Keheningan mengapungkan kenangan, mengembalikan cinta yang hilang, menerbangkan amarah, mengulang manis keberhasilan dan indah kegagalan. Hening menjadi cermin yang membuat kita berkaca-suka atau tidak pada hasilnya. - Dewi Lestari-
Kepingan-kepingan ingatan tentang masa lalu membuat Richie selalu terbayang pada Azura. Dia yang dulu berusia 15 tahun datang bersama Bella menuju ke rumah Azura.
Flashback
Bella dan Megan sahabat sekolah dari sekolah menengah pertama sampai mereka berkuliah. Bella yang berlibur ke Indonesia segera berkunjung ke rumah Megan bersama dengan anak kembarnya, Reno dan Richie.
Menatap keindahan pekarangan rumah keluarga Geraldo membangkitkan kenangan Richie tentang masa kecilnya. Masa kecil yang seharusnya membahagiakan terasa begitu menyakitkan bagi Richie. Dengan langkah berat dia menapakkan kakinya berjalan perlahan masuk ke dalam rumah yang seharusnya terasa nyaman tapi menyakitkan.Senyuman seorang wanita paruh baya yang selalu tampak cantik di usianya yang tidak lagi muda, tapi selalu membuat Richie merasakan kasih sayang tanpa batas. Bella menyambut salah satu putra kembarnya dengan pelukkan hangat. Pelukkan Bella membuat hati Richie terasa sakit, apakah dia bisa bahagia walau memiliki segudang dosa yang bahkan dia sendiri sulit untuk menghitungnya.“Kamu makan dulu yaa Ichie,” ujar Bella.“Masakan Mama selalu aku rindukan. Aku akan selalu memakan apapun yang Mama masak,” ucap Richie.
Reno sangat bahagia saat mendapatkan telepon dari Bella yang mengatakan kalau Richie telah kembali. Dia berencana akan membawa Azura menemui kembarannya. Sehingga jadwal praktiknya untuk sore hari dia batalkan. Dia pun menghubungi Azura akan menjemput istrinya untuk ke rumah sang ibu mertua. Tentu saja Azura sangat senang bisa ke rumah ibu mertuanya, sudah 2 minggu mereka tidak saling bertemu.Sesampainya di rumah keluarga Geraldo, Reno terburu-buru masuk ke dalam rumah meninggalkan Azura yang terkejut Reno beda dari biasa langsung menuju lantai 2 menemui Richie yang berada di dalam kamarnya. Bagaimanapun dia merindukan kembarannya dan hubungan mereka walau sering bertengkar, tapi saling membutuhkan.Di saat Azura ikut masuk ke dalam rumah, dia men
Reno menemani Azura yang terbaring lemah di atas ranjang. Dia terus menggenggam erat tangan Azura berharap istrinya segera sadar. Bella yang juga berada di sisi Azura dan Reno menatap dengan khawatir. Kenapa menantunya bisa jatuh pingsan di usia kandungannya sudah 6 bulan?“Permisi Bu, dokter Andri sudah datang,” ujar salah satu asisten rumah tangga.“Suruh ke sini,” ujar Bella.Richie mendengar kalau dokter yang dipanggil Bella sudah datang segera keluar dari kamarnya bersembunyi di balik pintu kamar Reno. Dokter Andri merupakan dokter SPOG atau dokter kandungan sengaja di panggil Bella untuk memeriksa keadaan Azura. Walau Reno yang juga merupakan seorang dokter sudah mengatakan kalau keadaan Azura hanya kelelahan, tapi Bella tidak mempercayainya. Dan apa yang dikatakan Reno juga sama seperti yang dikatakan Dokt
Reno menatap Selvia dengan sedih. Dia terus menggenggam tangan Selvia berharap wanita yang masih dicintainya baik-baik saja. Suara erangan Selvia terdengar membuat Reno semakin khawatir.“Sel, apa yang kamu rasakan?” tanya Reno.“Reno…” Suara Selvia terdengar lemah.“Kenapa kamu melakukan ini Sel.”“Reno…” Selvia menangis menatap Reno.Reno menjadi tidak sampai hati dengan keadaan Selvia. Dia membelai dengan lembut tangan Selvia berharap semua akan baik-baik saja.“Sakit Ren, sakit banget,” ujar Selvia masih men
Richie pergi dari rumah keluarga Geraldo setelah mendengar jerit tangis Azura kemarin. Dia lebih baik ke apartemennya saja dari pada harus berhadapan dengan Reno dan Azura. Perut buncit Azura semakin membuatnya terluka dan marah. Walau seharusnya dia tahu kalau Azura istri Reno, tapi tetap saja dia tidak bisa menerimanya.Dia teringat saat Luis memutuskan bahwa Reno lah yang akan menikahi Azura padahal Luis tahu kalau dia menyukai Azura.Flashback“Papa, aku yang lebih dulu mengenal Azura,” protes Richie.“Lalu kenapa? Apa kamu pikir Azura pantas dengan lak
Kenangan-kenangan indah membawa kita hanyut dalam perasaan rindu. Tidak mudah melupakan seseorang yang selalu menemani selama ini. Hubungan yang seharusnya berakhir di saat sudah memiliki pasangan lain menjadi terulang kembali. Sulit untuk menghapus semua kenangan indah yang pernah terjadi.Selvia sudah terbangun terlebih dahulu dibandingkan Reno. Dia menatap Reno dengan senyuman penuh arti, benar dugaannya kalau Reno pasti tidak akan membiarkan dirinya sendirian. Dia teringat saat merasa putus asa sewaktu Reno tidak membalas pesannya.FlashbackSelvia merasa resah dan gelisah sendiri sambil menatap ponselnya. Reno hanya membalas pesannya ala kadarnya. Bahkan saat dia menghubungi Reno, lelaki itu tidak menjawab teleponnya.“Sial! Kalau begini Reno bisa kabur dari aku,” gerutunya dengan geram.
Dengan amarah dan kecewa Reno menuju rumah keluarga Geraldo untuk menemui Luis, Papanya. Dia tidak pernah menyangka pria yang sangat dihormatinya dalang dibalik perpisahannya dengan Selvia.Sesampainya di rumah dia segera mencari Luis yang sedang sarapan bersama Bella, Mamanya. Bella tersenyum menyambut kedatangan Reno yang datang secara tiba-tiba.“Tidak seperti biasanya Ren, kamu datang pagi-pagi begini. Sudah sarapan belum? Mana istrimu?” tanya Bella.Mendengar perkataan Bella membuat Reno tersadar kalau dia melupakan Azura. Tapi permasalahannya dengan Luis lebih penting daripada Azura untuk saat ini, dia yakin Azura baik-baik saja selama ada Richie. Entah apa yang dilakukan Richie mungkin saja berpura-pura menjadi dirinya agar Azura tidak curiga kalau dia tidak pulang tadi malam.“Papa,
Ada perasaan menyesal tentang masa lalu walau tidak dapat mengubah semuanya, begitu pula dengan perasaan kekhawatiran tidak dapat mengubah masa depan yang sulit untuk diketahui orang seorang manusia. Begitulah yang dirasakan Reno, dia sangat menyesal telah membuat hidup Selvia menjadi hancur.Di saat dia berada di depan rumahnya malah ada perasaan semakin bersalah pada Azura. Di satu sisi dia masih mencintai Selvia, tapi ada cinta juga untuk Azura. Terjebak oleh masa lalu membuatnya sulit untuk menatap masa depan.Bertemu Azura membuatnya semakin tidak enak, dia menghindari tatapan Azura yang melihatnya dengan heran.“Bang, tadi pagi ke mana? Aku bangun tidur Abang udah ga ada?” tanya Azura.Reno teringat tadi malam Richie menggantikan dirinya jadi dia harus berpura-pura seakan pergi pagi-pagi lalu kembali lagi.
Seusai itu senja jadi sendu awan pun mengabu Kepergianmu menyisakan duka dalam hidupku 'Ku memintal rindu menyesali waktu mengapa dahulu Tak kuucapkan aku mencintaimu sejuta kali sehari Walau masih bisa senyum Namun tak selepas dulu Kini aku kesepian Kamu dan segala kenangan Menyatu dalam waktu yang berjalan Dan aku kini sendirian Menatap dirimu hanya bayangan Tak ada yang lebih pedih
Tak lama Bella dan Luis datang ke rumah sakit, mereka langsung menemui Azura. Azura hanya terdiam menatap lantai dengan pandangan kosong. Dia tidak pernah menyangka akan mengalami musibah seperti ini. Baru saja 2 tahun dia bahagia bersama Reno tapi sekarang jadi seperti ini."Ada apa ini Azura, kenapa Renk bisa seperti ini?" tanya Bella dengan khawatir."Aku... aku..." Azura tak sanggup berkata-kata lagi air mata terus mengalir di pipinya.Bella memeluk Azura. Dia mengerti perasaan menantunya yang tidak menyangka Reno bisa seperti ini. Luis tidak sabar menunggu kabar dari Dokter yang menangani Reno.“Aduh lama banget sih. Ngapain aja mereka,” ucap Luis gelisah.Mereka hanya saling diam sambil memanjatk
Keesokan harinyaDi saat Reno akan berangkat kerja Gil malah menangis. Dia tidak ingin Reno meninggalkannya membuat Reno tidak tega pada putranya."Mau cama papa, papa ga boleh pelgi.” Gil menarik tangan Reno.Reno menggendong Gil lalu berkata, “Gil mau sama ikut Papa?" tanya Reno."Cama Papa… Papa."Reno tidak tega menolak keinginan Gil. Dia pun tidak jadi berangkat ke rumah sakit demi menemani putranya."Bang apa ga masalah kamu ga
2 tahun kemudianTanpa terasa waktu berlalu dengan cepat. Pernikahan Azura dan Reno sudah 2 tahun begitu juga dengan usia Gil yang menginjak 2 tahun.“Sayang, kamu kenapa kok pucat sekali wajahmu?” tanya Reno khawatir keadaan Azura.“Ga tau nih Bang sudah 3 hari aku selalu mual dan muntah-muntah kali pagi,” jawab Azura.Reno teringat kejadian di Sydney dulu persis seperti keadaan Azura saat ini. Dia berpikir mungkin saja Azura hamil. Dia akan memastikan keadaan Azura hamil atau tidak agar tidak bimbang.“Kita ke dokter yaa pagi ini sekalian ikut ke rumah sakit,” ujar Reno.“Iya Bang.”
Tiga bulan kemudianUsia baby Gil sudah 3 bulan. Azura sudah tidak seperti dulu lagi dia banyak tersenyum seakan kebahagiaan selalu menghampirinya. Dalam hatinya berharap kebahagiaan ini jangan sampai berakhir. Sudah dua bulan ini dia membatasi jam praktiknya agar bisa berkumpul bersama keluarga dan bermain bersama putrinya, Gil.Tapi berbeda dengan Richie. Dia mencoba mengerti dengan kebahagiaan Azura dan Reno hanya bisa menatap dari kejauhan kebahagiaan mereka. Dia ingin sekali menghampiri putranya, memeluk putranya, dan mengatakan kalau dia sangat mencintai Gilbert Rexy Geraldo melebihi apapun di dunia ini.Hingga Richie datang menemui Reno di rumah sakit. Dia ingin meminta sekali saja bersama baby Gil lalu dia akan merelakan semuanya.“Ada apa kamu
Setelah pemeriksaan intensif dengan baby Gil oleh tim dokter barulah Luis merasa lega. Baby Gil mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan. Reno sangat sedih menatap bayi yang baru berusia sehari itu terbaring lemah di inkubator untuk membuat suhu tubuhnya stabil.Jarum infus masuk ke dalam tangan bayi mungil tersebut sampai suara tangisan terdengar tanpa air mata. Baby Gil diberikan air susu ibu pengganti yang sudah disiapkan oleh pihak rumah sakit untuk memenuhi gizi anak Reno. Keadaan Azura yang masih dipengaruhi oleh obat penenang tidak memungkinkan untuk memberikan ASI untuk anaknya. Mungkin setelah Azura sadar baru dapat memberikan ASI yang semestinya.“Kamu baik-baik saja Ren?” tanya Luis.“Iya Pa, aku baik-baik saja,” ucap Reno.Luis tidak
Selvia sangat kesal terus mendengar suara tangisan anak Azura. Ingin sekali dia membungkam anak tersebut.“Woi diam ga? Kalau ga diam ku bunuh kamu," teriak Selvia.Suara teriakan Selvia terdengar sampai luar rumah yang hanya berdinding kayu tersebut. Richie sudah sangat emosional dia akan keluar mobil tapi ditahan oleh Reno.“Kamu jangan gegabah Richie,” ujar Reno.“Tapi anakku dalam bahaya,” protes Richie.Reno terdiam. Dia menatap Richie yang sangat khawatir pada Gilbert. Rasa jiwa seorang ayah seakan keluar dari di
Keberadaan Selvia tidak diketahui. Selvia tidak ada di apartemen atau di tempat biasa wanita itu berada. Hal tersebut membuat Richie menjadi semakin yakin kalau Selvia lah yang menculik anaknya.Richie mondar-mandir di dalam kantor dengan gelisah. Dia sangat khawatir dengan keadaan putranya apalagi baru saja beberapa jam dilahirkan di dunia ini seharusnya dia menyuruh orang untuk menjaga Azura dan Gilbert. Dia juga kesal pada Reno, Reno tidak bisa menjaga Azura dengan semestinya.Dering telepon Richie pun berbunyi."Hallo bagaimana?" tanya Richie."Saya masih melakukan pencarian Tuan, alamat yang kamu berikan sudah kosong sejak seminggu yang lalu sepertinya wanita itu sudah merencanakan ini semua dan wanita di cctv itu memang Selvia," ujar Hans.
Beberapa hari kemudianAkhirnya hari yang dinantikan Reno dan Azura tiba juga, Azura akan melahirkan anak pertama mereka. Reno menemani Azura di ruangan bersalin, tak tega melihat wajah kesakitan istrinya."Abang sakiiit." Azura mengeluh pada Reno."Tarik napas lalu buang sayang, ingat saat kamu senam hamil. Ayo sayang aku ada disini selalu menemanimu," kata Reno memberi semangat pada Azura."Sakiiit Bang.. ini semua gara-gara kamu" teriak Azura."Iya sayang ini semua gara-gara aku, ayoo sayang ambil nafasnya dorong lagi.""Bang sakiit… coba Abang ga bercinta ini ga mungkin sakit.”"Iya Sayang semua salah