Share

BAB 39: Teman Lama

Penulis: Asayake
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Naomi duduk di kursi paling belakang sebuah bus, gadis itu melihat jalanan yang di lintasinya dengan samar, air mata tidak bisa berhenti terjatuh membasahi wajahnya.

Bibir mungil Naomi terlihat gemetar mengeluarkan ringisan kesakitan, kakinya berdenyut ngilu karena sudah terlalu banyak berjalan, saking jauhnya Naomi berlari untuk kabur, kini kakinya kembali bengkak.

Kedatangan Cassandra sama sekali tidak dapat membuat Naomi senang, Cassandra hanya menambah ketakutan untuk diri Naomi.

Naomi sangat kecewa karena Cassandra mencoba mengambil celah di tengah-tengah kesusahan yang dialami oleh Naomi dan Magnus. Cassandra tidak pernah berubah, dia masih saja berusaha berpikir untuk mempermalukan Magnus dan berusaha melihat Magnus sengsara dengan memaksa membawa Naomi pergi. Cassandra selalu saja berpikir bahwa kekayaan yang dia miliki akan memikat Naomi untuk bisa menjadi dekat dengannya.

Tangan Naomi gemetar meremas permukaan pakaiannya, bibirnya tertutup rapat mencoba untuk tidak menim
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 40: Menemukan Naomi

    Benedic menopang dagunya, memperhatikan Naomi yang saat ini tidak dapat di ajak berbicara karea lahap makan. Sepanjang perjalanan menuju restaurant Naomi tidak banyak berbicara, gadis itu hanya membungkam sedih dan kebingungan. Benedic sudah mendengar kabar jika bisnis keluarga Naomi sedang mendapatkan guncangan, tapi Benedic tidak pernah tahu jika keadaan Naomi juga akan menjadi seperti ini. Naomi, dia adalah gadis yang manis penuh keceriaan, dia disukai banyak orang atas kebaikannya. Wajah Naomi terkenal cantik, namun sikapnya yang baik jauh lebih cantik dari wajahnya. Naomi memiliki kehidupan yang sangat baik, dikelilingi banyak teman dan hidup dalam kemakmuran, siapapun mungkin tidak akan percaya bahwa gadis yang dulu terlihat sempurna itu akan berada di posisi yang seperti ini. “Naomi, jika sudah makan, kita ke rumah sakit. Sepertinya kakimu membengkak,” Benedic angkat suara. Naomi menelan makanannya, gadis itu menatap Benedic dengan mata berbinar. “Apa kau tidak keberatan?”

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 41: Jealous

    Tubuh Naomi terayun dalam pelukan Benedic, kebaikan pria itu membuat Naomi merasa nyaman dan sangat percaya, apalagi mereka sudah saling mengenal dalam waktu yang lama. Naomi dan Benedic saling mengenal sejak sekolah menengah atas. Tidak jarang, dulu mereka juga sering menghabiskan waktu bersama sekadar bermain dan pergi liburan. Kepala Naomi mendongkak, gadis itu menatap Benedic tanpa henti. Sudah cukup lama mereka tidak bertemu, rasanya seperti sebuah keajaiban karena bisa kembali bertemu dengan Benedic tepat ketika Naomi membutuhkan bantuan. Benedic sudah meneraktirnya makanan lezat hingga membuat Naomi kenyang, dan kini dia hendak mengantar Naomi pergi ke rumah sakit untuk memeriksa kakinya. Naomi bersyukur, Tuhan selalu memberinya jalan keluar disetiap kesulitan yang dia hadapi melalui bantuan orang-orang yang datang tidak terduga. “Berhentilah menatapku Naomi, aku bisa salah sangka nantinya,” ucap Benedic yang menyadari jika sedari tadi Naomi terus menatapnya. “Kau sepert

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 42: Sebuah Cerita

    Axel membukakan pintu untuk Naomi, masih tidak berkata apapun pria itu menarik tubuh Naomi dengan mudah menggendongnya.s Keterdiaman Axel yang cukup lama membuat Naomi merasa tidak nyaman, apalagi pria itu terbiasa berbicara meski terkadang banyak kata-kata menyebalkan yang keluar dari mulutnya. Kepala Naomi menengadah, gadis itu memperhatikan Axel yang memasang ekspresi dinginnya. “Kau marah padaku?” tanya Naomi memberanikan diri. Axel tidak menjawab, harga dirinya terinjak bila ketahuan marah hanya karena Naomi berada di sisi pria lain dan orang lain menjadi penyelamat pertamanya. Keterdiaman Axel yang tetap memilih membisu membuat Naomi sedih dan merasa bersalah. “Aku minta maaf sudah merepotkamu Axel. Kau jangan marah ya, aku mohon,” bisik Naomi terdengar merengek. “Katakan padaku denga jujur, apa yang sebenarnya terjadi dan mengapa kau pergi kabur,” tuntut Axel ingin tahu. “Tadi, saat aku menunggu Roan. Ibuku tiba-tiba ada di kota ini, ibuku membujukku dan ingin membawaku p

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 43: Membujuk Naomi

    Gips di kaki Naomi terlepas, kakinya terlihat membengkak ketika di buka. Dokter yang sudah memeriksa keadaan Naomi menyarankan gadis itu untuk duduk di ranjang seharian penuh agar bisa mengistirahatkan kakinya yang terluka. Bahkan doker tidak menganjurkan Naomi menggunakan tongkat kruk dalam beberapa hari, dokter menyarankan Naomi menggunakan kursi roda selama beberapa hari. Apa yang sudah dikatakan oleh dokter kali ini mulai menjadi perhatian Axel. Pria itu sempat menemui sang dokter dan berbicara secara khusus dengannya. Di sisi lain, kini Naomi tengah tebaring istirahat usai mendapatkan obat penenang dan penghilang rasa sakit dari dokter yang sudah menanganinya. Ketegangan dan perasaan tidak menentu yang sempat Naomi rasakan perlahan hilang, gadis itu terlihat mendapatkan ketenangannya kembali karena kini dia berada di rumah Axel lagi. Tidak akan ada lagi orang yang bisa memaksanya pergi. Naomi terbaring dengan lemah, gadis itu mengambil sesuatu dari bawah bantalnya dan mengelu

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 44: Pagi Berdua

    David membawa koran pagi dan setumpuk surat yang dia dapat dari kotak pos. Pria paruh baya itu berjalan, berkeliling rumah untuk memeriksa pekerjaan orang-orang sebelum pergi ke ruangan kerja Axel. Tidak adanya Axel di ruangan kerja sedikit mengejutkan David, padahal biasanya Axel sudah duduk di kursi kerjanya setiap pagi setelah selesai aktivitas olaharaga. Axel selalu terbangun secara teratur di jam empat pagi, dia memilih berolahraga hingga fajar muncul, setelah mandi dia akan langsung bekerja sambil menunggu sarapan paginya. Axel adalah seseorang yang sangat pekerja keras, suatu keanehan bila di pagi seperti ini dia tidak ada di ruangan kerjanya. David sempat bekeliling lagi untuk mencari Axel di ruangan gym, kolam renang dan ruang makan. Anehnya Axel masih tidak ada. Langkah kaki David bergerak cepat begitu tersadar sepanjang pagi ini juga dia belum menemui Naomi. David harus memeriksanya dan menanyakan keadaannya, bisa-bisa Teresia mengomelinya karena tidak memperhatikan Na

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 45: Provokasi

    Setelah melewati pejalanan yang cukup jauh, tidak berapa lama akhirnya Teresia sampai di depan rumah Magnus. Teresia melangkah keluar setelah pintu di sisinya dibukakan oleh sang sopir. Kedatangan Teresia disambut oleh Harvey, assistant pribadi Magnus yang kini berdiri di depan pintu. “Selamat pagi Nyonya, selamat datang,” Harvey sedikit membungkuk memberi hormat dan mengulurkan tangannya mengajak bersalaman. “Selamat pagi, Harvey.” “Mari, saya antar Anda bertemu dengan tuan Magnus,” kata Harvey sambil menggerakan tangannya menggunakan bahasa isyarat. Teresia mengangguk samar, wanita itu tidak lagi berbicara, namun matanya meneliti keadaan sekitar rumah Magnus. Ini untuk pertama kalinya Teresia datang ke rumah Magnus, biasanya mereka selalu bertemu di luar. Ada sesuatu yang aneh Teresia rasakan, Teresia menyadari ada sesuatu yang terjadi hanya dengan melihat senyuman lebar dan mata getir Harvey. Harvey mempersilahkan Teresia masuk ke dalam rumah dan menuntunya pergi ke ruangan

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 46: Negosiasi

    “Apa yang harus kita lakukan?” Axel mengusap dagunya mulai berpikir apa yang harus mereka lakukan terlebih dahulu. “Mungkin sentuhan fisik, seperti bergandengan tangan dan berpelukan, banyak tersenyum satu sama lainnya, dan bersikap lebih lembut.” “Aku sih tidak masalah,” jawab Naomi menggantung. “Tapi kau yang menjadi masalah, apa bisa bersikap sedikit lebih baik dan lembut padaku?” Rahang Axel mengeras, dagu Axel terangkat dengan angkuh dan matanya sedikit menyipit menatap tajam Naomi. “Kau jangan meremehkan kemampuanku.” “Aku tidak meremehkanmu, tapi kan kau terbiasa bicara menyebalkan,” debat Naomi. “Aku tidak akan bicara menyebalkan jika kau bisa mengimbangiku.” Sejenak Naomi terdiam, mencerna ucapan Axel. “Maksudmu apa? Apa aku juga boleh bicara kasar menyebalkan padamu?” Axel menyeringai dan satu alisnya langsung terangkat. “Yang benar saja Naomi, kau mau bersikap kurang ajar pada bosmu sendiri?” Naomi menggeleng tanpa suara, gadis itu segera melanjutkan makan lagi di b

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 47: Sepakat

    Melihat keterdiaman Magnus, Teresia segera mengeluarkan beberapa document dari dalam tasnya dengan stempel dan pensil. “Ini adalah surat peranjian, jika kau menandatangani document ini, aku akan sepenuhnya membantu masalah perusahaanmu hari ini juga.” Magnus menelan salivanya dengan kesulitan, perlahan Magnus menuliskan sesuatu lagi di tabletnya dan menunjukannya kepada Teresia. “Tapi saya belum menyetujui sepenuhnya pernikahan bisnis antara Naomi dan Axel.” Teresia tersenyum lembut. “Itu memang benar.” “Lalu, mengapa Anda memberikan document itu?” Tubuh Teresia menegak, wanita itu menatap Magnus dengan serius, lalu berkata, “Aku mengajukan surat ini agar kita sama-sama bisa tenang satu sama lainnya. Ada baiknya rencana perjodohan ini kita lakukan saja di belakang Axel dan Naomi. Kita tidak perlu lagi memaksa mereka untuk bersama karena keduanya sudah bersama dengan sendirinya. Tugas hanya mendukung hubungan mereka berdua.” Kening Magnus mengerut samar masih tidak mengerti jalan

Bab terbaru

  • Skenario Perjodohan Bisnis   END

    Keduanya saling memandang dalam diam, Axel meraih wajah Naomi dan mengusapnya dengan hati-hati. “Aku minta maaf karena datang terlambat, kau pasti kecewa kepadaku.” Naomi memejamkan matanya, merasakan usapan lembut Axel di wajahnya, gadis itu menarik napasnya dalam-dalam dan perlahan membuka kembali matanya, menatap lekat mata Axel yang terlihat bersedih dan kecewa kepsada dirinya sendiri. Axel tidak puas kepada dirinya sendiri karena dia sudah datang terlambat dan tidak bisa menemani Naomi di saat-saat dia sedang terjatuh. “Aku sangat menyesal karena tidak bisa benar-benar menjagamu,” bisik Axel penuh sesal. Naomi tersenyum samar, dia tidak tahu harus berkata apa karena hari ini suka dan duka telah datang secara bersmaan dalam kehidupannya. Axel yang dia tunggu telah datang, melamarnya dihadapan Magnus, namun disisi lain Naomi juga harus mengantar kepergian Magnus dan harus merelakannya. “Naomi, apa kau marah padaku?” tanya Axel pelan. “Tidak, aku justru berterima kasih karena

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 151: Lamaran

    “Apa aku boleh berbicara dengan ayahmu berdua saja?” tanya Axel penuh kehati-hatian, dia takut Naomi masih marah kepadanya dan menolak permintaan Axel.Naomi menelan salivanya dengan kesulitan, desakan ingin menangis dan perasaan yang lega begitu kuat memenuhi hatinya. Naomi tertunduk mengusap air matanya yang tidak bisa dihentikan.Naomi sangat lega karena ternyata Axel peduli kepadanya dan mau datang.Naomi mengangguk tanpa mampu berkata-kata, memberi izin Axel untuk bisa berbicara berdua dengan ayahnya.Naomi melangkah pelan, melewati Axel yang berada di depan pintu, tiba-tiba langkah itu terhenti begitu Naomi merasakan pergelangan tangannya digenggam oleh Axel.Wajah Naomi terangkat, menatap lekat Axel. “Tidak, sepertinya kau harus berdiri di sisiku, kau juga harus mendengarkan apa yang ingin aku katakan,” ucap Axel lagi memperhatikan gerak gerik mata Magnus.Naomi membalikan badannya dengan ragu, pintu ruangan Magnus kembali tertutup dan orang-orang menunggu di depan ruangan.Ax

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 150: Kedatangan Axel

    Hans berdiri dengan senyuman puasnya, melihat Hutton yang digelandang keluar dari mobil kepolisian dan disambut oleh banyak media karena kontroversi yang dilakukannya dalam melancarkan aksi kejahatan.Hutton terhuyung-huyung dengan perban yang menghalangi kedua matanya, begitu pula dengan wajahnya yang kini sebagian terbungkus kain kasa.Semprotan cabai yang Axel buat berhasil membuat Hutton mengalami masalah dengan penglihatannya hingga membuat dia tidak bisa melihat untuk sementara waktu.Kedua tangan dan kaki Hutton diborgol, langkah terhuyung-huyung dijaga oleh kepolisian dan dikejar oleh wartawan yang membutuhkan keterangan darinya secara langsung. Hutton diperlakukan seperti penjahat kelas berat.Bibir Hutton menekan kuat, membungkam dengan rasa malu hebat dan jiwa yang terguncang. Kehidupannya hancur dalam waktu semalam, Hutton sungguh tidak akan menyangka jika dia akan berada di titik seperti ini dalam hidupnya.“Pengacara kita sudah sudah datang,” ucap Sharen yang berdiri di

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 149: Menangkap Hutton

    “Bajingan, kau sudah berhasil menghancurkan hidupku! Kau pikir aku akan diam saja hah!” geram Hutton mengayunkan pisaunya, refleks Axel menghadangnya dengan handpond di tangannya dan berhasil membuat handpone itu mati seketika.Napas Axel tertahan di dada, pria itu terlalu terkejut karena tiba-tiba saja seseorang akan menyerangnya.“Sialan!” maki Hutton menarik pisaunya.Axel bergeser mundur mencoba menciptakan jarak, butuh waktu beberapa detik untuk Axel tesadar jika orang yang hendak menyerangnya adalah Hutton. “Kenapa kau menutupi wajah jelekmu? Apa kau tidak ingin aku melihat ketakutan di wajah busukmu?”Rahang Hutton mengetat, dengan kasar dia melepaskan maskernya dan melemparkannya ke lantai.Axel menelan salivanya dengan kesulitan melihat tatapan bringas Hutton yang sudah dikuasai oleh amarah, Axel bergerak kembali mundur begitu Hutton mendekat dan mengayunkan pisaunya, kali ini Axel berhasil menangkisnya dengan menendang kaki Hutton agar dia kehilangan keseimbangan.Dengan Axe

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 148: Kedatangan Hutton

    Hutton melajukan mobilnya dengan kencang melewati jalanan, wajahnya yang babak belur terlihat di antara cahaya lampu jalan-jalan. Bola mata Hutton bergerak tajam melihat ke sekitar dengan penuh kewaspadaan karena kini wajahnya terpampang jelas di berbagai televisi gedung dan diumumkan jika kini Hutton adalah seorang buronan yang sudah melakukan kejahatan berbagai pembunuhan, pencucian uang dan sudah melakukan kekerasakan kepada isterinya.Tangan Hutton mencengkram kuat kemudi menahan amarah, dia tidak bisa pergi keluar negeri menggunakan pesawat jika wajahnya sudah terpampang dan di umumkan sebagai buronan.“Sialan!” maki Hutton memukul kemudi. Hutton tidak menyangka jika seluruh negeri mulai tahu dia penjahat, dan semua orang akan mengenali wajahnya.“Bajingan itu, aku harus menghabisinya,” bisik Hutton dengan penuh amarah.Hutton tidak terima jika seluruh usahanya selama ini harus hancur berkeping begitu saja di bawah kaki Axel. Seharusnya tidak seperti ini, seharusnya Axel yang tum

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 147: Keputusan

    “Bajingan!” Jennie terisak dengan suara yang tidak jelas karena mulunya terikat, wanita itu berusaha bergerak melepaskan diri dari ikatan tali yang mengekang tangan dan kedua kakinya pada ranjang.Tubuh Jennie terlihat memiliki banyak memar yang sudah ditinggalkan Hutton, pria paruh baya itu sudah berbuat kegilaan yang tidak terduga. Dia memperkosa Jennie berulang kali sebelum meninggalkannya dengan membawa semua uang, perhiasan hingga mobilnya.Bibir Jennie gemetar hebat, wajah cantiknya terlihat basah penuh oleh air mata merasakan seluruh tubuhnya yang sakit dan lemah tidak memiliki banyak kekuatan untuk melepaskan diri dan bergerak.Hati Jennie sangat hancur, dia merasa jijik kepada dirinya sendiri karena sudah disentuh layaknya pelacur oleh Hutton. Jennie marah kepada dirinya sendiri, dan kini dia hanya bisa memaki dirinya sendiri karena sudah salah mengambil keputusan dan terlibat dalam kehidupan Hutton.Jennie menyesal, andai saja dia tidak serakah dan mengambil keputusan yang s

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 146: Permintaan

    Genggaman lemah tangan Magnus kian tidak lagi dirasakan tenaganya, Naomi tidak berhenti memandangi wajah Magnus yang terbaring tidak sadarkan diri meski sudah mendapatkan pertolongan.Dokter yang menangani Magnus tidak mengatakan apapun dan hanya bisa menyemangati Naomi seakan memberi isyarat jika kemungkinan keadaan Magnus sudah sangat parah.Naomi mengusap wajah pucat Magnus dengan gemetar, berharap jika sepasang mata Magnus kembali terbuka dan mereka bisa bertatapan.“Masih ada banyak hal yang ingin aku lakukan dengan Ayah, tolong cepatlah sembuh agar aku bisa memasak untuk Ayah dan menemani Ayah pergi memacing, menghabiskan waktu di danau dengan membawa mobil van. Bukankah itu semua sangat ingin Ayah lakukan?” bisik Naomi dengan suara bergetar. “Aku mohon, buka mata Ayah.”Naomi menyeka air matanya dan menggenggam lebih kuat tangan Magnus, kebingungan semakin membuatnya tidak tahu harus berbuat apa selain menunggu Magnus membuka mata dan berharap jika Axel datang menemuinya.Mungk

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 145: Serba Salah

    Ketika Axel datang ke rumah sakit, dia sudah menemukan keberadaan Armon yang duduk seorang diri. Pemuda itu duduk di kursi terlihat menangis dengan tangan yang terbungkus sapu tangan, Armon tidak beranjak dari tempatnya hanya untuk menunggu kabar Rihana sekarang yang masih belum diketahui kepastiannya.Rihana mengalami kebocoran di kepalanya, dia juga mengalami luka di tulang lehernya yang mengharuskan Rihana menjalani operasi.Armon sangat takut jika terjadi sesuatu kepada ibunya karena sejak Armon mengantar Rihana ke rumah sakit, dia tidak sadarkan diri. “Apa yang sebenarnya telah terjadi?” tanya Axel dengan napas tersenggal usai berlari cukup jauh.Wajah Armon terangkat, pemuda itu mengusap wajahnya yang basah oleh air mata, sulit untuk membendung kesedihan yang dia rasakan, hingga membuat Armon tidak peduli untuk menangis di depan umum meski dia seorang pria.Dengan lemah Armon berdiri.“Duduklah,” titah Axel.Dengan patuh Armon duduk kembali, sementara Axel ikut duduk di samping

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 144: Kesialan

    Begitu pintu terbuka, tanpa permisi Hutton langsung masuk, dia butuh tempat persembunyian sementara waktu karena Rihana dibawa ke rumah sakit, besar kemungkinan dokter yang menangani dan Armon juga akan melaporkan kejadian malam ini kepada polisi.“Kau memiliki dokter pribadi? Aku butuh bantuan.”“Aku akan menghubunginya.”“Obati luka di tanganku dulu, ini sangat perih,” pinta Hutton seraya melepaskan pakaiannya.“Apa yang sudah kau lakukan?” Tanya Jennie memperhatikan luka yang dimiliki Hutton jauh lebih buruk dari apa yang dilihat.Hutton menjatuhkan dirinya ke kursi usai melepaskan pakaiannya dan hanya menyisakan celana panjang. Setelah cukup banyak menghabiskan waktu bersama Jennie, Hutton merasa tidak perlu lagi berpura-pura menjaga martabatanya, lagipula Jennie juga tidak seterhormat yang terlihat.“Istriku sudah membuat kekacauan, karena itulah aku di seperti ini,” jawab Hutton seraya mengusap kepalanya yang sangat sakit berdenyut. Beruntung saja dia masih bisa menjaga kesadara

DMCA.com Protection Status