“Berikan coklatnya untuk anak-anak! Kamu jangan makan, jika menginginkan coklat, lebih baik kita membeli sendiri!” El menatap jengah isi coklat itu.“Hu’um baiklah. Tapi sepertinya dia ingin memperbaiki hubungan denganmu. Lihat saja bentuk hurufnya benar-benar dilakukan seorang professional.” Jari telunjuk Livy mengarah pada kotak makanan manis.Sebagai permohonan maaf dan adik ipar yang berusaha merebut hati kakak ipar, Luis memberi coklat berbentuk kata-kata cinta ditujukan pada El. Bukan hanya ditujukan pada kakak tertua, tetapi ketiga kakak laki-laki Estefania mendapat hal serupa. Alhasil, saat ini anak-anak di mansion mendapat banyak coklat.“Kamu mau ke mana?” tanya Livy melihat suaminya menuju garasi.“Oh, aku ingin makan coklat. Sebaiknya kamu pergi bersamaku, bantu aku memilih makanan itu.” El memaksa Livy untuk ikut denganya.Sejurus kemudian, keduanya tiba di toko permen, sepasang orang dewasa itu memenuhi satu troli dengan aneka coklat beragam bentuk serta kemasan. El ters
“Kenapa kamu melamun?” bisik El sangat pelan, khawatir mengganggu kualitas tidur Al. “Kamu masih mengingat percakapan makan malam tadi?” Ia menyentuh dan membelai bahu Livy.Selesai dengan acara makan malam di kediaman Marquez, El dan Livy bergegas pulang ke mansionnya. Ia juga tidak betah berlama-lama di tempat itu, khawatir Tuan Marquez mendesak masalah perjodohan.“Ya kamu benar, aku mengira kamu berubah pikiran karena Tuan Besar menawarkan sesuatu yang menggiurkan,” adu Livy.“Ck, untuk apa semua itu? Kalau aku menerima penawarnya, bukankah sama saja menjual anak kita hanya demi memiliki setengah dari perusahaan mereka?” El mendesis karena tidak menyangka pria paruh baya itu rela memberi lima puluh persen saham Cuma-Cuma.“Terima kasih telah mempertahankan hak anak-anak.” Livy tersenyum manis sambil melingkarkan tangan pada lengan kokoh suami, pria itu merespon dengan sayu.Melalui gerakan bola mata, Livy bisa mengetahui jika saat ini suaminya sedang membutuhkan waktu berdua. Atas
“Mi Amor, siang ini aku tidak bisa menjemput anak-anak. Ada rapat mendadak,” ucap El melalui sambungan telepon.[Baiklah, tidak apa, kebetulan Estefania masih di mansion. Biar dia menjemput Gal.]“Hati-hati di jalan, kalau sopir ngebut, jangan lupa menegurnya!” Peringatan El, lalu mengakhiri sambungan telepon.Dua jam lalu, ketika El baru menyelesaikan rapat di ruang kerjanya, ia terkejut melihat kepala Luis menyembul dari balik pintu.Pria itu datang tanpa permisi dan menguping pembahasan penting di ruangan kerja. El tersentak sebab materi rapat kali ini bersifat pribadi. Terbukti, Luis menyeringai penuh maksud.Setelah beberapa orang pergi dari ruang kerja, El tidak langsung mempersilakan adik ipar masuk, melainkan menghadiahi Luis dengan pulpen terbang. Hasil bidikan Bos Torres inc itu tepat sasaran, mendarat sempurna di puncak hidung mancung Luis William.“Ada perlu apa? Tidak sopan menguping rahasia orang lain,” gerutu El mengepalkan tinju di udara.Luis berdeham, lalu berujar, “K
Hari berlalu, tetapi sesekali Livy mengungkit kesalahan El. Hingga pria itu kehilangan nafsu makan dan enggan berkerja. Alhasil beberapa hari ini pria itu disidang oleh Dad Leon.Semua tidak lain lantaran El berbohong tidak bisa menjemput anak-anak mengatasnamakan rapat, tetapi bukti berbicara lain.“Kamu masih marah? Maaf Mi Amor, tolong jangan hukum aku seperti ini,” keluh El sambil menatap Livy yang membantunya melepas dasi lalu kemeja putih.“Bagaimana tidak marah dibohongi suami, Luis juga sudah menjelaskan alasannya mengajakmu ke café itu. Tapi ....” Livy menggelengkan kepala sambil memutar badan menjauh dari suaminya.Sedangkan El memijat pelipis yang berdenyut, jangankan bercinta, mendapat kecupan selamat pagi pun tidak. Ibu dua anak itu benar-benar kecewa dan marah.Sampai satu minggu kemudian, Livy tetap berperang dingin dengan El, kendati pria itu berusaha meluruskan masalah.“Aku berbohong demi kebaikan,” lirih El di sela sarapan.Air muka mengenaskan pria itu menjadi perta
“Bagaimana Daddy, bisa menghubungi Paman Luis tidak?” desak Al, wajah berisinya memancarkan rasa iba, bagi El dan Livy sangat menggemaskan.Keluarga kecil itu telah tiba di Kota Valencia, Al ingin segera mengetahui di mana keberadaan temannya.“Tidak bisa, mungkin masih di pesawat.” El menunjukkan ponsel, supaya anak itu bisa melihat layarnya. ‘Kalau bukan karena Al, malas sekali menghubungi Luis,’ gerutunya dalam hati.“Sebaiknya kita ke hotel, tunggu Paman Luis memberi kabar,” ajak Livy. Kemudian, wanita itu menoleh Gal. “Memangnya Al tidak kasihan pada Gal? Dia ‘kan tidak boleh kelelahan.”Setelah mengatakan itu, Livy melihat putra sulungnya luluh. Al mengangguk pelan, lantas menghampiri Gal, menggenggam tangan adiknya, berjalan beriringan keluar dari bandar udara. Sesampainya di hotel, bukannya istirahat, Al mengeluarkan tab. Tidak lama, sambungan video terhubung, anak itu tersenyum manis melihat layar tipisnya dipenuhi wajah cantik seorang gadis kecil.[Katanya mengantar teman,
Hari berubah menjadi minggu, entah mengapa kekecewaan Livy terhadap suaminya kian menggunung, setiap waktu selalu ada alasan baginya menggerutu. Meskipun dirundung kekesalan luar biasa, ia tidak melupakan tugasnya.Terpaksa melayani kebutuhan suami termasuk biologis, dan El menyadari hal itu, sebab Livy tampak enggan disentuh di atas ranjang. Akhirnya selama dua minggu ini kegiatan panas yang biasanya terjadi hampir setiap hari, sudah jarang dilakukan.“Kenapa Tuan lemas dan pucat?” tanya Alonso baru saja menaruh tab di atas meja kerja. “Bagaimana jika dibuatkan jadwal cuti?” sambungnya.Lamunan El buyar, matanya beralih memandangi tablet. Pria itu menatap serius, lalu manggut-manggut dan memberi tanda tangan digital.Bukan menjawab, El malah mengajukan pertanyaan. “Apa yang dia lakukan? Masih bersama Estefania?” Tanpa menyebutkan nama yang dimaksud.“Benar Tuan. Nyonya sedang memasak, sangat banyak. Memangnya acara itu dilangsungkan di sini?” ucap Alonso sangat pelan dan hati-hati.El
“Tidak perlu, aku baik-baik saja,” tolak Livy pada Estefania.Bukan tanpa alasan ia melontarkan kalimat itu, sebab adik ipar dan Penelope memaksanya untuk memeriksakan diri. Livy tampa kekurangan darah, hingga menjadi pertimbangan dokter obgyn, khawatir pada kesehatannya.“Mumpung kita ada di sini! Apa kamu lama tidak check up rutin? Bisa-bisanya Kak El lalai, biar ku marahi dia!” Estefania bertolak pinggang sambil merapikan dress. Wanita itu baru saja selesai melakukan USG, hasilnya sangat bagus. Ibu dan bayi sehat, berkembang sesuai usia kehamilan.Livy tersenyum melihat hasil cetak gambar calon keponakan. Ia tidak sabar menanti bayi itu lahir ke dunia. “Bagaimana, mau tidak?!” desak adik ipar cerewet, lalu duduk di samping Livy yang berhadapan dengan Dokter Penelope.“Belakangan ini tubuhku memang kurang sehat, tapi setelah minum multivitamin dan istrahat cukup, aku sehat lagi.” Bola mata Livy bergerak ke atas, mengingat kesehatannya. “Tidak perlu cek ambil darah, aku yakin ini b
“Memangnya kenapa El? Kami ke sini sengaja untuk me—“El menyela ucapan Dad Leon, “Bagaimana kalau kita ke ruang kerja, di sana ada masalah yang harus kita diskusikan Dad.”Buru-buru El menggiring Dad Leon ke ruang kerja, menutup rapat pintu, tidak lupa menguncinya. Pria itu mengusap kasar wajahnya, bahkan berkeringat.“Istriku tidak tahu tentang itu Dad, aku mohon jangan sekarang. Biarkan sebentar lagi.” El mengiba di depan sang ayah.Dad Leon mengangguk, saking senangnya pria paruh baya itu melupakan sandiwara yang diperintahkan oleh El. Pemilik Torres Inc itu tergelak, lantaran melihat wajah pucat putra sulungnya.“Baiklah, aku senang karena memiliki cucu lagi. Jaga istrimu, bebanmu semakin berat, jangan sampai mengabaikan salah satu diantara mereka!” pesan Dad Leon, memutar badan, keluar ruang kerja lalu bercengkerama bersama cucu.Memasuki waktu makan siang, Al dan Gal mengamati beberapa pria serta para maid sibuk mondar-mandir dari satu sisi ke tempat lain. Bahkan anak-anak itu m