Matahari sudah tinggi, cahayanya menembus sela-sela jendala. Terlihat Ella sudah bergegas ingin pergi. Padahal ini adalah sabtu, bukan waktunya dia untuk ke kantor. Akan tetapi, nampaknya Ella seperti tengah diburu oleh sesuatu yang tak bisa ditunda-tunda.Bahkan raut wajah wanita itu tersirat menunjukkan rasa cemas yang berusaha keras wanita itu tutupi. Dia tidak ingin sampai ada yang tahu tentang perasaan yang dirasakan saat ini.Setelah siap, Ella segera melangkah keluar kamar terburu-buru, namun tiba-tiba langkah Ella terhenti di kala melihat Christian baru saja keluar dari walk-in closet. Raut wajah Ella memucat panik terkejut. Pancarannya begitu amat takut melihat Christian.“C-Christian?” Ella bersusah payah mengulas senyuman di hadapan suaminya itu. Dia berusaha untuk tenang, walaupun itu sangatlah susah.Christian menatap Ella yang terlihat panik. “Kau ingin ke mana, Ella?” tanyanya penuh interogasi. Bukan bermaksud possessive, tapi Christian mulai mencurigai ada sesuatu hal
Desahan pelan lolos di bibir Ella, ketika Elan mencium bibirnya dengan begitu liar dan agresif. Wanita itu seolah benar-benar sangat pasrah di kala Elan mencium bibirnya penuh gairah nafsu.Suara desahan lembut Ella, membuat Elan semakin berkabut gairah. Pria itu semakin mencium Ella dengan penuh nafsu yang tak tertahankan. Lidahnya mendesah masuk mengabsen rongga mulut Ella, dengan penuh nafsu.Perlahan-lahan, Elan melepaskan tautan bibirnya di bibir Ella yang sedikit bengkak akibat ulahnya. Sudut bibir Elan terangkat, membentuk senyuman tipis. Pria itu senang karena ternyata Ella membalas pagutan bibirnya.Ella menjadi salah tingkah tak menentu. Dia bingung bagaimana untuk bersikap. Dalam hati, dia mengumpati kebodohannya yang malah menikmati pagutan bibir pria berengsek itu.Ella ingin sekali berlari sekencang mungkin, tapi rasanya itu adalah mustahil dan sia-sia. Wanita itu tahu bahwa melarikan diri adalah hal yang tidak mungkin dirinya lakukan. Ella sedikit mundur beberapa langka
Hati Claudia sedikit merasa cemas di kala merasa ada yang berbeda dari Christian. Sejak tadi pagi, Christian sama sekali tak mengirimkan pesan padanya. Padahal biasanya, pria itu kerap mengirimkan pesan padanya.Rasa gelisah mulai menyelimuti Claudia. Gelisah yang menimbulkan semua pikiran-pikiran negative muncul di dalam pikirannya. Gadis itu ingin sekali menghubungi Christian, namun dia memilih untuk menunggu. Lagi pula, dia takut menggangu.“Nona, ini susu cokelat hangat yang Anda inginkan,” ucap sang pelayan menghindangkan susu cokelat untuk Claudia.Sebelumnya, memang Claudia meminta pelayan untuk membuatkan susu cokelat hangat. Gadis itu sedang merasa tidak dalam mood yang baik. Susu cokelat hangat mungkin saja mampu mengubah suasana mood hatinya.“Terima kasih,” jawab Claudia di kala sang pelayan sudah menghindangkan susu cokelat panas itu.“Dengan senang hati, Nona. Kalau begitu saya permisi.” Pelayan itu menundukkan kepalanya, lalu pamit undur diri dari hadapan Claudia.Claud
Claudia berusaha memejamkan mata, namun sayangnya dia tak bisa akibat otaknya memikirkan sesuatu hal yang mengusik ketenangannya. Claudia membuka mata lagi, dan duduk di tepi ranjang sambil mengambil gelas yang berisikan air putih, dan meminum perlahan. “Kenapa kau belum tidur?” Christian masuk ke dalam kamar Claudia.Claudia mengalihkan pandangannya, pada sumber suara. Tampak mata gadis itu melebar terkejut melihat Christian berada di hadapannya. “C-Christian? K-kau k-kenapa di sini?”Christian melangkah mendekat, dan langsung memberikan pelukan hangat untuk Claudia. Pria itu menciumi leher dan rambut gadis itu dengan penuh kelembutan dan kerinduan mendalam.“C-Christian.” Claudia merasa ada yang aneh dengan Christian. Seharian ini, pria itu mendiamkan dan bersikap acuh padanya, tapi kenapa malah sekarang kembali seperti sebelumnya? Sungguh, dia benar-benar tak mengerti.Christian menangkup kedua pipi Claudia, memberikan kecupan lembut di bibir gadis itu. “Hari ini banyak sekali ma
Jantung Claudia seakan ingin berhenti berdetak mendengar ucapan Tadeo. Mata dan bibirnya melebar akibat keterkejutannya. Lidahnya seolah kelu tak mampu merangkai kata. Sungguh, Claudia sama sekali tidak mengira kalau tujuan utama ayah Christian ingin bertemu dengannya karena ingin menjodohkannya dengan Elan.Jika Claudia menunjukkan keterkejutan, dan rasa tak menyangka, terbalik dengan Christian yang murka. Emosi pria itu terpancing mendengar ucapan ayahnya. Dia tak mengira ayahnya memintanya membawa Claudia, karena ingin menjodohkan Claudia dengan Elan.Rahang Christian mengetat mengetat. Tangannya yang berada di bahwa meja mengepal begitu kuat. Pria itu layaknya terkena api panas yang begitu amat membakarnya. Emosi sudah mengumpul di dada, seolah ingin meledak.“Tidak bisa!” Christian langsung mengeluarkan suara, dengan nada tegas, dan penuh penekanan. Tatapan matanya menajam melihat sang ayah yang duduk di hadapannya.“Kenapa tidak bisa? Menurutku, Elan sangat cocok untuk Claudia.
Gerimis rintik-rintik, membuat kaca jendela mobil tertutup oleh air. Raut wajah gadis itu nampak sedikit muram, membendung sesuatu hal di dalam pikirannya. Ya, perkataan Daisy memang terus terngiang di pikiran gadis itu.Hati Claudia ikut merasakan perasaan sakit yang Christian rasakan. Dia adalah pasangan Christian, tapi nyatanya dirinya tidak tahu sama sekali tentang masa lalu Christian.Saat ini, Claudia bersama dengan Christian berada di dalam mobil. Mereka baru saja kembali setelah Tadeo dan Daisy memberikan izin mereka untuk pulang. Tak mudah mendapatkan izin, karena Daisy nampak tak rela mengizinkan Claudia pulang. Meskipun jarang bertemu, tapi terbukti Claudia mampu menaklukan hati Daisy.“Claudia, aku ingin mengajakmu ke suatu tempat sebelum kita pulang. Kau mau kan?” Christian membelai rambut panjang dan indah Claudia.Claudia menatap Christian. “Kau mau mengajakku ke mana, Christian“Nanti kau akan tahu.” Christian mencubit pelan hidung Claudia.Claudia memeluk lengan Chris
Christian menyuapi soup asparagus pada Claudia yang tengah sakit. Pria itu meminta pelayan untuk membuatkan soup. Tak hanya itu saja, dia juga hendak ingin memanggil dokter, namun sayangnya Claudia menolak untuk diperiksa dokter, karena merasa hanya kelelahan. Hal tersebut membuat Christian terpaksa menuruti keinginan gadis itu. Dia tidak ingin merusak mood Claudia.“Christian, aku sudah kenyang.” Claudia tak ingin lagi makan, perutnya sudah terasa sangat penuh.“Sedikit lagi, Claudia. Soup ini masih banyak.” Christian memaksa Claudia untuk tetap makan.“Christian, kalau kau memaksaku malah nanti takutnya aku malah muntah.” Claudia menekuk bibirnya. Bukan bermaksud menolak, tapi dia takut kalau memaksa makan, malah dirinya muntah.“Baiklah. Kau makan nanti lagi saja.” Akhirnya, Christian menuruti keinginan Claudia. Pria itu meletakan mangkuk yang berisikan soup ke atas nakas.Claudia menyandarkan kepalanya di dada bidang Christian. “Maaf aku menyusahkanmu. Harusnya tadi aku memasak un
Ella menggigit kukunya dengan raut wajah yang penuh kegelisahan. Sejak tadi hatinya tidak tenang. Entah kenapa perasaannya tidak enak. Padahal Elan sedang tidak menghubunginya. Biasanya, kegelisahannya muncul di kala Elan menghubunginya.Menarik napas dalam-dalam, dan mengembuskan perlahan. Ella mengulangi itu beberapa kali, demi mencari ketenangan. Matahari sekarang sudah tenggelam. Awan sudah mulai gelap, dan dia memutuskan untuk duduk di taman belakang rumahnya.Claudia dan Christian belum kembali. Tentu ini membuat hati Ella menjadi sedikit lebih tenang. Bukan tanpa alasan, setiap kali Ella melihat Christian selalu saja dia merasa dirinya sangat bersalah.Sejak kemunculan Elan, memang membuat hidup Ella benar-benar sangat tersiksa. Tersiksa batin yang bisa dikatakan jauh lebih menyeramkan dari siksaan mana pun. Rasanya, dia tak henti-hentinya merutuki kebodohannya sendiri. Andai waktu bisa diputar, tidak akan pernah dia bermain api dengan sepupu kandung suaminya. Penyesalan yang s