Mohon maaf dunia milik berdua(*^3^)/~♡ yang lain hanya sewa (╥﹏╥)
“Ok siapa takut.” Tantang Livy masih dengan mulut dipenuhi es krim rasa jeruk.Jawaban wanita ini membuat El geleng-geleng kepala, karena kekasihnya mulai berani nakal. Menurut presdir berjuta pesona, tingkah Livy semakin hari sangat lucu, menghibur pikirannya yang sedang dilanda masalah.“Kalau begitu kita pulang ke penthouse. Kamu harus istirahat, lalu menerima hukuman,” ujar El mengusak surai coklat panjang hingga kusut dan berantakan.Seketika Livy menoleh, merengut karena merasa terganggu. Bibir merah muda selalu menggoda El, ibu hamil ini berhasil menyenangkan hati.Namun, sorot mata Livy beralih jauh ke belakang. Ia menatap sesuatu dengan pandangan berbinar, tak lama mengembalikan pusat perhatian pada kakak iparnya.“Kak El, aku boleh minta sesuatu?” Tanyanya dengan tatapan memelas.“Hem apa lagi? Mau es krim? Memangnya semangkuk itu kurang?” balas El, tidak mengerti keinginan wanita terutama ibu hamil.Pria ini pikir kaum hawa hanya memerlukan uang, uang dan uang, serta kartu s
“Sayang, dari mana saja? Kamu tega El!” tuduh Sonia sembari terisak di depan ruang rawat Tuan Fabregas.Hampir seharian penuh menghabiskan waktu bersama Livy, bahkan libur kerja. Malam ini El kembali ke rumah sakit, tentu setelah memastikan ibu dari anaknya terlelap. Ia sengaja tidak membangunkan Livy, enggan mengganggu waktu tidur berkualitas. Sehingga hanya menuliskan kata-kata di sticky note serta menitip pesan pada maid.“El?” Panggil Sonia karena diabaikan oleh suaminya.Pria ini memilih masuk ke kamar ayah mertua, memeriksa kondisi sebab terakhir kali detak jantung dibawah batas normal. El menatap lekat wajah keriput yang tergolek lemah dipenuhi peralataan medis.“Sonia jaga sikap! Ini rumah sakit, hargai pasien!” tegas El dengan nada serendah mungkin.“Apa? Jaga sikap? Seharusnya kamu yang—“ Sonia tersentak karena El membekap mulut, membawa wanita itu ke sudut ruangan. Memberi peringatan dengan sorot mata menukik tajam. Model cantik memang ketakutan tetapi mengambil kesempat
“Ya ampun bagaimana ini?” Panik Livy.Wanita ini berjalan mundur, bukan tanpa sebab, karena ia mendengar percakapan dari pintu yang mulai terbuka. Ia menyandar pada dinding mencari tempat persembunyian, tiba-tiba saja raganya terdorong ke belakang.“Akh …” Beruntung Livy masih bisa menjaga keseimbangan dan tidak terjatuh. Ia langsung berpegangan pada kursi tunggal di dekatnya lantas berdiri dan menutup pintu.“Menyingkirlah. Aku mau masuk!” “Nyonya, Anda tidak boleh masuk! Tuan tidak di dalam.” “Memangnya kenapa? Aku ini istrinya, dengar ya kamu bisa ku pecat karena berlaku kasar pada istri presdir!” teriak Sonia.Ternyata perdebatan antara Sonia dan sekretaris presdir terjadi, karena wanita itu memaksa masuk. Padahal El telah menitip pesan agar siapa pun tidak menginjakkan kaki di ruangannya, karena Livy tengah di dalam.Sedangkan di balik dinding pembatas, Livy berhasil sembunyi dari kakak angkatnya. Ia mengelus dada, cukup terkejut atas kedatangan Sonia, rasanya benar-benar horor
“Terima kasih, Kak,” ucap Livy dengan suara tertahan pada bibir.Ia memandangi wajah sempurna milik El, jemari lentiknya bermain-main di dahi, dan hidung mancung lantas membelai rahang tegas. Livy melengkungkan senyum setipis benang, entah ia harus berterima kasih atau tidak. Kemarin setelah makan malam, El benar-benar membawanya ke taman kota. Di sana cukup sepi, mengingat hari telah malam. Di luar dugaan pria ini menciumnya di tengah taman. Livy takut ada seseorang yang melihat dan mengambil gambar.Mereka pun pulang ke griya tawang, semula ibu hamil pikir El akan kembali ke mansion, ternyata tidak. Presdir tampan ini malah menemani Livy tidur hingga pagi menyapa.El mengerjap, perlahan membuka mata dan menyapa, “Selamat pagi Livyata … tidurmu nyenyak?” “Iya aku bisa tidur nyenyak,” jawab Livy sembari menganggukkan kepala.Tentu, Livy senang berlama-lama menghirup aroma tubuh kakak iparnya. Berdekatan dengan El membuatnya candu dan menghilangkan rasa mual.“Ah aku lupa … selamat p
Saat ini di kantin rumah sakit, dua orang wanita duduk saling berhadapan. Kesunyian menerpa walau sekeliling cukup ramai dengan suara pengunjung lain.Livy meremas gelas berisi susu segar dingin di tangan. Ia tidak sanggup meneguk, karena Nyonya Torres sudah mengetahui hubungan antara El dan dirinya. Bahkan ia tak bisa menatap kedua manik teduh yang terpancar di depannya.“Bagaimana kabarmu?” tanya Nyonya Pamela dengan suara lembut.Sebelum menjawab, Livy sedikit menegakkan kepala, lantas tersenyum simpul. Ia tahu ke arah mana tatapan wanita paruh baya di hadapannya. “D-dia baik-baik saja Nyonya. Terima kasih,” tandas ibu hamil.“Syukurlah kalian sehat. Aku turut menyesal, maaf Livy karena El…” Nyonya Torres tampak lesu dan bulir bening memenuhi pelupuk mata. Livy menggeleng. “Tidak Nyonya, ini kesalahanku. Seharusnya aku yang minta maaf karena menjadi pengganggu pernikahan Kak El,” sesal Livy.Setelah mendengar pernyataan kakak iparnya barusan, Livy memutuskan untuk menjauh dari keh
“Tapi kamu tidak bisa memiliki istri lebih dari satu El!” Nada suara peringatan teramat keras dan lantang. Sonia berjalan dari ambang pintu menuju ke dalam ruangan. Sebagai Nyonya Torres yang sah ia tidak sudi posisinya digantikan oleh sang adik.“Sonia benar, cucuku memang tak akan memiliki istri lebih dari satu. Tapi El harus bertanggung jawab, anak dalam rahim Livy tetap keturunan kami. Lagi pula kesalahan itu juga tak disengaja,” tegas abuela tidak terduga Bola mata Sonia melotot mendengarnya.“Kamu … sebaiknya pulang, untuk apa datang ke sini?! Menjilat?” ejek Sonia menunjuk wajah adik angkatnya. “Sonia! Jaga ucapanmu Nak!” seru Nyonya Pamela. “Livy ke sini menjenguk Tuan Fabregas, aku yang mengajaknya untuk menemui abuela,” tukasnya.Seketika itu El menolehkan kepala, memandang lekat dan intens wanita di sisinya. Dadanya bergemuruh dan mengatakan jika Livy mendengar percakapan bersama Tuan Fabregas. Sungguh El ingin menjelaskan bahwa kekasihnya telah salah paham.Menyadari dita
“Mau minta uang? Telepon saja istrimu bukan aku!” seru Sonia, bersedekap dada sembari menyandarkan punggung.“Aku rasa Nyonya Muda Torres harus mengetahui hal ini.” Seringai licik seorang pria meletakkan tab ke atas meja.Tadi, saat Sonia sedang duduk santai di ruang rawat Tuan Fabregas. Tiba-tiba wanita itu mendapat panggilan misterius dari seseorang. Dikira, sang suami ternyata bukan, suara seorang lelaki menyebalkan dan tidak berguna.Sergio memaksa Sonia menemuinya di cafe pusat kota, dengan alasan memiliki informasi penting. Sonia pikir, adik iparnya itu mengetahui tentang perselingkuhannya bersama pimpinan redaksi, ternyata bukan.“Apa ini?” Alis tebal Sonia saling tertaut, lantas meraih tab dan menggulir layar menatap garang pada beberapa foto.Model cantik tidak terkejut dengan kedekatan antara suaminya dan adik angkat. Akan tetapi Sonia geram, karena Livy tidak jera, malah bergelayut manja di lengan kekar El.Rahang Sonia mengeras, bahkan setengah melempar benda pipih lebar ke
“Enak?” tanya El memperhatikan Livy mengunyah churros yang dicelupkan ke coklat.“Hu’um, terima kasih ya, Kak.” Livy tidak bisa menutupi kebahagiaannnya. Bukan tanpa sebab, setelah El memainkan melodi klasik yang menenangkan hati, pria ini membawa Livy kembali ke dapur. Meminta bantuan maid menyiapkan serta membuat adonan churros, sedangkan El menggorengnya.Bagaimana Livy bisa kesal kalau El terus bersikap manis seperti ini? Perjuangannya tidak mungkin disia-siakan.Lihat saja punggung tangan presdir tampan terkena cipratan minyak panas, sempat meringis sakit tetapi El menutupinya. Tentu tidak ingin menjatuhkan harga diri di hadapan kekasih hanya karena setitik minyak.“Menurut penelitian, coklat bisa mengubah dan membantu mengatasi suasana hati yang buruk,” tutur El tak berkedip, bahkan coklat di bibir Livy belepotan, sungguh lidahnya tak sabar untuk menghapus.Dalam sekali gerakan, El mampu membersihkan noda coklat di sudut bibir Livy. Menyebabkan ibu hamil mematung dan menggantu