Share

6

Penulis: raninside
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-19 01:10:53

Panik karena takut dipecat perkara susah tidur dengan sang bos, maka yang bisa Islandia lakukan selanjutnya adalah mengelak. Sebagai pertahanan diri.

"Bapak masih perjaka, kok, Bu! Saya nggak tidur sama Pak River. Ibu bisa langsung tanya orangnya. Saya juga kurang paham kenapa Ibu Eloise tiba-tiba menuduh saya yang tidak-tidak!" seru Isla yang nadanya masih sangat sopan, padahal kepalanya sudah sakit sekali, seakan rambutnya akan lepas dari kulit kepala.

Tatapan sang nyonya besar pun langsung berubah jadi tidak suka perkara anaknya gagal menghilangkan status perjakanya. Lalu, Eloise tak luput mendapatkan pandangan menyipit dari wanita yang sudah melahirkan River. "Lepas. Jangan melakukan tindakan yang merendahkan diri kamu sendiri. Islandia sudah bilang kalau River masih perjaka."

"Bohong, Tante! Waktu itu jelas-jelas aku kasih dia minuman berperangsang, nggak mungkin dia bisa menahan diri dan nggak tidur sama pria mana pun!" tukas Eloise yang tangannya masih setia berada di kepala Islandia.

Sepertinya, Eloise sudah mengekspos dirinya sendiri tanpa sadar, sehingga ibu River langsung menunjukkan raut wajah terkejut. "Kamu ... Kasih minuman apa sama orang lain?" tanyanya tak percaya.

Belum juga Eloise menjelaskan, pintu ruangan River langsung menjeblak terbuka, dengan pria itu yang muncul ke permukaan. "Mana kontraknya, Islandia? Kerjamu makin lelet saj-" Omongan River terhenti saat melihat keadaan di hadapannya.

Di mana Islandia sedang dijambak oleh Eloise dan ibunya menatap kejadian itu dengan pandangan menghujat. "Apa-apaan, ini? Lepaskan tangan kamu dari Sekertaris saya!" tukas River yang langsung maju dan menepis tangan Eloise, lalu menarik sekertarisnya untuk bersembunyi di belakang tubuh pria itu. "Kamu semakin hari semakin gila saja sepertinya. Padahal saya sudah berusaha menolak baik-baik dengan tidak mau menemui kamu. Apa perlu kamu dikasari?"

Islandia langsung merasa merinding saat mendengar nada bahaya dari River. Entah kenapa, pria itu marah sekali. Padahal, biasanya Islandia mau diapakan juga pria itu hanya berkata supaya Isla kuat-kuat dan banyak memaklumi orang-orang kaya yang tingkahnya memang sukan

ajaib. Tapi, kali ini berbeda. Mungkin River sudah sangat muak dengan kehadiran Eloise.

"Kok kamu malah bela dia, sih? Kamu beneran udah tidur sama dia, ya?! Makanya sekarang kamu berani bela dia selantang ini?" teriak Eloise dengan keras. Kalau saja lantai ini penuh dengan pekerja lain, pasti mereka akan berkumpul karena kepo dengan suara berisik itu.

River sendiri pun langsung mendengkus. "Lucu sekali. Apa urusannya sama kamu? Mau saya tidur dengan Islandia atau tidur dengan wanita lain, pun, itu sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan kamu. Memangnya, kamu lupa kamu siapa? Kamu bukan siapa-siapa!" balas River yang semakin emosi.

Lalu, pertengkaran pun semakin berlanjut. River menuduh Eloise sebagai gadis obsesif yang telalu mengejarnya padahal sudah ditolak berkali-kali. Berbeda dengan Eloise yang menuduh River berubah setelah tidur dengan Islandia.

Satu-satunya orang yang bisa menghentikan pertengkaran itu adalah si nyonya besar. Wanita itu maju, lalu berdiri di antara dua orang yang sedang beradu argumen. "Sudah. Cukup. Kamu lebih baik kembali ke dalam ruangan kamu dan lanjut bekerja," ujar wanita itu sambil menepuk dada bidang putranya. "Lalu, kamu. Kamu juga lebih baik pulang ke kantormu. Bukannya kamu masih harus kerja? Apa kata orang tuamu nanti sewaktu mereka tahu kalau kamu malah buang-buang waktu di sini?"

Maka, yang pertama pergi dari sana adalah River, yang mengajak Islandia ikut masuk ke dalam ruangannya. Sementara itu, Eloise masih kekeuh menuduh River sudah tidur dengan Islandia, makanya pria itu membela dengan sangat berani.

"Kepalamu sakit banget, ya?" tanya River yang sudah masuk dan menutup pintu. Pria itu lalu kembali duduk di atas kursi singgasananya sambil menerima surat kontrak yang sudah diperbaiki oleh Islandia.

Kali ini, pria itu sama sekali tidak mengecek ulang dan main tandatangan saja. Supaya cepat, supaya Isla tidak tambah sakit kepala juga.

"Lumayan, Pak. Saya tahan banting, kok. Seperti yang Bapak pernah bilang dulu waktu awal saya masuk. Saya 'kan harus maklumi tingkah-tingkah aneh para orang kaya, selama nggak keluar dari batas. Tapi, ini pertama kalinya saya dapat serangan sepadah ini, sih. Dulu, yang paling parah saya cuma ditampar aja waktu bilang kalau Bapak lagi meeting. Hmm sama siapa ditamparnya, ya? Ah, kalau nggak salah, sama yang punya perusahaan kosemtik terbesar itu, lho."

Enteng sekali Islandia bicara soal pengalaman-pengalaman mengerikannya, sementara River sudah meringis tak tahan. Pria itu jadi agak menyesal setelah menyuruh Isla untuk memaklumi kelakuan orang-orang gila itu. Harusnya, kalau ada hal yang sudah tidak wajar, Isla melawan saja, daripada diam dan menderita sendiri.

"Lain kali kalau ada hal yang melewati batas, jangan diam saja. Lawan, atau kalau kamu nggak berani, bilang sama saya. Biar saya yang menegur orang itu," ujar River.

Wajar kalau Islandia jadi bingung karena bosnya tiba-tiba saja jadi lembut. Lalu, sang bos pun melanjutkan, "Memangnya kamu butuh sekali uang makanya sampai bertahan di lingkungan seperti ini?"

"Iya, lah, Pak. Siapa yang nggak butuh uang memangnya? Kebetulan saya juga punya utang, makanya harus punya kerja yang stabil, mapan dan terjamin. Seperti pekerjaan ini," cerita Islandia sambil mengambil kembali berkas-berkas yang sudah River tandatangani.

Tepat di saat River akan bertanya bagaimana bisa orang semuda Islandia punya hutang, pintu ruangan kantor River pun dibuka oleh sang ibuyang sepertinya baru selesai menasihati Eloise yang bebal dan kurang punya pemikiran panjang kalau soal River. "Jadi, kalian berdua beneran udah tidur bareng?" serang si nyonya besar dari ambang pintu.

Sementara River yang kaget serta syok dengan pertanyaan itu, maka Islandia lah yang maju. "Nggak, Bu. Itu cuma akal-akalannya Ibu Eloise saja supaya dia ada alasan untuk merundung saya," kilah Islandia dengan sangat lancar, seakan tidak berbohong. "Beliau sepertinya menganggap saya sebagai gangguan. Padahal, saya cuma pekerja biasa. Mana mungkin saya tidur sama Pak Bos yang seleranya tinggi."

Padahal, mereka sudah melakukannya bebedapa kali!

Tangan Islandia kemudian menepuk-nepuk lengan River supaya pria itu peka dan ikut berbohong dengannya. Bisa gawat kalau ibu pria itu tahu anaknya sudah tidak suci gara-gara Isla. Kemungkinannya, Isla akan dipecat karena dianggap tidak bekerja dengan serius dan malah menggoda bosnya.

Pokoknya, setau Isla, ibu River ini galak dan paling rewel soal status, level dan hal-hal yang menyangkut hiearki kekayaan dan kekuasaan. Makanya, kejadian mereka tidur bersama, harus hanya jadi rahasia kecil mereka yang kotor.

Untunh sekali, River cukup peka dan langsung menyanggah pertanyaan sang ibu. "Nggak, Bu. Benar kata Isla," ujarnya dengan sangat singkat. Dan entah kenapa, Islandia malah melihat raut kecewa di wajah nyonya besar.

Pada akhirnya, hari pun berlalu begitu saja. Ibu River hanya berada sekitar satu jam di dalam kantor. Niatnya untuk mengadakan pertemuan soal pekerjaan di proyek baru, namun, akhirnya itu malah jadi kunjungan biasa antara ibu dan anak saja. Bahasannya pun soal River yang masih menjomblo di usia tiga puluh delapan tahun, mana masih perjaka, pula! Yah, ibunya tidak tahu saja kalau sang putra pernah menggunakan benda di antara kedua kakinya dan sudah hilang perjaka.

"Sini aku pijat sedikit, supaya aku nggak terlalu ngerasa bersalah," ujar River saat jam kerja mereka sudah habis dan sudah waktunya pulang.

Karena Ivy masih ada di pulau sebelah, maka Isla bisa pulang dengan bebas tanpa harus ragu. Jadi, gadis itu pun mengiyakan dan langsug membaringkan kepalanya di pangkuan River di sofa

"Ah." Islandia mendesah saking enaknya pijitan sang bos. Sakit kepala yang menderanya seharian ini, terasa mulai berkurang karena River menekan di titik-titik tertentu yang uratnya tegang. "Kalau nggak jadi CEO, Bapak mungkin bisa buka jasa pijit aja. Asal jangan ada plus-plusnya. Kasihan nanti kliennya. Pijit kan untuk bikin badan relaks aja, eh, nanti malah jadi kaku dan tegang karena service Bapak yang mantap."

"Kamu mau saya buat kaku dan tegang juga? Mau saya service? Gratis, kok. Saya jamin kamu bakal sangat puas," tanya River dengan jahil.

"Aduh, nggak deh, makasih. Besok saya masih harus kerja. Kalau di-service, bisa-bisa malah nggak sanggup bangkit dari ranjang."

Selama pijitan berlangsung Islandia banyak berbicara mengenai hal-hal random dan juga sedikitnya soal pekerjaan.

Dan begitu selesai dengan pijatan tangan River yang benar-benar bikin nikmat, gadis itu pun berniat untuk kembali ke rumah dan istirahat yang banyak. Tak lupa dia akan membeli strip obat sakit kepala yang bisa didapatkan di warung kecil.

"Makasih, Pak. Saya bener-bener terbantu sama pijatan Bapak," ucap Islandia yang kepalanya sudah mulai ringan.

Sayang River sama sekali belum selesai dengan gadis itu. "Makasih aja? Saya butuh hal lain selain terima kasih dan cuma kamu yang bisa memberi itu semua," ujar pria tersebut sambil menahan tangan Isla.

"Bapak mau apa?" tanya gadis itu dengan dahi yang sudah menyatu.

"Itu. Sekali aja. Saya nggak tahan lihat kamu."

Singkat, padat dan sangat frontal.

Lalu, tanpa menunggu persetujuan, River pun langsung mendekat dan mencaplok bibir Isla. Pria itu melumat, menghisap dan mencumbu sekertarisnya di lingkungan kantor!

Di satu sisi, Islandia juga suka, pula! Jiwa ingin melanjutkan kegiatan ini sampai ke jenjang enak-enak pun sudab bergejolak.

Dan di saat keadaan tengah sangat intens, tiba-tiba saja pintu ruangan tersebut terbuka dan seseorang pun berteriak saat melihat adegan ciuman panas itu.

Bab terkait

  • Skandal Rahasia Sang CEO   7

    "K-kamu sedang apa?" tanya ayah River sambil mematung di pintu kantornya. Pria paruh baya itu jelas terkejut saat mendapati adegan-adegan tak senonoh yang sedang dilakukan putranya yang mengaku 'perjaka' itu. "Tadi, Mama kamu cerita, katanya dia sudah kehilangan harapan sama kamu. Tapi ... Ini apa?"Dengan gerakan sigap, River bangkit dan berdiri dengan canggung, sementara Islandia langsung menutup wajahnya dengan blazer oversize yang gadis itu pakai.Sial. Mereka baru saja terpergok sedang melakukan yanh iya-iya dihadapan bos super besar! Ini lebih parah daripada tadi mereka berhadapan dengan ibu River. Bisa-bisa Islandia langsung dipecat dan di-blacklist dari semua kantor di kota ini.Gara-gara River yang tidak bisa menahan diri! Padahal tadi mereka sedang sesi pijat normal. Lalu, semua tiba-tiba saja berubah jadi ke arah lain."Ini ... Bukan apa-apa. Kita nggak ngapa-ngapain, kok," elak River yang mendadak jadi bodoh. Apanya yang tidak melakukan apa-apa! Mana mungkin ayahnya tidak m

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-20
  • Skandal Rahasia Sang CEO   8

    "Astaga, Violet! Jangan aneh-aneh, ah! Aku lagi teleponan sama adik aku, bukan sama pacar. Jadi, nggak akan ada yang cemburu. Haha!" ujar Isla dengan jantung yang berdetak sangat kencang. Entah siapa Violet yang namanya dia sebut, pokoknya, sebisa mungkin Isla akan mengelak dengan berpura-pura kalau itu temannya yang jahil!Dasar River sialan! Bukannya pulang ke rumahnya sendiri, River malah ikut dengannya dan mengganggu Isla tanpa tahu malu. Jadi, dengan gerakan yang singkat, sang sekertaris pun hanya sempat mengambil kaus kaki yang berceceran di dekatnya, lalu melemparkan benda tersebut ke wajah River, sehingga pria itu langsung lari ke kamar mandi untuk mencuci muka. "Itu temen kantor Mbak yang datang buat numpang buang air besar. Orangnya emang jail banget. Dia kira kamu itu pacarnya Mbak, makanya sok-sokan bikin drama supaya ada yang cemburu," elak Isla pada Ivy. Untung saja otaknya sedang fast response, sehingga Isla bisa langsung mencari alasan untuk kejadian barusan. "Kamu gim

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-22
  • Skandal Rahasia Sang CEO   9

    "Sama muncikari sekaligus rentenir. Makanya saya bilang, Bapak sebaiknya pulang. Nggak ada bagus-bagusnya di sini terus sama saya. Saya orangnya bermasalah sampai punya hutang banyak," ujar Islandia sambil berjalan melewati River, lalu melemparkan selimut untuk menutupi tubuh bosnya. Dia sendiri kembali memakai blazernya untuk menutupi bagian atas tubuhnya yang agak terbuka.Lalu, Islandia mengambil tumpukan uang yang ada di lacinya dan membawa puluhan lembaran berwarna merah itu ke depan. Kemudian, keributan pun berhenti begitu saja, seakan tidak terjadi apa-apa sebelumnya dan si penagih hutang pergi dengan santainya.Baru saat Islandia masuk ke kamar, kebisingan pun terjadi lagi karena sang bos dengan tidak tahu malunya, masih berdiri tanpa sehelai benang pun. "Pak! Astaga. Bapak udah nggak waras, ya? Kenapa nggak berpakaian juga?! Cepat pakai baju!" pekik Isla sambil membalikkan tubuhnya untuk tidak melihat.Namun, River malah mengabaikan omonga Isla dan bertanya soal hal lain. "Ka

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-25
  • Skandal Rahasia Sang CEO   10

    Memang dasar sial, Islandia sama sekali tidak bisa mengelak, tidak bisa juga menolak karena dia lah yang tadi meminta hal gila itu.Jadi, seperti janji River sebelumnya, pria itu benar-benar menghabisi Isla. Sampai semalam penuh, dengan alasan selama ini setiap kali River ingin menyentuh Isla, pasti saja ada gangguannya. Jadi, ini adalah balas dendamnya.Sampai pagi menjelang, Islandia hanya diizinkan tidur sebentar saja, sehingga saat matahari mulai muncul, mata gadis itu malah ingin terpejam."Jangan tidur. Kita masih harus kerja hari ini," ucap River sambil mengelus punggung terbuka Isla. Mereka tengah ada di atas ranjang, baru selesai menghabiskan sesi terakhir mereka di pagi itu. Isla sendiri sudah hampir kehilangan kesadaran kalau saja bosnya tidak bicara. "Atau mau cuti saja? Kita habiskan seharian di atas ranjang tanpa gangguan? Mumpung adik kamu pulangnya masih lama.""Bapak gila, ya? Saya nggak bisa kalau lebih dari ini. Saya bisa mati kecapekan," gumam Isla yang masih berba

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-27
  • Skandal Rahasia Sang CEO   11

    "Pak! Kalau ada masalah pribadi, lebih baik diselesaikan dengan kepala dingin. Dan kalau bisa, tolong jangan bawa-bawa saya ke dalam masalah itu," ujar Islandia dengan senyum kakunya. Sebisa mungkin, gadis itu akan mengelak dan sama sekali tidak akan mengakui kalau dia sudah tidur dengan bosnya. Sampai berkali-kali, pula."Diam. Sekarang bukan waktunya kamu bicara," balas River dengan cukup kasar, membuat hati Isla sedikit tercubit. Dia tahu kalau dia hanya 'digunakan' oleh sang bos, toh, dia juga menggunakan pria itu untuk kesenangannya sendiri. Tapi, Memangnya harus, ya, bersikap searogan itu? Seakan Islandia memang tidak punya hak bicara. Dia 'kan manusia, yang punya hak untuk berpendapat, bukan kambing congek!Suasana hati gadis itu yang tadinya lempeng-lempeng saja jadi mendadak berubah haluan. Islandia gondok sekali."Tuh, kan. Bener, Tante. Kata aku juga apa, mereka pasti udah tidur bareng!" sahut Eloise dengan agak histeris. Jelas sekali kalau wanita itu tidak terima dengan ke

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-29
  • Skandal Rahasia Sang CEO   12

    "Bu-bukan saya juga, Pak. Perempuan mana pun yang bakal dapat restu dari keluarga Bapak dan yang sekiranya setara. Pokoknya, jangan sampai Eloise. Nanti bukan cuma saya yang menderita, Bapak juga bakal menderita," elak Isla sambil mendorong sang bos agar pelukan itu terlepas.Mereka pun pada akhirnya kembali sibuk karena banyak pekerjaan yang belum diselesaikan.Namun, memang sial bagi Isla, setelah menyetujui perjanjian itu, dia malah diboyong pulang oleh River dan langsung dilahap semalaman, sampai tengah malam menjemput, River baru berhenti dari kegiatan gilanya."Pak, yang ngotak, dong. Sekali aja sehari, jangan terus-terusan kayak gini. Saya rasanya mau mati," ujar gadis itu sambil turun dari ranjang dan langsung masuk ke dalam kamar mandi.Begitu keluar setengah jam kemudian, Isla sudah dalam keadaan rapih. Sontak saja ekspresi River berubah jadi mengerut. "Mau ke mana kamu?" tanyanya dengan nada bossy. Tipikal pria itu sekali."Pulang. Sekarang sudah malam. Gara-gara Bapak saya

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-02
  • Skandal Rahasia Sang CEO   13

    "Ma-maksud Ibu gimana, ya? Saya lagi sakit dan istirahat di rumah. Jadi, saya tidak tahu kalau Pak River juga ternyata tidak ke kantor, soalnya saya sama sekali tidak diberi kabar mengenai pekerjaan lagi semenjak saya izin sakit," ujar Isla dengan agak tergagap.Sial. Bagaimana bisa wanita itu langsung menebaknya hanya dalam sekali dengar? Tahu saja kalau River sedang ada di rumah Isla. Namun, tentu saja gadis itu harus mengelak. Percuma dia menerima tawaran bosnya kalau langsung ketahuan."Benar?" tanya si nyonya besar dengan nada yang agak tidak percaya. "Tapi, tidak ada kemungkinan lain selain dia bersama kamu. River sama sekali tidak muncul di kantor mau pun di rumahnya. Kalau tidak bersama kamu, terus dia di mana?" Suara Gaia pun berubah jadi keraguan.Bagus. Memang ini yang Isla mau. "Coba Ibu cek apa Pak River di villa pribadinya, atau cari histori penerbangannya, kali saja beliau ke luar negeri. Waktu itu beliau 'kan pernah pergi diam-diam dan membuat keributan di kantor," pap

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-06
  • Skandal Rahasia Sang CEO   1

    "Kamu ini, kerja yang benar, dong! Masa kayak begini saja nggak bisa!"Islandia, yang biasa dipanggil Isla, hanya bisa tersenyum ala sales yang sedang menawari dagangannya, padahal dia sedang dicaci maki atas kesalahan yang tidak diperbuatnya. Namun, apa mau dikata? Sebagai budak korporat, sekaligus budak River Angelos, bos-nya yang maha benar, Islandia hanya bisa mengiyakan sambil meminta maaf."Mohon maaf, Pak. Saya keliru memberikan berkas yang seharusnya Bapak tandatangani. Biar saya yang urus soal masalah ini. Nanti saya akan hubungi pihak CFO supaya berkas itu tidak diproses," ujar Isla dengan sangat ramah, meskipun di dalam hatinya dia mengutuk sang bos. Padahal, yang tidak membaca ulang dan main tanda tangan itu, ya, River sendiri. Isla sudah melakukan pekerjaannya sesuai protokol biasa, River lah yang melenceng dan membuat kesalahan ini, namun malah menyalahkan sang sekertaris.CEO sekaligus bosnya ini memang terkenal dengan sifatnya yang menyebalkan, arogan dan bossy, sehing

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-15

Bab terbaru

  • Skandal Rahasia Sang CEO   13

    "Ma-maksud Ibu gimana, ya? Saya lagi sakit dan istirahat di rumah. Jadi, saya tidak tahu kalau Pak River juga ternyata tidak ke kantor, soalnya saya sama sekali tidak diberi kabar mengenai pekerjaan lagi semenjak saya izin sakit," ujar Isla dengan agak tergagap.Sial. Bagaimana bisa wanita itu langsung menebaknya hanya dalam sekali dengar? Tahu saja kalau River sedang ada di rumah Isla. Namun, tentu saja gadis itu harus mengelak. Percuma dia menerima tawaran bosnya kalau langsung ketahuan."Benar?" tanya si nyonya besar dengan nada yang agak tidak percaya. "Tapi, tidak ada kemungkinan lain selain dia bersama kamu. River sama sekali tidak muncul di kantor mau pun di rumahnya. Kalau tidak bersama kamu, terus dia di mana?" Suara Gaia pun berubah jadi keraguan.Bagus. Memang ini yang Isla mau. "Coba Ibu cek apa Pak River di villa pribadinya, atau cari histori penerbangannya, kali saja beliau ke luar negeri. Waktu itu beliau 'kan pernah pergi diam-diam dan membuat keributan di kantor," pap

  • Skandal Rahasia Sang CEO   12

    "Bu-bukan saya juga, Pak. Perempuan mana pun yang bakal dapat restu dari keluarga Bapak dan yang sekiranya setara. Pokoknya, jangan sampai Eloise. Nanti bukan cuma saya yang menderita, Bapak juga bakal menderita," elak Isla sambil mendorong sang bos agar pelukan itu terlepas.Mereka pun pada akhirnya kembali sibuk karena banyak pekerjaan yang belum diselesaikan.Namun, memang sial bagi Isla, setelah menyetujui perjanjian itu, dia malah diboyong pulang oleh River dan langsung dilahap semalaman, sampai tengah malam menjemput, River baru berhenti dari kegiatan gilanya."Pak, yang ngotak, dong. Sekali aja sehari, jangan terus-terusan kayak gini. Saya rasanya mau mati," ujar gadis itu sambil turun dari ranjang dan langsung masuk ke dalam kamar mandi.Begitu keluar setengah jam kemudian, Isla sudah dalam keadaan rapih. Sontak saja ekspresi River berubah jadi mengerut. "Mau ke mana kamu?" tanyanya dengan nada bossy. Tipikal pria itu sekali."Pulang. Sekarang sudah malam. Gara-gara Bapak saya

  • Skandal Rahasia Sang CEO   11

    "Pak! Kalau ada masalah pribadi, lebih baik diselesaikan dengan kepala dingin. Dan kalau bisa, tolong jangan bawa-bawa saya ke dalam masalah itu," ujar Islandia dengan senyum kakunya. Sebisa mungkin, gadis itu akan mengelak dan sama sekali tidak akan mengakui kalau dia sudah tidur dengan bosnya. Sampai berkali-kali, pula."Diam. Sekarang bukan waktunya kamu bicara," balas River dengan cukup kasar, membuat hati Isla sedikit tercubit. Dia tahu kalau dia hanya 'digunakan' oleh sang bos, toh, dia juga menggunakan pria itu untuk kesenangannya sendiri. Tapi, Memangnya harus, ya, bersikap searogan itu? Seakan Islandia memang tidak punya hak bicara. Dia 'kan manusia, yang punya hak untuk berpendapat, bukan kambing congek!Suasana hati gadis itu yang tadinya lempeng-lempeng saja jadi mendadak berubah haluan. Islandia gondok sekali."Tuh, kan. Bener, Tante. Kata aku juga apa, mereka pasti udah tidur bareng!" sahut Eloise dengan agak histeris. Jelas sekali kalau wanita itu tidak terima dengan ke

  • Skandal Rahasia Sang CEO   10

    Memang dasar sial, Islandia sama sekali tidak bisa mengelak, tidak bisa juga menolak karena dia lah yang tadi meminta hal gila itu.Jadi, seperti janji River sebelumnya, pria itu benar-benar menghabisi Isla. Sampai semalam penuh, dengan alasan selama ini setiap kali River ingin menyentuh Isla, pasti saja ada gangguannya. Jadi, ini adalah balas dendamnya.Sampai pagi menjelang, Islandia hanya diizinkan tidur sebentar saja, sehingga saat matahari mulai muncul, mata gadis itu malah ingin terpejam."Jangan tidur. Kita masih harus kerja hari ini," ucap River sambil mengelus punggung terbuka Isla. Mereka tengah ada di atas ranjang, baru selesai menghabiskan sesi terakhir mereka di pagi itu. Isla sendiri sudah hampir kehilangan kesadaran kalau saja bosnya tidak bicara. "Atau mau cuti saja? Kita habiskan seharian di atas ranjang tanpa gangguan? Mumpung adik kamu pulangnya masih lama.""Bapak gila, ya? Saya nggak bisa kalau lebih dari ini. Saya bisa mati kecapekan," gumam Isla yang masih berba

  • Skandal Rahasia Sang CEO   9

    "Sama muncikari sekaligus rentenir. Makanya saya bilang, Bapak sebaiknya pulang. Nggak ada bagus-bagusnya di sini terus sama saya. Saya orangnya bermasalah sampai punya hutang banyak," ujar Islandia sambil berjalan melewati River, lalu melemparkan selimut untuk menutupi tubuh bosnya. Dia sendiri kembali memakai blazernya untuk menutupi bagian atas tubuhnya yang agak terbuka.Lalu, Islandia mengambil tumpukan uang yang ada di lacinya dan membawa puluhan lembaran berwarna merah itu ke depan. Kemudian, keributan pun berhenti begitu saja, seakan tidak terjadi apa-apa sebelumnya dan si penagih hutang pergi dengan santainya.Baru saat Islandia masuk ke kamar, kebisingan pun terjadi lagi karena sang bos dengan tidak tahu malunya, masih berdiri tanpa sehelai benang pun. "Pak! Astaga. Bapak udah nggak waras, ya? Kenapa nggak berpakaian juga?! Cepat pakai baju!" pekik Isla sambil membalikkan tubuhnya untuk tidak melihat.Namun, River malah mengabaikan omonga Isla dan bertanya soal hal lain. "Ka

  • Skandal Rahasia Sang CEO   8

    "Astaga, Violet! Jangan aneh-aneh, ah! Aku lagi teleponan sama adik aku, bukan sama pacar. Jadi, nggak akan ada yang cemburu. Haha!" ujar Isla dengan jantung yang berdetak sangat kencang. Entah siapa Violet yang namanya dia sebut, pokoknya, sebisa mungkin Isla akan mengelak dengan berpura-pura kalau itu temannya yang jahil!Dasar River sialan! Bukannya pulang ke rumahnya sendiri, River malah ikut dengannya dan mengganggu Isla tanpa tahu malu. Jadi, dengan gerakan yang singkat, sang sekertaris pun hanya sempat mengambil kaus kaki yang berceceran di dekatnya, lalu melemparkan benda tersebut ke wajah River, sehingga pria itu langsung lari ke kamar mandi untuk mencuci muka. "Itu temen kantor Mbak yang datang buat numpang buang air besar. Orangnya emang jail banget. Dia kira kamu itu pacarnya Mbak, makanya sok-sokan bikin drama supaya ada yang cemburu," elak Isla pada Ivy. Untung saja otaknya sedang fast response, sehingga Isla bisa langsung mencari alasan untuk kejadian barusan. "Kamu gim

  • Skandal Rahasia Sang CEO   7

    "K-kamu sedang apa?" tanya ayah River sambil mematung di pintu kantornya. Pria paruh baya itu jelas terkejut saat mendapati adegan-adegan tak senonoh yang sedang dilakukan putranya yang mengaku 'perjaka' itu. "Tadi, Mama kamu cerita, katanya dia sudah kehilangan harapan sama kamu. Tapi ... Ini apa?"Dengan gerakan sigap, River bangkit dan berdiri dengan canggung, sementara Islandia langsung menutup wajahnya dengan blazer oversize yang gadis itu pakai.Sial. Mereka baru saja terpergok sedang melakukan yanh iya-iya dihadapan bos super besar! Ini lebih parah daripada tadi mereka berhadapan dengan ibu River. Bisa-bisa Islandia langsung dipecat dan di-blacklist dari semua kantor di kota ini.Gara-gara River yang tidak bisa menahan diri! Padahal tadi mereka sedang sesi pijat normal. Lalu, semua tiba-tiba saja berubah jadi ke arah lain."Ini ... Bukan apa-apa. Kita nggak ngapa-ngapain, kok," elak River yang mendadak jadi bodoh. Apanya yang tidak melakukan apa-apa! Mana mungkin ayahnya tidak m

  • Skandal Rahasia Sang CEO   6

    Panik karena takut dipecat perkara susah tidur dengan sang bos, maka yang bisa Islandia lakukan selanjutnya adalah mengelak. Sebagai pertahanan diri."Bapak masih perjaka, kok, Bu! Saya nggak tidur sama Pak River. Ibu bisa langsung tanya orangnya. Saya juga kurang paham kenapa Ibu Eloise tiba-tiba menuduh saya yang tidak-tidak!" seru Isla yang nadanya masih sangat sopan, padahal kepalanya sudah sakit sekali, seakan rambutnya akan lepas dari kulit kepala.Tatapan sang nyonya besar pun langsung berubah jadi tidak suka perkara anaknya gagal menghilangkan status perjakanya. Lalu, Eloise tak luput mendapatkan pandangan menyipit dari wanita yang sudah melahirkan River. "Lepas. Jangan melakukan tindakan yang merendahkan diri kamu sendiri. Islandia sudah bilang kalau River masih perjaka.""Bohong, Tante! Waktu itu jelas-jelas aku kasih dia minuman berperangsang, nggak mungkin dia bisa menahan diri dan nggak tidur sama pria mana pun!" tukas Eloise yang tangannya masih setia berada di kepala Is

  • Skandal Rahasia Sang CEO   5

    "Iya-iya apanya?!" Islandia memijit dahinya yang langsung merasa pening. "Pak, saya lagi butuh istirahat. Silakan Bapak keluar dari sini dan kita bertemu lagi besok di hari Senin. Tolong jangan ganggu saya hari ini karena ini hari libur. Nggak sepatutnya kita bertemu padahal bukan hari kerja," ujar gadis itu sambil membukakan pintu kamarnya lebar-lebar."Bukannya nggak sepatutnya kita tidur bersama? Tapi, toh, kita tetap melakukannya," balas River dengan gestur mengangkat bahu.Sial. Kenapa bosnya membawa hal itu lagi, sih?! "Lupakan saja, Pak. Anggap kita berdua khilaf saat itu. Lagipula, kita ada di dalam pengaruh perangsang!" sahut Islandia yang semakin lama semakin dibuat kesal. "Ck. Perangsang itu pun dari Eloise. Saya cukup yakin kalau dia melakukan itu supaya saya kecelakaan dengan pria lain dan secara otomatis, saya tidak punya kesempatan apa pun untuk menggoda Bapak."Parahnya, River sama sekali tidak peduli dengan kenyataan itu dan malah bertindak naris. "Yah, saya wajari ti

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status