"Lagu ini gue persembahkan buat seorang gadis istimewa yang baru-baru ini hadir dalam hidup gue tanpa terduga. Selamat menikmati penampilan dari gue, Rodrigo Gunadharma Sutedja, IPA-12-A. Three ... two ... one!" ujar Igo yang duduk di tengah panggung setinggi dua meter dengan stand by mic dan gitar listrik model akustik.
Suara petikan merdu gitar seakan-akan membius para penonton di depan panggung. Cuaca kota Bandung Barat yang sedikit mendung menambah syahdu suasana.
"Waktu pertama kali kulihat dirimu hadir, rasa hati ini inginkan dirimu. Hati tenang mendengar suara indah menyapa geloranya hati ini tak ku sangka. Rasa ini tak tertahan, hati ini selalu untukmu. Terimalah lagu ini dari orang biasa. Tapi cintaku padamu luar biasa. Aku tak punya bunga, aku tak punya harta. Yang kupunya hanyalah hati yang setia tulus padamu!" Diam-diam Igo sengaja menatap wajah Ciara sambil menyanyikan lagu 'Cinta Luar Biasa' dari Andmesh Kamaleng yang beg
"Pa, besok acara tujuh hari selamatan meninggalnya mendiang ayah kamu lho. Pulang dari RRC kapan?" tanya Nyonya Wina di telepon internasional. Memang tarifnya mahal jadi mereka tak bisa berlama-lama, mama Ciara dan Alex pun berbicara seperlunya.Pak Hartono yang sedang menemani Cindy berjalan-jalan di Shanghai menikmati keindahan kota metropolitan sambil berbelanja ria merasa terlalu cepat jika harus pulang malam ini juga dengan pesawat. "Ma, maaf ya. Acara kirim doa buat mendiang papa di-handle kamu aja dulu ya. Nanti yang 40 hari baru deh Papa bantu. Urusan di sini masih belum kelar, mohon pengertian Mama!" kilah suaminya itu."Ckk ... sebenarnya Mama mulai curiga kalau Papa ada main serong sama si Cindy, sekretaris kamu itu! Apa suaminya kagak nyariin kalau pergi ke luar negeri sama pria lain berhari-hari, hmm?" ujar Nyonya Wina dengan nada keras."Ya ampun, Mama ... jangan nuduh yang nggak-nggak dong. Ini semua
Setelah mengetahui hubungan Igo dan Ciara yang sebenarnya, teman-teman segenk Igo pun menjadi lebih perhatian bila kebetulan bertemu Ciara. Mereka segera datang menolong bila gadis itu memiliki kesulitan.Ketika sedang berada di perpustakaan untuk belajar materi pelajaran, Igo sengaja mengajak Jacky ke tempat yang sepi sambil memilih buku di rak. "Bro, gue bisa minta tolong ke elo kagak?" ucap Igo sambil meraih sebuah buku pilihannya."Bisa-bisa aja, apaan sih?" sahut Jacky yang juga sedang melihat-lihat judul buku berderet di rak perpustakaan."Hotel punya bokap lo namanya apa sih? Gue butuh buat reservasi dinner di restonya sama mau nginep semalam di sana!" ujar Igo lirih sembari mendekati Jacky. Dia tak ingin ada orang yang tak sengaja mencuri dengar pembicaraan mereka."Ohh ... gue paham. Nama hotelnya Grand Pesona Pasundan. Lo kirim detail request buat menu dinner, butuh cake ultah kagak? Chefny
"Go, hotel bokap gue tuh ada sky garden resto and lounge di rooftop lantai tujuh. Kalo lo mau, bisa gue suruh bagian perlengkapan bikin spot khusus buat meja lo sama Ciara biar kepisah sama tamu yang lainnya. Maklum, malming mah rame pengunjung!" tawar Jacky saat mereka berdua naik lift untuk survey ke resto Hotel Grand Pesona Pasundan."Wah, boleh banget tuh, Bro. Thanks before ya!" sahut Igo antusias. Dia ingin besok menjadi hari yang tak terlupakan bagi mereka berdua. Sebelum menjalani ritual suci pasangan halal, Igo ingin Ciara merayakan ulang tahun ke 18 yang spesial bersamanya."TING.""Yuk keluar, Go!" ajak Jacky lalu mereka berdua menemui manager sky garden resto and lounge, Pak Fadli Sitanggang."Selamat siang, Mas Jacky. Apa ada yang bisa saya bantu?" sapa manager yang masih berusia awal 30 tahun tersebut kepada putra owner hotel tempatnya bekerja."Met siang juga
"Mbak, tolong gaun merah ini dibungkus ya pake gift box dan dikasi pita!" titah Igo kepada pramuniaga butik di mall. Dia sedang hunting kado special untuk Ciara."Siap, Mas. Tolong ditunggu sebentar ya!" jawab pramuniaga butik dan gift shop yang berada di satu gerai dalam salah satu mall besar di kota Bandung.Setelah kado untuk Ciara dibungkus, Igo membayar sesuai nota di kasir lalu menenteng plastik berisi bingkisan tadi. Ketika melewati toko perhiasan, Igo ragu-ragu hingga dia yakin untuk masuk ke sana."Selamat sore, Mas. Ada yang bisa saya bantu?" sapa pramuniaga The Palace yang berpakaian resmi dari perusahaan perhiasan logam mulia brand nasional itu dengan senyuman ramah."Hai, sore juga, Bu. Maaf merepotkan, apa bisa dibantu mencari cincin couple untuk pasangan yang sudah menikah?" balas Igo seraya duduk di kursi tunggal di seberang etalase berisi deretan cincin yang berpasangan.
Pagi-pagi benar Nyonya Wina diantarkan oleh Alex ke rumah keluarga Sutedja. Mereka membawa Black Forest cake buatan Nyonya Wina sendiri untuk merayakan ulang tahun Ciara."Ulang tahun Cia tahun ini berbeda banget ya, Ma. Selain papa masih ada di luar negeri, si Cia udah jadi bini orang!" celetuk Alex spontan sambil menyetir mobilnya.Tanpa sadar air mata Nyonya Wina menetes dari sudut matanya. Dia segera mengambil selembar tissue di dashboard. Alex yang agak terkejut melihat reaksi mamanya pun berkata, "Ma, kalau boleh Alex tanya, apa benar papa selingkuh sama sekretarisnya?"Pertanyaan putra sulungnya itu serasa meremas-remas hati Nyonya Wina. Dengan lidah kelu, wanita paruh baya yang masih nampak awet muda itu menjawab, "Mama nggak tahu pastinya, Alex. Sepertinya begitu karena nggak wajar sudah sepuluh hari belum pulang juga dari RRC. Buat apa selama itu untuk perjalanan bisnis yang tujuannya nggak jelas?"
Setelah Nyonya Wina dan Alex pamit pulang seusai makan siang bersama di rumah keluarga Sutedja. Pasangan muda itu naik kembali ke kamar, Igo pun berkata, "Tungguin di kamar sebentar ya. Gue mau ambil kado ulang tahun lo!" "Wah ... jadi nggak sabar deh, kepo apa hadiah dari Igo!" sorak Ciara kegirangan.Tak sampai lima menit pemuda itu kembali dengan bingkisan di balik punggungnya. Igo menghampiri Ciara yang duduk di tepi ranjang lalu berlutut menyerahkan hadiah istimewanya. "Princess Ciara, terimalah kado dariku!" ucap Igo."Cayankku, apa ini sebuah gaun?" tanya Ciara dengan senyuman manis menatap wajah Igo."Buka aja, Beib!" jawab Igo. Dia menunggu hingga Ciara membongkar pita dan perekat kotak hadiah itu."Wah ... cantik banget dressnya!" desah kagum Ciara.Igo pun berkata, "Kubantu pakai dress itu yuk sebelum kita berangkat ke hotel buat candle light dinner!""Hahh? Di hotel? Kencan makan malam aja atau—"Igo mendorong tubuh Ciara hingga rebah di kasur. Dia memagut bibir gadis itu
(Warning! Bab ini dapat menyebabkan dewasa sebelum waktunya. Sesuaikan usia kalian ya, Para Pembaca yang Baik Hati.)"Waahh!" Ciara menutup mulutnya dengan telapak tangan ketika menapaki kamar pengantin bersama Igo.Di hadapannya nampak kamar berinterior lengkap nan mewah yang telah dihiasi kain berwarna putih, pink, dan ungu di langit-langit. Aroma wangi bunga segar memenuhi udara dalam kamar karena vas-vas kaca berisi air dengan bunga mawar merah segar rimbun ditempatkan di beberapa titik sebagai penyejuk mata.Lampu kamar yang disetel remang-remang membuat suasana menjadi lebih privat bagi pasangan yang akan memadu kasih di malam yang indah ini.Igo meraih ponselnya dan memutar lagu 'Die With A Smile' dari Bruno Mars dan Lady Gaga yang hits belakangan ini. Dia melingkari pinggang Ciara lalu mengajak Ciara berdansa sebentar agar suasana tegang lenyap."Gue harap lo suka d
"Ya ampun udah jam satu pagi aja, Go!" ucap Ciara ketika melirik jam dinding di kamar hotel. "Aakh ... mmhh ... uumm!" Suara-suara alami yang meluncur dari mulut Ciara menyelingi deru napas Igo yang sedang mendekapnya dari belakang di atas sofa.Igo tak peduli jam berapa sekarang, mereka toh besok libur sekolah karena Minggu. Batang panjang beruratnya terasa begitu pas di gua becek nan hangat milik Ciara. "Sampai pagi ya, Beib?" goda Igo sambil memilin-milin pucuk mangga kembar yang ranum di telapak tangannya."Ngantuk deh, kita bobo dulu habis yang ini. Lo apa kagak capek? Nanti gue lecet kalo kebanyakan disodokin begitu sama lo!" protes Ciara sekalipun dia suka juga milik suaminya yang mantap."Okay, biar sama-sama istirahat ya!" sahut Igo menurut saja dengan permintaan Ciara. Dia mengecupi tengkuk dan leher Cia yang basah oleh peluh."Punya lo apa kagak linu sih, Go? Kita udah lima kali ganti gaya lho, ngeri amat!" tanya Ciara mencemaskan aset berharga suaminya. Kalau terlalu mengu
"Mbok, jangan halangi saya pergi!" teriak Cindy sembari berusaha mendorong tubuh renta Mbok Parni yang menghalanginya membawa koper besar dan beberapa tas jinjing."Tuan Besar sudah pesan tadi, Bu Cindy tolong ya jangan bawa barang apa pun kalau memang ngeyel pergi malam ini!" sergah Mbok Parni. Cindy tetap nekad dan dia mendorong Mbak Parni hingga terjatuh ke lantai yang keras. Sayangnya tepat pada waktu itu Pak Hartono memasuki ruang tengah."Tuan Besar!" panggil Mbok Parni sambil mengusap-usap bokong kurusnya yang memar terbentur lantai. "Iya. Serahkan saja ke saya. Panggilkan satpam di depan ya, Mbok!" titah Pak Hartono. Tatapan matanya mengunci sosok Cindy. Dia menghampiri wanita jahat dan matre itu lalu menampar keras wajahnya hingga Cindy tertoleh ke samping."Mas!" seru Cindy memegangi pipinya yang panas dan memerah karena cap lima jari tangan.Pak Hartono berteriak menggelegar, "DASAR PELACUR MURAHAN!!" Iphone seri terbaru di tangan Cindy dirampas lalu dibanting hingga peca
"Welcome to our campus!" ujar teman sekamar Igo di asrama mahasiswa MIT. Pemuda asal Jepang itu mendapat beasiswa penuh sama seperti Igo yang kebetulan satu jurusan juga. Dia mengulurkan jabat tangannya ke Igo, "Kenalkan, namaku Hideo Takajima. Baru sampai di sini dua hari lalu!""Aku Rodrigo Gunadarma Sutedja. Asalku dari Indonesia. Mungkin kamu akan lebih mudah mengingat nama panggilanku. Igo, itu saja!" balas Igo ramah. Hideo akan menjadi teman sekamarnya untuk waktu yang entah berapa lama."Nice, aku suka nama yang singkat. Mudah diingat dan wajahmu seperti bintang film, Bro. Keren sekali!" puji Hideo sembari duduk di lantai kamar beralas karpet. Kemudian Igo membongkar kopernya yang berisi pakaian, barang-barang pribadi, dan makanan kering yang sengaja ditaruh oleh Mama Tami ke dalam bawaannya. Dia pun mulai mengirim telepati dengan penuh konsentrasi ke Ciara, berharap jarak yang luar biasa jauh tak menghilangkan kemampuan istimewa itu.'Beib, hai ... apa lo denger suara gue? In
Seusai resmi menjadi suami Nyonya Wina, pengusaha tajir melintir itu membawa anak dan istrinya tinggal bersama di rumah megah bak istana yang ada di tengah kota Bandung. Memang sebelum Igo berangkat ke Massacussets, Amerika, Ciara tetap tinggal di kediaman Sutedja. Namun, nanti setelah suaminya berangkat kuliah ke luar negeri, Ciara akan tinggal bersama keluarga barunya.Hari demi hari yang dilewati selama sebulan itu bergulir begitu cepat sehingga tanggal keberangkatan Igo tersisa di besok sore penerbangannya."Cayank, gue nggak rela rasanya elo pergi besok!" ucap Ciara di balkon kamar mereka di lantai dua malam itu. Angin malam yang berhembus membuat hati terasa membeku. Ciara bergidik sedikit, Igo segera mengambil jaket untuk menghangatkan istrinya. "Lo jaga kesehatan selama kita LDR. Jangan ilang kontak sama Gabe dan Renata kalo lo lagi di luar rumah!" pesan Igo.Kepala Ciara terangguk pelan. Air mata merembes melalui sudut matanya. Igo makin berat saja meninggalkan si cantik imu
"Pengantinnya sudah boleh turun ya, tamu-tamu sudah memadati meja pesta!" kata Bu Ursula kepada Ciara melalui HT."Okay, copy! Kami akan langsung turun dengan pengantin, Bu Ur!" sahut Ciara lalu memberi kode ke Mama Wina dan Papa Reynold bahwa sudah saatnya acara dimulai di venue party.Pasangan yang tak lagi muda itu nampak berbinar-binar wajahnya. Sedikit unik karena bridesmaid semuanya ibu-ibu berbadan subur dengan beberapa anak sudah remaja."Mbak Wina, kamu cantik sekali lho ngalah-ngalahin yang dua puluhan!" puji Tante Anjali dengan nadanya yang selalu khas rumpi."Kakak pertama kita 'kan memang awet muda sih, Anjali!" sahut Tante Merry yang membantu mengangkat ekor gaun putih panjang Mama Wina.Dalam lift Pak Reynold yang dikerubuti kaum ibu-ibu hanya bisa memasang senyum tipis. Istrinya meliriknya gemas lebih dikarenakan dia santai dan tidak jelalatan matanya. Tangan halus yang terasa sejuk itu berada di genggaman telapak tangan lebar Pak Reynold saat lift berbunyi tanda samp
Kabar bahwa Mama Wina dan Pak Reynold telah sepakat menikah membuat anak-anak mereka turut bergembira. Bahkan, Vincent mendesak agar perayaan pernikahan segera diselenggarakan. Dia berencana mengajak Grandpa Damon Hawkins terbang ke Indonesia untuk menghadiri acara spesial sekali seumur hidup ayah kandungnya tersebut.Masih dalam suasana libur kenaikan kelas serta kelulusan, Ciara dan Alex serta Igo membantu persiapan pesta dengan memilih menu katering, dekorasi bunga, dan entertainment. Rencananya memang lokasi pesta resepsi di taman belakang Hotel Wonderful Paris Van Java sesuai permintaan Mama Wina agar budget tak berlebihan. Namun, tetap representatif untuk menjamu tamu kolega calon suaminya yang notabene pengusaha sukses."Bu Ursula, kami sudah putuskan warna kain dekorasi nuansa putih, kuning, dan jingga. Maknanya sekalipun usia mulai senja, tetapi masih bersinar indah!" tutur Ciara usai berdiskusi dengan kakaknya dan Igo.Pimpinan Wedding Organizer (WO) yang bernama Bu Ursula i
"Halo, Wina. Gimana kalau kamu jalan-jalan denganku saja karena anak-anak asik proom night di sekolah sampai larut malam 'kan?" ajak Pak Reynold melalui telepon HP."Halo, Mas Rey. Iya, nggakpapa. Mau berangkat jam berapa nih?" sahut Nyonya Wina santai. Dia melirik jam dinding di kamar hotel sudah menunjukkan pukul 19.30 WIB."Aku naik sekarang jemput kamu di sana, oke?" balas Pak Reynold lalu mengakhiri telepon ketika menerima jawaban positif dari teman kencannya malam ini. Pria matang berparas rupawan itu segera naik lift menjemput Nyonya Wina.Bunyi bel dua kali membuat wanita yang telah siap bepergian dengan penampilan anggun simple seperti gaya biasanya. Dia membuka pintu kamar hotel dan sempat merasakan jantungnya seolah terhenti sejenak ketika melihat pria di hadapan matanya."Ehh ... apa tempat yang akan kita datangi harus mengenakan pakaian resmi, Mas?" tanya Nyonya Wina melihat Pak Reynold Subrata dalam setelan tuxedo silver grey dengan dasi merah maroon."Kamu mengenakan ba
"Oke, Guys. Di malam yang penuh kenangan ini, kita akan menyaksikan beberapa penampilan istimewa dari kakak-kakak senior idola SMA Teruna Negeri. Tanpa membuang waktu lagi, kita panggil Kak Igo, Kak Alex, Kak Jacky, Kak Kevin, dan Kak Mike ke atas panggung!" Sabrina Elvira, anak kelas 11-B yang dipercaya menjadi MC proom night memanggil genk Auto Drift."Show time, Genks!" ucap Igo penuh percaya diri memimpin rekan-rekannya naik ke pentas.Jeritan histeris siswi-siswi SMA Teruna Negeri dan siulan para adik kelas membuat para jajaka Bandung itu makin bersemangat membagikan penampilan terakhir mereka sebagai bagian SMA Teruna Negeri.Igo memberikan kehormatan kepada Alex untuk memberikan sepatah dua patah kata sambutan atas penampilan pamungkas mereka berlima. Dia siap duduk di kursi dengan gitar listrik akustik dan stand by mikrofon. Alex pastinya dengan biola pribadi yang dia bawa sendiri. Jacky duduk di atas kotak perkusi siap menabuh sesuai irama lagu. Sedangkan, Mike bermain bass g
"TOK TOK TOK." Igo mengetok pintu kamar mamanya dengan tak sabar. Pasalnya, pendamping proom night pemuda itu sedang disandera oleh Mama Tami untuk dimake-over wajah dan rambutnya."Mama, lama amat sih di dalem!" seru Igo senewen. Dia merasa Ciara sudah cantik tanpa perlu didandani heboh.Sementara itu Mama Tami dan Ciara terkikik kompak di depan cermin rias mendengar suara Igo di luar. "Tuh suami kamu, Cia. Baru ditinggal kamu satu jam udah heboh si Igo. Hihihi!" ujar Mama Tami."Nggakpapa, Ma. Nanti juga semalaman berdua melulu. Apa dandannya sudah kelar?" jawab Ciara sambil tersenyum memandangi pantulan bayangan di cermin rias mama mertuanya."Sudah kok. Cantik banget, Igo beruntung mendapat pasangan proom night yang secantik bidadari. Teman-temannya pasti iri!" puji Mama Tami lalu membantu Ciara bangkit dari kursi rias. Dia pun bertanya "Korsasenya belum dibagiin ya sama panitia acara?" "Belum, Ma. Di depan aula sih kata anak OSIS yang ikut panitia proom night!" jawab Ciara sebel
Masih dengan gaun tidur tipisnya Cindy menuruni tangga lantai dua ke bawah. Hari sudah menunjukkan pukul 10.00, matahari sudah tinggi di luar sana. Dia belum juga mandi maupun melakukan aktivitas yang berarti.Pak Hartono yang sedang duduk membaca koran di sofa ruang tengah ditemani secangkir kopi hitam mendengar langkah-langkah wanita itu. Dia pun menutup lembaran koran lalu menyapa wanita kesayangannya, "Pagi, Cindy! Baru bangun ya?""Hoamph ... iya masih ngantuk. Kan dinas semalaman, Mas!" jawab Cindy. Memang tadi malam dia terpaksa melayani Pak Hartono yang menagih jatah untuk diservis."Hohoho. Iya, yang semalam enak deh. Mas demen banget!" sahut pria botak berkumis subur itu menyunggingkan senyuman mesum."Laper nih, Mas. Mbok Parni apa sudah masak sarapan?" Cindy yang duduk manja menyandar di badan Pak Hartono celingukan mencari pelayan tua suaminya itu.Pak Hartono pun me