Share

5

Author: raninside
last update Last Updated: 2023-09-15 22:47:21

"Iya-iya apanya?!" Islandia memijit dahinya yang langsung merasa pening. "Pak, saya lagi butuh istirahat. Silakan Bapak keluar dari sini dan kita bertemu lagi besok di hari Senin. Tolong jangan ganggu saya hari ini karena ini hari libur. Nggak sepatutnya kita bertemu padahal bukan hari kerja," ujar gadis itu sambil membukakan pintu kamarnya lebar-lebar.

"Bukannya nggak sepatutnya kita tidur bersama? Tapi, toh, kita tetap melakukannya," balas River dengan gestur mengangkat bahu.

Sial. Kenapa bosnya membawa hal itu lagi, sih?! "Lupakan saja, Pak. Anggap kita berdua khilaf saat itu. Lagipula, kita ada di dalam pengaruh perangsang!" sahut Islandia yang semakin lama semakin dibuat kesal. "Ck. Perangsang itu pun dari Eloise. Saya cukup yakin kalau dia melakukan itu supaya saya kecelakaan dengan pria lain dan secara otomatis, saya tidak punya kesempatan apa pun untuk menggoda Bapak."

Parahnya, River sama sekali tidak peduli dengan kenyataan itu dan malah bertindak naris. "Yah, saya wajari tindakan wanita tersebut. Soalnya saya tampan dan luar biasa. Maklum saja kalau saya sampai punya penggemar fanatik seperti itu," ujar River yang masih berbaring nyaman di atas ranjang Isla. Namun, kearoganan pria itu langsung jatuh saat perutnya sendiri mengeluarkan bunyi yang cukup keras.

Sepertinya efek karena River sedari kemarin siang tidak keluar dari kamar Isla dan malah bertahan padahal sudah diusir. "Tampan, luar biasa dan lapar. Jadi, saya sarankan Bapak keluar dari rumah saya dan cari makan. Itu pun kalau ada warung makan yang buka jam setengah empat pagi kayak gini," sindir Isla.

Namun, entah bagaimana ceritanya, River malah berakhir dengan memesan makanan dari restoran mahal yang buka dua puluh empat jam. Jadilah pria itu tidak bisa diusir. "Masa orang seperti saya makan dari warung, sih? Begini cara orang kaya makan," pamer River yang membuka beberapa kotak makanan yang menguarkan aroma harum.

Perut Isla jadi lapar, kan, padahal hatinya dongkol sekali perkara kesombongan sang bos. Karena dirasa sudah tidak perlu jaga imej ataupun bersikap sopan, Isla pun ikutan duduk dan bergabung untuk makan bersama River meskipun gadis itu belum ditawari.

Untungnya, River sama sekali tidak mengoceh dan malah menyerahkan sebagian makanannya para Isla. "Kok kamu bisa jadi Sekertaris saya padahal bukan lulusan S1, sih? Saya lupa bertanya soal hal itu, soalnya kamu kalau kerja suka lelet dan bikin emosi," ujar River yang tiba-tiba saja membuka percakapan soal pekerjaan. Random sekali, tapi, daripada canggung, Isla pun akan meladeninya.

Kalau boleh jujur, awalnya Islandia juga bingung karena dia melamar di perusahaan sebagai admin penjualan, lalu, tiba-tiba saja dia ditanya apakah Isla tahan banting dan kuat mental, yang tentu saja Isla jawab dengan percaya diri dengan kata "Ya". Lalu, tawaran jadi Sekertaris Pribadi CEO pun muncul seperti keajaiban di tengah kesulitan Isla yang terlibat hutang.

Luar biasa sekali. Kesempatan sekali seumur hidup. Maka, tanpa pikir panjang, gadis itu setuju dan berakhir agak sedikit menyesal. Sedikiiit saja, karena setiap awal bulan, dia pasti melupakan seluruh kegilaannya karena gaji yang muncul sangat gurih. "Kalau kata Kepala HRD, sih, saya dijadikan tumbal. Katanya Bapak hobi gonta-ganti sekertaris, sebulan ada dua atau tiga kali. Jadi, kalau saya dipecat, saya bisa diturunkan jabatan jadi admin seperti posisi awal yang saya lamar. Eh, ternyata saya bertahan lama. Siapa yang menyangka? Mau tau nggak, saya dijuluki apa sama Kepala HRD?"

Sengaja Islandia menggantungkan pertanyaannya, supaya River penasaran. Dan pria itu pun menghentikan suapannya untuk mendengar jawaban dari gadis berambut panjang di hadapannya.

"Apa?"

Tanpa ragu sedikit pun, Isla menjawab, "Penakluk Banteng." Lalu, gadis itu tertawa dengan sangat puas. Sementara River yang cemberut malah balas dendam dengan mencaplok bibir Islandia dan melumatnya, sampai sang sekertaris tidak mampu mengeluarkan kata.

"Apaan, sih, Pak? Saya nggak minta dicium, ya!" seru Islandia sambil mengelap bibirnya begitu pagutan dari sang bos sudah lepas.

"Kamu banyak tertawa karena hal tidak masuk akal. Saya bingung bagaimana cara menghentikannya, makanya saya langsung bungkam saja dengan bibir saya," sahut River dengan enteng dan pria itu pun kembali melanjutkan makannya seperti tidak baru saja mencium sang sekertaris dengan liar.

Sialnya, Isla tidak bisa berbuat apa-apa karena terkejut dengan rasa ciuman yang ternyata enak juga. Kemarin-kemarin, dia sedang tidak sadar dan tidak tahu rasanya melakukan kegiatan nakal apa pun itu. Jadi, untuk kali ini, dia akan melepaskan River, tapi, kalau lain kali, Isla akan pastikan kakinya melayang tepat ke benda di area vital sang bos.

Dan begitu sesi makan subuh disertai ejekan-ejekan Isla soal banteng itu selesai, dengan berani gadis tersebut langsung mengusir River. Sayangnya, pria itu beralasan kalau supir yang menjemputnya belum bangun jam segitu, sehingga dia tidak mau pergi dengan luntang-lantung. Jadilah Islandia mengizinkan River kembali menumpang di rumahnya untuk sementara.

Yang menyebalkan adalah, River menempel sekali dengan Isla. Tadinya Islandia akan melanjutkan tidur di kamar Ivy, namun River mengintilinya terus-menerus, sehingga gadis itu terpaksa tidur bersama di kamarnya. Dengan catatan, hanya tidur biasa saja dan River pun setuju.

Untungnya, begitu Islandia terbangun di jam sebelas siang, River sudah pergi dari rumah itu.

***

"Ck. Coba kamu baca lagi, itu 'kan namanya typo! Masa kontrak sepenting ini bisa muncul kesalahan ketik. Kamu kerja sambil tidur atau gimana?" omelan River pun mendominasi Senin pagi yang sangat dibenci semua orang.

Namun, karena kali ini Islandia yang salah, makanya gadis itu legowo saat dimarahi. "Maaf, Pak. Saya bakal edit setelah keluar dari ruangan ini, lalu mencetaknya ulang dan mengantarnya lagi ke sini," ujar Islandia.

Tidak ada jejak-jejak seakan mereka kemarin menghabiskan subuh yang penuh adegan canda dan obrolan santai. River sudah kembali ke dalam mode bos galak yang normal. Bedanya, tadi pagi pria itu sempat merengkuh pinggang Isla sebentar dengan alasan butuh energi di pagi hari. Mana Isla tidak menolak karena suasana kantor sedang dingin.

Tapi, sisanya? River tetaplah River yang berdedikasi pada perusahaan. Kesalahan apa pun, sulit pria itu tolelir. Untung saja Islandia berhati besar dan berorientasi pada uang, kalau tidak, gadis itu pasti sudah sakit hati dan kabur dari perusahaan.

"Bos kampret, emang. Tadi sebelum jam masuk, aja, minta sayang-sayangan. Giliran salah sedikit, marahinnya bikin sakit telinga," celoteh Islandia sambil memperbaiki kesalahan yang sudah dibuatnya.

Begitu selesai, gadis itu mencetak berkas tersebut dan siap untuk memberikannya kepada sang bos besar. Sayang, niat baik itu tertunda karena Eloise tiba-tiba saja muncul di lantai kerjanya dan mulai berteriak nyaring.

Haduh, lagi-lagi pihak keamanan kecolongan. Padahal wanita itu sudah dilarang naik dan di-blacklist oleh River. "Waktu itu kamu nggak tidur sama Anderei?!" raung Eloise dengan penuh emosi.

Islandia langsung mengernyit bingung karena tiba-tiba saja Eloise membawa-bawa Anderei, rekan sekaligus sahabat River yang kemarin bicara dengannya di pesta. "Maksudnya tidur gimana, ya?" tanya gadis itu balik. Pikirannya blank dan tidak bisa mencerna amukan Eloise yang selalu di luar nalar itu.

"Nggak usah pura-pura polos! Obat perangsang yang aku kasih buat kamu sama Anderei, kamu jadi tidur sama dia, kan? Tapi kenapa pria itu nggak ngaku?"

Oh? Baru saat itu Islandia paham. Maka, gadis itu pun langsung meringis dan jawaban itu diterima Eloise dengan buruk.

Secara kejam, wanita berambut merah seperti api itu maju dan menjambak Islandia dengan sangat bar-bar. "Sialan! Jangan bilang kamu malah tidur dengan River?! Dasar gadis murahan tidak tahu diri!"

Padahal yang memberikan obatnya adalah Eloise, mana boleh wanita gila itu memanggil Isla gila. Islandia 'kan tidak tahu apa-apa! Dia adalah korban!

"Harusnya sejak awal aku singkirkan kamu. Berani-beraninya orang rendahan ini tidur sama bos besar!" pekik Eloise yang jambakannya semakin keras.

Malang memang, Islandia dibayar untuk tidak melawan setiap perlakuan buruk orang-orang kelas atas seperti Eloise. Jadi, gadis itu hanya bisa meringis sambil mengikuti alur gerak jambakan itu, supaya kepalanya tidak terlalu sakit.

"Ini ada apa sebenarnya?! Kenapa malah ribut di sini?"

Sebuah suara menggelegar dari sisi lift, di mana seorang wanita yang terlihat sangat berwibawa baru saja keluar. Nyonya besar. Ibu kandung River Angelo, tengah berdiri sambil menatap adegan receh itu.

"Tante! Perempuan murahan ini berani-beraninya tidur sama River!" adu Eloise sambil merengek.

Dan ekspresi ibu River adalah melotot tak percaya. "Anak saya sudah tidak perjaka?!"

Related chapters

  • Skandal Rahasia Sang CEO   6

    Panik karena takut dipecat perkara susah tidur dengan sang bos, maka yang bisa Islandia lakukan selanjutnya adalah mengelak. Sebagai pertahanan diri."Bapak masih perjaka, kok, Bu! Saya nggak tidur sama Pak River. Ibu bisa langsung tanya orangnya. Saya juga kurang paham kenapa Ibu Eloise tiba-tiba menuduh saya yang tidak-tidak!" seru Isla yang nadanya masih sangat sopan, padahal kepalanya sudah sakit sekali, seakan rambutnya akan lepas dari kulit kepala.Tatapan sang nyonya besar pun langsung berubah jadi tidak suka perkara anaknya gagal menghilangkan status perjakanya. Lalu, Eloise tak luput mendapatkan pandangan menyipit dari wanita yang sudah melahirkan River. "Lepas. Jangan melakukan tindakan yang merendahkan diri kamu sendiri. Islandia sudah bilang kalau River masih perjaka.""Bohong, Tante! Waktu itu jelas-jelas aku kasih dia minuman berperangsang, nggak mungkin dia bisa menahan diri dan nggak tidur sama pria mana pun!" tukas Eloise yang tangannya masih setia berada di kepala Is

    Last Updated : 2023-09-19
  • Skandal Rahasia Sang CEO   7

    "K-kamu sedang apa?" tanya ayah River sambil mematung di pintu kantornya. Pria paruh baya itu jelas terkejut saat mendapati adegan-adegan tak senonoh yang sedang dilakukan putranya yang mengaku 'perjaka' itu. "Tadi, Mama kamu cerita, katanya dia sudah kehilangan harapan sama kamu. Tapi ... Ini apa?"Dengan gerakan sigap, River bangkit dan berdiri dengan canggung, sementara Islandia langsung menutup wajahnya dengan blazer oversize yang gadis itu pakai.Sial. Mereka baru saja terpergok sedang melakukan yanh iya-iya dihadapan bos super besar! Ini lebih parah daripada tadi mereka berhadapan dengan ibu River. Bisa-bisa Islandia langsung dipecat dan di-blacklist dari semua kantor di kota ini.Gara-gara River yang tidak bisa menahan diri! Padahal tadi mereka sedang sesi pijat normal. Lalu, semua tiba-tiba saja berubah jadi ke arah lain."Ini ... Bukan apa-apa. Kita nggak ngapa-ngapain, kok," elak River yang mendadak jadi bodoh. Apanya yang tidak melakukan apa-apa! Mana mungkin ayahnya tidak m

    Last Updated : 2023-09-20
  • Skandal Rahasia Sang CEO   8

    "Astaga, Violet! Jangan aneh-aneh, ah! Aku lagi teleponan sama adik aku, bukan sama pacar. Jadi, nggak akan ada yang cemburu. Haha!" ujar Isla dengan jantung yang berdetak sangat kencang. Entah siapa Violet yang namanya dia sebut, pokoknya, sebisa mungkin Isla akan mengelak dengan berpura-pura kalau itu temannya yang jahil!Dasar River sialan! Bukannya pulang ke rumahnya sendiri, River malah ikut dengannya dan mengganggu Isla tanpa tahu malu. Jadi, dengan gerakan yang singkat, sang sekertaris pun hanya sempat mengambil kaus kaki yang berceceran di dekatnya, lalu melemparkan benda tersebut ke wajah River, sehingga pria itu langsung lari ke kamar mandi untuk mencuci muka. "Itu temen kantor Mbak yang datang buat numpang buang air besar. Orangnya emang jail banget. Dia kira kamu itu pacarnya Mbak, makanya sok-sokan bikin drama supaya ada yang cemburu," elak Isla pada Ivy. Untung saja otaknya sedang fast response, sehingga Isla bisa langsung mencari alasan untuk kejadian barusan. "Kamu gim

    Last Updated : 2023-09-22
  • Skandal Rahasia Sang CEO   9

    "Sama muncikari sekaligus rentenir. Makanya saya bilang, Bapak sebaiknya pulang. Nggak ada bagus-bagusnya di sini terus sama saya. Saya orangnya bermasalah sampai punya hutang banyak," ujar Islandia sambil berjalan melewati River, lalu melemparkan selimut untuk menutupi tubuh bosnya. Dia sendiri kembali memakai blazernya untuk menutupi bagian atas tubuhnya yang agak terbuka.Lalu, Islandia mengambil tumpukan uang yang ada di lacinya dan membawa puluhan lembaran berwarna merah itu ke depan. Kemudian, keributan pun berhenti begitu saja, seakan tidak terjadi apa-apa sebelumnya dan si penagih hutang pergi dengan santainya.Baru saat Islandia masuk ke kamar, kebisingan pun terjadi lagi karena sang bos dengan tidak tahu malunya, masih berdiri tanpa sehelai benang pun. "Pak! Astaga. Bapak udah nggak waras, ya? Kenapa nggak berpakaian juga?! Cepat pakai baju!" pekik Isla sambil membalikkan tubuhnya untuk tidak melihat.Namun, River malah mengabaikan omonga Isla dan bertanya soal hal lain. "Ka

    Last Updated : 2023-09-25
  • Skandal Rahasia Sang CEO   10

    Memang dasar sial, Islandia sama sekali tidak bisa mengelak, tidak bisa juga menolak karena dia lah yang tadi meminta hal gila itu.Jadi, seperti janji River sebelumnya, pria itu benar-benar menghabisi Isla. Sampai semalam penuh, dengan alasan selama ini setiap kali River ingin menyentuh Isla, pasti saja ada gangguannya. Jadi, ini adalah balas dendamnya.Sampai pagi menjelang, Islandia hanya diizinkan tidur sebentar saja, sehingga saat matahari mulai muncul, mata gadis itu malah ingin terpejam."Jangan tidur. Kita masih harus kerja hari ini," ucap River sambil mengelus punggung terbuka Isla. Mereka tengah ada di atas ranjang, baru selesai menghabiskan sesi terakhir mereka di pagi itu. Isla sendiri sudah hampir kehilangan kesadaran kalau saja bosnya tidak bicara. "Atau mau cuti saja? Kita habiskan seharian di atas ranjang tanpa gangguan? Mumpung adik kamu pulangnya masih lama.""Bapak gila, ya? Saya nggak bisa kalau lebih dari ini. Saya bisa mati kecapekan," gumam Isla yang masih berba

    Last Updated : 2023-09-27
  • Skandal Rahasia Sang CEO   11

    "Pak! Kalau ada masalah pribadi, lebih baik diselesaikan dengan kepala dingin. Dan kalau bisa, tolong jangan bawa-bawa saya ke dalam masalah itu," ujar Islandia dengan senyum kakunya. Sebisa mungkin, gadis itu akan mengelak dan sama sekali tidak akan mengakui kalau dia sudah tidur dengan bosnya. Sampai berkali-kali, pula."Diam. Sekarang bukan waktunya kamu bicara," balas River dengan cukup kasar, membuat hati Isla sedikit tercubit. Dia tahu kalau dia hanya 'digunakan' oleh sang bos, toh, dia juga menggunakan pria itu untuk kesenangannya sendiri. Tapi, Memangnya harus, ya, bersikap searogan itu? Seakan Islandia memang tidak punya hak bicara. Dia 'kan manusia, yang punya hak untuk berpendapat, bukan kambing congek!Suasana hati gadis itu yang tadinya lempeng-lempeng saja jadi mendadak berubah haluan. Islandia gondok sekali."Tuh, kan. Bener, Tante. Kata aku juga apa, mereka pasti udah tidur bareng!" sahut Eloise dengan agak histeris. Jelas sekali kalau wanita itu tidak terima dengan ke

    Last Updated : 2023-09-29
  • Skandal Rahasia Sang CEO   12

    "Bu-bukan saya juga, Pak. Perempuan mana pun yang bakal dapat restu dari keluarga Bapak dan yang sekiranya setara. Pokoknya, jangan sampai Eloise. Nanti bukan cuma saya yang menderita, Bapak juga bakal menderita," elak Isla sambil mendorong sang bos agar pelukan itu terlepas.Mereka pun pada akhirnya kembali sibuk karena banyak pekerjaan yang belum diselesaikan.Namun, memang sial bagi Isla, setelah menyetujui perjanjian itu, dia malah diboyong pulang oleh River dan langsung dilahap semalaman, sampai tengah malam menjemput, River baru berhenti dari kegiatan gilanya."Pak, yang ngotak, dong. Sekali aja sehari, jangan terus-terusan kayak gini. Saya rasanya mau mati," ujar gadis itu sambil turun dari ranjang dan langsung masuk ke dalam kamar mandi.Begitu keluar setengah jam kemudian, Isla sudah dalam keadaan rapih. Sontak saja ekspresi River berubah jadi mengerut. "Mau ke mana kamu?" tanyanya dengan nada bossy. Tipikal pria itu sekali."Pulang. Sekarang sudah malam. Gara-gara Bapak saya

    Last Updated : 2023-10-02
  • Skandal Rahasia Sang CEO   13

    "Ma-maksud Ibu gimana, ya? Saya lagi sakit dan istirahat di rumah. Jadi, saya tidak tahu kalau Pak River juga ternyata tidak ke kantor, soalnya saya sama sekali tidak diberi kabar mengenai pekerjaan lagi semenjak saya izin sakit," ujar Isla dengan agak tergagap.Sial. Bagaimana bisa wanita itu langsung menebaknya hanya dalam sekali dengar? Tahu saja kalau River sedang ada di rumah Isla. Namun, tentu saja gadis itu harus mengelak. Percuma dia menerima tawaran bosnya kalau langsung ketahuan."Benar?" tanya si nyonya besar dengan nada yang agak tidak percaya. "Tapi, tidak ada kemungkinan lain selain dia bersama kamu. River sama sekali tidak muncul di kantor mau pun di rumahnya. Kalau tidak bersama kamu, terus dia di mana?" Suara Gaia pun berubah jadi keraguan.Bagus. Memang ini yang Isla mau. "Coba Ibu cek apa Pak River di villa pribadinya, atau cari histori penerbangannya, kali saja beliau ke luar negeri. Waktu itu beliau 'kan pernah pergi diam-diam dan membuat keributan di kantor," pap

    Last Updated : 2023-10-06

Latest chapter

  • Skandal Rahasia Sang CEO   13

    "Ma-maksud Ibu gimana, ya? Saya lagi sakit dan istirahat di rumah. Jadi, saya tidak tahu kalau Pak River juga ternyata tidak ke kantor, soalnya saya sama sekali tidak diberi kabar mengenai pekerjaan lagi semenjak saya izin sakit," ujar Isla dengan agak tergagap.Sial. Bagaimana bisa wanita itu langsung menebaknya hanya dalam sekali dengar? Tahu saja kalau River sedang ada di rumah Isla. Namun, tentu saja gadis itu harus mengelak. Percuma dia menerima tawaran bosnya kalau langsung ketahuan."Benar?" tanya si nyonya besar dengan nada yang agak tidak percaya. "Tapi, tidak ada kemungkinan lain selain dia bersama kamu. River sama sekali tidak muncul di kantor mau pun di rumahnya. Kalau tidak bersama kamu, terus dia di mana?" Suara Gaia pun berubah jadi keraguan.Bagus. Memang ini yang Isla mau. "Coba Ibu cek apa Pak River di villa pribadinya, atau cari histori penerbangannya, kali saja beliau ke luar negeri. Waktu itu beliau 'kan pernah pergi diam-diam dan membuat keributan di kantor," pap

  • Skandal Rahasia Sang CEO   12

    "Bu-bukan saya juga, Pak. Perempuan mana pun yang bakal dapat restu dari keluarga Bapak dan yang sekiranya setara. Pokoknya, jangan sampai Eloise. Nanti bukan cuma saya yang menderita, Bapak juga bakal menderita," elak Isla sambil mendorong sang bos agar pelukan itu terlepas.Mereka pun pada akhirnya kembali sibuk karena banyak pekerjaan yang belum diselesaikan.Namun, memang sial bagi Isla, setelah menyetujui perjanjian itu, dia malah diboyong pulang oleh River dan langsung dilahap semalaman, sampai tengah malam menjemput, River baru berhenti dari kegiatan gilanya."Pak, yang ngotak, dong. Sekali aja sehari, jangan terus-terusan kayak gini. Saya rasanya mau mati," ujar gadis itu sambil turun dari ranjang dan langsung masuk ke dalam kamar mandi.Begitu keluar setengah jam kemudian, Isla sudah dalam keadaan rapih. Sontak saja ekspresi River berubah jadi mengerut. "Mau ke mana kamu?" tanyanya dengan nada bossy. Tipikal pria itu sekali."Pulang. Sekarang sudah malam. Gara-gara Bapak saya

  • Skandal Rahasia Sang CEO   11

    "Pak! Kalau ada masalah pribadi, lebih baik diselesaikan dengan kepala dingin. Dan kalau bisa, tolong jangan bawa-bawa saya ke dalam masalah itu," ujar Islandia dengan senyum kakunya. Sebisa mungkin, gadis itu akan mengelak dan sama sekali tidak akan mengakui kalau dia sudah tidur dengan bosnya. Sampai berkali-kali, pula."Diam. Sekarang bukan waktunya kamu bicara," balas River dengan cukup kasar, membuat hati Isla sedikit tercubit. Dia tahu kalau dia hanya 'digunakan' oleh sang bos, toh, dia juga menggunakan pria itu untuk kesenangannya sendiri. Tapi, Memangnya harus, ya, bersikap searogan itu? Seakan Islandia memang tidak punya hak bicara. Dia 'kan manusia, yang punya hak untuk berpendapat, bukan kambing congek!Suasana hati gadis itu yang tadinya lempeng-lempeng saja jadi mendadak berubah haluan. Islandia gondok sekali."Tuh, kan. Bener, Tante. Kata aku juga apa, mereka pasti udah tidur bareng!" sahut Eloise dengan agak histeris. Jelas sekali kalau wanita itu tidak terima dengan ke

  • Skandal Rahasia Sang CEO   10

    Memang dasar sial, Islandia sama sekali tidak bisa mengelak, tidak bisa juga menolak karena dia lah yang tadi meminta hal gila itu.Jadi, seperti janji River sebelumnya, pria itu benar-benar menghabisi Isla. Sampai semalam penuh, dengan alasan selama ini setiap kali River ingin menyentuh Isla, pasti saja ada gangguannya. Jadi, ini adalah balas dendamnya.Sampai pagi menjelang, Islandia hanya diizinkan tidur sebentar saja, sehingga saat matahari mulai muncul, mata gadis itu malah ingin terpejam."Jangan tidur. Kita masih harus kerja hari ini," ucap River sambil mengelus punggung terbuka Isla. Mereka tengah ada di atas ranjang, baru selesai menghabiskan sesi terakhir mereka di pagi itu. Isla sendiri sudah hampir kehilangan kesadaran kalau saja bosnya tidak bicara. "Atau mau cuti saja? Kita habiskan seharian di atas ranjang tanpa gangguan? Mumpung adik kamu pulangnya masih lama.""Bapak gila, ya? Saya nggak bisa kalau lebih dari ini. Saya bisa mati kecapekan," gumam Isla yang masih berba

  • Skandal Rahasia Sang CEO   9

    "Sama muncikari sekaligus rentenir. Makanya saya bilang, Bapak sebaiknya pulang. Nggak ada bagus-bagusnya di sini terus sama saya. Saya orangnya bermasalah sampai punya hutang banyak," ujar Islandia sambil berjalan melewati River, lalu melemparkan selimut untuk menutupi tubuh bosnya. Dia sendiri kembali memakai blazernya untuk menutupi bagian atas tubuhnya yang agak terbuka.Lalu, Islandia mengambil tumpukan uang yang ada di lacinya dan membawa puluhan lembaran berwarna merah itu ke depan. Kemudian, keributan pun berhenti begitu saja, seakan tidak terjadi apa-apa sebelumnya dan si penagih hutang pergi dengan santainya.Baru saat Islandia masuk ke kamar, kebisingan pun terjadi lagi karena sang bos dengan tidak tahu malunya, masih berdiri tanpa sehelai benang pun. "Pak! Astaga. Bapak udah nggak waras, ya? Kenapa nggak berpakaian juga?! Cepat pakai baju!" pekik Isla sambil membalikkan tubuhnya untuk tidak melihat.Namun, River malah mengabaikan omonga Isla dan bertanya soal hal lain. "Ka

  • Skandal Rahasia Sang CEO   8

    "Astaga, Violet! Jangan aneh-aneh, ah! Aku lagi teleponan sama adik aku, bukan sama pacar. Jadi, nggak akan ada yang cemburu. Haha!" ujar Isla dengan jantung yang berdetak sangat kencang. Entah siapa Violet yang namanya dia sebut, pokoknya, sebisa mungkin Isla akan mengelak dengan berpura-pura kalau itu temannya yang jahil!Dasar River sialan! Bukannya pulang ke rumahnya sendiri, River malah ikut dengannya dan mengganggu Isla tanpa tahu malu. Jadi, dengan gerakan yang singkat, sang sekertaris pun hanya sempat mengambil kaus kaki yang berceceran di dekatnya, lalu melemparkan benda tersebut ke wajah River, sehingga pria itu langsung lari ke kamar mandi untuk mencuci muka. "Itu temen kantor Mbak yang datang buat numpang buang air besar. Orangnya emang jail banget. Dia kira kamu itu pacarnya Mbak, makanya sok-sokan bikin drama supaya ada yang cemburu," elak Isla pada Ivy. Untung saja otaknya sedang fast response, sehingga Isla bisa langsung mencari alasan untuk kejadian barusan. "Kamu gim

  • Skandal Rahasia Sang CEO   7

    "K-kamu sedang apa?" tanya ayah River sambil mematung di pintu kantornya. Pria paruh baya itu jelas terkejut saat mendapati adegan-adegan tak senonoh yang sedang dilakukan putranya yang mengaku 'perjaka' itu. "Tadi, Mama kamu cerita, katanya dia sudah kehilangan harapan sama kamu. Tapi ... Ini apa?"Dengan gerakan sigap, River bangkit dan berdiri dengan canggung, sementara Islandia langsung menutup wajahnya dengan blazer oversize yang gadis itu pakai.Sial. Mereka baru saja terpergok sedang melakukan yanh iya-iya dihadapan bos super besar! Ini lebih parah daripada tadi mereka berhadapan dengan ibu River. Bisa-bisa Islandia langsung dipecat dan di-blacklist dari semua kantor di kota ini.Gara-gara River yang tidak bisa menahan diri! Padahal tadi mereka sedang sesi pijat normal. Lalu, semua tiba-tiba saja berubah jadi ke arah lain."Ini ... Bukan apa-apa. Kita nggak ngapa-ngapain, kok," elak River yang mendadak jadi bodoh. Apanya yang tidak melakukan apa-apa! Mana mungkin ayahnya tidak m

  • Skandal Rahasia Sang CEO   6

    Panik karena takut dipecat perkara susah tidur dengan sang bos, maka yang bisa Islandia lakukan selanjutnya adalah mengelak. Sebagai pertahanan diri."Bapak masih perjaka, kok, Bu! Saya nggak tidur sama Pak River. Ibu bisa langsung tanya orangnya. Saya juga kurang paham kenapa Ibu Eloise tiba-tiba menuduh saya yang tidak-tidak!" seru Isla yang nadanya masih sangat sopan, padahal kepalanya sudah sakit sekali, seakan rambutnya akan lepas dari kulit kepala.Tatapan sang nyonya besar pun langsung berubah jadi tidak suka perkara anaknya gagal menghilangkan status perjakanya. Lalu, Eloise tak luput mendapatkan pandangan menyipit dari wanita yang sudah melahirkan River. "Lepas. Jangan melakukan tindakan yang merendahkan diri kamu sendiri. Islandia sudah bilang kalau River masih perjaka.""Bohong, Tante! Waktu itu jelas-jelas aku kasih dia minuman berperangsang, nggak mungkin dia bisa menahan diri dan nggak tidur sama pria mana pun!" tukas Eloise yang tangannya masih setia berada di kepala Is

  • Skandal Rahasia Sang CEO   5

    "Iya-iya apanya?!" Islandia memijit dahinya yang langsung merasa pening. "Pak, saya lagi butuh istirahat. Silakan Bapak keluar dari sini dan kita bertemu lagi besok di hari Senin. Tolong jangan ganggu saya hari ini karena ini hari libur. Nggak sepatutnya kita bertemu padahal bukan hari kerja," ujar gadis itu sambil membukakan pintu kamarnya lebar-lebar."Bukannya nggak sepatutnya kita tidur bersama? Tapi, toh, kita tetap melakukannya," balas River dengan gestur mengangkat bahu.Sial. Kenapa bosnya membawa hal itu lagi, sih?! "Lupakan saja, Pak. Anggap kita berdua khilaf saat itu. Lagipula, kita ada di dalam pengaruh perangsang!" sahut Islandia yang semakin lama semakin dibuat kesal. "Ck. Perangsang itu pun dari Eloise. Saya cukup yakin kalau dia melakukan itu supaya saya kecelakaan dengan pria lain dan secara otomatis, saya tidak punya kesempatan apa pun untuk menggoda Bapak."Parahnya, River sama sekali tidak peduli dengan kenyataan itu dan malah bertindak naris. "Yah, saya wajari ti

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status