Share

3

Author: raninside
last update Huling Na-update: 2023-08-15 23:43:52

Begitu pertanyaan tersebut terlontar dari mulutnya sendiri, ingatan gadis itu langsung mengalir deras, seperti bendungan yang baru saja dibuka pintu airnya.

Islandia ingat saat dirinya dengan pasrah dibawa ke kamar River, lalu didorong ke atas ranjang raksasa milik pria tersebut. Pikiran gadis itu sempat waras sejenak dan ingin pulang karena dirasa ada yang salah dengan kejadian tersebut. "Pak, kayaknya kita nggak bisa ngelakuin ini," ujar Isla saat itu.

Kemudian, begitu melihat River yang sudah menurunkan celananya, Isla pun tercengang dan pendapatnya langsung berubah seratus delapan puluh derajat. "Wah, besar. Pasti luar biasa dan enak," ujarnya yang kemudian hilang akal dan ujung-ujungnya malah menuruti gejolak hasrat yang ada di dalam dirinya. Sehingga malam itu, gadis tersebut bertindak di luar nalar sehatnya yang biasa dan berakhir dengan tidur bersama bosnya, atasan langsungnya, yang setiap hari bertemu juga bekerja bersama.

Wajah Isla langsung memerah begitu seluruh ingatan semalam muncul, di mana dirinya sempat menggoda River agar mereka melakukannya lagi. Dia bahkan dengan berani mengatakan kalau bosnya terasa sangat nikmat, sehingga menyesal tidak mencoba menggoda pria itu sedari awal.

Islandia pasti sudah gila.

"Sial. Kenapa kita bisa sampai nggak punya otak kayak begitu?" geruti Isla sambil meremas rambutnya sendiri. Dia heran dengan kelakuan nakalnya semalam. Dia itu gadis lurus yang tidak pernah berpacaran sekalipun. Bahkan, di usianya yang kedua puluh tahun, Isla tidak pernah menggandeng pria lain selain River, itu pun terpaksa karena tuntutan pekerjaan. Pokoknya, pengalaman Isla soal lawan jenisnya itu nol besar.

Yang tidak disangka adalah gerakan River di sisi Isla. Dengan santainya pria itu bangkit untuk duduk dan menunjukkan sebagian tubuhnya yang berotot.

Sontak saja Islandia berteriak sambil menutup matanya. Dan, dengan menyebalkan River bereaksi seakan tubuh telanjangnya itu adalah berkah, sehingga Isla harusnya bersyukur sudah melihat, bukannya berteriak tidak jelas. "Berlebihan sekali. Padahal kamu sudah melihat semuanya semalam, bahkan merasakannya juga," ujar River yang kemudian turun dari atas ranjang dan berdiri membelakangi Isla.

Pemandangan bagian belakang tubuh pria itu memang sangat indah, apalagi depannya.

"Saya semalam nggak sadar! Hilang akal! Gila! Dan sekarang saya sudah waras. Siapa yang tidak kaget dikasih lihat yang begituan! Sial! Bisa-bisanya kita tidur bareng."

"Sial dari mana? Kamu bahkan minta lagi dan lagi. Yang ada keenakan," celetuk River tanpa ada rem sama sekali. "Lagian kamu dapat minuman berperangsang itu dari mana, sih? Bisa-bisanya dosisnya setinggi itu."

Dalam satu detik saja, Isla langsung membuka matanya karena mendengar kata yang sangat tabu di telinganya. Seketika itu pula, Islandia langsung menyesal karena River berdiri menghadapnya dengan sangat percaya diri, seakan dia Adonis saja, yang telanjang, gagah dan sangat bangga dengan tubuhnya sendiri. "Pak! Tutupin, kek. Bisa-bisanya malah dibiarin gundal-gandul!" tegur Isla yang kali ini langsung mengalihkan pandangannya. Meskipun begitu, ada secuil perasaan yang membuat gadis itu rasanya ingin mengintip ke arah sana.

"Badan saya bagus, punya saya ukurannya besar dan tahan lama. Kamu harusnya merasa beruntung. Mana semalam kamu sudah merasakannya, pula," jawab River dengan arogan. "Dan kamu belum jawab pertanyaan saya. Dari mana minuman itu. Atau jangan-jangan kamu yang racik sendiri? Tujuannya supaya teman saya minum, lalu kalian tidur bersama dan akhirnya dia harus bertanggung jawab?"

Tentu saja pertanyaan menyudutkan itu membuat Islandia sakit hati. Memang, orang miskin cenderung dituduh yang tidak-tidak karena mereka tidak punya uang. Mungkin streotip itu juga muncul karena tingginya angka kriminalitas yang pelakunya orang-orang miskin. Tapi, ya kali sampai menuduh Islandia berbuat sekotor itu. Padahal mereka sudah bekerja bersama sampai berbulan-bulan!

Langsung saja Isla pun melemparkan bantal di sisinya ke wajah sang bos. "Enak saja main tuduh-tuduh. Saya juga ogah sama orang kaya seperti kalian! Bajingan semua! Tidak ada yang bisa dipercaya! Brengsek!" sergah gadis itu dengan penuh emosi. "Minuman itu dikasih sama Eloise! Sialan! Gara-gara si cacing, saya jadi nggak suci lagi!"

Mendengar ocehan Isla, reaksi River hanya menyingkirkan bantal yang mengenai wajahnya, lalu pria itu mengangkat sebelah alisnya. "Saya juga kehilangan keperjakaan saya, tapi tidak rewel seperti kamu," sahut sang bos dengan nada yang sangat meremehkan.

"Mana ada, Bapak pasti sudah icip-icip sama wanita lain! Idih, saya pakai bekas orang," sungut Isla sambil mengusap lengannya seakan jijik.

"Enak saja, saya masih gres, ya! Baru kamu yang buka segelnya. Saya nggak suka celap-celup sana-sini. Punya saya itu ekslusif. Kamu harusnya beruntung karena jadi orang pertama yang mencoba."

Inginnya, sih, Islandia tidak percaya dengan perkataan sang bos, namun wajah pria itu serius sekali, hingga Isla mau tak mau akhirnya percaya juga. Lagipula, untuk apa bosnya berbohong, kan? "Wah, berarti selama ini Bapak beneran bujang lapuk yang nggak laku. Di umur tiga puluh delapan masih perjaka sampai tadi malam," celetuk gadis itu yang langsung mendapatkan pelototan tajam dari sang bos.

"Sudahlah, sekarang kamu bangun dan bersih-bersih, kita harus pergi ke kantor," ujar River sambil masuk ke kamar mandi, padahal satu detik lalu pria itu menyuruhnya bersih-bersih. Jadi, maksud River itu, mereka mandi bersama?

"Terus nasib saya gimana? Memangnya boleh sesantai ini setelah kita tidur bersama? Bukannya saya harus me-reog karena baru saja kehilangan kesucian?"

Lalu, Isla pun melihat River mengangkat bahunya. "Silakan kalau kamu mau me-reog, saya tidak akan mencegah, tapi, memang ada gunanya? Toh, semua sudah telanjur. Yang bisa kita lakukan hanya melanjutkan hidup. Ini risiko karena kita tidak berhati-hati. Jadi, cepat masuk sini dan bersihkan diri karena kita ada pertemuan penting dengan klien."

***

Sudah. Seperti itu saja. Hari itu Islandia habiskan dengan sangat wajar dan tidak ada yang aneh.

Tadi pagi, gadis itu bergabung di kamar mandi dengan River dan membersihkan diri sambil merasa canggung, namun dia tetap melakukannya karena diburu waktu perkara River mengatakan satu nama klien paling penting di perusahaan. Setelahnya, mereka selesai dan Isla pun mengenakan pakaian yang entah bagaimana sudah disiapkan untuknya di atas ranjang.

Lalu, mereka pergi ke kantor, di mana klien penting perusahaan sudah menunggu dengan gagahnya, padahal hari itu adalah akhir pekan, di mana semua pegawai libur.

Selesai rapat, barulah Islandia diizinkan pulang dan diantar oleh supir sang bos menuju ke rumah.

Satu-satunya pengingat kalau mereka sudah melakukan hal itu, hanyalah rasa nyeri yang ada di antara kedua kaki Islandia. Sangat tidak nyaman dan mengganggu di setiap gadis itu bergerak. Sisanya? Bahkan seperti mereka tidak pernah melakukan apa-apa dan berkegiatan layaknya hari normal biasa. Atasan dan bawahan biasa.

"Mbak kenapa baru pulang sekarang? Dari semalam aku tungguin Mbak, tapi Mbak nggak pulang juga," ujar Ivy begitu Isla membuka pintu.

Tentu saja Islandia langsung gelagapan, karena selama lima bulan mereka tinggal bersama, ini kali pertama Isla semalaman tidak pulang ke rumah. "Sehabis dari pesta, Mbak masih harus menemani Pak Bos lembur di lobi hotel semalaman, terus karena terlalu larut, jadi Mbak nginep di hotel aja sekalian. Kebetulan kemarin dapat voucher buat menginap dan paginya Mbak masih harus kerja lagi karena ada klien penting," jawab Islandia dengan cepat dan penuh kebohongan. Untung saja otaknya bekerja dengan sangat cepat, kalau tidak habislah dia.

Raut wajah Ivy yang tadinya cemas pun langsung berubah jadi lega. "Syukurlah. Ivy pikir, Mbak habis berbuat yang nggak-nggak sama pria jahat," ungkap Ivy yang langsung membuat jantung Isla seperti baru saja ditarik keluar dengan paksa. "Untungnya Mbak nggak aneh-aneh. Jangan sampai terjadi juga, deh, karena kalau sampai hamil, kasihan nanti, yang jadi korban itu anaknya. Kayak nasib Ivy sekarang, selalu dibilang anak haram sama Ibu dan dibilang anak bawa sial."

Langsung saja Islandia meringis mendengarnya. Kisah hidup Ivy memang miris sekali, makanya Isla sampai nekat membeli gadis itu sebelum terjadi sesuatu kepada remaja berusia empat belas tahun tersebut. Sekarang, Isla bahkan berperan sebagai kakak sekaligus keluarga Ivy satu-satunya, yang menafkahi dan menyekolahkan Ivy.

Karena topik pembicaraan mereka berubah jadi ke arah yang sangat tidak nyaman, buru-buru Isla mengalihkan pembicaraan. "Sudah, jangan bahas itu. Kamu 'kan sekarang sudah hidup nyaman sama Mbak. Yang lewat lebih baik dilupakan saja, karena Mbak pasti akan melindungi kamu," papar Islandia sambil mengelus kepala Ivy. "Omong-omong, kamu sudah siap-siap buat study tour besok? Jangan sampai persiapannya mendadak, lho. Nanti kamu kerepotan."

"Oh, iya. Ivy lupa. Kalau gitu, Ivy siap-siap dulu," ujar remaja tersebut sambil berlari menuju ke kamarnya.

Sayang sekali, kepergian Ivy tidak membuat Islandia lega juga karena omongan gadis itu sebelumnya membuat pikiran Isla terusik. Dengan segera gadis itu masuk ke kamarnya, mengunci pintu, lalu menelepon River dengan menekan tombol nomor dua cukup lama.

"Apa? Saya baru mau istirahat, sudah diganggu lagi saja." River menggerutu begitu mengangkat telepon.

Meskipun kesal, Isla masih harus tetap mempertahankan panggilan itu karena ada hal sangat amat penting. "Semalam kita nggak pakai pengaman?" tanya gadis itu dengan cemas.

"Mana ada pengaman. Saya tidak pernah menyiapkan yang begitu. Jadi, selama berkali-kali kita berbuat, ya, tanpa pengaman," jawab River dengan santai.

Islandia pun menggigit bibirnya karena gelisah. "Gimana kalau saya hamil?"

"Ya, berarti kita bakal punya anak."

Sialan! Islandia juga tahu kalau soal itu. Yang dia tanyakan itu, bagaimana dengan nasib Isla selanjutnya?

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Skandal Rahasia Sang CEO   4

    "Pak, jangan bercanda! Ini masalah penting. Di sini masa depan saya yang dipertaruhkan. Bapak enak cuma celup-celup aja, yang nanggung konsekuensinya saya sendirian," ujar Islandia dengan sangat gelisah. Dia tidak mau kalau sampai hamil di luar nikah, apalagi dengan bosnya.Keluarga pria itu pasti tidak akan setuju dengannya. Wajar saja, Isla itu miskin, bukan level dan tidak setara. Yah, River pun belum tentu mau dengannya. Yang tersisa saat ini hanyalah Islandia sendirian. Bagaimana kalau sampai dia hamil? Mengurus Ivy yang sudah besar saja ternyata sangat merepotkan, apalagi kalau mengurus bayi. Lalu, bagaimana dengan pekerjaannya? Hutangnya? Apa anaknya bisa dijamin akan sehat selalu dan baik-baik saja? Isla begidik membayangkan nasibnya kelak.Dari seberang sana, terdengar suara decakan halus dari River. "Ya sudah, sekarang saya akan datang ke rumah kamu untuk membawa obat pencegah kehamilan. Kamu tunggu di luar rumah saja," titah River, yang kemudian terdengar suara pria itu ber

    Huling Na-update : 2023-08-15
  • Skandal Rahasia Sang CEO   5

    "Iya-iya apanya?!" Islandia memijit dahinya yang langsung merasa pening. "Pak, saya lagi butuh istirahat. Silakan Bapak keluar dari sini dan kita bertemu lagi besok di hari Senin. Tolong jangan ganggu saya hari ini karena ini hari libur. Nggak sepatutnya kita bertemu padahal bukan hari kerja," ujar gadis itu sambil membukakan pintu kamarnya lebar-lebar."Bukannya nggak sepatutnya kita tidur bersama? Tapi, toh, kita tetap melakukannya," balas River dengan gestur mengangkat bahu.Sial. Kenapa bosnya membawa hal itu lagi, sih?! "Lupakan saja, Pak. Anggap kita berdua khilaf saat itu. Lagipula, kita ada di dalam pengaruh perangsang!" sahut Islandia yang semakin lama semakin dibuat kesal. "Ck. Perangsang itu pun dari Eloise. Saya cukup yakin kalau dia melakukan itu supaya saya kecelakaan dengan pria lain dan secara otomatis, saya tidak punya kesempatan apa pun untuk menggoda Bapak."Parahnya, River sama sekali tidak peduli dengan kenyataan itu dan malah bertindak naris. "Yah, saya wajari ti

    Huling Na-update : 2023-09-15
  • Skandal Rahasia Sang CEO   6

    Panik karena takut dipecat perkara susah tidur dengan sang bos, maka yang bisa Islandia lakukan selanjutnya adalah mengelak. Sebagai pertahanan diri."Bapak masih perjaka, kok, Bu! Saya nggak tidur sama Pak River. Ibu bisa langsung tanya orangnya. Saya juga kurang paham kenapa Ibu Eloise tiba-tiba menuduh saya yang tidak-tidak!" seru Isla yang nadanya masih sangat sopan, padahal kepalanya sudah sakit sekali, seakan rambutnya akan lepas dari kulit kepala.Tatapan sang nyonya besar pun langsung berubah jadi tidak suka perkara anaknya gagal menghilangkan status perjakanya. Lalu, Eloise tak luput mendapatkan pandangan menyipit dari wanita yang sudah melahirkan River. "Lepas. Jangan melakukan tindakan yang merendahkan diri kamu sendiri. Islandia sudah bilang kalau River masih perjaka.""Bohong, Tante! Waktu itu jelas-jelas aku kasih dia minuman berperangsang, nggak mungkin dia bisa menahan diri dan nggak tidur sama pria mana pun!" tukas Eloise yang tangannya masih setia berada di kepala Is

    Huling Na-update : 2023-09-19
  • Skandal Rahasia Sang CEO   7

    "K-kamu sedang apa?" tanya ayah River sambil mematung di pintu kantornya. Pria paruh baya itu jelas terkejut saat mendapati adegan-adegan tak senonoh yang sedang dilakukan putranya yang mengaku 'perjaka' itu. "Tadi, Mama kamu cerita, katanya dia sudah kehilangan harapan sama kamu. Tapi ... Ini apa?"Dengan gerakan sigap, River bangkit dan berdiri dengan canggung, sementara Islandia langsung menutup wajahnya dengan blazer oversize yang gadis itu pakai.Sial. Mereka baru saja terpergok sedang melakukan yanh iya-iya dihadapan bos super besar! Ini lebih parah daripada tadi mereka berhadapan dengan ibu River. Bisa-bisa Islandia langsung dipecat dan di-blacklist dari semua kantor di kota ini.Gara-gara River yang tidak bisa menahan diri! Padahal tadi mereka sedang sesi pijat normal. Lalu, semua tiba-tiba saja berubah jadi ke arah lain."Ini ... Bukan apa-apa. Kita nggak ngapa-ngapain, kok," elak River yang mendadak jadi bodoh. Apanya yang tidak melakukan apa-apa! Mana mungkin ayahnya tidak m

    Huling Na-update : 2023-09-20
  • Skandal Rahasia Sang CEO   8

    "Astaga, Violet! Jangan aneh-aneh, ah! Aku lagi teleponan sama adik aku, bukan sama pacar. Jadi, nggak akan ada yang cemburu. Haha!" ujar Isla dengan jantung yang berdetak sangat kencang. Entah siapa Violet yang namanya dia sebut, pokoknya, sebisa mungkin Isla akan mengelak dengan berpura-pura kalau itu temannya yang jahil!Dasar River sialan! Bukannya pulang ke rumahnya sendiri, River malah ikut dengannya dan mengganggu Isla tanpa tahu malu. Jadi, dengan gerakan yang singkat, sang sekertaris pun hanya sempat mengambil kaus kaki yang berceceran di dekatnya, lalu melemparkan benda tersebut ke wajah River, sehingga pria itu langsung lari ke kamar mandi untuk mencuci muka. "Itu temen kantor Mbak yang datang buat numpang buang air besar. Orangnya emang jail banget. Dia kira kamu itu pacarnya Mbak, makanya sok-sokan bikin drama supaya ada yang cemburu," elak Isla pada Ivy. Untung saja otaknya sedang fast response, sehingga Isla bisa langsung mencari alasan untuk kejadian barusan. "Kamu gim

    Huling Na-update : 2023-09-22
  • Skandal Rahasia Sang CEO   9

    "Sama muncikari sekaligus rentenir. Makanya saya bilang, Bapak sebaiknya pulang. Nggak ada bagus-bagusnya di sini terus sama saya. Saya orangnya bermasalah sampai punya hutang banyak," ujar Islandia sambil berjalan melewati River, lalu melemparkan selimut untuk menutupi tubuh bosnya. Dia sendiri kembali memakai blazernya untuk menutupi bagian atas tubuhnya yang agak terbuka.Lalu, Islandia mengambil tumpukan uang yang ada di lacinya dan membawa puluhan lembaran berwarna merah itu ke depan. Kemudian, keributan pun berhenti begitu saja, seakan tidak terjadi apa-apa sebelumnya dan si penagih hutang pergi dengan santainya.Baru saat Islandia masuk ke kamar, kebisingan pun terjadi lagi karena sang bos dengan tidak tahu malunya, masih berdiri tanpa sehelai benang pun. "Pak! Astaga. Bapak udah nggak waras, ya? Kenapa nggak berpakaian juga?! Cepat pakai baju!" pekik Isla sambil membalikkan tubuhnya untuk tidak melihat.Namun, River malah mengabaikan omonga Isla dan bertanya soal hal lain. "Ka

    Huling Na-update : 2023-09-25
  • Skandal Rahasia Sang CEO   10

    Memang dasar sial, Islandia sama sekali tidak bisa mengelak, tidak bisa juga menolak karena dia lah yang tadi meminta hal gila itu.Jadi, seperti janji River sebelumnya, pria itu benar-benar menghabisi Isla. Sampai semalam penuh, dengan alasan selama ini setiap kali River ingin menyentuh Isla, pasti saja ada gangguannya. Jadi, ini adalah balas dendamnya.Sampai pagi menjelang, Islandia hanya diizinkan tidur sebentar saja, sehingga saat matahari mulai muncul, mata gadis itu malah ingin terpejam."Jangan tidur. Kita masih harus kerja hari ini," ucap River sambil mengelus punggung terbuka Isla. Mereka tengah ada di atas ranjang, baru selesai menghabiskan sesi terakhir mereka di pagi itu. Isla sendiri sudah hampir kehilangan kesadaran kalau saja bosnya tidak bicara. "Atau mau cuti saja? Kita habiskan seharian di atas ranjang tanpa gangguan? Mumpung adik kamu pulangnya masih lama.""Bapak gila, ya? Saya nggak bisa kalau lebih dari ini. Saya bisa mati kecapekan," gumam Isla yang masih berba

    Huling Na-update : 2023-09-27
  • Skandal Rahasia Sang CEO   11

    "Pak! Kalau ada masalah pribadi, lebih baik diselesaikan dengan kepala dingin. Dan kalau bisa, tolong jangan bawa-bawa saya ke dalam masalah itu," ujar Islandia dengan senyum kakunya. Sebisa mungkin, gadis itu akan mengelak dan sama sekali tidak akan mengakui kalau dia sudah tidur dengan bosnya. Sampai berkali-kali, pula."Diam. Sekarang bukan waktunya kamu bicara," balas River dengan cukup kasar, membuat hati Isla sedikit tercubit. Dia tahu kalau dia hanya 'digunakan' oleh sang bos, toh, dia juga menggunakan pria itu untuk kesenangannya sendiri. Tapi, Memangnya harus, ya, bersikap searogan itu? Seakan Islandia memang tidak punya hak bicara. Dia 'kan manusia, yang punya hak untuk berpendapat, bukan kambing congek!Suasana hati gadis itu yang tadinya lempeng-lempeng saja jadi mendadak berubah haluan. Islandia gondok sekali."Tuh, kan. Bener, Tante. Kata aku juga apa, mereka pasti udah tidur bareng!" sahut Eloise dengan agak histeris. Jelas sekali kalau wanita itu tidak terima dengan ke

    Huling Na-update : 2023-09-29

Pinakabagong kabanata

  • Skandal Rahasia Sang CEO   13

    "Ma-maksud Ibu gimana, ya? Saya lagi sakit dan istirahat di rumah. Jadi, saya tidak tahu kalau Pak River juga ternyata tidak ke kantor, soalnya saya sama sekali tidak diberi kabar mengenai pekerjaan lagi semenjak saya izin sakit," ujar Isla dengan agak tergagap.Sial. Bagaimana bisa wanita itu langsung menebaknya hanya dalam sekali dengar? Tahu saja kalau River sedang ada di rumah Isla. Namun, tentu saja gadis itu harus mengelak. Percuma dia menerima tawaran bosnya kalau langsung ketahuan."Benar?" tanya si nyonya besar dengan nada yang agak tidak percaya. "Tapi, tidak ada kemungkinan lain selain dia bersama kamu. River sama sekali tidak muncul di kantor mau pun di rumahnya. Kalau tidak bersama kamu, terus dia di mana?" Suara Gaia pun berubah jadi keraguan.Bagus. Memang ini yang Isla mau. "Coba Ibu cek apa Pak River di villa pribadinya, atau cari histori penerbangannya, kali saja beliau ke luar negeri. Waktu itu beliau 'kan pernah pergi diam-diam dan membuat keributan di kantor," pap

  • Skandal Rahasia Sang CEO   12

    "Bu-bukan saya juga, Pak. Perempuan mana pun yang bakal dapat restu dari keluarga Bapak dan yang sekiranya setara. Pokoknya, jangan sampai Eloise. Nanti bukan cuma saya yang menderita, Bapak juga bakal menderita," elak Isla sambil mendorong sang bos agar pelukan itu terlepas.Mereka pun pada akhirnya kembali sibuk karena banyak pekerjaan yang belum diselesaikan.Namun, memang sial bagi Isla, setelah menyetujui perjanjian itu, dia malah diboyong pulang oleh River dan langsung dilahap semalaman, sampai tengah malam menjemput, River baru berhenti dari kegiatan gilanya."Pak, yang ngotak, dong. Sekali aja sehari, jangan terus-terusan kayak gini. Saya rasanya mau mati," ujar gadis itu sambil turun dari ranjang dan langsung masuk ke dalam kamar mandi.Begitu keluar setengah jam kemudian, Isla sudah dalam keadaan rapih. Sontak saja ekspresi River berubah jadi mengerut. "Mau ke mana kamu?" tanyanya dengan nada bossy. Tipikal pria itu sekali."Pulang. Sekarang sudah malam. Gara-gara Bapak saya

  • Skandal Rahasia Sang CEO   11

    "Pak! Kalau ada masalah pribadi, lebih baik diselesaikan dengan kepala dingin. Dan kalau bisa, tolong jangan bawa-bawa saya ke dalam masalah itu," ujar Islandia dengan senyum kakunya. Sebisa mungkin, gadis itu akan mengelak dan sama sekali tidak akan mengakui kalau dia sudah tidur dengan bosnya. Sampai berkali-kali, pula."Diam. Sekarang bukan waktunya kamu bicara," balas River dengan cukup kasar, membuat hati Isla sedikit tercubit. Dia tahu kalau dia hanya 'digunakan' oleh sang bos, toh, dia juga menggunakan pria itu untuk kesenangannya sendiri. Tapi, Memangnya harus, ya, bersikap searogan itu? Seakan Islandia memang tidak punya hak bicara. Dia 'kan manusia, yang punya hak untuk berpendapat, bukan kambing congek!Suasana hati gadis itu yang tadinya lempeng-lempeng saja jadi mendadak berubah haluan. Islandia gondok sekali."Tuh, kan. Bener, Tante. Kata aku juga apa, mereka pasti udah tidur bareng!" sahut Eloise dengan agak histeris. Jelas sekali kalau wanita itu tidak terima dengan ke

  • Skandal Rahasia Sang CEO   10

    Memang dasar sial, Islandia sama sekali tidak bisa mengelak, tidak bisa juga menolak karena dia lah yang tadi meminta hal gila itu.Jadi, seperti janji River sebelumnya, pria itu benar-benar menghabisi Isla. Sampai semalam penuh, dengan alasan selama ini setiap kali River ingin menyentuh Isla, pasti saja ada gangguannya. Jadi, ini adalah balas dendamnya.Sampai pagi menjelang, Islandia hanya diizinkan tidur sebentar saja, sehingga saat matahari mulai muncul, mata gadis itu malah ingin terpejam."Jangan tidur. Kita masih harus kerja hari ini," ucap River sambil mengelus punggung terbuka Isla. Mereka tengah ada di atas ranjang, baru selesai menghabiskan sesi terakhir mereka di pagi itu. Isla sendiri sudah hampir kehilangan kesadaran kalau saja bosnya tidak bicara. "Atau mau cuti saja? Kita habiskan seharian di atas ranjang tanpa gangguan? Mumpung adik kamu pulangnya masih lama.""Bapak gila, ya? Saya nggak bisa kalau lebih dari ini. Saya bisa mati kecapekan," gumam Isla yang masih berba

  • Skandal Rahasia Sang CEO   9

    "Sama muncikari sekaligus rentenir. Makanya saya bilang, Bapak sebaiknya pulang. Nggak ada bagus-bagusnya di sini terus sama saya. Saya orangnya bermasalah sampai punya hutang banyak," ujar Islandia sambil berjalan melewati River, lalu melemparkan selimut untuk menutupi tubuh bosnya. Dia sendiri kembali memakai blazernya untuk menutupi bagian atas tubuhnya yang agak terbuka.Lalu, Islandia mengambil tumpukan uang yang ada di lacinya dan membawa puluhan lembaran berwarna merah itu ke depan. Kemudian, keributan pun berhenti begitu saja, seakan tidak terjadi apa-apa sebelumnya dan si penagih hutang pergi dengan santainya.Baru saat Islandia masuk ke kamar, kebisingan pun terjadi lagi karena sang bos dengan tidak tahu malunya, masih berdiri tanpa sehelai benang pun. "Pak! Astaga. Bapak udah nggak waras, ya? Kenapa nggak berpakaian juga?! Cepat pakai baju!" pekik Isla sambil membalikkan tubuhnya untuk tidak melihat.Namun, River malah mengabaikan omonga Isla dan bertanya soal hal lain. "Ka

  • Skandal Rahasia Sang CEO   8

    "Astaga, Violet! Jangan aneh-aneh, ah! Aku lagi teleponan sama adik aku, bukan sama pacar. Jadi, nggak akan ada yang cemburu. Haha!" ujar Isla dengan jantung yang berdetak sangat kencang. Entah siapa Violet yang namanya dia sebut, pokoknya, sebisa mungkin Isla akan mengelak dengan berpura-pura kalau itu temannya yang jahil!Dasar River sialan! Bukannya pulang ke rumahnya sendiri, River malah ikut dengannya dan mengganggu Isla tanpa tahu malu. Jadi, dengan gerakan yang singkat, sang sekertaris pun hanya sempat mengambil kaus kaki yang berceceran di dekatnya, lalu melemparkan benda tersebut ke wajah River, sehingga pria itu langsung lari ke kamar mandi untuk mencuci muka. "Itu temen kantor Mbak yang datang buat numpang buang air besar. Orangnya emang jail banget. Dia kira kamu itu pacarnya Mbak, makanya sok-sokan bikin drama supaya ada yang cemburu," elak Isla pada Ivy. Untung saja otaknya sedang fast response, sehingga Isla bisa langsung mencari alasan untuk kejadian barusan. "Kamu gim

  • Skandal Rahasia Sang CEO   7

    "K-kamu sedang apa?" tanya ayah River sambil mematung di pintu kantornya. Pria paruh baya itu jelas terkejut saat mendapati adegan-adegan tak senonoh yang sedang dilakukan putranya yang mengaku 'perjaka' itu. "Tadi, Mama kamu cerita, katanya dia sudah kehilangan harapan sama kamu. Tapi ... Ini apa?"Dengan gerakan sigap, River bangkit dan berdiri dengan canggung, sementara Islandia langsung menutup wajahnya dengan blazer oversize yang gadis itu pakai.Sial. Mereka baru saja terpergok sedang melakukan yanh iya-iya dihadapan bos super besar! Ini lebih parah daripada tadi mereka berhadapan dengan ibu River. Bisa-bisa Islandia langsung dipecat dan di-blacklist dari semua kantor di kota ini.Gara-gara River yang tidak bisa menahan diri! Padahal tadi mereka sedang sesi pijat normal. Lalu, semua tiba-tiba saja berubah jadi ke arah lain."Ini ... Bukan apa-apa. Kita nggak ngapa-ngapain, kok," elak River yang mendadak jadi bodoh. Apanya yang tidak melakukan apa-apa! Mana mungkin ayahnya tidak m

  • Skandal Rahasia Sang CEO   6

    Panik karena takut dipecat perkara susah tidur dengan sang bos, maka yang bisa Islandia lakukan selanjutnya adalah mengelak. Sebagai pertahanan diri."Bapak masih perjaka, kok, Bu! Saya nggak tidur sama Pak River. Ibu bisa langsung tanya orangnya. Saya juga kurang paham kenapa Ibu Eloise tiba-tiba menuduh saya yang tidak-tidak!" seru Isla yang nadanya masih sangat sopan, padahal kepalanya sudah sakit sekali, seakan rambutnya akan lepas dari kulit kepala.Tatapan sang nyonya besar pun langsung berubah jadi tidak suka perkara anaknya gagal menghilangkan status perjakanya. Lalu, Eloise tak luput mendapatkan pandangan menyipit dari wanita yang sudah melahirkan River. "Lepas. Jangan melakukan tindakan yang merendahkan diri kamu sendiri. Islandia sudah bilang kalau River masih perjaka.""Bohong, Tante! Waktu itu jelas-jelas aku kasih dia minuman berperangsang, nggak mungkin dia bisa menahan diri dan nggak tidur sama pria mana pun!" tukas Eloise yang tangannya masih setia berada di kepala Is

  • Skandal Rahasia Sang CEO   5

    "Iya-iya apanya?!" Islandia memijit dahinya yang langsung merasa pening. "Pak, saya lagi butuh istirahat. Silakan Bapak keluar dari sini dan kita bertemu lagi besok di hari Senin. Tolong jangan ganggu saya hari ini karena ini hari libur. Nggak sepatutnya kita bertemu padahal bukan hari kerja," ujar gadis itu sambil membukakan pintu kamarnya lebar-lebar."Bukannya nggak sepatutnya kita tidur bersama? Tapi, toh, kita tetap melakukannya," balas River dengan gestur mengangkat bahu.Sial. Kenapa bosnya membawa hal itu lagi, sih?! "Lupakan saja, Pak. Anggap kita berdua khilaf saat itu. Lagipula, kita ada di dalam pengaruh perangsang!" sahut Islandia yang semakin lama semakin dibuat kesal. "Ck. Perangsang itu pun dari Eloise. Saya cukup yakin kalau dia melakukan itu supaya saya kecelakaan dengan pria lain dan secara otomatis, saya tidak punya kesempatan apa pun untuk menggoda Bapak."Parahnya, River sama sekali tidak peduli dengan kenyataan itu dan malah bertindak naris. "Yah, saya wajari ti

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status