Hembusan angin di pinggir pantai menerpa wajah seorang wanita yang terlihat sangat bahagia. Berjalan-jalan sambil berpegangan tangan di tepi pantai bersama Reno membuatnya merasa dicintai oleh pria tersebut. Dia sendiri tidak mengerti kenapa bisa merasakan hal yang berbeda di dalam hatinya.
Jantungnya terus berdebar dengan kencang saat Reno merangkul pundaknya. Nama Reno secara perlahan masuk ke dalam hatinya, mengukir nama pria itu. Apakah dia sudah jatuh cinta pada Reno? Entahlah dia sendiri pun tidak tahu jawaban yang pasti.
Reno merasakan kebahagiaan saat bersama Azura. Mereka sudah berkali-kali bercinta dan membuat Reno merasa ada yang berbeda dalam hatinya. Apakah Azura juga merasakan hal yang sama? Reno sendiri pun juga tidak tahu jawabannya. Yang jelas dia sangat nyaman bersama Azura tidak ingin melepaskan ge
Hari ini hari ke enam mereka berada di Sydney menikmati bulan madu yang menggairahkan. Saling berburu kenikmatan dan saling beradu kasih di atas ranjang. Mereka pun melakukan hubungan intim setiap hari walau melelahkan, tapi mereka menikmatinya. Ibarat kata nikmat mana lagi yang kau dustakan.Setelah semalaman melakukan hubungan intim berkali-kali, Azura tertidur dalam dekapan Reno tanpa mengenakan sehelai benangpun yang membalut tubuh mereka. Hanya selimut putih yang menjadi penghangat untuk menutupi tubuh dua anak manusia yang sering berburu kenikmatan.Dan pagi ini pun terjadi lagi. Reno memasukkan juniornya menuju lembah-lembah surgawi milik Azura. Azura yang masih tertidur lelap merasakan keenakan dan bibirnya pun mendesah. Reno semakin bersemangat
Keadaan Azura semakin sering mual-mual seperti pagi ini. Ini hari kedua dia setiap pagi selalu muntah-muntah, sensitif pada wewangian apalagi sewaktu Reno menggunakan parfum membuatnya semakin mual. Sekarang dia terduduk di lantai kamar mandi dalam keadaan lemas, perutnya terasa begitu nyeri sudah tidak ada lagi muntahan hanya tersisa bening-bening putih yang terasa begitu pahit.Reno yang baru bangun tidur mendengar suara Azura yang sedang muntah-muntah di kamar mandi, dia pun segera beranjak dari tempat tidur langsung menuju ke sana memeriksa keadaan Azura. Dia menatap Azura yang terlihat pucat dan lemas membuat Reno semakin yakin kalau Azura hamil, tapi dia mencoba untuk tidak percaya dengan analisanya sendiri.“Kita ke rumah sakit yaa,” ujar Re
Hari ini mereka akan kembali ke Jakarta. Azura sudah tidak terlalu mual-mual lagi, dokter sudah memberikannya obat untuk mengatasi morning sickness yang dialaminya. Reno juga jadi berbeda, dia semakin memperhatikan Azura. Mengawasi semua yang Azura lakukan, dia khawatir jika terjadi sesuatu pada istrinya.Walau terkadang Azura kesal pada sikap protektif Reno, tapi dia juga bahagia. Reno sangat berbeda sekarang tidak lagi sama seperti dulu. Pernikahan kontrak berubah menjadi pernikahan yang sesungguhnya, namun Azura juga ragu. Apakah Reno sudah melupakan Selvia? Dia takut Reno akan berubah kembali seperti dulu.“Kamu kenapa kok diam saja?” tanya Reno.“Aku ga apa-apa kok Ren,” ucap
Di ruang kerja Luis menatap Reno dengan curiga. Bagi Luis semua tidak masuk akal walau mungkin anaknya melakukan hubungan intim duluan dengan Azura, tapi tetap ada kecurigaan yang harus ditanyakan pada putranya.“Sebelumnya Papa ingin mengucapkan selamat atas kehamilan Azura dan kamu akan menjadi seorang Ayah,” ujar Luis.“Terima kasih Papa,” ucap Reno.“Ada sesuatu yang ingin Papa tanyakan padamu, Ren.”“Tentang apa Pak?”“Maaf bukannya Papa ingin ikut campur dalam rumah tanggamu. Papa mengenal sifat dan kelakuanmu yang dari kecil mendidik kamu.”Reno menghela napasnya berat. Dia yakin pasti ini pertanyaan tentang
Tanpa terasa kehidupan pernikahan Azura dan Reno sudah berjalan 5 bulan begitu juga dengan kehamilan Azura yang memasuki usia kandungan 6 bulan. Reno sangat memperhatikan Azura, semua yang Azura lakukan harus seijin Reno. Reno tidak akan pernah membiarkan Azura sendirian dan selalu dilayani.Betapa bahagianya Azura. Dia diperlakukan bagai Ratu oleh sang Raja dan Raja itu adalah Reno.“Selamat pagi Sayang,” sapa Reno saat Azura terbangun dari tidurnya.“Aduh, jam berapa ini?” tanya Azura panik.Azura langsung beranjak dari tempat tidur segera menuju kamar mandi. Dia belum menyiapkan sarapan untuk Reno pergi ke rumah sakit. Sudah 5 bulan semenjak mereka tinggal di rum
Reno tersenyum bahagia saat seorang suster memberitahukan kalau Azura datang ke rumah sakit untuk menemuinya. Dia langsung menuju ke rooftop rumah sakit setelah selesai operasi, entah kenapa baru saja beberapa jam berpisah dari istrinya dia sudah merindukan wanita hamil tersebut.Begitu dia tiba di rooftop Azura tampak cantik dengan balutan dress bercorak garis-garis berwarna peace. Perut Azura yang membuncit, surai panjangnya yang hitam legam menambah aura keibuan terpancarkan pada wajah Azura. Akh, istrinya selalu pintar memilih pakaian apa yang dikenakannya supaya selalu tampak mempesona di matanya.“Azura,” panggil Reno.Azura menoleh ke sumber suara yang memanggilnya. Dia lang
Keheningan mengapungkan kenangan, mengembalikan cinta yang hilang, menerbangkan amarah, mengulang manis keberhasilan dan indah kegagalan. Hening menjadi cermin yang membuat kita berkaca-suka atau tidak pada hasilnya. - Dewi Lestari-Kepingan-kepingan ingatan tentang masa lalu membuat Richie selalu terbayang pada Azura. Dia yang dulu berusia 15 tahun datang bersama Bella menuju ke rumah Azura.FlashbackBella dan Megan sahabat sekolah dari sekolah menengah pertama sampai mereka berkuliah. Bella yang berlibur ke Indonesia segera berkunjung ke rumah Megan bersama dengan anak kembarnya, Reno dan Richie.
Menatap keindahan pekarangan rumah keluarga Geraldo membangkitkan kenangan Richie tentang masa kecilnya. Masa kecil yang seharusnya membahagiakan terasa begitu menyakitkan bagi Richie. Dengan langkah berat dia menapakkan kakinya berjalan perlahan masuk ke dalam rumah yang seharusnya terasa nyaman tapi menyakitkan.Senyuman seorang wanita paruh baya yang selalu tampak cantik di usianya yang tidak lagi muda, tapi selalu membuat Richie merasakan kasih sayang tanpa batas. Bella menyambut salah satu putra kembarnya dengan pelukkan hangat. Pelukkan Bella membuat hati Richie terasa sakit, apakah dia bisa bahagia walau memiliki segudang dosa yang bahkan dia sendiri sulit untuk menghitungnya.“Kamu makan dulu yaa Ichie,” ujar Bella.“Masakan Mama selalu aku rindukan. Aku akan selalu memakan apapun yang Mama masak,” ucap Richie.
Seusai itu senja jadi sendu awan pun mengabu Kepergianmu menyisakan duka dalam hidupku 'Ku memintal rindu menyesali waktu mengapa dahulu Tak kuucapkan aku mencintaimu sejuta kali sehari Walau masih bisa senyum Namun tak selepas dulu Kini aku kesepian Kamu dan segala kenangan Menyatu dalam waktu yang berjalan Dan aku kini sendirian Menatap dirimu hanya bayangan Tak ada yang lebih pedih
Tak lama Bella dan Luis datang ke rumah sakit, mereka langsung menemui Azura. Azura hanya terdiam menatap lantai dengan pandangan kosong. Dia tidak pernah menyangka akan mengalami musibah seperti ini. Baru saja 2 tahun dia bahagia bersama Reno tapi sekarang jadi seperti ini."Ada apa ini Azura, kenapa Renk bisa seperti ini?" tanya Bella dengan khawatir."Aku... aku..." Azura tak sanggup berkata-kata lagi air mata terus mengalir di pipinya.Bella memeluk Azura. Dia mengerti perasaan menantunya yang tidak menyangka Reno bisa seperti ini. Luis tidak sabar menunggu kabar dari Dokter yang menangani Reno.“Aduh lama banget sih. Ngapain aja mereka,” ucap Luis gelisah.Mereka hanya saling diam sambil memanjatk
Keesokan harinyaDi saat Reno akan berangkat kerja Gil malah menangis. Dia tidak ingin Reno meninggalkannya membuat Reno tidak tega pada putranya."Mau cama papa, papa ga boleh pelgi.” Gil menarik tangan Reno.Reno menggendong Gil lalu berkata, “Gil mau sama ikut Papa?" tanya Reno."Cama Papa… Papa."Reno tidak tega menolak keinginan Gil. Dia pun tidak jadi berangkat ke rumah sakit demi menemani putranya."Bang apa ga masalah kamu ga
2 tahun kemudianTanpa terasa waktu berlalu dengan cepat. Pernikahan Azura dan Reno sudah 2 tahun begitu juga dengan usia Gil yang menginjak 2 tahun.“Sayang, kamu kenapa kok pucat sekali wajahmu?” tanya Reno khawatir keadaan Azura.“Ga tau nih Bang sudah 3 hari aku selalu mual dan muntah-muntah kali pagi,” jawab Azura.Reno teringat kejadian di Sydney dulu persis seperti keadaan Azura saat ini. Dia berpikir mungkin saja Azura hamil. Dia akan memastikan keadaan Azura hamil atau tidak agar tidak bimbang.“Kita ke dokter yaa pagi ini sekalian ikut ke rumah sakit,” ujar Reno.“Iya Bang.”
Tiga bulan kemudianUsia baby Gil sudah 3 bulan. Azura sudah tidak seperti dulu lagi dia banyak tersenyum seakan kebahagiaan selalu menghampirinya. Dalam hatinya berharap kebahagiaan ini jangan sampai berakhir. Sudah dua bulan ini dia membatasi jam praktiknya agar bisa berkumpul bersama keluarga dan bermain bersama putrinya, Gil.Tapi berbeda dengan Richie. Dia mencoba mengerti dengan kebahagiaan Azura dan Reno hanya bisa menatap dari kejauhan kebahagiaan mereka. Dia ingin sekali menghampiri putranya, memeluk putranya, dan mengatakan kalau dia sangat mencintai Gilbert Rexy Geraldo melebihi apapun di dunia ini.Hingga Richie datang menemui Reno di rumah sakit. Dia ingin meminta sekali saja bersama baby Gil lalu dia akan merelakan semuanya.“Ada apa kamu
Setelah pemeriksaan intensif dengan baby Gil oleh tim dokter barulah Luis merasa lega. Baby Gil mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan. Reno sangat sedih menatap bayi yang baru berusia sehari itu terbaring lemah di inkubator untuk membuat suhu tubuhnya stabil.Jarum infus masuk ke dalam tangan bayi mungil tersebut sampai suara tangisan terdengar tanpa air mata. Baby Gil diberikan air susu ibu pengganti yang sudah disiapkan oleh pihak rumah sakit untuk memenuhi gizi anak Reno. Keadaan Azura yang masih dipengaruhi oleh obat penenang tidak memungkinkan untuk memberikan ASI untuk anaknya. Mungkin setelah Azura sadar baru dapat memberikan ASI yang semestinya.“Kamu baik-baik saja Ren?” tanya Luis.“Iya Pa, aku baik-baik saja,” ucap Reno.Luis tidak
Selvia sangat kesal terus mendengar suara tangisan anak Azura. Ingin sekali dia membungkam anak tersebut.“Woi diam ga? Kalau ga diam ku bunuh kamu," teriak Selvia.Suara teriakan Selvia terdengar sampai luar rumah yang hanya berdinding kayu tersebut. Richie sudah sangat emosional dia akan keluar mobil tapi ditahan oleh Reno.“Kamu jangan gegabah Richie,” ujar Reno.“Tapi anakku dalam bahaya,” protes Richie.Reno terdiam. Dia menatap Richie yang sangat khawatir pada Gilbert. Rasa jiwa seorang ayah seakan keluar dari di
Keberadaan Selvia tidak diketahui. Selvia tidak ada di apartemen atau di tempat biasa wanita itu berada. Hal tersebut membuat Richie menjadi semakin yakin kalau Selvia lah yang menculik anaknya.Richie mondar-mandir di dalam kantor dengan gelisah. Dia sangat khawatir dengan keadaan putranya apalagi baru saja beberapa jam dilahirkan di dunia ini seharusnya dia menyuruh orang untuk menjaga Azura dan Gilbert. Dia juga kesal pada Reno, Reno tidak bisa menjaga Azura dengan semestinya.Dering telepon Richie pun berbunyi."Hallo bagaimana?" tanya Richie."Saya masih melakukan pencarian Tuan, alamat yang kamu berikan sudah kosong sejak seminggu yang lalu sepertinya wanita itu sudah merencanakan ini semua dan wanita di cctv itu memang Selvia," ujar Hans.
Beberapa hari kemudianAkhirnya hari yang dinantikan Reno dan Azura tiba juga, Azura akan melahirkan anak pertama mereka. Reno menemani Azura di ruangan bersalin, tak tega melihat wajah kesakitan istrinya."Abang sakiiit." Azura mengeluh pada Reno."Tarik napas lalu buang sayang, ingat saat kamu senam hamil. Ayo sayang aku ada disini selalu menemanimu," kata Reno memberi semangat pada Azura."Sakiiit Bang.. ini semua gara-gara kamu" teriak Azura."Iya sayang ini semua gara-gara aku, ayoo sayang ambil nafasnya dorong lagi.""Bang sakiit… coba Abang ga bercinta ini ga mungkin sakit.”"Iya Sayang semua salah