“Mom, di mana Kak Ella?” tanya Claudia seraya menatap Grania. Gadis itu mencari keberadaan kakaknya, namun malah kakaknya itu tidak ada. Tidak biasanya kakaknya pergi menghilang di tengah acara makan malam seperti ini.“Kakakmu sedang di toilet,” jawab Grania sambil meminum orange juice yang baru saja diantar oleh sang pelayan.Mereka semua kini berada di ruang bersantai. Setelah makan malam, waktunya mereka untuk berbincang-bincang. Namun, tak ada Ella karena kebetulana tadi Ella memang pergi ke toilet. Tepat ketika Ella pergi ke toilet, Elan juga berpamitan ke depan sebentar karena ingin menjawab panggilan telepon.Claudia terdiam sebentar. “Ke toilet lama sekali. Apa Kak Ella sakit perut, Mom?”Grania menurunkan gelasnya. “Ya, mungkin kakakmu sakit perut, Sayang.” Claudia mengangguk-anggukan kepalanya, merespon ucapan ibunya.“Sayang, tolong bantu aku carikan dokumenku yang kemarin. Aku ingin menunjukkan pada Elan nanti,” ujar Benny meminta tolong pada sang istri, yang posisinya
“Christian, di mana Claudia dan Ella?” Benny bertanya pada sang menantu di kala melihat menantunya itu hanya seorang diri. Tak ada kedua putrinya di sana.“Ella masih di toilet. Claudia menyusul Ella,” jawab Christian seraya menyesap wine di tangannya. Sejak tadi memang dia sendiri, tak ada siapa pun. Pria itu membiarkan Claudia menyusul Ella.Benny mengangguk-anggukan kepalanya merespon ucapan Christian.Tak selang lama, Claudia dan Ella muncul …“Itu, Claudia dan Ella,” seru Grania dengan senyuman di wajahnya, melihat dua putri cantiknya sudah tiba. “Maaf, aku lama. Tadi aku terpeleset di toilet,” ucap Ella berdusta. Tentu dia tak mungkin menceritakan apa yang terjadi. Berbohong adalah jalan paling terbaik.“Kau terpeleset di toilet, Sayang? Bagaimana bisa? Apa lantai toilet licin?” seru Benny mencemaskan putri sulungnya.“Sayang, apa kau terluka? Katakan pada Mommy, mana yang sakit.” Grania merengkuh bahu Ella, memeriksa keadaan putri sulungnya. “Kita ke dokter, ya? Mungkin kau m
Keesokan hari, Claudia sudah bersiap-siap untuk berangkat ke kantor. Hari ini Claudia bisa kembali ke kantor, setelah sempat bersitirahat di rumah. Gadis itu memang sudah tak sabar untuk mendatangi kantor untuk kembali beraktivitas seperti biasa. Terus berada di rumah, begitu membuatnya merasakan kejenuhan.Ya, istirahat setelah kembali dari Seoul adalah ide Christian. Gadis itu sempat menolak, tapi sayangnya Christian tak memberikan izin padanya. Mau tak mau, Claudia harus menuruti perkataan Christian. Dia tak bisa membantah, karena dia sudah mengenal sifat Christian Hastings.“Morning, Sayang.” Grania tersenyum hangat melihat Claudia begitu cantik.“Morning, Sweetheart,” sambung Benny sambil mengecup kening Claudia. “Kau selalu cantik.” Lanjutnya memuji. Pagi itu, Claudia memakai dress berwarna kuning cerah, yang membuatnya tampil segar dan sangat cantik. Meskipun bukan dress seksi, tapi tetap gadis itu tampil sangatlah indah dan menawan.“Hi, morning, Mom, Dad.” Claudia tersenyum
“Thanks, Claudia.” Hansen tersenyum mendapatkan oleh-oleh dari Claudia. Bukan hanya Hansen saja, tapi banyak karyawan terutama yang berada di satu departemen dengan Claudia yang diberikan oleh-oleh dari Seoul. Memang, Claudia terkenal sangat baik dan rendah hati. Dia akan tetap membalas kebaikan, sekalipun banyak orang yang tak suka padanya.“Sama-sama, Hansen.” Claudia menjawab ucapan terima kasih Hansen.“Oh, ya, Claudia. Bagaimana project Geovan Group yang ada di Seoul?” tanya Hansen ingin tahu tentang perkembangan project Geovan Group yang tengah ditangani oleh Claudia.“Semua lancar. Aku sudah menemukan desain paling tepat untuk co-working space.”“Really?” Mata Hansen melebar.Claudia mengangguk antusias dan riang. “Iya, aku sudah menemukan desain yang paling tepat, Hansen.”“Boleh kau tunjukkan padaku?” pinta Hansen tak sabar ingin melihat desain Claudia.“Wait.” Claudia mengambil iPad yang ada di atas meja kerjanya, dan menunjukkan pada Hansen, desain yang telah dirinya rancan
*Nice design. Kau sangat hebat, Claudia.* Sebuah pesan singkat dari Shawn membuat Claudia tersenyum-senyum sendiri. Gadis itu senang karena Shawn begitu mengagumi design yang sudah dia buat. Setidaknya, kerja kerasnya membuahkan hasil, dan tidaklah sia-sia.“Ehm! Kenapa kau senyum-senyum sendiri Claudia?” Hansen menegur Claudia di kala temannya itu tersenyum.Claudia menatap Hansen. “Aku mendapatkan pesan dari Shawn Geovan. Dia bilang dia menyukai design-ku. Aku senang sekali, Hansen.”“Well, aku sudah menduga itu. Anyway, apa kau menyukai Tuan Shawn Geovan?” ujar Hansen bertanya ingin tahu.Sebelah alis Claudia terangkat. “Menyukai seperti apa yang kau maksud, Hansen?”“Menyukai seperti seorang wanita tertarik pada seorang laki-laki,” ujar Hansen sambil tersenyum.“Oh, astaga.” Claudia mendesah panjang. “Tidak, Hansen. Aku memang kagum pada Tuan Shawn Geovan, tapi hanya sebatas kagum saja. Tidak lebih dari itu.” Lanjutnya meyakinkan. Kata-kata Hansen itu benar-benar sangat konyol.“
Pelupuk mata Ella bergerak-gerak hendak ingin membuka mata. Lalu, di kala matanya sudah terbuka sempurna—tatapannya mengendar ke sekitar—menatap dirinya berada di dalam kamar asing yang sama sekali tak dia kenali.Ella memijat pelipisnya ketika kepalanya merasakan pusing luar biasa. Sejenak, dia berpikir kenapa dirinya bisa berada di kamar asing ini. Tunggu! Tiba-tiba sesuatu hal muncul dalam ingatan Ella.Ella mengingat dirinya baru saja keluar dari kantor, dan ada seseorang pria yang membekapnya hingga jatuh pingsan. Satu demi satu kepingan memorinya mulai terkumpul—dan menimbulkan rasa panik dan ketakutan.“Ya Tuhan, aku di mana?” seru Ella cemas luar biasa. Buru-buru, dia segera melihat ke tubuhnya sendiri—lalu embusan napas lega terdengar. Ella berpikir dirinya telah diperkosa. Tapi untungnya dress yang dia pakai masih lengkap. Setidaknya, rasa takut sedikit berkurang.“Sunshine, aku tidak suka menyentuhmu dalam keadaan kau tidak sadar.” Suara berat yang begitu Ella kenali. Sonta
Ella tak bisa tidur nyenyak. Pikirannya terus terngiang-ngiang akan apa yang dikatakan Elan terbukti benar adanya. Christian memiliki belas luka jahitan di lengan kanan. Sebuah kebetulan yang tak mungkin disengaja.Ella bingung luar biasa. Tak tahu harus bagaimana. Hatinya sudah tidak tenang. Rasa takut, gelisah, panik, semuanya melebur menjadi satu. Ella sangat takut kalau apa yang Elan katakan adalah benar.Tidak! Buru-buru, Ella menepis pikirannya. Dia meyakinkan bahwa apa yang ada di dalam pikirannya salah besar. Tidak mungkin Christian mengkhianatinya. Memang, dulu Christian pernah berselingkuh, tapi itu adalah masa lalu. Dia sangat percaya bahwa sang suami telah berubah.Ella menarik napas dalam-dalam, dan mengembuskan perlahan. Semua perasaan yang dia rasakan memang begitu amat campur aduk tak menentu. Lingkar matanya sedikit gelap akibat begadang. Bukan bermaksud begadang, tapi pikiran dan hatinya tidak bisa tenang sama sekali.“Ella, aku berangkat lebih awal hari ini. Aku tid
*Temui aku besok, di penthouse-ku. Tidak ada penolakan. Jika kau menolak, maka aku akan menjemput paksa dirimu.* Sebuah pesan dari Elan, membuat tubuh Ella menegang dengan raut wajah yang terkejut. Tangan Ella meremas ponselnya dengan penuh kegelisahan dan rasa takut yang menyelimutinya.Ya, Ella baru saja mendapatkan pesan masuk dari Elan. Namun, sungguh, wanita itu sama sekali tak mengira kalau Elan akan mencoba memberikan ancaman rendahan seperti ini padanya.Ella mulai gelisah. Mondar-mandir tak menentu. Jam dinding menunjukkan pukul sembilan malam. Beruntung, Christian belum pulang. Kalau saja, Christian sudah pulang, pasti Ella akan dicurigai oleh Christian.“Apa yang harus aku lakukan sekarang?” Tangan kiri Ella mulai meremas-remas rambutnya penuh kegelisahan.Ella menarik napas dalam-dalam, dan mengembuskan perlahan. Berkali-kali dia berusaha untuk mencari solusi, tapi ternyata malah nihil. Ella tak mampu berpikir jernih.“Tidak, tidak. Aku tidak akan menemuinya,” gumam Ella
Pagi buta Claudia sudah terbangun. Kedua anaknya sudah menunggu di depan semangat karena akan diajak jalan-jalan. Entah jalan-jalan ke mana. Claudia tak tahu, karena Christian tidak bilang padanya. Yang pasti Claudia percaya bahwa sang suami akan membawanya ke tempat yang indah.Barang-barang yang dibawa telah dimasukan ke dalam mobil. Claudia dibantu pelayan untuk packing. Untungnya dia mendapatkan bantuan dari pelayan. Jika tidak, maka pastinya dia akan sangat kerepotan. Namun memang selama ini Claudia selalu dibantu oleh pelayan.“Claudia, apa kau sudah siap?” tanya Christian sambil memakai arloji.Claudia mengoleskan lipstick di bibirnya. “Sudah, Sayang. Aku sudah siap.”“Kita keluar sekarang. Anak-anak sudah menunggu kita.” Christian merengkuh bahu Claudia—mengajak sang istri ke luar kamar.“Mommy, Daddy, ayo kita jalan-jalan.” Caleb dan Cambrie memekik kegirangan tak sabar.Christian dan Claudia tersenyum samar. “Oke, let’s go. Kita berangkat sekarang.”Christian menggendong Cam
Mansion Claudia dan Christian dipuji oleh Nicole. Mansion megah yang telah didesain khusus oleh Claudia. Mansion ini adalah hadiah dari Christian untuk Claudia. Pria itu mencuri gambar rumah megah yang pernah digambar oleh Claudia. Sekarang hasil curian gambar itu, telah menjelma menjadi sebuah mansion mewah.Saat ini Claudia dan Christian tengah duduk di ruang tengah bersama dengan Nicole, Oliver, Ella, dan Elan. Mereka baru saja selesai makan siang bersama. Anak-anak mereka tengah bermain di taman belakang. Tentunya diawasi oleh para pengasuh mereka. “Claudia, rumahmu benar-benar indah. Rumah ini kau yang desain, kan?” tanya Nicole lembut—dan direspon anggukkan oleh Claudia.“Iya. Aku yang merancang rumah ini. Tadinya aku ingin mengumpulkan uang dari hasil kerja kerasku dan membangun rumah ini.” Claudia tersenyum malu.“Tapi akhirnya suamimu yang membangun rumah indah yang ada di kertas gambarmu.” Nicole menjawab lembut. Sebelumnya, dia sudah pernah diceritakan tentang gambar Clau
*Claudia, aku dan Oliver serta anak-anak kami siang ini akan main ke tempatmu. Apa kau ada di rumah?* Claudia yang baru saja membuka mata, di kala pagi menyapa, dikejutkan dengan pesan yang dikirimkan oleh Nicole. Detik itu juga, Claudia menyibak selimut—turun dari ranjang seraya mengikat asal rambutnya. “Christian, Christian.” Claudia memanggil sang suami, karena suami tercintanya itu tidak ada di ranjang. Itu menandakan sang suami sudah bangun.“Iya, Claudia.” Christian melangkah keluar dari walk-in closet—tengah memakai dasi. Pria tampan itu sudah bersiap ingin ke kantor.Claudia mendekat dan melepaskan dasi Christian. Sontak, Christian terkejut akan tindakan Claudia—yang melepas dasinya begitu saja.“Claudia, apa yang—”“Hari ini kau tidak usah ke kantor. Nicole, Oliver, dan dua anaknya datang.”“Claudia, aku ada meeting penting.”“Kau CEO dari Hastings Group. Kau memiliki kuasa. Aku yakin kau bisa mengatur meeting dilain waktu.”Suara dering ponsel Christian terdengar. Buru-bu
“Oh, Tuhan. Elyana! Efraim! Kenapa bisa kalian merusak lukisan Mommy yang sudah Mommy pesan untuk Grandma?” Ella mengomel seraya memijat keningnya merasakan pusing luar biasa. Anak perempuan dan anak laki-lakinya merusak lukisan yang baru saja dia pesan di pelelangan seni. Lukisan harga fantastis itu sengaja Ella beli untuk dia hadiahkan pada ibunya.“Mommy, aku tidak salah. Efraim yang salah. Aku tidak salah.” Elyana membela diri, karena tidak mau disalahkan oleh ibunya. Pun dia memang tak sepenuhnya salah. Efraim—adiknya yang terlibat.Efraim mendelik, menatap tajam sang kakak. “Kak, kenapa kau menyalahkanku? Kau yang berlari mengejarku sampai wine jatuh ke atas lukisan Mommy.”Elyana berdecak kesal. “Kau menyembunyikan barbie yang dibelikan Grandpa!”“Aku tidak menyembunyikannya.”“Kau bohong! Kau menyembunyikan barbie pemberian dari Grandpa.” “Astaga! Kenapa kalian sekarang berdebat? Ini bagaimana lukisan Mommy? Besok Mommy akan memberikan lukisan ini pada Grandma Grania. Tapi ka
Caleb duduk di ranjang sambil memeluk bantal dengan raut wajah kesal. Bocah laki-laki itu kesal dengan Oscar, dan juga kesal dengan ibunya yang tak membelanya. Yang dia inginkan adalah ibunya membelanya. Tapi sayang, ibunya malah tak membela dirinya. “Sepertinya, kau baru saja melalui hari buruk.” Christian masuk ke dalam kamar putra sulungnya—dan duduk di samping putranya itu. Dia sudah melihat raut wajah Caleb menunjukkan jelas rasa kesal.Caleb mengembuskan napas kesal. “Dad, aku sudah diomeli Mom. Jika kau datang hanya ingin mengomeliku juga, lebih baik kau keluar kamarku saja. Aku pusing. Tidak ada yang mau mengerti diriku.”“Tujuanku datang ke sini bukan memerahimu.” Christian menjawab dengan tenang.Caleb mengalihkan pandangannya, menatap Christian. “Kau tidak memerahiku?”Christian menggelengkan kepalanya. “Nope. Aku tidak memerahimu.”Caleb merasa curiga. “Jangan-jangan kau langsung memberikanku hukuman?”Christian tersenyum samar. “Apa pernah aku sekejam itu padamu, Caleb?
“Mommy, kapan kita kan kembali ke London? Aku rindu Grandpa dan Grandma.”Olivia memeluk boneka kecil, menghampiri ibunya, mengajak bicara, bertanya kapan kembali ke London. Karena dia sudah cukup lama berada di New York. Itu kenapa sekarang gadis kecil itu bertanya kapan bisa kembali ke kotanya sendiri.Nicole menunduk, menatap penuh kasih sayang putri kecilnya. “Mommy belum tahu, nanti Mommy tanya Daddy dulu. Sekarang kau masuk ke kamarmu, Nak. Kau istirahatlah.”Olivia mengerjap beberapa kali. “Mommy, masih marah pada Oscar?”Nicole menghela napas dalam. “No, Honey. Mommy tidak marah pada Oscar. Kau masuklah ke kamar. Istirahat. Jangan bermain games.”Olivia memilih mengangguk patuh. Gadis kecil itu pun sudah lelah karena sejak tadi bersepeda. Dia masuk ke dalam kamarnya. Tepat di kala Olivia sudah masuk ke dalam kamar, Nicole segera menghubungi Oliver.“Oliver?” panggil Nicole kala panggilan terhubung.“Nicole, aku sedang sibuk bersama client-ku. Nanti aku akan menghubungimu,” uja
Lima tahun berlalu … “Caleb, kenapa kau bertengkar dengan Oscar? Ya Tuhan, Nak. Oscar itu anak Bibi Nicole—kakak ipar Mommy.” Claudia menatap kesal Caleb yang baru saja turun dari mobil. Tampak jelas raut wajah wanita itu sangat lelah.Bagaimana tidak? Hari ini Claudia baru saja mengadakan meeting dengan asisten pribadi Shawn. Ada project baru Geovan Group yang sedang ditangani Claudia. Tapi di tengah-tengah meeting berlangsung—Claudia mendapatkan kabar Caleb dan Oscar bertengkar. Pun kebetulan Oscar sedang berada di New York. Caleb dan Oscar bertengkar di taman bermain. Claudia dan Nicole langsung datang ke taman itu. Perkelahian berhasil terhenti karena pengawal Caleb dan pengawal Oscar sama-sama merelai perkelahian.“Oscar yang salah. Dia mendekati gadis yang aku suka, Mom.” Caleb berjalan menuju kamar, namun buru-buru Claudia menghalangi putranya itu.Claudia merasa ini belum selesai. Dia membutuhkan penjelasan sejelas-jelasnya. Dia tidak mau sembarangan apalagi asal-asalan dal
Usia Caleb memasuki enam bulan. Tubuh bayi laki-laki itu sangat gemuk dan sehat. Kulit putih. Pipi tembam. Mata bulat. Membuat Caleb benar-benar seperti boneka laki-laki yang sangat tampan dan menggemaskan.Bayi laki-laki tampan itu kerap menjadi pusat perhatian. Tidak heran kalau banyak sekali tawaran Caleb menjadi model bayi. Tapi sayang Christian dan Claudia tidak mengizinkan anak mereka menjadi seorang model.Segala bentuk penawaran menjadi model, pastinya ditolak oleh Christian ataupun Claudia. Alasannya tentu mereka tidak ingin kehidupan anak mereka terlalu menjadi sorotan di media.Selain itu, kisah masa lalu Christian dan Claudia, pastinya akan membuat Caleb menjadi pusat perhatian dari segi kehidupan. Itu yang membuat Caleb tidak akan nyaman di masa depan nanti.Suara tangis Caleb begitu keras di kala sudah selesai menyusu. Claudia yang tengah menimang putranya itu, nampak terkejut dan panik melihat putranya menangis. Dia pikir putranya ingin minum susu lain, tapi ternyata ti
Christian seperti orang gila marah-marah pada dokter. Pria itu menuntut dokter untuk membuat sang istri tidak lagi merintih kesakitan. Dia tidak tega melihat istrinya terbaring di ranjang seraya meringis kesakitan.“Kau ini dokter kandungan benar atau bohongan?! Kenapa kau tidak mampu menghilangkan rasa sakit istriku?” Christian marah-marah pada sang dokter yang malah membiarkan istrinya berteriak kesakitan.Sang dokter tersenyum memaklumi rasa takut Christian. “Tuan, Anda tidak perlu khawatir. Rasa sakit istri Anda adalah wajar. Setiap ibu yang melahirkan anak pasti akan merasakan sakit.”Christian mengusap wajahnya kasar. Kecemasan dan rasa panik melingkupi pria itu. “Jadi, istriku akan melahirkan sambil berteriak kesakitan?”Sang dokter menyentuh bahu Christian. “Tuan Hastings, itu adalah tugas seorang ibu. Proses melahirkan akan segera dimulai. Temani istri Anda, Tuan.” Christian bingung dengan perasaan campur aduk. Dia mendengar suara istrinya itu yang terus menjerit. Dia memutu