat manis, penurut dan juga pintar semua. Entah semua itu karena suasana hati Kayla yang sedang bahagia ataukah memang kenyataan yang sama dirasakan oleh guru yang lain. Entahlah mungkin karena aura asmara membuat suasana hatinya menjadi lebih ceria.Setelah murid-muridnya pulang, segera Kayla membereskan mejanya dan mengemas barang-barangnya ke tas untuk kemudian pulang ke rumah. Sampai di rumah pun setelah membersihkan diri, ia mengambil laptopnya dan memulai melanjutkan pengerjaan skripsinya. Berharap esok bisa bimbingan dengan Prof. Subagja sekaligus bisa ketemu dengan Dicky meski hanya sebentar.Semangat Kayla menyelesaikan skripsi tak lain karena ingin segera bisa wisuda juga karena kedekatannya dengan Dicky saat ini. Keinginannya sete
Kayla PovSiang itu setelah keluar dari sekolah tempatnya mengajar Kayla segera melajukan motornya ke kampus. Dengan hati bahagia bak baru saja mendapat bongkahan berlian ia melaju melewati jalanan Purworejo yang cukup ramai dan indah menurut Kayla. Suasana biasapun akan menjadi indah bagi seorang yang tengah berbunga-bunga karena akan bertemu dengan pujaan hatinya sebelum ia mengikuti rapat.Hampir sampai di kampus tiba-tiba sepeda motor yang ia naik berhenti tanpa mendapat komando dari si pengemudi. Dicoba berkali-kali dinyalakan namun tetap saja tidak berhasil. Seketika ia melihat arloji yang melilit tangan kirinya dengan penuh kecemasan.“Ya ampun, setengah jam lagi dia rapat. Ini motor kenapa berhenti mendadak sih... “ gerutu Kayla sambil mengamati motornya. Mulai ban ia periksa semua ternyata tidak ada masalah, kemudian ia memandangi motor itu penuh iba karena meski dilihat-lihat oleh dirinya sepeda motor itu tidak terlihat sakit at
Sore hari yang cerah, udara tidak terlampau panas sinar mentari berwarna orens mulai bersinar. Di teras dekat kolam kecil Kayla dan ayahnya duduk santai berdua sambil memberi makan ikan-ikan yang kini berubah kecil sejak acara bakar-bakar sebelumnya. Sedang ayahnya membersihkan daun kering yang jatuh di pot-pot kecil pohon bonsainya.“Yah, besok mas Dika itu lamaran langsung apa baru tunangan sih? ““Lamaran, gak tunangan segala. Selang sebulan dua bulan terus nikah, kasihan anak orang kalau tunangan segala dan jaraknya lama sampai pernikahan. ““Emang kenapa yah? ““Perempuan kalau tunangan dan jaraknya lama itu ibarat kupu-kupu dia gak bisa lagi terbang bebas. Padahal setelah tunangan biasanya godaannya lebih besar. Laki-laki juga kalau sudah tunangan terkadang suka berfikiran kalau tunangannya itu adalah miliknya jadi yang ditakutkan tidak bisa mengerem nafsunya. Itu kalau pandangan ayah... “&ldqu
Malam Itu suasana ruang pelatihan masih terlihat ramai meski jam di dinding ruangan sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Terlihat para peserta yang semua anggotanya adalah dosen itu tengah memperhatikan penjelasan dari pembicara pelatihan sambil sesekali mereka memandangi laptop masing-masing untuk mengerjakan tugas dari pembicara. Tak terkecuali juga dengan Dicky yang tengah fokus dengan pelatihan malam itu.Anggota pelatihan mayoritas sudah berumur, namun beberapa juga masih muda termasuk Dicky yang saat ini duduk di barisan nomor dua bersama peserta lain. Sesekali ia melihat walpaper dari tampilan laptopnya, iya foto dirinya bersama Kayla yang terlihat sangat bahagia. Ia tidak bisa membuka hp nya karena adanya aturan saat penyampaian materi hp dinon-aktifkan.Semua peserta bisa menghubungi keluarganya hanya di saat istirahat dan saat malam ketika selesai semua sesi pelatihan atau jika pagi maka pagi sekali sebelum acara dimulai.Beberapa menit kemudian sesi
‘Harus berapa kali sih aku jawabnya?’ tanya Kayla dalam hatinya.Kayla kini hanya menatap kesal ke arah Dicky. Tak ada satu kata pun yang keluar dari mulut Kayla.Melihat tatapan janggal dari Kayla, Dicky segera memegang kedua pipi Kayla dengan gemas. Senyuman manis Dicky berikan pada Kayla agar gadis itu tidak lagi merasa marah ataupun kesal.“Jangan seperti itu!! I love you sayangku...” Ucap Dicky penuh senyum.Namun Kayla tidak sedikit pun tersenyum dengan rayuan Dicky kali ini. Hatinya sudah terlanjur dongkol dan kesal kepada Dicky.“Kamu kenapa?” Tanya Dicky mulai khawatir.“Mas Dicky mau sampai kapan cemburu terus sama mas Aldi? Diantara kami sudah berakhir beberapa tahun yang lalu. Dia juga sudah tahu kalau aku sama kamu, mas. Bahkan kita sudah tunangan.” Jawab Kayla sambil menatap ke arah Dicky dengan kemarahan.“Aku juga tahu jika diantara kalia
Sore setelah mendapat telepon dari Wika, Kayla dan Dicky segera berangkat menuju tempat yang sudah diberitahukan sebelumnya. Mereka segera pamit pada Bu Murni dan pak Hermawan, lalu bergegas menuju tempat janjian dengan Wika.Di sebuah kafe yang cukup besar, sedang duduk Wika bersama seorang laki-laki yang dari belakang tampak begitu kekar dan tegap. Mengenakan kaos hitam sedikit longgar dan topi yang menutup kepalanya. Suasana kafe yang tidak begitu ramai tertutup karena alunan musik yang begitu riang membakar semangat.“Di, lu beneran nggak pa-pa nih ntar ditinggal kawin sama Kayla?” Tanya Wika dengan laki-laki berkaus hitam yang tak lain adalah Aldi.“Emang gua kenapa? Orang dia tunangannya Dicky.” Jawab Aldi mencoba mengelak dari kekhawatiran Wika. Meski sebenarnya hatinya pedih menerima kenyataan Kayla yang sudah menjadi tunangan orang.Senyuman tipis terlempar dari bibir tipis Wika mendengar ucapan
Siang itu, Kayla bersama dua sahabatnya sedang menikmati makan siang di tempat makan ayam geprek depan kampusnya. Mereka terlihat begitu bersemangat menceritakan berbagai hal yang menarik menurut masing-masing.Gelak tawa tak jarang menghiasi wajahnya. Sahabat yang jarang sekali bisa berkumpul kini mereka saling menyempatkan waktu untuk bertemu dan saling melepas kerinduan.Tiba-tiba telepon Kayla berbunyi.“Siapa Kay?” Tanya Dian penasaran.“Pak Dicky.”“Udah, angkat aja!” Seru Resti.“Tapi aku lagi malas, lagi kesel sama dia!” jawab Kayla.“Nanti masalah lu makin runyam. Udah angkat aja, siapa tahu mau ajakin ketemu buat minta maaf.” Ucap Dian.Kayla menghela nafas panjang lalu mengangguk menyetujui saran dari sahabatnya itu. Telepon Dicky akhirnya diangkat juga oleh Kayla.“Assalamu’alaikum ...” ucap Kayla santai
Di sebuah kafe, sedang duduk bersama Ilham dan Wika. Mereka tampak semakin dekat dan akrab. Beberapa kali terlihat keduanya tertawa dan saling bercanda penuh keakraban.“Eh, kamu sekarang gimana rasanya?” Tanya Wika di sela obrolannya ingin mengetahui langsung apa yang kini dirasakan Ilham“Baik. Aku jauh lebih baik. Memang kenapa?” Ilham penasaran. Wajahnya terlihat antusias menanti ucapan apa yang hendak kelur dari bibir Wika.“Baik. Emmm.... Apa kamu masih akan memaksakan perasaan kamu sama Kayla?” Tanya Wika dengan nada meledek.Wika merasa sedikit khawatir jika hal itu masih akan menjadi sesuatu yang teramat sensitif bagi Ilham. Sehingga Wika menanyakannya dengan sedikit gurauaan dan candaan.“Aku ingat ucapan kamu saat kita ketemuan untuk makan siang waktu itu....” Jawab Ilham sambil melepaskan senyuman sedang angannya melayang ke beberapa waktu yang lalu.Sian
“Kay... Apa kamu masih mencintai Aldi??” tanya Dicky mengulang pertanyaannya kembali.“Aku juga mau tanya, apa mas Dicky juga sedang mulai membuka hati untuk perempuan lain?” tanya Kayla pelan.Mendengar pertanyaan Kayla sungguh membuat Dicky bingung mengapa gadis di hadapannya justru bertanya seperti itu. Dicky mencoba melihat jauh ke dalam mata Kayla, hingga keduanya saling tatap mencari tahu jawaban sendiri dari pertanyaannya masing-masing.“Kay... Jika memang aku suka dengan perempuan lain, bagaimana mungkin aku rela susah payah ingin mendapatkan kamu.” Ujar Dicky dengan tenang.Kayla hanya tersenyum kecut seolah tidak percaya dengan ucapan Dicky.“Apa tadi kamu ke kampus?” tanya Dicky kembali.Kayla menggeleng pelan sambil menarik tangannya dari genggaman Dicky.“Apa kamu sedang mencoba membohongi calon suamimu sendiri?” tanya Dicky lebih mengeratkan kembal
Malam itu setelah sholat isya, Kayla meraih ponselnya yang sedari dicas dalam posisi off. Bukan tanpa alasan ia mematikan ponselnya. Hal itu dilakukan karena Kayla ingin menghindari telepon Dicky yang pasti akan menanyakan kenapa tadi siang teleponnya tidak di angkat.Kayla masih terbayang betapa senyum bahagia keluar dari wajah bu Dewi saat mengobrol dengan Dicky tadi siang. Lebih sakit lagi ketika Dicky dengan santai tanpa beban menjawab setiap pertanyaan wanita cantik itu dengan penuh senyum hangat.Memang Dicky tidak mengetahui ada Kayla di belakangnya, namun Kayla sangat berharap jika Dicky tidak harus hanya berdua saja menikmati sarapannya. Rasa cemburu Kayla benar-benar membuat rasa kesal dan kecewa di dalam hatinya.Setelah mengeluarkan nafas panjangnya, Kayla menekan tombol di smartphone miliknya agar benda pipih itu menyala.Saat proses sinkronisasi terjadi, banyak sekali notifikasi panggilan tak terjawab dari Dicky. Tak
Sampai di alun-alun Kayla sudah melihat Wika dan Ilham sedang duduk di tempatnya tadi menunggu. Dari kejauhan terlihat mereka sedang mengobrol lumayan akrab, senyum dan tawa kecil tampak muncul dari keduanya.Kayla menepikan sepeda motornya lalu segera menghampiri Ilham dan Wika. Senyum bersahabat Kayla lemparkan pada mereka, benar-benar seolah tidak terjadi apa-apa beberapa menit sebelumnya.“Hai... Udah lama nunggunya??” Tanya Kayla.“Belum terlalu lama kok.” Jawab Ilham dan Wika hampir bersamaan.Ilham terlihat sedikit malu kala melihat ke arah Kayla. Namun demi mencari suasana menyenangkan dan melupakan kekesalannya pada Dicky, Kayla bersikap ramah dan bersahabat.“Ham, gimana kondisi kamu?? Badannya masih pada kaku nggak?” tanya Kayla ceria.“Udah nggak, Kay...” jawab Ilham sangat bahagia disapa lebih dulu oleh Kayla.“Makanya kita joging supa
Dengan perasaan yang tidak tenang akhirnya Kayla sampai juga di kampus. Tujuan utamanya adalah ke ruang prodi menemui Dicky.Setelah mengucapkan salam dan dipersilahkan masuk, Kayla segera bertanya pada petugas yang ada di prodi.“Maaf, pak Dicky ada pak?”“Baru saja sampai, naruh tas terus keluar itu mbak. Tapi ini memang belum jam masuk juga.” Jawab bapak-bapak paruh baya itu.“Ya sudah... Terima kasih pak, permisi...” Ucap Kayla lalu keluar ruangan.Di luar ia kemudian melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.“Belum waktunya masuk. Mungkin dia di kantin...” ucap Kayla lirih lalu berlari ke arah kantin.Tak membutuhkan waktu lama karena letak kantin tidak terlalu jauh dari prodi. Akhirnya beberapa menit kemudian Kayla sudah sampai di kantin.Saya memutarkan pandangannya mencari Dicky. Karena masih terlalu pagi sehingga kantin belum banyak pengun
Pagi itu di saat udara dingin menyerang, Kayla sudah terbangun dan membantu ibunya memasak di dapur. Dengan penuh sukacita Kayla membantu ibunya. Sebenarnya tidak pantas juga disebut membantu sebab dalam hal ini Kayla masih harus banyak bertanya pada ibunya.“Nah, besok kalau sudah menikah pagi-pagi sudah harus masak. Banyak latihan sekarang, Kay...” ucap ibunya lembut.“Iya, Bu... Kalau nggak masak beli Bu, kan di Jogja tempat mas Dicky kota jadi pasti banyak yang jualan sarapan.” Jawab Kayla senang dengan impiannya.“Terus mau bangun siang? Lagi pula apa kamu tidak malu sama mertua kamu nanti?” Bu Murni mencoba mengingatkan.“Mama baik banget kok, Bu...”“Baik bukan berarti kamu bisa ngelunjak kan, Kay? Apalagi kamu pernah bilang kalau ibunya Dicky suka masak. Itu artinya kamu jadi mantunya itu juga harus bisa.” Nasehat Bu Murni pada anak gadisnya.“Hihihi... I