"Apa?" seru Lukman.
Tanpa sadar ia berteriak dirinya tidak bisa membayangkan. Kalau Kevin bermesraan dengan sekretarisnya.
Kevin menyipitkan mata, ia menjadi semakin curiga dengan sikap Lukman. "Kenapa kau terlihat terganggu mendengar aku akan bersama dengan sekretarisku? Kau tidak memiliki hubungan dengannya, bukan?"
Lukman tertawa kecil, sambil batuk. "Tidak! Tentu saja tidak karena saya adalah suami yang setia. Dan saya sangat mencintai istri saya."
Senyum sinis terbit di sudut bibir Kevin. Ia harus mengakui Lukman ini pandai sekali main sandiwara. Mungkin ia belum sadar atau memang tidak tahu kalau istrinya sudah tidur dengannya
'Apakah mungkin wanita itu dengan sengaja tidur denganku. Demi membebaskan suaminya dari jeratan hukum tanpa sepengetauan suaminya? Kemarahan dan rasa cemburu Lukman saat itu terlihat begitu natural,' batin Kevin.
Keheningan yang sempat tercipta selama beberapa saat dipecahkan oleh Lukman. "Saya tidak bisa membawa istri saya ikut proyek itu. Ia memiliki kegiatannya sendiri. Dan tidak ada hal darurat yang mengharuskannya untuk ikut serta."
Kevin melipat tangan di depan dada. Matanya terlihat mengejek Lukman. Ia mencoba untuk bermain-main dengan Lukman.
“Pengacaraku akan membuat perjanjian kalau kau hanya bisa menjadi asistenku kembali dengan syarat istrimu turut serta.” Kevin memalingkan wajah ke arah pengacaranya.
Dan pria itu mengangguk kepala menyetujui apa yang dikatakan oleh Kevin.
Kevin kembali mengalihkan tatapannya pada Lukman. “SIlakan kau pikirkan terlebih dahulu. Dan kau akan mendapatkan beberapa keuntungan dengan menjadi asistenku lagi. Nama baikmu akan kupulihkan, hingga seandainya dalam jangka waktu satu tahun kau ingin berhenti. Kau bisa mendapatkan pekerjaan dengan mudah.”
Lukman diam, ia tampak memikirkan apa yang dikatakan oleh Kevin. Tawaran itu terdengar bagus untuknya. Namun, ia juga tidak ingin terlihat terlalu bersemangat dengan apa yang disodorkan Kevin.
“Aku akan memikirkannya terlebih dahulu. Karena apa yang kau tawarkan berkaitan dengan istriku dan aku harus bertanya kepadanya terlebih dahulu,” dusta Lukman.
“Baiklah! Aku memberikan waktu satu hari untukmu. Setelah itu tidak ada lagi kesempatan kedua bagimu.” Kevin melambaikan tangan memerintahkan kepada Lukman keluar dari ruangannya.
Lukman bangkit dari duduk berjalan keluar dari ruangan tersebut. Sesampai di luar ia langsung disambut oleh sekretaris Kevin. Yang terlihat begitu penasaran dengan apa yang terjadi.
“Kenapa kau dipanggil ke ruangan pak kevin? Apakah ada masalah?” tanya Devianna dengan tidak sabar.
Lukman menolehkan kepala ke arah pintu ruang kerja Kevin yang masihh tertutup rapat. “Ssst! Nanti kita bertemu tidak bicara di sini. Kita ketemu di tempat biasa.”
Deviannya mengangguk mengerti, ia kembali duduk di balik meja kerjanya. Sementara Lukman terus berjalan memasuki lift.
Di dalam ruang kerjanya Kevin memantau apa yang dilakukan oleh Lukman dan sekretarisnya, melalui kamera pengaman. ‘Semakin menarik saja, kalau Lukman setuju dengan tawaran dariku.’
“Kevin, apakah kamu yakin mempekerjakan pria seperti Lukman?” tanya pengacara Kevin.
“Seratus persen yakin! Kau buatkan saja perjanjian seperti apa yang sudah kukatakan. Besok, Lukman pasti akan datang untuk menandatanganinya,” tegas Kevin.
Pengacara itu pun mengangguk. ia keluar dari ruang kerja Kevin. Setelah memberikan janji surat perjanjian itu akan siap besok pagi. Ia akan mengantarkannya langsung kepada Kevin.
Kevin memutar-mutar kursi kerja yang didudukinya. Ia sudah menyiapkan rencana untuk melakukan pembalasan kepada Lukman dan istinya. Ia akan mengawasi mereka dalam jarak dekat. Akan dibuatnya kejahatan keduanya melakukan kesalahan yang bisa membuatnya terbebas dari pemerasan Lukman.
*** Sasha sedang memasak makan malam di dapur ketika ia mendengar bunyi pintu di buka. Ia tidak menyambut kedatangan suaminya seperti biasa. Dirinya masih merasa sakit hati setelah apa yang dituduhkan Lukman kepadanya.“Buatkan kopi untukku!” perintah Lukman.
Sasha melirik Lukman yang berdiri di depan pintu dapur yang terbuka lebar. Di tangannya tergantung jas dengan beberapa kancing kemeja yang terlepas.
Dalam diam Sasha menuruti perintah Lukman. Ia tidak ingin membuka suara untuk menghindari pertengkaran.
“Kevin memintaku kembali menjadi asistennya dengan syarat kita harus tinggal di lokasi proyek. Yang terletak di daerah sepi. Pak Kevin juga akan tinggal di sana. Kau harus bisa merayunya, supaya tidak perlu berada di lokasi proyek itu,” ucap Lukman dengan santainya.
Sontak saja Sasha menjadi terkejut, cangkiri berisi kopi panas yang dibawanya menjadi tumpah ke lantai. Ia memekik karena terkena percikan air kopi yang masih panas.“Dasar ceroboh! Kau tidak boleh bertingkah seperti itu di sana nanti. Aku tidak mau kau membuatku menjadi malu. Ini kesempatan besar bagiku untuk bisa berkarir di perusahaan lain dengan nama yang tidak tercoreng,” omel Lukman.Sasha membungkukan badan memunguti pecahan cangkir dengan hati-hati. Ia hanya diam saja mendengarkan apa yang dikatakan oleh Lukman.Selesai memunguti pecahan cangkir tersebut, Sasha kembali membuatkan kopi hitam yang baru untuk Lukman. Ia pun duduk di samping suaminya lagi.“Aku tidak mau ikut denganmu! Aku tidak ingin bertemu dengan bosmu itu lagi,” tegas Sasha.Lukman memukul meja bar dengan keras, hingga air yang ada dalam cangkir menjadi tumpah isinya. Matanya menyorot tajam Sasha menyiratkan kemarahan yang tidak dapat ditahannya.Sasha mengangkat dagunya, walaupun ada rasa takut melihat api am
Badan Sasha bergetar jantungnya seolah-olah berlarian dengan cepat. Dilepaskannya tangan Lukman dengan kasar. Entah kenapa kata hamil diucapkan tepat di depan matanya membuat ia menjadi semakin takut.“Aku tidak berpikir akan bersedia dengan suka rela hamil anak dari pria lain. Dalam mimpiku yang terburuk sekalipun tidak pernah terbayang hal itu. Aku hanya menginginkan anak dari suamiku sendiri. Jangan pernah kau katakan lagi hal itu!” Sasha mengusap air matanya yang turun.Ia berjalan menuju wastafel membawa sayuran di tangan. Ia akan menyibukan diri dengan membuat makan malam daripada mendengarkan ucapan Lukman.Dengan suara lemah ia berkata, “Kumohon, jangan ingatkan diriku lagi tentang apa yang telah terjadi pada malam itu. Bantu aku untuk mengusir kenangan yang membuatku merasa malu dan kotor.”Lukman menyisir rambutnya dengan jemari, hingga menjadi berantakan. Ia memang masih mencintai Sasha, walaupun secara diam-diam dirinya memiliki kekasih di belakang istrinya.Ia berjalan me
“Sialan! Mau pergi kemana kau?” teriak Lukman kepada pria yang tadi meabraknya.Ia bergegas bangun dari terjatuhnya lalu berusaha mengejar pria yang tdi menabraknya. Namun, ia kehilangan jejak pria itu, ia menghilang di antara bangunan yang berjejer di dekat kelab malam yang didatanginya.Lukman membalikan badan berjalan memasuki kelab malam dengan wajah marah. Ia menuju ruang vip yang ada di ruangan tersebut, di mana kekasihnya menunggu.“Halo, Sayang! Kenapa wajahmu terlihat gusar?” tanya Devianna.Lukman menghenyakkan badan di atas sofa ganda tepat di samping kekasihnya itu. Ia melirik Devinna yang menatapnya dengan kening dikerutkan.“Aku tadi ditabrak seseorang dan sialnya, aku tidak berhasil mengejar pria itu,” ketus Lukman.Ia merogoh saku jaket yang dipakainya dan langsung menegakkan badan. “Astaga! Pria itu berhasil mengambil ponselku. Akan tetapi, ia tidak berhasil mengambil dompet milikku.”Devinna melihat Lukman dengan mimik wajah serius. Ia mengatakan kepada Lukman apa mu
Lukman tertegun sejenak. Ia dengan cepat memeluk kekasihnya itu. “Sayang! Aku tentu saja mencintaimu. Kamu tahu tidak, pak Kevin bilang kalau ia akan membawamu serta ke sana. Biar dirinya tidak sendirian. Kamu harus percaya kalau aku pasti akan menikahmu.”Devinna melepaskan pelukan Lukman. ia menatap pria itu dengan wajah cemberut. “Aku akan menagih janjimu untuk menikahiku.”Lukman menganggukkan kepala, ia bangkit dari duduknya. “Kita tidak bisa lama-lama terlihat bersama. Aku khawatir ada orang kepercayaan pak Kevin yang diminta untuk mengawasi kita.”Devinna bangkit dari duduknya juga. Ia berjalan berdampingan dengan Lukman keluar dari kelab malam tersebut. Lukman mengatarkan Devinna sampai ke mobilnya. Setelahnya barulah ia memasuki mobilnya sendiri.Beberapa jam berrselang, Lukman sudah sampai di rumahnya. Saat ia hendak menaiki tangga menuju kamar tidur. Dilihatnya lampu santai menyala. Ia pun berbalik menuju ruangan tersebut.“Bukankah aku sudah mengatakan kepadamu untuk tidak
Lukman menjadi beran, ia memutar kasar badan Sasha, hingga mereka berhadapan. Dicekaunya dagu istrinya itu dengan kasar. “Sekaran apakah kau masih mengangapku pak Kevin? Apakah saat kita bercinta nanti yang ada di kepala dan hatimu pria itu?”Badan Sasha bergetar, ia membekap mulutnya meredam isak yang hendak keluar. Ia menepis dengan kasar lengan Lukman yang mencekau dagunya. Jarak tercipta beberapa inchi di antara keduanya. Sasha melihat Lukman dengan kabut air mata yang menggenang di pelupuk mata. “Apakah kau tidak mendengar ucapan penolakan dariku tadi? Betapa takutnya aku akan sentuhan itu? Tidakkah kau dapat merasakan penderitaanku?” Senyum sinis tersungging di bibir Lukman, ia menyisir rambutnya menggunakan jari. Hingga menjadi berantakan. Tidak mengucapkan sepatah kata pun pria itu membalikkan badan keluar dari balkon.Sasha memandangi punggung Lukman yang menghilang di balik pintu. Ia jatuh merosot terduduk ke lantai dengan air mata yang mengalir deras.‘Dan kau sekarang me
Kevin memicingkan mata melihat Lukman dengan lebih jelas. Senyum sinis terbit di sudut bibirnya. “Kamu tidak bisa menjawab, apa lagi menyangkalnya bukan?”Rahang Lukman mengetat, ia mengepalkan kedua tangan di samping tubuh. “Anda salah! Saya tentu saja akan melaporkan kehilangan ponsel itu. Dan juga saya sudah meminta rekaman kamera pengaman untuk melihat kejadian tersebut. Anda mungkin harus khawatir, bisa jadi orang yang mengambil ponsel saya adalah suruhan Anda.”Suara tawa keluar dari bibir Kevin. Ia mengatakan silakan saja kalau Lukman bisa membuktikan apa yang dikatakannya.Dengan ekspresi wajah geram Lukman keluar dari ruang kerja tersebut. Ia berjalan cepat saat melewati meja kerja Devinna. Sementara itu Kevin hanya menatap kepergian Lukman dengan dingin. Ia tidak takut kalau Lukman akan melapor ke polisi. Dirinya yakin orang kepercayaannya melakukan apa yang ia perintahkan dengan profesional.‘Kau ikuti terus Lukman kemana pun ia pergi! Kau juga harus mengirimkan laporan s
Tubuh Sasha bergetar hebat, ia sangat mengenali suara itu. Bagaimana mungkin ia bisa suara dengan nada tegas dan terdengar seksi di telinga. Dicekaunya lengan Lukman dengan erat karena rasa gugup bercampur takut. Lukman mengabaikan kegelisahan istrinya, ia membalikkan badan. Hingga bertatapan muka dengan Kevin. “Halo, pak Kevin! Bapak belum pernah bertemu dengan istri saya yang cantik. Namanya Sasha.”Mau tidak mau Sasha membalikkan badan, karena tangan Lukman mencubitnya. Membuat ia meringis menahan sakit.“Hmm, istrimu memang cantik. Saya bisa menerimanya kalau kamu tidak ingin pria lain melihatnya.” Kevin menyunggingkan senyum sinis.Deg! Jantung Sasha berdebar kencang. Matanya bertatapan dengan mata Kevin yang menyorot tajam. Pria itu mengulurkan tangan ke arahnya. Membuat ia harus menerima uluran tangan itu. Karena tidak ingin dianggap tidak sopan.“Se-selamat malam, Tuan! Senang bertemu dengan Anda,” gagap Sasha.Kevin mengangkat satu alis dengan raut wajah yang terkesan mengej
Tubuh Sasha bergetar hebat tanpa melihat pun ia sudah dapat menebak. Siapa pria yang berdiri tepat di balik punggungnya. Aroma parfum dan Nafas hangat pria itu menerpa punggungnya yang terbuka. “Sa-saya tidak bisa berdansa, Tuan.”Lukman melirik Sasha dengan ekspresi jengkel. Mengapa juga istrinya ini menjawab pertanyaan dari bosnya. Sudah jelas pria itu bertanya kepadanya.“Apa yang dikatakan oleh istri saya memang benar, Bos. Anda tidak ingin kaki Anda sakit karena terinjak heels yang dipakainya, bukan?” Lukman memaksakan diri untuk tersenyum.Kevin tidak beranjak dari posisinya yang berada di belakang punggung Sasha. Ia dapat merasakan kegelisahan dari wanita itu. Dan ia menyukainya.“Saya tidak akan pernah mengetahuinya, kalau tidak mencoba,” sahut Kevin.Diulurkannya tangan ke arah Sasha yang sudah membalikkan badan, hingga mereka tepat saling berhadapan. Dalam hatinya ia merasa senang karena dapat melihat Lukman yang harus menahan emosi. Ia dapat menduga, jika sampai di rumah n
Kevin tersenyum lebar memperlihatkan deretan giginya yang putih bersih. Ia menatap Mona dan meraih jemari wanita itu ke bibirnya. “Seperti yang kau lihat sekarang ini Mona memakai cincin yang baru saja kupasangkan ke jarinya. Silakan.Mona menyunggingkan senyum mengejek kepada Sasha, ia dengan sombongnya mengangkat jarinya yang telah tersemat cincin dari Kevin. “Cincin ini cantik sekali dan aku sangat menyukai. Apa yang diberikan Kevin kepadaku.”Sasha mengulas senyum, walaupun harus dipaksakannya. Ia tidak mau Mona melihat hal itu, ia membenci wanita itu.“Indahnya sesuatu berbeda tiap orang, bagimu indah. Akan tetapi ….” Sasha tidak meneruskan ucapannya. Ia membiarkan wanita itu menyimpulkan sendiri. Dirinya mengangkat pundak, dengan senyuman di bibir.“Selamat untuk pertunangan kalian! Permisi, kami tidak mau mengganggu lebih lama lagi.” Lukman menggandeng Sasha menjauh dari meja tersebut.Ia sengaja membawa Sasha menuju meja yang jaraknya lumayan jauh dari meja Kevin dan Sasha. Se
Lukman tidak terlihat merasa bersalah sama sekali, wajahnya terlihat jengkel. “Mobil sialan! Mobil ini juga sering dipakai oleh pegawai lainnya. Dan aku tidak tahu siapa yang sudah meninggalkan jejak memalukan, seperti itu.”Sasha mengerutkan kening, ia mencoba mengingat sesuatu. Kemudian, ia teringat, kalau Lukman beberapa hari yang lalu pulang ke rumah hanya diantar saja. Tadinya ia mengira mobil suaminya itu masuk bengkel.Lukman menyalakan mesin mobil melajukannya meninggalkan areal pantai tersebut. Dalam perjalanan, Lukman mencoba untuk memecah keheningan dengan mengajak Sasha bercakap-cakap. Namun, istrinya itu bergeming. Ia tetap diam dengan tangan terlipat di atas pangkuan.“Mas, kita mau kemana?” tanya Sasha, setelah dilihatnya, kalau mobil yang dikemudikan Lukman tidak melalui jalan menuju rumah mereka.“Sekarang kau mau juga bicara denganku,” ketus Lukman.Sasha mengerutkan bibir, ia memang salah, karena sudah mengabaikan suaminya itu. Namun, itu ia lakukan, karena dirinya
Sasha menyentak lepas tangannya dari genggaman tangan Patricio. Ia menginjak kaki Kevin menggunakan heels yang dipakainya. “Kalau aku hamil itu tidak ada hubungannya denganmu!”Dibalikkannya badan, ia berlari menuju parkiran. Akan tetapi, Kevin tidak tinggal diam begitu saja. Ia mengejar Sasha menarik ke dalam pelukannya.“Lepaskan! Bagaimana, kalau ada orang yang melihat kita? Gosip lama itu akan kembali menyebar dan membuat rumah tangga saya menjadi semakin dalam masalah saja.” Sasha coba menggigit lengan Kevin.“Kau suka sekali menggigit! Aku akan menyukai kau melakukannya di saat dan tempat yang tepat. Aku hanya ingin jawaban jujur darimu. Apakah kau sedang hamil? Karena itu bisa jadi adalah anakku,” tandas Kevin.Sasha memejamkan mata, dihembuskannya nafas dengan kasar. “Aku tidak sedang hamil! Akku tadi hanya berbohong saja, sekarang lepaskan aku.”Kevin melepaskan lengan Sasha dari cekalannya. Ia menatao dingin wajah wanita itu. “Awas! Kalau kau sampai berbohong, maka aku akan
Dengan suara serak Sasha menyahut, “Tunggu sebentar, Mas!”Disibaknya selimut yang membungkus tubuh, diturunkannya kaki menyentuh lantai keramik yang dingin. Ia berjalan keluar kamar dengan tergopoh-gopoh, karena suara gedoran pintu, serta teriakan Lukman yang semakin keras saja.Dibukanya pintu rumah dan tidak diketahuinya, kalau Lukman bersandar pada daun pintu. Hingga secara otomatis suaminya itu langsung saja jatuh terduduk di lantai.“Astaga! Maaf, Mas. Aku tidak sengaja membuat Mas jatuh.” Sasha membungkukkan badan, hendak membantu Lukman.Ia langsung menutup mulutnya, karena aroma alkohol yang begitu menyengat. “Mas, kamu sekarang menjadi pemabuk!”Sasha membantu Lukman untuk berdiri, tetapi dengan kasar ditepis Lukman. Walaupun mabuk, Sasha yang dalam posisi berjongkok tidak siap menerima dorongan dari Lukman, hingga ia terjatuh.Dengan suara kasar Lukman berkata, “Kau yang membuatku menjadi begini! Kau menjadikan suamimu sendiri sebagai pemabuk!”Sasha menatap Lukman dengan
Sasha menjauhkan ponsel, ia menatap garang layar ponselnya. Seakan wajah Kevin terlihat di sana. “Anda keterlaluan sekali! Sudah memandang rendahku. Harus kuingatkan, kalau sudah cukup hubungan terlarang kita. Aku yakin, kalau kaulah yang sudah mengirimkan potret itu. Kau sukses membuat suamiku terluka dan marah!”KlikSambungan telepon di tutup Sasha, begitu saja. Ia melempar ponselnya ke atas tempat tidur. ‘Sekarang, apa yang harus kulakukan untuk memperbaiki ini semua? Pernikahanku berada di ujung tanduk.’Sasha berjalan keluar kamar dengan wajah murah. Ia duduk di ayunan yang terletak di dekat pohon yang rindang. Angin yang sepoi-sepoi terasa menyejukkan, tetapi tidak dapat menenangkan hati Sasha yang gelisah.Ia sangat menyesali kebodohannya. Sekarang, ia hanya bisa pasrah saja apa yang akan dilakukan oleh Lukman. Ia harus bisa menerima keputusan yang diberikan suaminya itu.tatapan mata Sasha tertuju pada buket bunga mawar hitam. ‘Astaga! Apa lagi ini? Tidak cukupkah tadi aku me
‘Oh, Tuhan! Feelingku benar, ini bukanlah sekedar keisengan semata. Apakah ini semua ukah dari Kevin? Dan kiriman ini juga bersamaan dengan kedatangannya ke sini.’ Sasha memunguti potret yang jatuh ke tanah.Dirinya tidak peduli dengan bunga mawar yang jatuh di tanah. Sekalipun kelopak bunganya hancur, ia tidak peduli, karena dirinya sedang dalam masalah besar.Wajah Sasha terlihat pucat, ketika ia dengan langkah terburu-buru memasuki rumah dan langsung menuju kamarnya. Asisten rumah tangganya terlihat bingung dan ingin bertanya ada apa dengan nyonyanya itu. Namun, ia tahu batasan dirinya.Masuk kamar tidur Sasha langsung mengempaskan badan di atas ranjang. Air matanya tumpah dengan deras. Sasha membersit hidungnya yang berair, begitupula dengan air matanya yang mengalir semakin deras.‘Mengapa jahat sekali orang yang mengambil potretku ini? Ya, Tuhan! Mengapa aku harus selalu berada dalam situasi yang memalukan dan penuh skandal? Apa mau orang itu dengan mengirimkan potretku yang tan
Kevin melihat ke arah pintu dengan ekspresi yang tak terbaca. “Duduklah dan akan saya jelaskan!”Devinna berjalan memasuki ruang kerja Kevin, lalu duduk di samping pria yang ia kenali, sebagai seorang ahli telekomunikasi di Perusahaan tersebut.“Kalau begitu beruntung sekali, saya tidak perlu susah payah meminta petugas IT kita untuk membongkar ponsel ini. Mencari tahu siapa pemiliknya. Tadi ada seseorang yang menemukan ponsel ini di pinggir jalan,” terang Kevin.Devinna mengerutkan kening, ia merasa janggal apa yang dikatakan oleh Kevin. Diambilnya ponselnya, untuk mencari tahu apakah memang benar ponselnya tidak dapat di buka, karena memang menggunakan kunci.Ia memanyunkan bibir, saat melihat ponselnya yang tergores-gores dan kacanya retak di beberapa bagian. “Apakah Bapak mengenali siapa orang yang sudah menemukan ponsel saya? Saya mau mengucapkan terima kasih, kepadanya.”“Saya tidak mengenalinya. Ada apa kamu datang ke ruangan saya? Apakah kamu sudah siap memberikan keputusanmu?
Sasha mengulas senyum tipis untuk mengatasi rasa gugup. Tangannya di balik selimut dengan gesit memainkan ponselnya. “Tentu saja kau boleh melihat ponselku. Kau adalah suamiku.”Lukman berjalan mendekati Sasha. Ia berhenti tepat di depan istrinya yang tengah berbaring. Diulurkannya tangan untuk menerima ponsel Sasha. Yang langsung diberikan oleh wanita itu ke tangan suaminya.Langsung saja Lukman memeriksa riwayat panggilan dan pesan di ponsel tersebut, tetapi ia tidak menemukan sesuatu pun yang mencurigakan.“Kau telah menghapusnya, bukan? Karena kudengar tadi kau berbicara. Tidak mungkin kau bicara sendiri.” Lukman menatap tajam Sasha.Sasha membasahi bibirnya yang terasa kering. “Kau tidak salah! Aku tadi memang bicara, tapi itu karena aku menonton tayangan di medsos yang membuatku merasa kesal.”Bibir Lukman membentuk garis tipis dengan mata yang disipitkan, ia tampak masih tidak mempercayai penjelasan dari istrinya itu. Namun, ia tidak memperpanjangnya lagi.Ia membaringkan badan
Wajah Kevin berubah menjadi merah, karena marah. Kedua tangannya ia kepalkan di samping badan. Ia dapat menebak siapa yang sudah melakukannya.“Mereka tidak meminta apa pun kepada ibu. Hanya mengirimkan video itu dengan ancaman akan menyebarkannya ke media sosial,” ucap ibu Kevin.“Ibu tenanglah dan jaga agar ayah tidak menerima kiriman video ini. Aku akan melakukan penyelidikan, siapakah yang sudah mengirimkan video itu kepada ibu.” Kevin berpamitan dengan ibunya.***Beberapa jam berselang Kevin sudah duduk dengan ahli IT nya untuk menyelidiki nomor kontak, orang yang mengirimkan video kepada ibunya.“Pemilik nomor kontak ini menggunakan identitas palsu. Saya periksa nama yang terdaftar telah meninggal dunia.” Ahli IT Kevin memperlihatkan data pemilik ponsel orang yang disodorkan Kevin.Kevin terlihat kecewa, karena ia tidak berhasil mendapatkan informasi yang diinginkannya. “Bisakah kau menyadap nomor telepon dua orang pegawaiku? Aku mencurigai mereka yang melakukannya.”“Akan saya