“Maaf, aku tidak sengaja menabrakmu. Aku sedang buru-buru,” ucap Vero pada lelaki itu dengan wajah bersalah dan sedikit menahan malu.
“Apakah hanya kata maaf yang bisa seorang wanita katakan saat melakukan kesalahan pada seorang pria?” tanya lelaki itu dengan tatapan penuh arti pada Vero.
Mendapati ucapan pria itu, Vero sama sekali tidak bisa berkata-kata. Ia sudah tahu apa maksud dari ucapan pria itu. Namun, untuk marah pun Vero seperti tidak berdaya karena terpana dengan ketampanan lelaki di depan matanya itu.
Entah kenapa Vero bisa begitu terpesona dengan tubuh dan wajah tampan pria itu. Padahal, jika dibandingkan dengan Ramon tentu saja masih menang Ramon dalam segala halnya. Atau mungkin tidak, karena Vero tidak pernah mencoba tubuh pria lain semenjak ia menjadi simpanan Ramon.
Tentu saja kata simpanan lebih tepat ditujukan pada Vero saat ini. Mengingat status Vero memang hanya lah sebagai kekasih rahasia bagi Ramon. Dia sama sekali tidak pernah menyangka bahwa dirinya hanya lah akan menjadi wanita simpanan seperti saat sekarang ini. Hal dan status yang tak pernah dia ingin sandang sejak dulunya.
Namun, saat ini semua sudah terjadi dan Vero tidak punya alasan untuk kembali lagi saat ini. Gadis itu sudah pasrah dan rela menjalani kehidupan sebagai tempat pelampiasan bagi Ramon. Meski Ramon tidak pernah mengatakan perasaannya padanya, tetapid ia sangat mencintai Ramon sepenuh hatinya. Vero rela melakukan apa saja demi Ramon meski hatinya terasa sakit.
“Maaf, aku sedang buru-buru. Permisi!” ucap Vero mengakhiri percakapannya dengan lelaki itu. Namun, tiba-tiba pergelangan tangannya dicekal oleh si lelaki dengan lembut.
“Apa kau tidak ingin bertanggung jawab padaku?” tanya pria itu dengan pandangan marah.
“Tanggung jawab? Atas dasar apa kau meminta pertanggung jawaban padaku?”
Vero balik bertanya pada lelaki itu tanpa menjawab pertanyaannya. Matanya menyipit untuk melihat dengan jelas pria di depannya saat ini.
“Kau sudah menabrak dadaku dan sekarang rasanya sangat nyeri. Aku pikir, mungkin saja dadaku mengalami cidera,” ungkapnya sambil memegangi dada yang tadi tertabrak oleh kepala Vero.
“Hah! Konyol sekali! Hanya tabrakan sedikit seperti itu tidak mungkin membuat cidera!” protes Vero dengan wajah tak percaya.
“Siapa yang tahu apa yang terjadi di dalam? Kau tidak bisa lepas dari tanggung jawab!” ancam pria itu lagi.
Vero tidak percaya, pria yang terlihat tampan dan bertubuh kekar ini memiliki sifat yang terlalu cari perhatian. Dia sangat jauh berbeda dengan Ramon. Vero tidak suka pada pria yang terlalu haus perhatian dan kasih sayang seperti itu. Dia langsung merasa ilfeel saat mendengarkan pria itu bicara dan memandangnya dengan tatapan yang aneh. Hal itu tentu saja tak luput dari perhatian pria itu.
“Aku baru saja akan datang ke apartemen abangku dan kau terlihat keluar dari dalamnya. Apa kau selingkuhan Ramon?” tanya pria bernama Reyhan itu dengan tatapan penuh selidik.
Tentu saja hal itu membuat Vero terkejut bukan main, dan mulai memperhatikan wajah Reyhan dengan seksama. Memang sedikit mirip dengan Ramon. Hanya sifat dan cara bicaranya saja yang berbanding terbalik dengan Ramon.
Vero tidak tahu harus menjawab apa pada pertanyaan Reyhan tadi dan hanya diam mematung karena tentu saja Reyhan tahu bahwa Ramon sudah memiliki tunangan bernama Miana. Dan sepertinya dia juga tahu bahwa Vero adalah selingkuhan Ramon. Entah dirinya itu adalah selingkuhan atau hanya simpanan, Vero juga tidak bisa mengartikannya.
“Kenapa kau diam saja, Nona? Apa tebakanku benar?” tanya Reyhan mendesak Vero dan mendekatkan wajahnya di depan wajah Vero. Membuat jantung Vero hampir saja melompat keluar saking kan terkejutnya dengan aksi Reyhan itu.
“Tidak. Sepertinya Anda salah paham, Tuan Reyhan. Aku hanya sekretaris Tuan Ramon,” jawab Vero berusaha berkilah.
Namun, bukan Reyhan namanya jika percaya begitu saja pada ucapan Vero. Selama ini Reyhan memang tidak berada di negara ini. Dia mengurus perusahaan bagiannya di negara Jerman. Setelah tiga tahun di sana, baru hari ini Reyhan menginjakkan kakinya di negara kelahirannya ini. Dan ia sengaja langsung datang ke apartemen Ramon karena malas pulang ke rumah orang tuanya.
Dia malas bertemu dengan ibunya yang tak lain adalah ibu tiri Ramon. Mereka memang tidak saudara kandung, tapi Ramon dan Reyhan saling menyayangi dan sangat akur sejak mereka kecil. Hanya saja mereka tidak suka dengan sikap dan sifat orang tua yang terlalu memaksa dan memerintah.
“Apakah ucapanmu itu bisa dipercaya? Kenapa aku mencium aroma perselingkuhan di sini?” tanya Reyhan lagi dengan curiga.
“Aku ke sini hanya untuk mencari dokumen yang tuan Ramon perintahkan dan sepertinya itu tidak ada di sini. Mungkin saja tertinggal di dalam hotel tempat Tuan Ramon menginap kemarin saat melakukan pertemuan bisnis dengan kolega dari Jepang,” bantah Vero lagi masih mencoba berkilah.
Sikap Vero yang tenang dan sangat meyakinkan akhirnya membuat Reyhan percaya meski hati kecilnya mencium ada ketidak beresan di sini. Namun, ia tidak ingin mempersulit pekerjaan bawahan abangnya.
Akhirnya Reyhan menarik napas panjang dan membuangnya kasar. Ia tak ingin memperpanjang masalah itu lagi dan membuat Ramon marah pada sekretarisnya karena terlalu lama di luar. Reyhan berniat untuk melepaskan Vero sebelum ekor matanya terfokus pada bekas merah di bagian dada Vero yang kancingnya lupa ia pasang.
Reyhan tersenyum simpul melihat hal itu dan tidak percaya lagi pada ucapan Vero. Ia tahu hari ini Miana baru saja datang dan mungkin tadinya Ramon sedang bercinta dengan Vero di apartemen ini. Kemudian Vero ditinggalkan begitu saja oleh Ramon karena ia harus segera ke kantor, tentu saja tunangannya yang sangat manja dan suka memerintah itu tidak ingin menerima alasan apa pun atas ketidak hadiran Ramon di kantornya.
“Pergi lah segera! Atau Mia akan menerkammu nanti! Pasti dia sudah ada di kantor Ramon saat ini,” titah Reyhan dan menatap Vero dengan mata tajam seakan bisa menembus pikiran Vero yang memang sedang cemas karena memikirkan Mia yang sedang menunggunya sejak tadi.
“Kalau begitu, lepaskan tanganku!” ucap Vero dan bola mata Reyhan berputar ke arah bawah. Dia baru menyadari bahwa tangannya masih mencengkram pergelangan tangan Vero.
Setelah melepaskan pergelangan tangan Vero, dia memandang kepergian Vero yang sangat terburu-buru. Dia yakin, Mia pasti sudah menindas gadis yang mengaku sebagai sekretaris Ramon itu.
Meski pun begitu, Reyhan sangat yakin semuanya tidak sesederhana itu dan tidak mungkin hubungan antara mereka hanya sebatas boss dan sekretaris saja. Reyhan tahu betul bahwa Ramon tidak akan pernah memasukkan sembarangan orang dalam apartemennya, apalagi seorang wanita. Bahkan Mia saja tidak pernah menginjakkan kakinya ke apartemen Ramon ini.
“Wanita itu sangat menarik. Sepertinya, aku harus mencurinya dari Ramon sebelum terlambat,” gumam Reyhan dan tersenyum penuh arti sebelum melangkahkan kaki memasuki apartemen Ramon.
“Vero! Dari mana saja kau? Aku sudah menunggumu selama hampir satu jam. Apa kau tahu bahwa waktuku ini sangat berharga untuk menunggu seorang kacung seperti dirimu?” hardik Miana dengan nada kasar saat Vero baru saja memasuki ruangan Ramon setelah mengetuknya tiga kali dan mendapatkan titah untuk masuk dari Ramon.Namun, bukannya hardikan Miana itu yang membuat Vero sedikit syok dan terkejut, bahkan hampir saja buliran bening dari bola matanya meluncur keluar. Beruntung Vero masih bisa menahannya dan bersikap secara professional di depan Ramon dan Miana.Bagaimana tidak syok dan terkejut, jika saat Vero masuk ke dalam ruangan itu, ia melihat Miana sedang berada di atas pangkuan Ramon dan kondisi pakaian keduanya sangat berantakan. Sudah bisa dipastikan apa yang baru saja terjadi di antara keduanya. Akan tetapi, seperti biasa, Ramon bersikap dingin dan acuh tak acuh dengan semua itu. Miana yang sudah merasa di atas awan pun sama sekali tidak memiliki rasa malu lagi saat dipergoki Vero
Sepertinya Miana sangat tertarik ingin mengetahui siapa yang mengirimkan pesan pada Vero, sehingga membuatnya berbuat nekat dengan merampas ponsel Vero dari tangannya. Vero sangat terkejut saat ponselnya itu sudah berpindah tangan, sesaat dia menjadi sangat gugup karena pesan tadi belum sempat dia hapus.Miana melihat gurat ketakutan di wajah Vero, sehingga membuat dia semakin penasaran dan sangat curiga apa isi di dalam pesan itu dan siapa pengirimnya. Mungkin, karena selama ini Vero terkenal dengan julukan wanita dingin yang banyak mengatakan hal itu tertular dari Ramon karena dia bekerja pada Ramon.Vero nyaris tidak pernah terlihat dan terdengar dekat atau jalan bersama seorang pria selain dari menemani Ramon dalam hal pekerjaan. Tentu saja hal itu yang semua orang ketahui selama ini, karena baik Ramon mau pun Vero sangat pandai menutupi hubungan mereka dari public.Sehingga jika ada seorang saja yang mengatakan mungkin Vero memiliki affair dengan Ramon, pasti akan langsung ditamp
Vero merasa tidak ada pilihan lain lagi saat ini, dan akhirnya ia bergegas keluar dari ruangan kerja Ramon. Dia harus segera datang ke apartemen kedua yang menjadi apartemen rahasia Ramon, karena Miana sama sekali tidak mengetahui tentang apartemen itu.Itu adalah apartemen yang dibeli Ramon memang khusus untuk Miana pada awalnya. Namun, Vero tidak mau tinggal di sana karena menurutnya itu terlalu mewah. Jika teman-temannya datang dan menyadari kejanggalan itu, Vero tidak tahu harus menjawab apa.Pasalnya, karyawan biasa seperti dirinya mana mungkin mampu membeli apartemen ratusan ribu dollar seperti itu. Jangan kan membelinya, untuk menyewanya saja sudah bisa dipastikan bahwa Vero tidak akan mampu. Itu sebabnya Vero memilih untuk tetap tinggal pada kosan yang sederhana saja. Dan Ramon tentu saja tidak mau datang dan bercinta di tempat biasa seperti itu.“Mau ke mana kau, Vero?” tanya Laura salah seorang karyawan di perusahaan yang sama dengan Vero.“A-aku ada tugas dari tuan muda unt
“Kenapa kau masih diam dan melamun?” tanya Ramon pada Vero dengan nada datar tapi penuh tekanan.“Bukan apa-apa, Ramon! Aku memang merasa sedang tidak enak badan saja,” jawab Veronica dengan kembali berbohong.“Kalau begitu, berbaring lah dengan benar dan tidur di pelukanku. Kau akan langsung sembuh saat berada di dalam pelukanku.”“Kau benar. Pelukanmu memang penyembuh sakitku. Andai semua sakitku bisa dan selalu bisa kau obati dengan pelukan hangatmu ini,” ungkap Vero yang sudah berada di dalam pelukan sang CEO.Vero mempunyai maksud tersembunyi saat dia mengatakan hal itu kepada Ramon. Hatinya tidak bisa benar-benar mengabaikan bahwa sebentar lagi Ramon akan menikah dengan Miana. Walau pun Vero sadar akan posisinya, dia tidak bisa menahan rasa sedih dan terlukanya oleh kenyataan itu.Ramon menyadari ada yang berbeda pada sikap dan ekspresi Vero sejak kembalinya Miana. Sebagai seorang pria, tentu saja Ramon yakin jika ada kecemburuan di dalam diri Vero saat ini. Apalagi, selama Mia
Ramon dan Vero akhirnya memang melakukan senam ranjang lagi dan hal itu ternyata direkam oleh seorang pria yang sebenarnya sudah datang sebelum Ramon dan Vero datang. Hanya saja, Ramon dan Vero sama sekali tidak menyadari kehadirannya. Sejak masuk ke apartemen itu pun, Ramon tidak beranjak dari ranjangnya karena menunggu kedatangan Vero dengan tenang. Jadi, tidak menggeledah isi apartemen karena dia memang tidak pernah melakukan hal itu juga selama ini. “Kau puas, Sayang?” tanya Ramon kepada Vero dengan nada yang sangat lembut bak sutra. “Sangat puas. Terima kasih, Ramon. Seharusnya, aku yang memberikanmu kepuasan seperti biasa,” jawab Vero dengan senyum malu-malu. Pipinya bahkan merona merah seperti kepiting rebus saat ini. Pasalnya, ini kali pertamanya Ramon memanjakan hasrat dan gairah yang mendadak menggelora di dalam jiwanya. Tidurnya terusik karena sentuhan-sentuhan kecil yang sengaja dilakukan oleh Ramon tadi. Dengan menggeliat manja, Vero pun terdengar mengerang dan mendes
“Aku hanya sedih karena tidak akan pernah datang lagi ke apartemen ini, Ramon. Apalagi jika nanti Miana meminta untuk menetap di sini,” jawab Vero apa adanya dan memang seperti itulah perasaannya saat ini.“Kau akan aku berikan tempat yang mewah juga. Tidak perlu mencemaskan hal itu!” ucap Ramon dengan nada datar dan mendominan.“Aku sebenarnya tidak peduli apakah itu tempat yang mewah atau biasa saja, Sayang. Namun, yang terpenting bagiku adalah bisa sesering mungkin bersamamu dalam urusan pribadi!” ungkap Vero yang jelas tidak ingin dikatakan sedih karena harus meninggalkan hunian mewah dan unlimited ini.“Aku masih akan tetap bisa bersamamu sepanjang waktu. Kau tenang saja dan percayakan semuanya padaku. Hanya soal Miana saja, aku masih bisa mengurusnya dengan mudah!”“Tapi, Ramon … hubungan ini saja sudah salah. Apalagi jika nanti kalian menikah, aku tidak mau kalau suatu saat semua itu malah menjadi boomerang bagi dirimu sendiri atau mungkin saja bagi diriku!”“Kau mencemaskan ha
Sementara Miana yang juga diminta oleh Ramon untuk datang ke salah satu restoran mewah itu, merasa sangat kesal. Ramon yang memintanya datang untuk bertemu keluarganya. Namun, sekarang dia sendiri yang tidak datang pada acara makan malam kedua keluarga yang akan segera bersatu itu.“Tenanglah, Mia Sayang. Dia pasti sedang sibuk dengan pekerjaannya. Kau jangan mengganggu Ramon seperti itu. Tunjukkan kalau kau itu wanita berkelas,” ujar Leni yang tak lain adalah ibu kandung Miana sendiri.“Mami jangan pernah mengguruiku dalam hal ini. Apa Mami ingin aku bersikap cuek dan tidak memperdulikan calon suamiku? Lalu, akhirnya dia memilih jalang lain yang memberikan perhatian dan selalu membuatnya merasa lebih berarti?” tanya Miana dengan sangat kasar pada sang ibu.Mereka memang tidak memiliki hubungan yang baik satu sama yang lainnya. Namun, akan ada kalanya mereka bersikap layaknya ibu dan anak yang saling mencintai. Hal itu karena Miana memang adalah putri satu-satunya dari pasangan Leny d
Malam itu Ramon dan Vero kembali bercinta dengan penuh gairah. Vero sangat menyukai saat-saat bersama dengan Ramon meskipun pria itu tidak menunjukkan hal yang menurutnya dirasakan seorang kekasih saat bersama pasangannya. Hal itu tentu saja dimaklumi oleh Vero, karena memang Vero bukan lah kekasihnya. Hubungannya dengan Ramon memang hanya sebatas teman ranjang saja. Tidak ada ikatan khusus yang mereka miliki sejak awal. Vero sangat sadar dengan posisinya yang tidak punya hak menuntut apapun pada Ramon. Dia juga tidak bisa melakukan apa saja yang wanita umumnya lakukan pada sang kekasih di depan umum. Pagi harinya, Ramon sudah terlebih dahulu bangun dan menyiapkan sarapan untuk Vero. Saat wanita itu bangun, semua sudah terhidang di atas meja makan dan juga sepasang seragam baru sudah tergantung pada besi gantungan pakaian Ramon yang ada di samping lemari super mewah dan lebar itu. “Wangi sekali aroma masakanmu, Honey.” Vero memberikan sedikit pujian untuk Ramon di pagi hari. “Lalu
Mereka sudah sampai di rumah sakit dan langsung mencari keberadaan Petrus dan juga Rayhan. Vero adalah yang paling panik karena Rayhan ternyata tidak ada di sana. Lelaki itu sudah langsung dipindahkan dan diberangkatkan menggunakan jet pribadi ke Amerika.Sementara Petrus sudah melewati masa-masa kritisnya dan hal itu membuat Alesha merasa tenang. Tidak ada yang bisa dia lakukan untuk Vero saat ini selain memberikan penghiburan saja. Petrus juga tidak berani mengatakan di mana alamat Rayhan dirawat di Amerika kepada Vero.“Sayang ... tenang dan sabarlah menunggu. Semoga ada kabar baik tentang Rayhan sebentar lagia dari dokternya,” ucap Alesha yang ingin menghibur Vero dalam hal ini.Sudah tiga hari sejak Petrus sadarkan diri dan masih dirawat dengan intensif di rumah sakit itu. Alesha selalu menemani suaminya itu tanpa henti dan begitu pula Vero yang setiap hari datang ke sana untuk mencari tahu kabar tentang Rayhan.“Aku akan sabar menunggu dan tidak akan bosan datang ke sini untuk b
Tubuh Vero merosot ke lantai aspal saat mendengar yang baru saja dikatakan dan dijelaskan oleh Alesha. Dia sudah keluar dari dalam mobil dan mencoba menenangkan Alesha yang tampak sangat cemas dan juga takut. Akan tetapi, saat ini justru dia lah yang tampak paling terguncang.“Vero, ayo bangun! Ayo kita periksa mereka ke rumah sakit. Aku tidak bisa tenang sampai kau datang. Tadinya, aku ingin pergi terlebih dahulu karena tidak sabar menunggumu. Tapi, aku rasa kita memang harus pergi bersama,” ungkap Alesha pada Vero dengan banjir air mata saat ini.“Katakan padaku bahwa semua ini tidak benar, Al. Katakan sekali lagi bahwa kabar ini semuanya bohong. Dia hanya ingin membuatku merasa bersalah dan kembali padanya. Bukan kah begitu?” tanya Vero pula dengan deraian air mata tak berhenti sejak tadi.Alesha masih berusaha membujuknya untuk berdiri, karena saat ini Vero masih duduk di lantai aspal yang keras. Panasnya aspal itu tidak lagi dirasakan oleh Vero karena pikirannya entah sudah ke ma
Sebenarnya Vero mengetahui semua itu dari mulut Rayhan langsung ketika pria itu mabuk dan pertama kalinya mereka bertemu lagi setelah lima tahun berpisah. Vero tidak punya alasan untuk tidak percaya pada semua yang diucapkan Rayhan pada saat itu.Jadi, dia mengatakan yang sebenarnya kepada William saat ini karena merasa putranya berhak tahu yang sesungguhnya. Tidak ada lagi dusta yang ingin Vero rajut dalam hidupnya saat ini. Terlalu banyak kebohongan dan juga kepalsuan sehingga membuatnya menjadi tidak berdaya.“Sekarang, apa yang terjadi pada ayahku itu?” tanya William setelah beberapa saat mereka saling berdiam diri di dalam kendaraan roda empat itu.“Dia pingsan dan tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Tapi, dia memang sedang dalam keadaan yang tidak baik sejak kemarin.” Vero menjawab dengan tegas dan juga keyakinan penuh.“Dari mana Mami tahu kalau dia dalam keadaan yang tidak sehat?” tanya William mulai menginterogasi ibunya itu.“Aku merawatnya semalaman, Willy! Aku ada di
“Kau mau ke mana?” tanya Marco dan menghalangi langkah Vero.“Aku ada urusan penting. Untuk sekali ini, aku meminta tolong padamu untuk menjaga William,” jawab Vero yang hatinya sudah semakin hambar kepada lelaki di hadapannya itu.“Aku melarangmu pergi!” seru Marco dengan nada tegas.“Kau tidak berhak melarangku!” balas Vero pula tak kalah tegas.“Tentu saja aku berhak. Itu ada di dalam surat perjanjian kita di nomor delapan. Pihak pertama berhak meminta atau melarang pihak kedua dalam satu hal yang terjadi di kemudian hari,” jelas Marco membacakan lagi isi perjanjian pernikahan yang sudah mereka tanda tangani bersama.Vero terdiam dan tidak bergeming sedikit pun setelah mendengar penjelasan dari Marco itu. Memang benar seperti yang Marco katakan itu dan tidak bisa dipungkirinya lagi. Namun, tetap saja Vero tidak bisa untuk tidak pergi kali ini karena Rayhan dalam bahaya.Dia tidak tahu apa dan bagaimana keadaan pria itu sekarang dan dari nada bicaranya Alesha tadi, jelas Vero menget
Sebuah tamparan mendarat di pipi Marco untuk pertama kalinya, dan tangan Vero lah yang sudah memberikan tanda kemerahan berbentuk jari di sana. Semua itu reflek dilakukan oleh Vero karena merasa tidak terima dengan ucapan yang dilontarkan Marco.“Kau menamparku, Vero?” tanya Marco tak percaya.Sebelah tangannya menahan rasa perih di pipi yang masih berbekas kemarahan itu. Sedikit meringis menahan rasa sakit yang tidak bisa dipungkirinya, Marco masih menatap nyalang pada Vero.“Itu pantas untuk kau dapatkan, Marc! Ucapanmu itu sudah sangat keterlaluan dan tidak bisa aku terima!”“Bukan kah semua itu benar? Kau sudah bermalam dengannya dan menghabiskan malam penuh gairah bukan? Siapa dia? Dia hanya mantan suamimu dan kau rela memberikan tubuhmu padanya. Lalu, siapa aku? Aku adalah suamimu dan seharusnya aku yang lebih berhak atas dirimu,” ungkap Marco dengan sangat berang menatap Vero.Sekali lagi hati Vero terasa dicabik-cabik saat mendengar ucapan Marco yang tak beralasan itu. Dia mem
“Apa yang terjadi di sana semalaman?”“Tidak terjadi apa-apa. Tolong jangan membahas hal itu lagi, Marc! Aku tidak ingin membahasnya.”“Tapi, aku dan William mencemaskanmu semalaman. Tidak adakah hal yang ingin kau jelaskan pada kami?”“Tidak ada yang perlu dijelaskan dan tidak ada yang perlu kau tahu. Bukan kah sejak awal sudah kita sepakati bahwa tidak akan mencampuri urusan pribadi masing-masing? Aku tidak pernah bertanya hal pribadimu dan tidak pernah ikut campur, Marc. Jadi, tolong jangan melewati batasanmu!” ungkap Vero dengan nada tegas dan baru kali ini dia berbicara seperti itu kepada Marco.Cukup terkejut Marco mendengar ocehan yang dilontarkan oleh Vero beberapa detik lalu itu. Namun, saat ini dia jelas tidak bisa mendebat wanita yang kini duduk di sisi ranjangnya. Marco memang sengaja meminta izin untuk masuk ke dalam kamar Vero untuk berbicara empat mata.Mereka sudah sampai di rumah setengah jam yang lalu dan nyaris tidak ada percakapan selama dalam perjalanan pulang. Ha
“Bagaimana sekarang, Sayang? Aku tidak mau Vero terluka dengan niat Rayhan itu. Aku juga tidak ingin membuat Rayhan tersisksa dengan hubungan mereka yang justru memburuk setelah bertemu dari perpisahan yang sangat lama ini,” ungkap Alesha yang menahan langkahnya di pertengahan anak tangga.“Tenanglah, Sayang. Jangan memikirkan hal yang terlalu jauh untuk saat ini. Mungkin tuan muda hanya merasa emosi saat ini.” Petrus mencoba menenangkan Alesha dari dugaannya itu.“Apa kau pikir dia tidak akan benar-benar merebut Richard dari Vero?” tanya Alesha sedikit ragu.“Aku berharap itu tidak akan terjadi. Tuan muda bahkan tidak melirik putranya sama sekali tadi,” jawab Petrus pula dan mengingat sikap dingin Rayhan pada William tadi.“Itu tidak bisa menjadi acuan bahwa dia tidak peduli dan tidak menginginkan putranya, Sayang.”“Aku akan mencoba untuk membujuknya dan memberikan saran yang lain.”“Saran apa? Aku tahu bahwa Vero adalah wanita yang keras kepala dan dia tidak akan mengubah keputusa
Rayhan menghentikan tangannya yang hendak menuangkan air hangat ke dalam gelas. Sorot matanya tajam menatap ke arah Vero. Wanita itu terlihat begitu terkejut mendapatkan tatapan seperti itu dari Rayhan. Tatapan yang tajam dan seakan ingin mengoyak jantung Vero saat ini juga.“Kau siapa? Beraninya kau memerintahku di rumahku sendiri!” seru Rayhan dengan sinis.Tidak pernah sebelumnya Vero berpikir jika pria itu akan mengatakan hal sekasar itu padanya. Namun, tetap saja Vero tidak boleh gentar dan terlihat begitu lemah. Dia tersenyum tipis pada lelaki yang baru saja ingin dirawatnya sepenuh hati. “Aku memang bukan siapa-siapa di sini. Baiklah, kalau begitu aku akan segera pamit. Aku tidak ingin terlalu lama di sini dan membuat suamiku menunggu!”“Suami yang bahkan tidak pernah menyentuhmu?” tanya Rayhan dengan nada mengejek.“Kau tahu apa tentang rumah tanggaku dengan istriku?” tanya sebuah suara yang entah sejak kapan berada di dalam ruangan itu bersama mereka.Vero mengalihkan pandang
Mata Alesha bergerak ke arah anak tangga dan melihat jika di sana Rayhan sudah berhenti mengayunkan langkah kakinya saat mendengar ucapan Vero tadi. Wajah Rayhan tampak merah padam yang mungkin saja kini sedang merasa marah atau kecewa tingkat tinggi pada Vero.“Jangan katakan itu, Vero sayang. Kau tidak bisa mengeluarkan kata-kata palsu seperti itu, dan aku tahu apa yang sebenarnya kau rasakan!” ucap Alesha berusaha membuat Vero mengubah pengakuannya. Dia ingin Vero akhirnya jujur pada perasaannya sendiri tanpa disadarinya.“Tidak, Alesha. Aku tidak lagi mencintainya dan aku tidak ingin lagi kembali bersamanya. Aku sudah bahagia dengan suami dan putraku saat ini. Aku ingin menjalani hidup yang normal seperti yang selalu aku inginkan sejak dulu. Aku mendapatkan semuanya saat aku bersama Marco,” ungkap Vero pula dan dengan helaan napas yang terasa berat dia memaksakan tersenyum.“Kau hanya merasa nyaman dan tenang karena tidak ada yang menghantuimu dengan status. Tapi, kau tidak pernah