Hari ini Kayla sudah ijin dengan kepala sekolah TK tempat dia mengajar, bahwa dia tidak bisa masuk karena ada jadwal bimbingan skripsi dengan 2 dosen pembimbingnya sekaligus. Yah begitu semangat Kayla mempersiapkan bahan skripsinya itu menjadi 2 rangkap, satu untuk pembimbing pertama Prof. Subagja yang juga selaku dekan fakultas, sedang satu lagi untuk pak Dicky dosen pembimbing keduanya. Kayla berharap bimbingannya kali ini tidak akan terlalu banyak coretan dari pembimbingnya, dia berharap bisa segera selesai dari urusan skripsi dan bisa segera sidang sehingga bisa bersantai ria untuk menunggu wisuda.
Pukul 9 Kayla sudah berada di depan ruang dekan untuk menemui Prof. Subagja yang terkenal sopan dan halus tutur katanya itu. Dilihatnya dari balik kaca kecil yang ada di pintu bahwa dosen senior itu belum datang, dengan demikian Kayla memutuskan menunggu di luar ruangan sambil memegang map biru berisi susunan skripsi didalamnya.
Tak berapa lama terlihat seorang dosen tua berjalan, iya dibilang tua karena memang seumuran ayah Kayla bahkan lebih tua lagi (hehehe..) sampai depan pintu Kayla berdiri menyapa dosen senior tersebut.
“Pagi Prof… “
“Pagi. Mbak Kayla ya? Bimbingan skripsi kan? “
“Iya prof… “ jawab Kayla semangat mendengar dosennya itu hafal dengannya, meski sudah tua tapi daya ingat dan kepandaiannya sungguh luar biasa menurut Kayla.
“Ayo silahkan… nanti saya ada jam di kelas soalnya. “
“Baik Prof… “jawab Kayla sambil mengekor langkah pembimbingnya itu.
Sampai didalam terlihat keramahan Prof. Subagja menyapa pembantu dekan yang tempat duduknya tak jauh dari pintu itu.
“Pagi pak Drajat… “ sapa dosen senior itu sembari menjabat tangan pembantu dekan itu.
“Pagi pak… wah, punya asisten baru ya pak sekarang? “ gurau pak Drajat
“Iya ini, mbak Kayla ini selalu menunggu coretan-coretan dari saya… “ jawab Prof. Subagja sambil menuju meja kerjanya yang juga dibuntuti Kayla dari belakang.
“Permisi pak… “ ucap Kayla ketika melewati pak Drajat
Sampai di depan meja Prof. Subagja, Kayla dipersilahkan duduk. Sambil menunggu dosen pembimbingnya itu mengeluarkan buku-buku yang ia bawa, Kayla meletakkan map biru tebal itu di meja.
“Oke, coba saya lihat yang kemarin saya beri tanda dan yang perbaikannya juga. “
“Ini Prof… “
Tanpa banyak kata diteliti kembali pekerjaan mahasiswinya itu dengan sesekali memberi tahu kesalahan dan pembenarannya. Penjelasan yang memang begitu mudah dipahami dan juga santun penyampaiannya membuat semua mahasiswa hormat terhadap Prof. Subagja tak terkecuali juga dengan Kayla.
Kira-kira 15menit sudah berlalu waktu bimbingan, Kayla pamit keluar dari ruang dekan dengan sopan. Dengan senyum lega dia membuka pintu dan menutup kembali dengan sopan. Senyum mengembang di bibir Kayla karena revisi skripsi dari pembimbing pertamanya tidak sebanyak kemarin dan disuruh lanjut ke bab 5 punutup.
Tanpa sepengetahuan Kayla dari sebelah kanannya ada seorang laki-laki yang tengah memperhatikannya sambil berjalan menuju ke arah Kayla. Senyum laki-laki itu terkembang ketika jauh, namun ketika sudah hampir dekat dengan Kayla senyumnya justru sedikit disimpannya.
“Pak Dicky… maaf… “ sapa Kayla menghentikan langkah laki-laki tersebut yang ternyata adalah dosennya.
“Iya Kay, ada apa? “ jawab Dicky dengan ramah
“Saya sudah bimbingan dari Prof. Subagja, bapak tidak ada kelas hari ini jam berapa ya? Semalam di wa bapak belum memberitahu jam berapa saya bisa bimbingan. “
“Sekarang saya kosong, ada kelas nanti jam 10.30”
“Berarti bisa sekarang ya pak? “ ucap Kayla senang. Memang saat diluar kelas para mahasiswa tidak terlalu formal ketika ngobrol dengan pak Dicky karena usia dosen ini masih muda sehingga Dicky pun tidak keberatan dengan hal tersebut.
“Bisa.“ senyum segera mengembang di bibir Kayla. “Tapi saya belum sarapan Kay… saya baru sampai juga. “
“Apa bapak mau sarapan dulu? Saya tunggu kok pak. “ ucap Kayla tetap semangat karena berharap bisa segera selesai.
“Maksudnya kamu mau nunggu dimana? “
“Saya tunggu didepan prodi pak. Masa iya saya nungguin bapak makan didepan bapak… hehehe nanti saya kepingin pak” jawab Kayla sambil bercanda.
“Saya belum beli makan, terus kalau makan juga kemungkinan lama karena harus keluar cari dulu. Apa nanti selesai saya kuliah saja bimbingannya? “ tanya Dicky dengan senyum sedikit meledek tapi Kayla masih belum menjawab.
‘Siapa tahu ini bocah malah mau beliin makan sekalian’ ucap Dicky dalam hati.
“Siang ya pak, berarti bakda dhuhur ya? “ Dicky mengangguk
“Lama ya pak… “
“Apa sorean kamu dateng saja ke mes dosen, saya nginep karena besok pagi ada kuliah juga. “
Terlihat Kayla tengah diam dan berfikir keras. ‘Ya ampun gimana ini… lama dong. Coba tawarin makan aja lah’ batin Kayla
“Gimana kalau saya belikan bapak makan didepan, terus bapak tunggu di ruangan bapak sambil koreksi skripsi saya saja. Cepet kok pak belinya. Gimana? “
Dicky masih diam memikirkan tawaran mahasiswinya itu beberapa saat. “Boleh… “
Kayla tersenyum lega sekali.
“Kalau begitu saya carikan sarapan dulu y pak… “ sambil membuka tas punggung hendak mengambil map skripsi nya.
“Terus itu mau ngapain buka tas? Sopan sekali… “
“Saya antar ke ruangan bapak kok skripsinya”
“Oke. " jawab Dicky kemudian berjalan ke ruang prodi dengan dibuntuti Kayla.
Sampai di ruang prodi ternyata ruangan sedang kosong, pak Tri petugas TU prodi sedang keluar. Langsung saja Dicky masuk menuju biliknya dengan tetap diekori Kayla.
“Ini pak… Saya permisi cari makanannya dulu ya… “ kata Kayla sambil meletakkan map tebal di meja dosennya itu dengan sopan.
“Silahkan”
Setelah Kayla meninggalkan ruangannya, Dicky tersenyum sambil memposisikan duduknya di kursi yang tersedia sembari membuka skripsi yang baru saja diberikan padanya.
‘Coba aku lihat dia bakal bawain aku makan apa’ ucapnya dalam hati dengan senyum tipis di bibirnya.
Baru beberapa lembar dia buka skripsi itu, terpikir olehnya untuk mengirimkan pesan pada mahasiswinya yang tengah mencarikan sarapan untuknya itu.
[Kay, kamu beli dimana?] pesan itu langsung dikirimnya lewat wa ke nomer mahasiswinya itu.
[DIrumah makan samping kampus pak. Ayam geprek gpp ya?]
[Tapi sabar y pak, ngantri soalnya. Tapi dijamin enak pakkk….]
[Keburu lapar saya Kay. Yadah, saya samperin kesitu ya.]
[Bapak disitu aja koreksi skripsi saya biar hemat waktu pak]
Tapi belum sempat buka balasan chat itu, Dicky sudah meminjam kunci motor pak Tri petugas TU prodinya untuk segera menyusul Kayla membeli makan.
[pak…]
[Bapak sabar aja, pokoknya saya sampai prodi bapak tinggal makan aja karena skripsi saya selesai. Jadi lebih enak pak]
"Kok gak dibales juga sih? Gak dibaca juga? " gerutu Kayla sambil melihat Hp nya.
Sementara antrian masih ada 3 orang lagi. Ya memang tempat ini favorit banget untuk mahasiswa kampus sini karena harganya murah, rasanya enak dan porsinyapun banyak jadi pantaslah masih sepagi ini antrian sudah banyak seperti ini. Di kota kecil seperti Purworejo ini memang banyak sekali tempat makan ala anak kuliah tapi yang enak dan porsi banyak tidak terlalu banyak. Jadi sekalinya ada langsung jadi tempat ramai dan rebutan.
Tiba-tiba Hp Kayla berbunyi tanda ada pesan wa masuk. Nah benar saja dari dosennya itu.
[pesan 2 ya, saya dada atas. Ini saya tunggu di meja pojok]
Mata Kayla terbelalak membaca pesan itu, tanpa dikomando dia langsung mencari meja pojok dan benar saja ada pria tengah duduk membelakanginya dan tidak salah lagi kalau itu dosen pembimbingnya. [Tapi pak 2 buat siapa yang satu?]
[Udah pesan aja 2,nanti uanganya saya ganti] membaca pesan itu Kayla menoleh ke arah dosennya tapi dosennya sama sekali tidak juga menoleh ke belakang.
Tiba giliran Kayla pun memesan 2 porsi nasi ayam geprek dan 2 minum. Segera ia bawa menuju meja pojok tempat dosen pembimbingnya itu menunggu. Dengan bingung Kayla mendekat dan membawa nampan isi makanan itu dan meletakkannya di depan Dicky.
“Ini pak… “
“Terimakasih “
“2 sama siapa pak? Teman bapak mau ke sini juga? “ tanya Kayla polos
“Udah, duduk dulu kamu” Kaylapun duduk di kursi tepat di depan Dicky. “Ini satu kamu makan” Kayla kaget mendengar perkataan dosen yang ada didepannya itu.
“Gak usah pak, bapak aja yang makan. Gak sopan pak masa saya makan semeja bareng bapak, lagipula saya tadi dah makan di rumah”
“Saya cuci tangan dulu ya” ucap Dicky menuju wastafel tempat cuci tangan tangan tanpa menanggapi perkataan mahasiswinya itu.
Baru berapa langkah Dicky mengajak serta Kayla untuk cuci tangan juga. “Ayo cuci tangan sekalian, lebih cepat cuci tangan makan nanti bisa segera bimbingan”
Dengan ragu Kayla mengikuti Dicky menuju wastafel yang kebetulan ada 2 kran airnya, mereka cuci tangan bersama. Selesai langsung menuju meja di mana letak makanan mereka berada.
“Kamu sering makan di sini ya Kay? “ tanya Dicky sambil memulai mengambil ayam di depannya.
“Iya pak” jawab Kayla masih dengan posisi diam.
“Ayo dimakan, udah anggep aja kamu makan bareng teman kamu. Dibuat santai aja Kay… “
“Tapi pak… “
“Kalau tidak dimakan juga berarti lama kelarnya, bimbingan juga cancel nanti jadinya”
“Iya pak”
Dengan sedikit ragu dan rasa malu Kayla mulai makan ayam geprek itu. Gimana tidak canggung, dia harus makan semeja dengan dosen pembimbingnya itu, bingung juga sebenarnya kalau nanti teman atau mahasiswa satu jurusan ada yang melihatnya.
Kalau Kayla canggung, lain halnya dengan Dicky yang justru terlihat santai dan menikmati sarapannya itu, apalagi Kayla ada di depannya. Ya Kayla adalah mahasiswinya yang telah mencuri perhatiannya sejak semester 3.
Setelah beberapa menit tanpa suara akhirnya acara makan selesai.
“Jam berapa ini ya? “ tanya Dicky yang baru selesai cuci tangan.
“10.15 pak”
“Bentar lagi saya masuk kelas ini”
“Terus bimbingannya pak? “
“Kamu kesini pakai apa? “ bukannya di jawab Dicky malah balik tanya.
“Motor pak”
“Yaudah, kita balik sekarang ya… “
“Iya pak”
“Saya bawa motor pak Tri, nanti kita ketemu di prodi saja ya. (Kayla mengangguk) bisa keluarin motormu gak? (menoleh mencari tukang parkir) “
Akhirnya Dicky mengeluarkan motor matic Kayla terlebih dahulu diantara parkiran motor-motor pengunjung lainnya, barulah ia keluarkan motor pak Tri yang dipinjamnya.
“Ini Kay… kamu duluan aja. “ ucap Dicky memberi tahu bahwa motornya sudah siap dijalankan.
“Iya pak “ mengambil kunci dan siap untuk kembali ke kampus. “Saya duluan pak”
Dicky hanya mengangguk serasa tersenyum tipis. Dia menyusul di belakang setelah membayar uang parkir pada tukang parkir yang entah tadi berada dimana dan tiba-tiba saja berlari kecil mendekat setiap ada yang hendak keluar. Yah memang beginilah kondisi perparkiran, di setiap toko-toko pinggir jalan tukang parkirnya berbeda. Biarlah karena sejatinya merekapun juga ingin mencari rezeki lewat itu semua.
------------------
Di depan ruang prodi terlihat banyak sekali mahasiswa semester 4 yang tengah menunggu dosen untuk mengikuti kuliah pukul 10.30. Dari sekian banyak mahasiswa itu tidak terlihat Kayla ketika Dicky sampai. Matanya berputar mengitari sekitar prodi mencari keberadaan mahasiswinya itu tapi tak juga terlihat. Dengan ekspresi datar ia langsung masuk dengan menjawab sapaan mahasiswi-mahasiswi yang menyapanya dengan senyuman. Memang banyak sekali mahasiswi yang sering menggodanya terlebih mereka mengetahui bahwa dosennya itu masih single.
Di dalam ruangan Dicky menyapa rekan kerjanya yang beberapa sudah menunggu waktu mengajar dan mengembalikan kunci motor TU prodi yang tadi dipinjamnya.
“Makasih ya pak Tri. “ mengembalikan kunci sepeda motor pada pemiliknya.
“Sama-sama” jawab pak Tri dengan senyum.
“Dari mana pak? “ tanya bu Rika, dosen senior disitu.
“Makan buk, di depan. Tadi dari Jogja belum sempat sarapan… “
“Ooohh…. “
Dicky segera menuju meja kerjanya dan menatap heran map biru yang ada di mejanya. Sempat terbersit niat untuk menanyakan ke pak Tri apa tadi Kayla kesini namun urung karena tiba-tiba terdengar salam dari pintu dan benar saja mahasiswi berjilbab hitam yang tadi makan dengannya.
“Assalamualaikum…. “
“Wa’alaikum salam… “jawab semua yang ada di ruangan itu.
“Mau bertemu dengan pak Dicky, pak… “ ucap Kayla pada pak Tri yang tempat duduknya paling dekat dengan pintu.
“Silahkan, itu pak Dicky baru saja kembali. “ jawab pak Tri
“Permisi… “
Sampai di depan Dicky, Kayla segera mengutarakan maksudnya.
“Pak, mau bimbingan skripsi…. “
“Saya sudah mau masuk itu mbak… “ Kayla melongo kaget mendengar jawaban dosennya itu. “Nanti setelah jam kuliah ya mbak… “
“Tapi pak… “
“Atau pas saya tidak ada jadwal mengajar ya. “
Kayla benar-benar tidak percaya dengan ucapan dosen pembimbingnya itu, padahal baru saja selesai makan dan dia yang menyuruhnya kembali ke prodi. Kekecewaan itu terlihat jelas di wajah Kayla.
“Iya pak… kalau begitu saya permisi”
Dicky melihat wajah Kayla yang seketika berubah menunjukkan kekecewaannya itu. Di dalam hati ia merasa bersalah tapi juga senang karena pertanda masih akan ada pertemuan selanjutnya dengan mahasiswi manis yang kritis dan membuatnya kagum hingga akhirnya menaruh simpati kepadanya.
-------
Tiba-tiba ponselnya berbunyi ketika Kayla sudah berada diluar ruangan prodi, dengan segera ia ambil benda pipih lebar warna putih itu dari dalam tas ransel yang digendongnya.
“Bimbingan nanti sore jam 4 di mes dosen saja ya”
“Saya harus ke mes dosen pak? “
“Atau diundur minggu depan saja? “
“Jangan pak, nanti saya datang ke mes pak. “
'Kenapa dosen ini selalu mempersulitku? Waktu itu pernah tiba-tiba nentuin tempat bimbingan di rumah makan. Perasaan kalau Prof Subagja tidak seperti itu.' gerutu Kayla dalam perjalanan menuju parkiran.
Jam di dinding mes dosen menunjukkan pukul 15.20, saat itu Dicky sedang duduk santai setelah selesai tugas mengajarnya tadi sampai jam 15.00‘Sebentar lagi bimbingan skripsinya Kayla... Apa mungkin dia akan datang kesini? ‘ pikirnya dalam hati.Dia segera mengambil handuk dan perlengkapan mandinya yang ada di loker miliknya. Kebetulan di mes hanya ada pak Sutan dosen teknik yang juga masih bujangan tengah bermaingames di laptopnya.“Besok kelas jam berapa pak? “ tanya Dicky“Pagi jam 07.30 tapi untungnya hari ini saya Cuma sampai jam 3 sore. Masih bisa santai lah di mes... “ jawab Sutan tetap sambil memandang laptopnya.“Sama” jawab Dicky singkat kemudian melangkah menuju kamar mandi.Selesai mandi dan berganti pakaian, Dicky segera menghampiri kawannya yang ada di ruang tamu dengan mengenakan kaos putih dan celana jeans.
Tepat pukul 9 murid-murid Kayla sedang beristirahat. Ada yang tengah bermain dengan temannya dan ada yang sedang menikmati bekal yang dibawakan ibunya. Permainan merekapun macam-macam, ada yang kejar-kejaran, petak umpet dan ada juga yang lebih memilih untuk duduk merangkai balok pintar ataupun merangkai lego. Mereka terlihat sungguh bahagia, begitu juga raut wajah guru muda yang tengah mengamati anak-anak itu. Ya, dia Kayla yang sejak tadi melihat murid-muridnya yang tengah asyik menikmati waktu bermainnya. Tiba-tiba ponselnya berbunyi menandakan ada sebuah pesan masuk dari seseorang, begitu dilihat ternyata dari Ilham.[Kay, hari ini kamu gak ke kampus?][aku ke kampus udah kemarin. Ada apa?][kalik aja di kampus bisa ketemu, lagi di kampus nih...][yadah, selamat belajar... Hihihihihi...][hmmmm....]Setelah itu perhatiannya kembali kepada murid-muridnya yang sedang bermain diluar ke
Dicky povDicky menguping pembicaraan Kayla dan temannya dari balik pintu dengan penuh rasa penasaran.“Mau gak Kay? Kamu belum makan pasti kan? “ terdengar suara laki-laki yang tengah ngobrol bersama Kayla.“Belum sih... Makan di mana? ““Udah laksana aja ayo... Enak nasi gorengnya disana, gara-gara kamu ini aku ketagihan ““Boleh, nanti jam 12 aku harus ketemu dosenku lagi.”Karena harus segera cuci tangan dan bersiap untuk kuliah lagi, Dicky memutuskan untuk keluar seperti tujuan utamanya mencuci tangan di wastafel toilet. Meskipun dalam benaknya masih bergelayut rasa penasaran pada pria muda yang bersama mahasiswinya itu. Saat ia keluar berjalan menuju toilet Hampir saja Kayla jatuh karena menabrak Dicky yang tiba-tiba berjalan di depannya.“Eh... (Kayla kaget kepalanya menabrak sesuatu) Bapak.... Maaf ya pak, maaf saya tidak lihat ada bapak.
Kayla masih tidak percaya dengan apa yang ditanyakan oleh dosen pembimbingnya itu, menanyakan apakah dirinya tertarik atau tidak. Sambil menutupi kebingungannya, Kayla terfokus pada jalan yang mereka lewati hingga hampir sampai tempat yang dituju Kayla mengarahkan jalan pada Dicky.“Pak, itu nanti belok kanan ya. Terus nanti warung gorengan berhenti disitu pak, terus kita jalan lewat setapak. ““Oke “Dicky mengikuti arahan Kayla mencari tempat penjual geblek yang dituju. Setelah sampai di warung gorengan yang masih tutup, Dicky memparkirkan mobilnya di pinggir jalan. Setelah turun mereka berjalan menyusuri setapak kecil yang hanya cukup untuk berpapasan 2 buah sepeda motor. Mereka berjalan beriringan, Dicky dengan kemeja kerjanya dan celana bahan warna hitam lengkap dengan sepatu sambil memegang kacamata hitam yang tadi dipakainya. Tubuh tingginya terlihat tegap ketika berjalan dan menarik mata ketika berjalan ber
Sampai dirumah Kayla segera masuk setelah memparkirkan motornya di halaman. Di dalam terlihat ibunya sedang duduk di teras sambil membersihkan biji kacang yang baru selesai di sangrainya.“Assalamualaikum… “ salam dan mencium tangan ibunya.“Wa’alaikum salam…. Bawa apa itu Kay? ““Ini ada titipan geblek buat ayah. Ayah dah pulang buk? ““Udah, lagi istirahat di belakang. Kamu jadi anter cari geblek buat dosenmu itu to?”“Iya, ini makanya aku dibawain. Ibu mau buat kue kacang? “ terlihat semburat senyum senang di wajahnya yang lelah.“Iya kalau jadi. Udah sana kasihin ayahmu itu sesuai amanahnya.”Kayla masuk dan menemui ayahnya. Setelah mencium tangan ayahnya, Kayla lalu duduk di samping ayahnya yang sedang tiduran sambil menonton acara tv. Kayla lebih dekat dengan ayahnya sehingga ia lebih terbuka d
Siang itu kira-kira jam makan siang Kayla sudah berada di tempat bazar buku bersama 2 kawannya, Dian dan Resti. Mereka teman satu kelas yang sering bersama kemanapun pergi, namun semenjak sudah sibuk dengan skripsi masing-masing, dan antar mereka bertiga mendapat dosen pembimbing yang berbeda membuat mereka jarang untuk bisa pergi bersama. Jikalau ingin melepas rindu, mereka selalu mencari waktu luang yang sama dan janjian bertemu untuk sekedar melepas kangen, yah seperti saat ini mereka sengaja ketemu di tempat bazar buku untuk bisa ketemu dan bersama-sama makan siang.“Mau nyari buku apa kalian? “ tanya Kayla.“Lihat-lihat dulu ajalah. Nanti kalau cocok baru dibeli. “jawab Dian yang diangguki Resti pertanda setuju dengan statement Dian.Mereka bertiga melihat buku-buku yang ada, memilih buku-buku yang sesuai dengan keinginan mereka. Mengitari tempat bazar dari ujung hingga ke ujung. Tiba-tiba tanpa sepenget
Sampai di ruang rawat semua terlihat lega dan berharap bu Murni bisa segera pulang dan segera membaik. Suasana masih hening meski di ruangan itu ada banyak orang. Setelah perawat selesai mengatur dan menyetel aliran infus serta memastikan semua sudah beres, segera perawat minta ijin untuk keluar dari ruang tersebut.“Eh, mas Ilham datang juga... Makasih ya... Dian sama Resti juga kesini. Makasih ya... “ ucap bu Murni dengan senyum.Namun hal itu justru membuat Dicky bertanya-tanya tentang kedekatan Kayla dengan mahasiswa dari pak Sutan itu. ‘Sebenarnya sedekat apa hubungan mereka? Kok ibunya sampai hafal sama anak ini’ tanya Dicky dalam hati.‘Apakah mungkin diantara mereka ada hubungan sesuatu? Tapi kenapa pak Hermawan bilang belum ada teman spesial yang ia kenalkan. Ah, mungkin dia teman akrab saja... ‘“Ibu, tadi kejadiannya gimana? “ tanya Hermawan.“Pulang dari
Sepanjang perjalanan Kayla lebih memilih diam dan mengamati pemandangan yang disuguhkan dari dalam mobil. Di dalam hatinya masih bertanya-tanya tentang ucapan Dicky pada adiknya tadi. Beberapa kali ia melirik pria yang ada di depan kemudi itu namun tak terlihat hal aneh dari wajahnya, tidak tersirat semburat grogi ataupun bingung pada dirinya. Sementara adiknya yang duduk di belakang terlihat lebih sibuk dengan handphone nya setelah beberapa kali terlihat obrolan dan candaan dengan Dicky.‘Kok pak Dicky lama-lama aneh sih.... Malah jadi kayak orang PDKT yang dipaksakan, tapi apa mungkin iya? Ahhh,mana mungkin lah. Aku ini apa, kenapa harus terlalu kePDan gini....’ ucap Kayla dalam hatinya.“Pak, ke mess ya... Saya mau ambil motor”“Iya. Rafi, maaf ya gak bisa antar sampai rumah sakit soalnya harus balik Jogja. Ada hal penting yang harus diurus secara langsung. Gakpapa ya?”“Iya mas
‘Harus berapa kali sih aku jawabnya?’ tanya Kayla dalam hatinya.Kayla kini hanya menatap kesal ke arah Dicky. Tak ada satu kata pun yang keluar dari mulut Kayla.Melihat tatapan janggal dari Kayla, Dicky segera memegang kedua pipi Kayla dengan gemas. Senyuman manis Dicky berikan pada Kayla agar gadis itu tidak lagi merasa marah ataupun kesal.“Jangan seperti itu!! I love you sayangku...” Ucap Dicky penuh senyum.Namun Kayla tidak sedikit pun tersenyum dengan rayuan Dicky kali ini. Hatinya sudah terlanjur dongkol dan kesal kepada Dicky.“Kamu kenapa?” Tanya Dicky mulai khawatir.“Mas Dicky mau sampai kapan cemburu terus sama mas Aldi? Diantara kami sudah berakhir beberapa tahun yang lalu. Dia juga sudah tahu kalau aku sama kamu, mas. Bahkan kita sudah tunangan.” Jawab Kayla sambil menatap ke arah Dicky dengan kemarahan.“Aku juga tahu jika diantara kalia
Sore setelah mendapat telepon dari Wika, Kayla dan Dicky segera berangkat menuju tempat yang sudah diberitahukan sebelumnya. Mereka segera pamit pada Bu Murni dan pak Hermawan, lalu bergegas menuju tempat janjian dengan Wika.Di sebuah kafe yang cukup besar, sedang duduk Wika bersama seorang laki-laki yang dari belakang tampak begitu kekar dan tegap. Mengenakan kaos hitam sedikit longgar dan topi yang menutup kepalanya. Suasana kafe yang tidak begitu ramai tertutup karena alunan musik yang begitu riang membakar semangat.“Di, lu beneran nggak pa-pa nih ntar ditinggal kawin sama Kayla?” Tanya Wika dengan laki-laki berkaus hitam yang tak lain adalah Aldi.“Emang gua kenapa? Orang dia tunangannya Dicky.” Jawab Aldi mencoba mengelak dari kekhawatiran Wika. Meski sebenarnya hatinya pedih menerima kenyataan Kayla yang sudah menjadi tunangan orang.Senyuman tipis terlempar dari bibir tipis Wika mendengar ucapan
Siang itu, Kayla bersama dua sahabatnya sedang menikmati makan siang di tempat makan ayam geprek depan kampusnya. Mereka terlihat begitu bersemangat menceritakan berbagai hal yang menarik menurut masing-masing.Gelak tawa tak jarang menghiasi wajahnya. Sahabat yang jarang sekali bisa berkumpul kini mereka saling menyempatkan waktu untuk bertemu dan saling melepas kerinduan.Tiba-tiba telepon Kayla berbunyi.“Siapa Kay?” Tanya Dian penasaran.“Pak Dicky.”“Udah, angkat aja!” Seru Resti.“Tapi aku lagi malas, lagi kesel sama dia!” jawab Kayla.“Nanti masalah lu makin runyam. Udah angkat aja, siapa tahu mau ajakin ketemu buat minta maaf.” Ucap Dian.Kayla menghela nafas panjang lalu mengangguk menyetujui saran dari sahabatnya itu. Telepon Dicky akhirnya diangkat juga oleh Kayla.“Assalamu’alaikum ...” ucap Kayla santai
Di sebuah kafe, sedang duduk bersama Ilham dan Wika. Mereka tampak semakin dekat dan akrab. Beberapa kali terlihat keduanya tertawa dan saling bercanda penuh keakraban.“Eh, kamu sekarang gimana rasanya?” Tanya Wika di sela obrolannya ingin mengetahui langsung apa yang kini dirasakan Ilham“Baik. Aku jauh lebih baik. Memang kenapa?” Ilham penasaran. Wajahnya terlihat antusias menanti ucapan apa yang hendak kelur dari bibir Wika.“Baik. Emmm.... Apa kamu masih akan memaksakan perasaan kamu sama Kayla?” Tanya Wika dengan nada meledek.Wika merasa sedikit khawatir jika hal itu masih akan menjadi sesuatu yang teramat sensitif bagi Ilham. Sehingga Wika menanyakannya dengan sedikit gurauaan dan candaan.“Aku ingat ucapan kamu saat kita ketemuan untuk makan siang waktu itu....” Jawab Ilham sambil melepaskan senyuman sedang angannya melayang ke beberapa waktu yang lalu.Sian
“Kay... Apa kamu masih mencintai Aldi??” tanya Dicky mengulang pertanyaannya kembali.“Aku juga mau tanya, apa mas Dicky juga sedang mulai membuka hati untuk perempuan lain?” tanya Kayla pelan.Mendengar pertanyaan Kayla sungguh membuat Dicky bingung mengapa gadis di hadapannya justru bertanya seperti itu. Dicky mencoba melihat jauh ke dalam mata Kayla, hingga keduanya saling tatap mencari tahu jawaban sendiri dari pertanyaannya masing-masing.“Kay... Jika memang aku suka dengan perempuan lain, bagaimana mungkin aku rela susah payah ingin mendapatkan kamu.” Ujar Dicky dengan tenang.Kayla hanya tersenyum kecut seolah tidak percaya dengan ucapan Dicky.“Apa tadi kamu ke kampus?” tanya Dicky kembali.Kayla menggeleng pelan sambil menarik tangannya dari genggaman Dicky.“Apa kamu sedang mencoba membohongi calon suamimu sendiri?” tanya Dicky lebih mengeratkan kembal
Malam itu setelah sholat isya, Kayla meraih ponselnya yang sedari dicas dalam posisi off. Bukan tanpa alasan ia mematikan ponselnya. Hal itu dilakukan karena Kayla ingin menghindari telepon Dicky yang pasti akan menanyakan kenapa tadi siang teleponnya tidak di angkat.Kayla masih terbayang betapa senyum bahagia keluar dari wajah bu Dewi saat mengobrol dengan Dicky tadi siang. Lebih sakit lagi ketika Dicky dengan santai tanpa beban menjawab setiap pertanyaan wanita cantik itu dengan penuh senyum hangat.Memang Dicky tidak mengetahui ada Kayla di belakangnya, namun Kayla sangat berharap jika Dicky tidak harus hanya berdua saja menikmati sarapannya. Rasa cemburu Kayla benar-benar membuat rasa kesal dan kecewa di dalam hatinya.Setelah mengeluarkan nafas panjangnya, Kayla menekan tombol di smartphone miliknya agar benda pipih itu menyala.Saat proses sinkronisasi terjadi, banyak sekali notifikasi panggilan tak terjawab dari Dicky. Tak
Sampai di alun-alun Kayla sudah melihat Wika dan Ilham sedang duduk di tempatnya tadi menunggu. Dari kejauhan terlihat mereka sedang mengobrol lumayan akrab, senyum dan tawa kecil tampak muncul dari keduanya.Kayla menepikan sepeda motornya lalu segera menghampiri Ilham dan Wika. Senyum bersahabat Kayla lemparkan pada mereka, benar-benar seolah tidak terjadi apa-apa beberapa menit sebelumnya.“Hai... Udah lama nunggunya??” Tanya Kayla.“Belum terlalu lama kok.” Jawab Ilham dan Wika hampir bersamaan.Ilham terlihat sedikit malu kala melihat ke arah Kayla. Namun demi mencari suasana menyenangkan dan melupakan kekesalannya pada Dicky, Kayla bersikap ramah dan bersahabat.“Ham, gimana kondisi kamu?? Badannya masih pada kaku nggak?” tanya Kayla ceria.“Udah nggak, Kay...” jawab Ilham sangat bahagia disapa lebih dulu oleh Kayla.“Makanya kita joging supa
Dengan perasaan yang tidak tenang akhirnya Kayla sampai juga di kampus. Tujuan utamanya adalah ke ruang prodi menemui Dicky.Setelah mengucapkan salam dan dipersilahkan masuk, Kayla segera bertanya pada petugas yang ada di prodi.“Maaf, pak Dicky ada pak?”“Baru saja sampai, naruh tas terus keluar itu mbak. Tapi ini memang belum jam masuk juga.” Jawab bapak-bapak paruh baya itu.“Ya sudah... Terima kasih pak, permisi...” Ucap Kayla lalu keluar ruangan.Di luar ia kemudian melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.“Belum waktunya masuk. Mungkin dia di kantin...” ucap Kayla lirih lalu berlari ke arah kantin.Tak membutuhkan waktu lama karena letak kantin tidak terlalu jauh dari prodi. Akhirnya beberapa menit kemudian Kayla sudah sampai di kantin.Saya memutarkan pandangannya mencari Dicky. Karena masih terlalu pagi sehingga kantin belum banyak pengun
Pagi itu di saat udara dingin menyerang, Kayla sudah terbangun dan membantu ibunya memasak di dapur. Dengan penuh sukacita Kayla membantu ibunya. Sebenarnya tidak pantas juga disebut membantu sebab dalam hal ini Kayla masih harus banyak bertanya pada ibunya.“Nah, besok kalau sudah menikah pagi-pagi sudah harus masak. Banyak latihan sekarang, Kay...” ucap ibunya lembut.“Iya, Bu... Kalau nggak masak beli Bu, kan di Jogja tempat mas Dicky kota jadi pasti banyak yang jualan sarapan.” Jawab Kayla senang dengan impiannya.“Terus mau bangun siang? Lagi pula apa kamu tidak malu sama mertua kamu nanti?” Bu Murni mencoba mengingatkan.“Mama baik banget kok, Bu...”“Baik bukan berarti kamu bisa ngelunjak kan, Kay? Apalagi kamu pernah bilang kalau ibunya Dicky suka masak. Itu artinya kamu jadi mantunya itu juga harus bisa.” Nasehat Bu Murni pada anak gadisnya.“Hihihi... I