Share

Skandal Rahasia Sang CEO
Skandal Rahasia Sang CEO
Author: raninside

1

Author: raninside
last update Last Updated: 2023-08-15 23:42:46

"Kamu ini, kerja yang benar, dong! Masa kayak begini saja nggak bisa!"

Islandia, yang biasa dipanggil Isla, hanya bisa tersenyum ala sales yang sedang menawari dagangannya, padahal dia sedang dicaci maki atas kesalahan yang tidak diperbuatnya. Namun, apa mau dikata? Sebagai budak korporat, sekaligus budak River Angelos, bos-nya yang maha benar, Islandia hanya bisa mengiyakan sambil meminta maaf.

"Mohon maaf, Pak. Saya keliru memberikan berkas yang seharusnya Bapak tandatangani. Biar saya yang urus soal masalah ini. Nanti saya akan hubungi pihak CFO supaya berkas itu tidak diproses," ujar Isla dengan sangat ramah, meskipun di dalam hatinya dia mengutuk sang bos. Padahal, yang tidak membaca ulang dan main tanda tangan itu, ya, River sendiri. Isla sudah melakukan pekerjaannya sesuai protokol biasa, River lah yang melenceng dan membuat kesalahan ini, namun malah menyalahkan sang sekertaris.

CEO sekaligus bosnya ini memang terkenal dengan sifatnya yang menyebalkan, arogan dan bossy, sehingga Isla yang sudah bekerja dengan pria itu selama lima bulan sudah mulai terbiasa. Tentu saja itu bukan hal yang instan, Isla harus menangis-nangis sambil bersembunyi supaya tidak ketahuan dan tetap tegar. Mungkin, kalau orang lain jadi Isla, mereka sudah kabur entah ke mana.

Dia bisa bertahan sejauh ini berkat motivasinya yang besar atas nama uang. Ya, benar, Isla matre, atau mungkin lebih tepatnya realistis. Diomeli selama kurang lebih delapan jam dalam sehari bukanlah hal yang berat untuknya, terutama karena gaji menjadi Sekertaris di perusahaannya sekarang ini sangatlah besar.

Tentu saja, kalau dia punya opsi yang lebih baik, dia dengan secepat kilat akan mengambilnya. Namun, di tengah situasi ekonomi negara yang semakin menurun, belum lagi banyak pengangguran, lapangan kerja yang banyak diisi oleh tenaga asing dan susahnya cari kerja kalau tidak ada orang dalam, membuat Isla berpikir dua kali untuk mencari opsi lain.

Dia punya hutang yang cukup besar karena sudah berani 'membeli' seorang gadis muda dari rumah pelacuran setelah dijual orang tuanya sendiri. Aksi heroik sekaligus tololnya itu kini membuat Isla terjerat hutang rentenir dan dia harus segera melunasinya sebelum bunga hutang tersebut semakin besar. Maka, bekerja dengan River adalah satu-satunya harapan.

"Sudahlah, tidak perlu. Biar saya sendiri yang hubungi CFO-nya. Lain kali, kerjamu yang becus, dong! Kamu seharusnya ada untuk mempermudah saya, bukan menyulitkan!" tegur River dengan mulut nyinyirnya yang ingin sekali Isla jejali cabai. "Sana pulang dan bersiap, nanti malam pestanya di aula hotel West Stone, saya tunggu di depannya. Jangan terlambat!"

Dengan senyum yang masih bertahan, Isla pun sekali lagi meminta maaf, lalu izin pamit keluar dari ruangan sang bos dan sekalian izin untuk pulang duluan agar bisa bersiap.

Kalau saja mulut dan tingkah River itu normal, bisa dipastikan jika pria itu akan jadi most wanted paling wanted yang pernah ada. CEO perusahaan Wolf & Co. itu sangat amat tampan, badannya tinggi besar dan berotot, kulitnya kecoklatan eksotis dan yang paling penting, sangat amat kaya raya. Konglomerat di antara konglomerat karena ayahnya adalah bangsawan kaya raya asal Spanyol dan ibunya anak konglomerat terkaya nomor lima di negaranya ini.

Namun sayang, selain mulutnya yang kejam yang membuat pria itu dihindari banyak gadis-gadis, River juga seperti jijik dengan manusia bergender perempuan. Dia bahkan pernah mengelap bekas sentuhan Isla ketika tangan mereka tak sengaja bersentuhan. Membersihkannya dengan tisu antiseptik pula! Seakan Isla membawa virus dan bakteri saja!

Butuh waktu sampai tiga bulan lebih agar River bisa terbiasa dengan sentuhan tak sengaja mereka. Apalagi kalau Isla dibawa ke pesta, River harus menggandengnya sebagai partner. Maka, pria itu akhirnya membiasakan diri.

"Mbak sudah pulang?" tanya Ivy, gadis berusia empat belas tahun yang Islandia selamatkan, yang kini tinggal bersama dengannya. Isla terpaksa menampung gadis itu karena kalau dikembalikan kepada orang tuanya, Ivy pasti akan berakhir dijual lagi.

"Iya, tapi cuma buat ganti pakaian dan dandan. Mbak masih harus kerja mendampingi Pak Bos buat datang ke pesta. Nanti malam, kamu jangan tunggu Mbak pulang, ya. Tidur aja duluan dan kunci semua pintu sama jendela. Jangan buka pintu untuk siapapun juga, paham? Bahkan kalau suara yang muncul itu suara Mbak. Mbak 'kan bawa kunci, jadi akan masuk ke rumah tanpa bikin keributan. Sekarang zaman sudah canggih, suara saja bisa dipalsukan pakai teknologi AI-" Dan Isla pun ceramah panjang lebar sambil mengganti bajunya dan mulai berdandan.

Untungnya Ivy anak baik-baik yang selalu mendengarkan apa kata orang yang lebih tua, sehingga Isla bisa nyaman memberi banyak petuah tanpa harus dibantah seperti anak-anak zaman sekarang yang kelakuannya bikin setan geleng-geleng kepala.

Tepat setengah tujuh malam, Islandia selesai dengan acara dandan dan berpakaiannya yang menghabiskan waktu satu jam penuh. Gadis itu pun menatap dirinya yang sudah sempurna di depan cermin. "Vy, Mbak udah kirim uang ke akun uang digital kamu buat beli makan malam. Belinya online saja, jangan kemalaman supaya tetap aman. Jangan lupa simpan sandal yang banyak di luar pintu supaya orang mikirnya di sini nggak cuma kamu sendiri. Kalau begitu, Mbak pergi, ya."

Dan Islandia pun langsung memesan taksi agar bisa segera tiba di tempat tujuannya. Inginnya, sih, gadis itu memesan ojek motor saja, namun dia sudah cantik dan memesona, bisa-bisa nanti berantakan lagi perkara tertiup angin.

Lima belas menit kemudian, Isla sudah berdiri dengan anggun di depan aula hotel West Stone, menunggu sang bos untuk datang. Sementara itu, pasangan lain pun mulai masuk ke dalam sana.

Seharusnya, sang bos pergi dengan kekasihnya, atau partnernya, namun karena pria itu adalah bujang lapuk, maka terpaksa Isla yang dibawanya ke mana-mana. Dia tidak tahu apa sang bos sebelumnya pernah menikah dan sudah cerai atau memang tidak laku saja. Pasalnya, selama Isla bekerja dengan pria itu, dia tidak pernah sekalipun melihat bosnya menggandeng seorang wanita. Pasti pria itu selalu punya alasan untuk menghindar atau tidak berinteraksi sekalian, kecuali urusan bisnis.

Padahal usianya sudah tiga puluh delapan tahun! Beda delapan belas tahun dengan Isla yang masih di awal dua puluhan. Yah, mungkin saja memang tidak ada yang tahan dengan kelakuan River, makanya pria itu masih jomblo juga, padahal usianya sudah uzur.

"Haduh, kenapa kamu harus pakai gaun berwarna abu-abu, sih? Kita jadi seperti pasangan," nyinyir River begitu muncul di hadapan Isla.

Ya, Isla mana tahu kalau bosnya akan berbusana seperti apa! Masih untung dia datang dengan pakai baju yang pantas dan tidak rombeng. Lagipula, siapa juga yang mau dianggap pasangan dengan pria seperti River? "Saya juga nggak mau, samaan dengan Bapak, kok," sahut Isla dengan senyum yang sangat ramah tapi palsu.

Langsung saja River mendengkus karena sadar kalau di luar jam kerja, sifat Isla yang agak tengil memang selalu muncul. Karena malas berdebat dengan sang sekertaris, River pun menarik tangan Isla agar menggandengnya, kemudian mereka masuk ke aula yang sudah ramai.

Sayangnya, setiap kali Isla dan River bertemu dengan para rekan bisnis, kebanyakan dari mereka selalu menyebut kalau keduanya cocok.

"Menikah saja lah kalian ini, kalau pakai baju couple seperti sekarang, kalian sudah seperti suami istri."

Atau, "Kalian ini diam-diam punya hubungan, 'kan? Jujur saja, kalian serasi."

Dan semua pernyataan itu Isla jawab dengan senyuman paling ramahnya sambil berkata, "Saya dan Pak River lebih cocok jadi ayah dan anak dibanding jadi pasangan. Usia kami saja beda delapan belas tahun."

Ya kali, Isla jadi pasangan River, yang ada nanti dunia ini kiamat!

Dan tentu saja, Isla pun kemudian mendapatkan tatapan setajam pisau dari sang bos, karena secara tidak langsung Isla sudah mengatainya tua. Yah, Isla tidak peduli, soalnya, dia tidak sudi dikatai cocok dengan River. Pokoknya, sampai kapan pun dia tidak akan mau dengan River Angelos!

Sampai saat keesokan harinya, Isla terbangun dengan tubuh yang sudah tak berbusana. Polos. Dan nyeri asing muncul di antara kedua kakinya, disertai pegal-pegal tak lazim di area tubuhnya yang sebelumnya tidak pernah merasa nyeri.

Yang paling mengejutkan adalah pelukan hangat dari River yang juga dalam keadaan seperti dirinya.

Satu detik kemudian, Isla pun berteriak dengan sangat kencang.

Related chapters

  • Skandal Rahasia Sang CEO   2

    Sebenarnya, pesta di aula West Stone malam itu tidak ada yang salah. Dekorasinya indah, makanannya sangat enak terutama untuk Isla yang sedang kelaparan, tamunya ramah-ramah dan vibes-nya sangat nyaman, seperti sedang reuni dengan teman-teman lama.Sampai kemudian, si cacing kremi itu datang. Seorang wanita cantik berambut panjang berwarna merah terang alami dengan gaun berwarna hitam seksi memasuki ruangan pesta dengan anggunnya.Tatapan tajam wanita itu langsung tertuju pada Isla yang tengah menggandeng River dan tentu saja Isla langsung membuang muka, seakan mata mereka tidak pernah saling terpaku. Isla pun langsung mencengkram lengan River untuk mengisyaratkan kalau ada bahaya yang mendekat."Apa?!" bisik River dengan sangat judes.Cih. Kalau saja Isla sedang dalam suasana hati yang ingin ketenangan, dia pasti akan membiarkan River dalam ketidaktahuan dan tenggelam dalam bencana bernama Eloise. Untung Islandia sedang berbaik hati. "Eloise ada di arah jam tiga, pakai gaun hitam dan

    Last Updated : 2023-08-15
  • Skandal Rahasia Sang CEO   3

    Begitu pertanyaan tersebut terlontar dari mulutnya sendiri, ingatan gadis itu langsung mengalir deras, seperti bendungan yang baru saja dibuka pintu airnya.Islandia ingat saat dirinya dengan pasrah dibawa ke kamar River, lalu didorong ke atas ranjang raksasa milik pria tersebut. Pikiran gadis itu sempat waras sejenak dan ingin pulang karena dirasa ada yang salah dengan kejadian tersebut. "Pak, kayaknya kita nggak bisa ngelakuin ini," ujar Isla saat itu.Kemudian, begitu melihat River yang sudah menurunkan celananya, Isla pun tercengang dan pendapatnya langsung berubah seratus delapan puluh derajat. "Wah, besar. Pasti luar biasa dan enak," ujarnya yang kemudian hilang akal dan ujung-ujungnya malah menuruti gejolak hasrat yang ada di dalam dirinya. Sehingga malam itu, gadis tersebut bertindak di luar nalar sehatnya yang biasa dan berakhir dengan tidur bersama bosnya, atasan langsungnya, yang setiap hari bertemu juga bekerja bersama.Wajah Isla langsung memerah begitu seluruh ingatan se

    Last Updated : 2023-08-15
  • Skandal Rahasia Sang CEO   4

    "Pak, jangan bercanda! Ini masalah penting. Di sini masa depan saya yang dipertaruhkan. Bapak enak cuma celup-celup aja, yang nanggung konsekuensinya saya sendirian," ujar Islandia dengan sangat gelisah. Dia tidak mau kalau sampai hamil di luar nikah, apalagi dengan bosnya.Keluarga pria itu pasti tidak akan setuju dengannya. Wajar saja, Isla itu miskin, bukan level dan tidak setara. Yah, River pun belum tentu mau dengannya. Yang tersisa saat ini hanyalah Islandia sendirian. Bagaimana kalau sampai dia hamil? Mengurus Ivy yang sudah besar saja ternyata sangat merepotkan, apalagi kalau mengurus bayi. Lalu, bagaimana dengan pekerjaannya? Hutangnya? Apa anaknya bisa dijamin akan sehat selalu dan baik-baik saja? Isla begidik membayangkan nasibnya kelak.Dari seberang sana, terdengar suara decakan halus dari River. "Ya sudah, sekarang saya akan datang ke rumah kamu untuk membawa obat pencegah kehamilan. Kamu tunggu di luar rumah saja," titah River, yang kemudian terdengar suara pria itu ber

    Last Updated : 2023-08-15
  • Skandal Rahasia Sang CEO   5

    "Iya-iya apanya?!" Islandia memijit dahinya yang langsung merasa pening. "Pak, saya lagi butuh istirahat. Silakan Bapak keluar dari sini dan kita bertemu lagi besok di hari Senin. Tolong jangan ganggu saya hari ini karena ini hari libur. Nggak sepatutnya kita bertemu padahal bukan hari kerja," ujar gadis itu sambil membukakan pintu kamarnya lebar-lebar."Bukannya nggak sepatutnya kita tidur bersama? Tapi, toh, kita tetap melakukannya," balas River dengan gestur mengangkat bahu.Sial. Kenapa bosnya membawa hal itu lagi, sih?! "Lupakan saja, Pak. Anggap kita berdua khilaf saat itu. Lagipula, kita ada di dalam pengaruh perangsang!" sahut Islandia yang semakin lama semakin dibuat kesal. "Ck. Perangsang itu pun dari Eloise. Saya cukup yakin kalau dia melakukan itu supaya saya kecelakaan dengan pria lain dan secara otomatis, saya tidak punya kesempatan apa pun untuk menggoda Bapak."Parahnya, River sama sekali tidak peduli dengan kenyataan itu dan malah bertindak naris. "Yah, saya wajari ti

    Last Updated : 2023-09-15
  • Skandal Rahasia Sang CEO   6

    Panik karena takut dipecat perkara susah tidur dengan sang bos, maka yang bisa Islandia lakukan selanjutnya adalah mengelak. Sebagai pertahanan diri."Bapak masih perjaka, kok, Bu! Saya nggak tidur sama Pak River. Ibu bisa langsung tanya orangnya. Saya juga kurang paham kenapa Ibu Eloise tiba-tiba menuduh saya yang tidak-tidak!" seru Isla yang nadanya masih sangat sopan, padahal kepalanya sudah sakit sekali, seakan rambutnya akan lepas dari kulit kepala.Tatapan sang nyonya besar pun langsung berubah jadi tidak suka perkara anaknya gagal menghilangkan status perjakanya. Lalu, Eloise tak luput mendapatkan pandangan menyipit dari wanita yang sudah melahirkan River. "Lepas. Jangan melakukan tindakan yang merendahkan diri kamu sendiri. Islandia sudah bilang kalau River masih perjaka.""Bohong, Tante! Waktu itu jelas-jelas aku kasih dia minuman berperangsang, nggak mungkin dia bisa menahan diri dan nggak tidur sama pria mana pun!" tukas Eloise yang tangannya masih setia berada di kepala Is

    Last Updated : 2023-09-19
  • Skandal Rahasia Sang CEO   7

    "K-kamu sedang apa?" tanya ayah River sambil mematung di pintu kantornya. Pria paruh baya itu jelas terkejut saat mendapati adegan-adegan tak senonoh yang sedang dilakukan putranya yang mengaku 'perjaka' itu. "Tadi, Mama kamu cerita, katanya dia sudah kehilangan harapan sama kamu. Tapi ... Ini apa?"Dengan gerakan sigap, River bangkit dan berdiri dengan canggung, sementara Islandia langsung menutup wajahnya dengan blazer oversize yang gadis itu pakai.Sial. Mereka baru saja terpergok sedang melakukan yanh iya-iya dihadapan bos super besar! Ini lebih parah daripada tadi mereka berhadapan dengan ibu River. Bisa-bisa Islandia langsung dipecat dan di-blacklist dari semua kantor di kota ini.Gara-gara River yang tidak bisa menahan diri! Padahal tadi mereka sedang sesi pijat normal. Lalu, semua tiba-tiba saja berubah jadi ke arah lain."Ini ... Bukan apa-apa. Kita nggak ngapa-ngapain, kok," elak River yang mendadak jadi bodoh. Apanya yang tidak melakukan apa-apa! Mana mungkin ayahnya tidak m

    Last Updated : 2023-09-20
  • Skandal Rahasia Sang CEO   8

    "Astaga, Violet! Jangan aneh-aneh, ah! Aku lagi teleponan sama adik aku, bukan sama pacar. Jadi, nggak akan ada yang cemburu. Haha!" ujar Isla dengan jantung yang berdetak sangat kencang. Entah siapa Violet yang namanya dia sebut, pokoknya, sebisa mungkin Isla akan mengelak dengan berpura-pura kalau itu temannya yang jahil!Dasar River sialan! Bukannya pulang ke rumahnya sendiri, River malah ikut dengannya dan mengganggu Isla tanpa tahu malu. Jadi, dengan gerakan yang singkat, sang sekertaris pun hanya sempat mengambil kaus kaki yang berceceran di dekatnya, lalu melemparkan benda tersebut ke wajah River, sehingga pria itu langsung lari ke kamar mandi untuk mencuci muka. "Itu temen kantor Mbak yang datang buat numpang buang air besar. Orangnya emang jail banget. Dia kira kamu itu pacarnya Mbak, makanya sok-sokan bikin drama supaya ada yang cemburu," elak Isla pada Ivy. Untung saja otaknya sedang fast response, sehingga Isla bisa langsung mencari alasan untuk kejadian barusan. "Kamu gim

    Last Updated : 2023-09-22
  • Skandal Rahasia Sang CEO   9

    "Sama muncikari sekaligus rentenir. Makanya saya bilang, Bapak sebaiknya pulang. Nggak ada bagus-bagusnya di sini terus sama saya. Saya orangnya bermasalah sampai punya hutang banyak," ujar Islandia sambil berjalan melewati River, lalu melemparkan selimut untuk menutupi tubuh bosnya. Dia sendiri kembali memakai blazernya untuk menutupi bagian atas tubuhnya yang agak terbuka.Lalu, Islandia mengambil tumpukan uang yang ada di lacinya dan membawa puluhan lembaran berwarna merah itu ke depan. Kemudian, keributan pun berhenti begitu saja, seakan tidak terjadi apa-apa sebelumnya dan si penagih hutang pergi dengan santainya.Baru saat Islandia masuk ke kamar, kebisingan pun terjadi lagi karena sang bos dengan tidak tahu malunya, masih berdiri tanpa sehelai benang pun. "Pak! Astaga. Bapak udah nggak waras, ya? Kenapa nggak berpakaian juga?! Cepat pakai baju!" pekik Isla sambil membalikkan tubuhnya untuk tidak melihat.Namun, River malah mengabaikan omonga Isla dan bertanya soal hal lain. "Ka

    Last Updated : 2023-09-25

Latest chapter

  • Skandal Rahasia Sang CEO   13

    "Ma-maksud Ibu gimana, ya? Saya lagi sakit dan istirahat di rumah. Jadi, saya tidak tahu kalau Pak River juga ternyata tidak ke kantor, soalnya saya sama sekali tidak diberi kabar mengenai pekerjaan lagi semenjak saya izin sakit," ujar Isla dengan agak tergagap.Sial. Bagaimana bisa wanita itu langsung menebaknya hanya dalam sekali dengar? Tahu saja kalau River sedang ada di rumah Isla. Namun, tentu saja gadis itu harus mengelak. Percuma dia menerima tawaran bosnya kalau langsung ketahuan."Benar?" tanya si nyonya besar dengan nada yang agak tidak percaya. "Tapi, tidak ada kemungkinan lain selain dia bersama kamu. River sama sekali tidak muncul di kantor mau pun di rumahnya. Kalau tidak bersama kamu, terus dia di mana?" Suara Gaia pun berubah jadi keraguan.Bagus. Memang ini yang Isla mau. "Coba Ibu cek apa Pak River di villa pribadinya, atau cari histori penerbangannya, kali saja beliau ke luar negeri. Waktu itu beliau 'kan pernah pergi diam-diam dan membuat keributan di kantor," pap

  • Skandal Rahasia Sang CEO   12

    "Bu-bukan saya juga, Pak. Perempuan mana pun yang bakal dapat restu dari keluarga Bapak dan yang sekiranya setara. Pokoknya, jangan sampai Eloise. Nanti bukan cuma saya yang menderita, Bapak juga bakal menderita," elak Isla sambil mendorong sang bos agar pelukan itu terlepas.Mereka pun pada akhirnya kembali sibuk karena banyak pekerjaan yang belum diselesaikan.Namun, memang sial bagi Isla, setelah menyetujui perjanjian itu, dia malah diboyong pulang oleh River dan langsung dilahap semalaman, sampai tengah malam menjemput, River baru berhenti dari kegiatan gilanya."Pak, yang ngotak, dong. Sekali aja sehari, jangan terus-terusan kayak gini. Saya rasanya mau mati," ujar gadis itu sambil turun dari ranjang dan langsung masuk ke dalam kamar mandi.Begitu keluar setengah jam kemudian, Isla sudah dalam keadaan rapih. Sontak saja ekspresi River berubah jadi mengerut. "Mau ke mana kamu?" tanyanya dengan nada bossy. Tipikal pria itu sekali."Pulang. Sekarang sudah malam. Gara-gara Bapak saya

  • Skandal Rahasia Sang CEO   11

    "Pak! Kalau ada masalah pribadi, lebih baik diselesaikan dengan kepala dingin. Dan kalau bisa, tolong jangan bawa-bawa saya ke dalam masalah itu," ujar Islandia dengan senyum kakunya. Sebisa mungkin, gadis itu akan mengelak dan sama sekali tidak akan mengakui kalau dia sudah tidur dengan bosnya. Sampai berkali-kali, pula."Diam. Sekarang bukan waktunya kamu bicara," balas River dengan cukup kasar, membuat hati Isla sedikit tercubit. Dia tahu kalau dia hanya 'digunakan' oleh sang bos, toh, dia juga menggunakan pria itu untuk kesenangannya sendiri. Tapi, Memangnya harus, ya, bersikap searogan itu? Seakan Islandia memang tidak punya hak bicara. Dia 'kan manusia, yang punya hak untuk berpendapat, bukan kambing congek!Suasana hati gadis itu yang tadinya lempeng-lempeng saja jadi mendadak berubah haluan. Islandia gondok sekali."Tuh, kan. Bener, Tante. Kata aku juga apa, mereka pasti udah tidur bareng!" sahut Eloise dengan agak histeris. Jelas sekali kalau wanita itu tidak terima dengan ke

  • Skandal Rahasia Sang CEO   10

    Memang dasar sial, Islandia sama sekali tidak bisa mengelak, tidak bisa juga menolak karena dia lah yang tadi meminta hal gila itu.Jadi, seperti janji River sebelumnya, pria itu benar-benar menghabisi Isla. Sampai semalam penuh, dengan alasan selama ini setiap kali River ingin menyentuh Isla, pasti saja ada gangguannya. Jadi, ini adalah balas dendamnya.Sampai pagi menjelang, Islandia hanya diizinkan tidur sebentar saja, sehingga saat matahari mulai muncul, mata gadis itu malah ingin terpejam."Jangan tidur. Kita masih harus kerja hari ini," ucap River sambil mengelus punggung terbuka Isla. Mereka tengah ada di atas ranjang, baru selesai menghabiskan sesi terakhir mereka di pagi itu. Isla sendiri sudah hampir kehilangan kesadaran kalau saja bosnya tidak bicara. "Atau mau cuti saja? Kita habiskan seharian di atas ranjang tanpa gangguan? Mumpung adik kamu pulangnya masih lama.""Bapak gila, ya? Saya nggak bisa kalau lebih dari ini. Saya bisa mati kecapekan," gumam Isla yang masih berba

  • Skandal Rahasia Sang CEO   9

    "Sama muncikari sekaligus rentenir. Makanya saya bilang, Bapak sebaiknya pulang. Nggak ada bagus-bagusnya di sini terus sama saya. Saya orangnya bermasalah sampai punya hutang banyak," ujar Islandia sambil berjalan melewati River, lalu melemparkan selimut untuk menutupi tubuh bosnya. Dia sendiri kembali memakai blazernya untuk menutupi bagian atas tubuhnya yang agak terbuka.Lalu, Islandia mengambil tumpukan uang yang ada di lacinya dan membawa puluhan lembaran berwarna merah itu ke depan. Kemudian, keributan pun berhenti begitu saja, seakan tidak terjadi apa-apa sebelumnya dan si penagih hutang pergi dengan santainya.Baru saat Islandia masuk ke kamar, kebisingan pun terjadi lagi karena sang bos dengan tidak tahu malunya, masih berdiri tanpa sehelai benang pun. "Pak! Astaga. Bapak udah nggak waras, ya? Kenapa nggak berpakaian juga?! Cepat pakai baju!" pekik Isla sambil membalikkan tubuhnya untuk tidak melihat.Namun, River malah mengabaikan omonga Isla dan bertanya soal hal lain. "Ka

  • Skandal Rahasia Sang CEO   8

    "Astaga, Violet! Jangan aneh-aneh, ah! Aku lagi teleponan sama adik aku, bukan sama pacar. Jadi, nggak akan ada yang cemburu. Haha!" ujar Isla dengan jantung yang berdetak sangat kencang. Entah siapa Violet yang namanya dia sebut, pokoknya, sebisa mungkin Isla akan mengelak dengan berpura-pura kalau itu temannya yang jahil!Dasar River sialan! Bukannya pulang ke rumahnya sendiri, River malah ikut dengannya dan mengganggu Isla tanpa tahu malu. Jadi, dengan gerakan yang singkat, sang sekertaris pun hanya sempat mengambil kaus kaki yang berceceran di dekatnya, lalu melemparkan benda tersebut ke wajah River, sehingga pria itu langsung lari ke kamar mandi untuk mencuci muka. "Itu temen kantor Mbak yang datang buat numpang buang air besar. Orangnya emang jail banget. Dia kira kamu itu pacarnya Mbak, makanya sok-sokan bikin drama supaya ada yang cemburu," elak Isla pada Ivy. Untung saja otaknya sedang fast response, sehingga Isla bisa langsung mencari alasan untuk kejadian barusan. "Kamu gim

  • Skandal Rahasia Sang CEO   7

    "K-kamu sedang apa?" tanya ayah River sambil mematung di pintu kantornya. Pria paruh baya itu jelas terkejut saat mendapati adegan-adegan tak senonoh yang sedang dilakukan putranya yang mengaku 'perjaka' itu. "Tadi, Mama kamu cerita, katanya dia sudah kehilangan harapan sama kamu. Tapi ... Ini apa?"Dengan gerakan sigap, River bangkit dan berdiri dengan canggung, sementara Islandia langsung menutup wajahnya dengan blazer oversize yang gadis itu pakai.Sial. Mereka baru saja terpergok sedang melakukan yanh iya-iya dihadapan bos super besar! Ini lebih parah daripada tadi mereka berhadapan dengan ibu River. Bisa-bisa Islandia langsung dipecat dan di-blacklist dari semua kantor di kota ini.Gara-gara River yang tidak bisa menahan diri! Padahal tadi mereka sedang sesi pijat normal. Lalu, semua tiba-tiba saja berubah jadi ke arah lain."Ini ... Bukan apa-apa. Kita nggak ngapa-ngapain, kok," elak River yang mendadak jadi bodoh. Apanya yang tidak melakukan apa-apa! Mana mungkin ayahnya tidak m

  • Skandal Rahasia Sang CEO   6

    Panik karena takut dipecat perkara susah tidur dengan sang bos, maka yang bisa Islandia lakukan selanjutnya adalah mengelak. Sebagai pertahanan diri."Bapak masih perjaka, kok, Bu! Saya nggak tidur sama Pak River. Ibu bisa langsung tanya orangnya. Saya juga kurang paham kenapa Ibu Eloise tiba-tiba menuduh saya yang tidak-tidak!" seru Isla yang nadanya masih sangat sopan, padahal kepalanya sudah sakit sekali, seakan rambutnya akan lepas dari kulit kepala.Tatapan sang nyonya besar pun langsung berubah jadi tidak suka perkara anaknya gagal menghilangkan status perjakanya. Lalu, Eloise tak luput mendapatkan pandangan menyipit dari wanita yang sudah melahirkan River. "Lepas. Jangan melakukan tindakan yang merendahkan diri kamu sendiri. Islandia sudah bilang kalau River masih perjaka.""Bohong, Tante! Waktu itu jelas-jelas aku kasih dia minuman berperangsang, nggak mungkin dia bisa menahan diri dan nggak tidur sama pria mana pun!" tukas Eloise yang tangannya masih setia berada di kepala Is

  • Skandal Rahasia Sang CEO   5

    "Iya-iya apanya?!" Islandia memijit dahinya yang langsung merasa pening. "Pak, saya lagi butuh istirahat. Silakan Bapak keluar dari sini dan kita bertemu lagi besok di hari Senin. Tolong jangan ganggu saya hari ini karena ini hari libur. Nggak sepatutnya kita bertemu padahal bukan hari kerja," ujar gadis itu sambil membukakan pintu kamarnya lebar-lebar."Bukannya nggak sepatutnya kita tidur bersama? Tapi, toh, kita tetap melakukannya," balas River dengan gestur mengangkat bahu.Sial. Kenapa bosnya membawa hal itu lagi, sih?! "Lupakan saja, Pak. Anggap kita berdua khilaf saat itu. Lagipula, kita ada di dalam pengaruh perangsang!" sahut Islandia yang semakin lama semakin dibuat kesal. "Ck. Perangsang itu pun dari Eloise. Saya cukup yakin kalau dia melakukan itu supaya saya kecelakaan dengan pria lain dan secara otomatis, saya tidak punya kesempatan apa pun untuk menggoda Bapak."Parahnya, River sama sekali tidak peduli dengan kenyataan itu dan malah bertindak naris. "Yah, saya wajari ti

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status