"Pa, besok acara tujuh hari selamatan meninggalnya mendiang ayah kamu lho. Pulang dari RRC kapan?" tanya Nyonya Wina di telepon internasional. Memang tarifnya mahal jadi mereka tak bisa berlama-lama, mama Ciara dan Alex pun berbicara seperlunya.
Pak Hartono yang sedang menemani Cindy berjalan-jalan di Shanghai menikmati keindahan kota metropolitan sambil berbelanja ria merasa terlalu cepat jika harus pulang malam ini juga dengan pesawat. "Ma, maaf ya. Acara kirim doa buat mendiang papa di-handle kamu aja dulu ya. Nanti yang 40 hari baru deh Papa bantu. Urusan di sini masih belum kelar, mohon pengertian Mama!" kilah suaminya itu.
"Ckk ... sebenarnya Mama mulai curiga kalau Papa ada main serong sama si Cindy, sekretaris kamu itu! Apa suaminya kagak nyariin kalau pergi ke luar negeri sama pria lain berhari-hari, hmm?" ujar Nyonya Wina dengan nada keras.
"Ya ampun, Mama ... jangan nuduh yang nggak-nggak dong. Ini semua
Setelah mengetahui hubungan Igo dan Ciara yang sebenarnya, teman-teman segenk Igo pun menjadi lebih perhatian bila kebetulan bertemu Ciara. Mereka segera datang menolong bila gadis itu memiliki kesulitan.Ketika sedang berada di perpustakaan untuk belajar materi pelajaran, Igo sengaja mengajak Jacky ke tempat yang sepi sambil memilih buku di rak. "Bro, gue bisa minta tolong ke elo kagak?" ucap Igo sambil meraih sebuah buku pilihannya."Bisa-bisa aja, apaan sih?" sahut Jacky yang juga sedang melihat-lihat judul buku berderet di rak perpustakaan."Hotel punya bokap lo namanya apa sih? Gue butuh buat reservasi dinner di restonya sama mau nginep semalam di sana!" ujar Igo lirih sembari mendekati Jacky. Dia tak ingin ada orang yang tak sengaja mencuri dengar pembicaraan mereka."Ohh ... gue paham. Nama hotelnya Grand Pesona Pasundan. Lo kirim detail request buat menu dinner, butuh cake ultah kagak? Chefny
"Go, hotel bokap gue tuh ada sky garden resto and lounge di rooftop lantai tujuh. Kalo lo mau, bisa gue suruh bagian perlengkapan bikin spot khusus buat meja lo sama Ciara biar kepisah sama tamu yang lainnya. Maklum, malming mah rame pengunjung!" tawar Jacky saat mereka berdua naik lift untuk survey ke resto Hotel Grand Pesona Pasundan."Wah, boleh banget tuh, Bro. Thanks before ya!" sahut Igo antusias. Dia ingin besok menjadi hari yang tak terlupakan bagi mereka berdua. Sebelum menjalani ritual suci pasangan halal, Igo ingin Ciara merayakan ulang tahun ke 18 yang spesial bersamanya."TING.""Yuk keluar, Go!" ajak Jacky lalu mereka berdua menemui manager sky garden resto and lounge, Pak Fadli Sitanggang."Selamat siang, Mas Jacky. Apa ada yang bisa saya bantu?" sapa manager yang masih berusia awal 30 tahun tersebut kepada putra owner hotel tempatnya bekerja."Met siang juga
"Mbak, tolong gaun merah ini dibungkus ya pake gift box dan dikasi pita!" titah Igo kepada pramuniaga butik di mall. Dia sedang hunting kado special untuk Ciara."Siap, Mas. Tolong ditunggu sebentar ya!" jawab pramuniaga butik dan gift shop yang berada di satu gerai dalam salah satu mall besar di kota Bandung.Setelah kado untuk Ciara dibungkus, Igo membayar sesuai nota di kasir lalu menenteng plastik berisi bingkisan tadi. Ketika melewati toko perhiasan, Igo ragu-ragu hingga dia yakin untuk masuk ke sana."Selamat sore, Mas. Ada yang bisa saya bantu?" sapa pramuniaga The Palace yang berpakaian resmi dari perusahaan perhiasan logam mulia brand nasional itu dengan senyuman ramah."Hai, sore juga, Bu. Maaf merepotkan, apa bisa dibantu mencari cincin couple untuk pasangan yang sudah menikah?" balas Igo seraya duduk di kursi tunggal di seberang etalase berisi deretan cincin yang berpasangan.
Pagi-pagi benar Nyonya Wina diantarkan oleh Alex ke rumah keluarga Sutedja. Mereka membawa Black Forest cake buatan Nyonya Wina sendiri untuk merayakan ulang tahun Ciara."Ulang tahun Cia tahun ini berbeda banget ya, Ma. Selain papa masih ada di luar negeri, si Cia udah jadi bini orang!" celetuk Alex spontan sambil menyetir mobilnya.Tanpa sadar air mata Nyonya Wina menetes dari sudut matanya. Dia segera mengambil selembar tissue di dashboard. Alex yang agak terkejut melihat reaksi mamanya pun berkata, "Ma, kalau boleh Alex tanya, apa benar papa selingkuh sama sekretarisnya?"Pertanyaan putra sulungnya itu serasa meremas-remas hati Nyonya Wina. Dengan lidah kelu, wanita paruh baya yang masih nampak awet muda itu menjawab, "Mama nggak tahu pastinya, Alex. Sepertinya begitu karena nggak wajar sudah sepuluh hari belum pulang juga dari RRC. Buat apa selama itu untuk perjalanan bisnis yang tujuannya nggak jelas?"
Setelah Nyonya Wina dan Alex pamit pulang seusai makan siang bersama di rumah keluarga Sutedja. Pasangan muda itu naik kembali ke kamar, Igo pun berkata, "Tungguin di kamar sebentar ya. Gue mau ambil kado ulang tahun lo!" "Wah ... jadi nggak sabar deh, kepo apa hadiah dari Igo!" sorak Ciara kegirangan.Tak sampai lima menit pemuda itu kembali dengan bingkisan di balik punggungnya. Igo menghampiri Ciara yang duduk di tepi ranjang lalu berlutut menyerahkan hadiah istimewanya. "Princess Ciara, terimalah kado dariku!" ucap Igo."Cayankku, apa ini sebuah gaun?" tanya Ciara dengan senyuman manis menatap wajah Igo."Buka aja, Beib!" jawab Igo. Dia menunggu hingga Ciara membongkar pita dan perekat kotak hadiah itu."Wah ... cantik banget dressnya!" desah kagum Ciara.Igo pun berkata, "Kubantu pakai dress itu yuk sebelum kita berangkat ke hotel buat candle light dinner!""Hahh? Di hotel? Kencan makan malam aja atau—"Igo mendorong tubuh Ciara hingga rebah di kasur. Dia memagut bibir gadis itu
(Warning! Bab ini dapat menyebabkan dewasa sebelum waktunya. Sesuaikan usia kalian ya, Para Pembaca yang Baik Hati.)"Waahh!" Ciara menutup mulutnya dengan telapak tangan ketika menapaki kamar pengantin bersama Igo.Di hadapannya nampak kamar berinterior lengkap nan mewah yang telah dihiasi kain berwarna putih, pink, dan ungu di langit-langit. Aroma wangi bunga segar memenuhi udara dalam kamar karena vas-vas kaca berisi air dengan bunga mawar merah segar rimbun ditempatkan di beberapa titik sebagai penyejuk mata.Lampu kamar yang disetel remang-remang membuat suasana menjadi lebih privat bagi pasangan yang akan memadu kasih di malam yang indah ini.Igo meraih ponselnya dan memutar lagu 'Die With A Smile' dari Bruno Mars dan Lady Gaga yang hits belakangan ini. Dia melingkari pinggang Ciara lalu mengajak Ciara berdansa sebentar agar suasana tegang lenyap."Gue harap lo suka d
"Ya ampun udah jam satu pagi aja, Go!" ucap Ciara ketika melirik jam dinding di kamar hotel. "Aakh ... mmhh ... uumm!" Suara-suara alami yang meluncur dari mulut Ciara menyelingi deru napas Igo yang sedang mendekapnya dari belakang di atas sofa.Igo tak peduli jam berapa sekarang, mereka toh besok libur sekolah karena Minggu. Batang panjang beruratnya terasa begitu pas di gua becek nan hangat milik Ciara. "Sampai pagi ya, Beib?" goda Igo sambil memilin-milin pucuk mangga kembar yang ranum di telapak tangannya."Ngantuk deh, kita bobo dulu habis yang ini. Lo apa kagak capek? Nanti gue lecet kalo kebanyakan disodokin begitu sama lo!" protes Ciara sekalipun dia suka juga milik suaminya yang mantap."Okay, biar sama-sama istirahat ya!" sahut Igo menurut saja dengan permintaan Ciara. Dia mengecupi tengkuk dan leher Cia yang basah oleh peluh."Punya lo apa kagak linu sih, Go? Kita udah lima kali ganti gaya lho, ngeri amat!" tanya Ciara mencemaskan aset berharga suaminya. Kalau terlalu mengu
"Cin, tolong pesenin minum lagi dong. Air mineral botol aja deh!" Pak Hartono yang sedang menikmati Nasi Lemak di gerai makanan yang ada di airport Kuala Lumpur, Malaysia. Pesawat mereka transit dari Beijing ke Jakarta di sana selama dua jam. "Oke, Mas. Sebentar ya!" pamit Cindy lalu melenggang menuju ke bagian kasir sekalipun antrean pembeli cukup panjang di sana.Handphone wanita tersebut tergeletak begitu saja di atas meja bersebelahan dengan tas belanjaan. Pak Hartono pun tergoda untuk melakukan sidak (inspeksi dadakan). Dia ingin tahu isi galeri dan juga aplikasi pesan istri simpanannya itu.Kening pria berumur itu pun berkerut dalam karena melihat foto-foto dirinya sedang seranjang di hotel bersama Cindy. "Ckk ... sialan. Buat apa semua foto-foto intim kami ini ada di galeri HP Cindy?!" bisiknya dongkol disertai rasa curiga yang menyeruak di dadanya.Ketika Cindy kembali menyerahkan sebotol air mineral dingin kepada Pak Hartono, segera pria itu menghardiknya, "Hehh! Buat apa ka
"Raymond, kamu di mana, Nak?!" seru Nyonya Wina memanggil putra bungsunya yang berusia tujuh tahun itu karena mereka sekeluarga akan berangkat bersama-sama ke New York pagi ini.Suara derap kaki yang berat dibalut sepatu boots menuruni tangga kayu dari lantai dua kediaman Subrata. "I'm coming, Mom!" jawab Raymond dengan napas terengah-engah.Pak Reynold yang sedang membaca pesan di ponselnya dari Vincent segera bangkit dari sofa ruang tengah. "Yuk kita berangkat sekarang biar nggak ketinggalan pesawat!" ajak pria berusia lebih dari setengah abad tersebut.Cleopatra yang telah beranjak remaja berjalan merangkul bahu adik kandung seayahnya menuju ke mobil. "Wow, aku tak sabar untuk bertemu Cedric dan Beryl!" ujar gadis itu seraya naik ke bangku belakang mobil Alphard putih bersama Raymond.Sementara itu di Amerika, Ciara dan Igo sekeluarga yang kini beranggotakan ayah ibu dengan sepasang putra putri tersebut sudah tiba di Bandara John F. Kennedy. Mereka memenuhi ajakan Vincent untuk men
"Congrats ya, Lindsey. Gue kagak nyangka lo bakal jadi kakak ipar gue lho. Sabar-sabar sama abang gue yang super rese dan kadang kurang sensitif sama cewek!" ujar Ciara heboh di telepon saluran internasional.Lindsey tertawa cekikikan menanggapi perkataan sobat kentalnya itu. "Udah kena wamil gue tiga tahun pacaran sama abang lo tuh. Mami papi minta nunggu gue wisuda S1 baru kami dibolehin nikah. Penginnya pas merid tuh di undangan sama-sama ada tittle sarjananya di belakang nama kami masing-masing. Bang Alex keren bisa lulus kuliah daring di luar negeri. Gue bangga punya calon suami yang berpendidikan tinggi dan mapan secara finansial di usianya yang masih muda!" puji gadis manis berlesung pipit itu."Kalian serasi dan saling dukung. Salut gue sama lo, Lind! Oya, gue hampir lupa mau say thank you ... gue denger dari Bang Alex, lo yang selama ini nemenin Papa Tono berobat rutin ke rumah sakit sampai sembuh. Asli, gue utang budi banyak sama elo. Malahan gue yang anaknya kagak bisa nger
Sekitar pukul 06.00 waktu Boston, Ciara mengerang sekuat tenaga dipandu oleh dokter Obsgyn yang bertugas membantu proses persalinannya. "Oeeekk!" Suara nyaring bayi berjenis kelamin laki-laki itu membuat Mama Wina dan Papa Reynold bersama Cleo di lorong depan ruang persalinan terkejut bercampur senang. "Udah lahiran kayaknya si Cia, Mas! Syukur kalau lancar prosesnya," ujar Mama Wina dengan binar bahagia di wajahnya. Cucu pertamanya yang made in Boston itu begitu berkesan karena dia jaga kehamilannya selama sembilan bulan.Dari arah lift nampak Vincent yang berjalan dalam langkah cepat menghampiri orang tuanya. "Gimana Ciara, Ma, Dad?" tanyanya cemas."Baru saja melahirkan tuh. Nah, susternya mau bersihin Baby Cedric sebelum disusui sama Cia!" jawab Mama Wina penuh senyuman. Anak sambungnya itu memang sangat perhatian kepada Ciara seperti adik kandung sendiri.Vincent menunggu semua proses pasca persalinan selesai sampai diizinkan masuk menengok Ciara ke dalam kamar. Dia melihat Igo
Dari bulan ke bulan kehamilan Ciara semakin menampakkan bentukan perut buncitnya. Dia masih rajin kuliah karena memang pendidikannya dibiayai beasiswa dari kampus. Presensi dalam setiap mata kuliah sangatlah penting untuk penilaian tanggung jawab mahasiswa. Sementara itu Igo sudah memasuki semester akhir di kuliahnya, sibuk menyusun skripsi. Jadwal sidang skripsinya ditentukan minggu ini. Dia tetap menjaga dan mengurusi istrinya yang sedang hamil besar. Seperti sore ini pasangan muda tersebut berjalan-jalan di taman kota yang nampak indah karena sedang musim semi. Tangan Igo menggenggam telapak tangan mungil berjemari lentik itu sembari berjalan menyusuri jalan setapak di antara tanaman bunga serta pepohonan yang daunnya menghijau."Sudah empat musim lengkap gue berada di Boston, Cayank. Rasanya kangen juga sama Bandung. Kenangan kita di hutan anggrek Cikole, perkebunan teh, pemandian air panas, dan juga glamping yang terakhir tuh berkesan banget!" ujar Ciara seraya menoleh menatap
Selama kuliah di kampusnya, Ciara tidak begitu berkonsentrasi dengan pemaparan dosennya. Hasil USG kehamilannya positif. Dia akan menjadi mama di usia 20 tahun. Muda sekali!Ciara takut dia akan mengalami baby blues syndrome dan menjadi tantrum. Kecemasannya yaitu kehamilan serta hadirnya bayi akan mengganggu kuliahnya dan juga kuliah Igo.Sebuah pesan masuk ke HP Ciara. Ternyata Igo sudah memberi kabar bahagia itu ke Mama Wina. "Cia, kamu jaga kehamilan pertama ini dengan hati-hati. Mama dan Papa Rey akan terbang ke Boston besok pagi waktu Indonesia. Sepertinya kami akan menetap di Amerika sampai kamu melahirkan dan bayi kalian bisa makan bubur selain ASI.""Sepertinya Cia memang butuh bantuan Mama. Cia kuatir kehamilan ini akan ngeganggu kuliahku dan Igo juga. Lalu Papa Rey apa bisa meninggalkan pekerjaannya di Indonesia, Ma? Cia nggak pengin ngerepotin semua orang!" ketik Ciara membalas pesan mamanya."Nanti Papa Rey yang bakalan bolak-balik US-Indonesia. Kasihan Bang Alex juga kal
Seperti yang dikatakan Igo, barang-barangnya di asrama mahasiswa hanya dua koper besar saja. Tak butuh waktu lama untuk memindahkan itu semua ke apartemen yang akan dihuni oleh mereka berdua.Siang harinya Ciara memasak bahan yang ada di kulkas dapur. Vincent menyediakan beras juga di tempat penyimpanan bahan memasak di sana. Adiknya tak perlu kebingungan membeli bahan memasak untuk sementara.Ciara memang dibawakan bumbu-bumbu rempah instan oleh Mama Wina yang pastinya praktis. Dia memasak rendang daging sapi dan perkedel kentang dengan nasi putih sebagai menu makan siang.Igo yang sudah selesai membongkar koper menemani Ciara memasak di meja dapur sambil mengobrol. Dia penasaran juga seperti apa hasil masakan istri kecilnya yang nampak percaya diri. "Jadwal kuliah kita mungkin sama saat memulai tahun ajaran baru perkuliahan, Cia. Ada baiknya besok kalo lo ke kampus nanya ke senior yang baik butuh apa aja untuk mahasiswa tingkat pertama. Arsitektur pastinya butuh alat menggambar 'ka
"Cleo, Kakak Cia mau pergi sekolah jauh. Jangan lupain Kakak ya!" Ciara menggendong adik bungsunya yang baru berusia satu tahunan. Matanya berkaca-kaca karena harus meninggalkan bayi lucu yang selama ini menemaninya menjalani LDR dengan Igo.Seolah dia tahu ada sesuatu yang menyedihkan yang membuat mata Ciara berkaca-kaca, Baby Cleo menangis kencang di gendongan kakaknya."Yaelah, Cia. Kok adek lo malah dibikin nangis sih!" omel Igo yang segera mengambil alih adik ipar kecilnya itu. Dia mengajak Baby Cleo berjalan-jalan di taman belakang rumah kediaman Subrata. "Tungguin gue dong, Cayank. Bukan maksud gue mau bikin Cleo nangis. Kali dia tahu gue lagi sedih aja!" kelit Ciara. Aroma tanaman bunga melati yang menenangkan menguar di udara. Sedikit membuat hati Ciara lebih tenang.Igo pun mengerti dengan apa yang dirasakan oleh istrinya. Meninggalkan keluarga untuk menuntut ilmu di luar negeri memang tak mudah. Dia sudah mengalami itu sebelumnya. Hari-hari kangen masakan Indonesia terutam
Kenaikan kelas ke tingkat terakhir jenjang SMA telah berhasil dilalui Ciara. Dia membuktikan kepada Igo bahwa dirinya pun cerdas dan bisa berprestasi. Memang pada akhirnya keaktifannya di tim basket sekolah harus dilepas. Ciara lebih memilih main basket biasa bersama teman-temannya saja dibanding menjadi kapten tim basket yang dituntut fokus berlatih di lapangan setiap hari.Igo pun mendukung pilihan Ciara, dia yang menyarankan agar istri kecilnya memilih prioritas untuk mengejar cita-citanya menjadi arsitek. Beberapa brosur elektronik dari perguruan tinggi di kota Cambridge, Massacussets yang mempunyai fakultas arsitektur dikirimkan Igo melalui email.Beberapa kampus yang memberikan beasiswa program sarjana dikirimi lamaran oleh Ciara. Hari-harinya sibuk dengan persiapan ujian kelulusan dan memantau aplikasi lamaran beasiswanya ke beberapa kampus yang sekota dengan Igo.Pak Reynold pun mendukung usaha Ciara. Bahkan, dia mengatakan akan membiayai kuliah putri sambungnya ke Amerika sea
"Permisi, Pak Satpam. Saya mau ketemu Mas Hartono!" ujar Cindy yang membawa bungkusan plastik berisi buah segar di depan pintu gerbang."Ohh ... kamu lagi rupanya. Maaf, pesan dari Bapak langsung. Kata beliau kalo lihat Cindy langsung usir, jangan kasih masuk dengan alasan apa pun!" jawab satpam kediaman Sasmita tanpa berkompromi.Wajah Cindy nampak kecewa berat. Pasalnya, dia ingin mencari simpati dari Pak Hartono lagi setelah sempat berselingkuh dengan Devan dan diusir dari rumah megah itu tempo hari. Namun, tanpa barang-barang mewah yang mendukung penampilannya, jelas saja Devan curiga. Zaman sekarang mencari pria yang tulus sulit sekali, kebanyakan hanya modus dan sebagian lainnya melihat apa yang dimiliki sehingga membuat tertarik."Nitip buah apel dan jeruk ini saja deh buat Mas Hartono, Pak. Bilang kalau Cindy yang kirim sendiri!" pesan perempuan itu pada akhirnya sebelum berjalan kaki meninggalkan depan pintu gerbang yang tertutup rapat.Penyesalan mulai muncul di belakang set