Ramon meninggalkan Vero yang masih berada di dalam kamar mandi dan membersihkan diri. Ada sebuah perasaan sedih yang tiba-tiba menjalar di dalam diri Vero. Meski ia sudah tahu sejak awal bahwa dirinya hanya lah menjadi pelampiasan saja bagi Ramon. Bahkan, sampai saat ini Ramon tidak pernah mengatakan cinta pada Vero.
“Apa yang akan terjadi selanjutnya antara aku dan Ramon kalau Miana datang? Apakah aku akan benar-benar tercampakkan? Aku ... sepertinya itu akan aku alami,” isak Vero yang kembali mengenang nasib buruknya itu di depan cermin rias.
Mereka menjalani hubungan begitu saja dan atas dasar suka sama suka. Apalagi, Ramon juga memberikan nominal uang belanja yang tidak sedikit pada Vero setiap minggunya. Memang sikap Ramon sangat lembut dan penyayang pada Vero.
Tapi, itu hanya saat mereka berdua saja. Jika mereka sedang di kantor, Vero dan Ramon bersikap sangat professional dan sangat menjaga jarak. Sehingga, tidak satu pun kabar miring beredar tentang mereka berdua, meski mereka adalah CEO dan sekretaris.
Biasanya, dua jabatan yang saling berhubungan itu akan santer dengan isu-isu miring karena memang banyak sekali terjadi affair antara bos dan bawahannya itu. Namun, berkat kerja sama Vero dan Ramon hal itu tidak berlaku untuk mereka berdua.
Tentu saja itu sangat menguntungkan bagi Ramon. Di mana ia harus menjaga perasaan tunangannya yang tak lain adalah anak seorang pengusaha kaya yang sudah dijodohkan dengannya demi kepentingan bisnis. Tidak menutup kemungkinan juga andai Miana tahu affair Ramon dengan Vero, pria itu sama sekali tidak peduli.
“Aku berasal dari keluarga yang berantakan. Ayahku penjudi dan suka bermain wanita, sedangkan adik laki-laki seorang pencandu yang selalu saja kena masalah hukum. Aku tidak bahagia dalam keluargaku dan kurang perhatian juga kasih sayang. Hanya saat bersamamu, aku bisa mendapatkan semua itu dan merasakan hidup yang sesungguhnya,” ungkap Vero sembari menatap wajah Ramon di layar ponselnya saat ini.
“Tidak! Aku tidak boleh lemah dan menyerah. Masih ada Key yang harus aku perjuangkan masa depan dan hidupnya. Aku akan melakukan semuanya demi Key,” batin Vero pula dengan penuh tekad saat mengingat adik bungsunya yang masih berkuliah.
Hanya untuk Key lah selama ini Vero berjuang keras mendapatkan uang dan membiayai semua kebutuhan Key. Itu juga karena hanya Key lah satu-satunya anggota keluarga yang dekat dan peduli dengannya.
“Kenapa dia harus kembali begitu cepat? Atau kah aku yang sudah terlalu nyaman menikmati tubuh dan sentuhan yang tidak seharusnya aku miliki?” tanya Vero bermonolog sambil memperhatikan penampilannya di depan cermin.
“Apakah setelah ini, aku dan Ramon tidak akan bisa lagi bertemu dan bercinta seperti biasa lagi?”
Ada raut kesedihan yang terpancar jelas di wajahnya. Tentu saja Vero merasa tidak bisa melepaskan Ramon begitu saja. Tetapi dia juga tidak bisa menahan Ramon karena memang Ramon bukan lah miliknya. Tiba-tiba saj ponsel Vero berdering dan itu adalah panggilan dari Mr. R yang tak lain adalan nama untuk Ramon. Dengan wajah sumringah, jemari lentik Vero menggeser gambar telepon berwarna hijau itu ke atas dan menjawab panggilan Ramon dengan sangat lembut.
“Apa kau sudah merindukanku secepat ini?” tanya Vero dengan nada manja dan menggodanya.
“Apa maksudmu? Di mana kau sekarang? Apa kau mau dipecat?” tanya suara perempuan dengan nada tinggi dan nyaring yang bahkan tidak menjawab pertanyaan Veronica tadi.
Jantung Vero serasa akan meloncat ke luar saat mendengar semua itu. bagaimana tidak, jika yang bicara dengannya saat ini adalah Miana. Tunangan Ramon yang terkenal sangat ambisius, galak, dan kasar.
Dia suka memerintah semua karyawan di sana sesuka hatinya seolah ia sudah menjadi nyonya besar di perusahaan itu. Dan tentu saja Ramon mendiamkan saja sikap tunangannya itu. Meski Ramon memang mencintai Miana, ia tentu saja juga memanfaatkan Miana karena Miana adalah anak dari pengusaha nomor satu di negara itu.
“Ma-maaf, Nona. Saya ada urusan di luar kantor dan tadi sudah izin sama Tuan Ramon,” jawab Vero yang tak ingin disalahkan sepihak. Tentu saja Ramon harus membantunya dalam masalah ini.
“Benar kah begitu?” tanya Miana seolah enggan untuk percaya.
“Tentu saja, silakan tanya pada tuan Ramon sendiri, Nona.”
“Sayang, apa dia sudah minta izin padamu? Mengapa kau membiarkannya pergi? Sudah kukatakan untuk jangan terlalu baik pada bawahan, mereka bisa menginjakmu nanti!”
Vero mendengar pertanyaan dan omelan Vero dari seberang telepon, yang tentu saja itu ia tujukan pada Ramon. Namun, Vero tidak bisa mendengar jawaban yang diberikan Ramon pada wanita manja dan posesif itu.
“Vero! Cepat ke kantor dan bawakan aku cake red velvet dari Keke Bakery. Setelah itu buatkan aku the hijau buatanmu sendiri. Kau tahu kan, aku hanya percaya minuman yang kau buat saja jika di kantor ini?”
“Ba-baik, Nona Miana. Aku akan segera datang, kebetulan ini juga tidak jauh dari kantor.”
“Sudah berapa kali aku katakan, jangan memanggilku dengan nama lengkap seperti itu! Cukup Mia saja!” teriak Miana dengan nada tinggi hingg Vero terpaksa harus menjauhkan ponsel dari telinganya.
Lalu, Miana memutuskan sambungan telepon itu secara sepihak tanpa aba-aba dan Vero tidak heran lagi dengan sikap Miana itu. Vero hanya bisa patuh dengan semua perintah dari Miana dan melapangkan dada dari kata kasar dan sikap arogan wanita itu. Karena tidak bisa menolak semua perintah dan ucapan Miana.
Bagaimana jika nanti Miana meminta Ramon memecatnya dan Ramon pun mengiyakan? Dengan apa Vero akan membiayai uang masuk kuliah Key jika sudah tidak bekerja lagi. Jadi, dia terpaksa menerima dan bersabar dengan keadaan. Hanya terkadang, Ramon akan datang ke apartemennya dan mengiburnya dengan penuh kata mesra dan perlakuan manja. Semua itu sanggup menghilangkan penat dan kekesalan Vero terhadap sikap Miana itu.
Veronica tidak bisa berbuat banyak dan akhirnya segera merapikan diri dan bergegas keluar dari apartemen Ramon. Dia harus segera membeli dan membawakan semua yang Miana minta. Vero tidak mau mendapatkan masalah dari wanita yang sebentar lagi akan nyonya di perusahaan itu juga.
Bruk ….
Bunyi benda beradu dan ternyata itu adalah kepala Veronica yang menabrak tubuh seorang lelaki berbadan tinggi dan sepertinya memiliki dada dan perut yang sangat keras. Itu terbukti saat Vero meringis menahan sakit sembari memegang keningnya yang terantuk di sana.
“Apa kau tidak bisa melihat jalan dengan baik, Nona?” tanya sebuah suara bass seorang pria dan Vero langsung menatapnya dengan lekat.
Tampan. Itu lah kata pertama yang ada di dalam pikiran Vero saat melihat sosok pria itu dan hatinya bergetar. Vero tak bahkan tak bisa berkata apa-apa seakan dia baru saja terhipnotis oleh ketampanan pria itu. “Siapa dia?” tanya Vero dalam hatinya dan memasang wajah kagum yang tak bisa dia sembunyikan dari pria itu.
“Maaf, aku tidak sengaja menabrakmu. Aku sedang buru-buru,” ucap Vero pada lelaki itu dengan wajah bersalah dan sedikit menahan malu.“Apakah hanya kata maaf yang bisa seorang wanita katakan saat melakukan kesalahan pada seorang pria?” tanya lelaki itu dengan tatapan penuh arti pada Vero.Mendapati ucapan pria itu, Vero sama sekali tidak bisa berkata-kata. Ia sudah tahu apa maksud dari ucapan pria itu. Namun, untuk marah pun Vero seperti tidak berdaya karena terpana dengan ketampanan lelaki di depan matanya itu.Entah kenapa Vero bisa begitu terpesona dengan tubuh dan wajah tampan pria itu. Padahal, jika dibandingkan dengan Ramon tentu saja masih menang Ramon dalam segala halnya. Atau mungkin tidak, karena Vero tidak pernah mencoba tubuh pria lain semenjak ia menjadi simpanan Ramon.Tentu saja kata simpanan lebih tepat ditujukan pada Vero saat ini. Mengingat status Vero memang hanya lah sebagai kekasih rahasia bagi Ramon. Dia sama sekali tidak pernah menyangka bahwa dirinya hanya lah
“Vero! Dari mana saja kau? Aku sudah menunggumu selama hampir satu jam. Apa kau tahu bahwa waktuku ini sangat berharga untuk menunggu seorang kacung seperti dirimu?” hardik Miana dengan nada kasar saat Vero baru saja memasuki ruangan Ramon setelah mengetuknya tiga kali dan mendapatkan titah untuk masuk dari Ramon.Namun, bukannya hardikan Miana itu yang membuat Vero sedikit syok dan terkejut, bahkan hampir saja buliran bening dari bola matanya meluncur keluar. Beruntung Vero masih bisa menahannya dan bersikap secara professional di depan Ramon dan Miana.Bagaimana tidak syok dan terkejut, jika saat Vero masuk ke dalam ruangan itu, ia melihat Miana sedang berada di atas pangkuan Ramon dan kondisi pakaian keduanya sangat berantakan. Sudah bisa dipastikan apa yang baru saja terjadi di antara keduanya. Akan tetapi, seperti biasa, Ramon bersikap dingin dan acuh tak acuh dengan semua itu. Miana yang sudah merasa di atas awan pun sama sekali tidak memiliki rasa malu lagi saat dipergoki Vero
Sepertinya Miana sangat tertarik ingin mengetahui siapa yang mengirimkan pesan pada Vero, sehingga membuatnya berbuat nekat dengan merampas ponsel Vero dari tangannya. Vero sangat terkejut saat ponselnya itu sudah berpindah tangan, sesaat dia menjadi sangat gugup karena pesan tadi belum sempat dia hapus.Miana melihat gurat ketakutan di wajah Vero, sehingga membuat dia semakin penasaran dan sangat curiga apa isi di dalam pesan itu dan siapa pengirimnya. Mungkin, karena selama ini Vero terkenal dengan julukan wanita dingin yang banyak mengatakan hal itu tertular dari Ramon karena dia bekerja pada Ramon.Vero nyaris tidak pernah terlihat dan terdengar dekat atau jalan bersama seorang pria selain dari menemani Ramon dalam hal pekerjaan. Tentu saja hal itu yang semua orang ketahui selama ini, karena baik Ramon mau pun Vero sangat pandai menutupi hubungan mereka dari public.Sehingga jika ada seorang saja yang mengatakan mungkin Vero memiliki affair dengan Ramon, pasti akan langsung ditamp
Vero merasa tidak ada pilihan lain lagi saat ini, dan akhirnya ia bergegas keluar dari ruangan kerja Ramon. Dia harus segera datang ke apartemen kedua yang menjadi apartemen rahasia Ramon, karena Miana sama sekali tidak mengetahui tentang apartemen itu.Itu adalah apartemen yang dibeli Ramon memang khusus untuk Miana pada awalnya. Namun, Vero tidak mau tinggal di sana karena menurutnya itu terlalu mewah. Jika teman-temannya datang dan menyadari kejanggalan itu, Vero tidak tahu harus menjawab apa.Pasalnya, karyawan biasa seperti dirinya mana mungkin mampu membeli apartemen ratusan ribu dollar seperti itu. Jangan kan membelinya, untuk menyewanya saja sudah bisa dipastikan bahwa Vero tidak akan mampu. Itu sebabnya Vero memilih untuk tetap tinggal pada kosan yang sederhana saja. Dan Ramon tentu saja tidak mau datang dan bercinta di tempat biasa seperti itu.“Mau ke mana kau, Vero?” tanya Laura salah seorang karyawan di perusahaan yang sama dengan Vero.“A-aku ada tugas dari tuan muda unt
“Kenapa kau masih diam dan melamun?” tanya Ramon pada Vero dengan nada datar tapi penuh tekanan.“Bukan apa-apa, Ramon! Aku memang merasa sedang tidak enak badan saja,” jawab Veronica dengan kembali berbohong.“Kalau begitu, berbaring lah dengan benar dan tidur di pelukanku. Kau akan langsung sembuh saat berada di dalam pelukanku.”“Kau benar. Pelukanmu memang penyembuh sakitku. Andai semua sakitku bisa dan selalu bisa kau obati dengan pelukan hangatmu ini,” ungkap Vero yang sudah berada di dalam pelukan sang CEO.Vero mempunyai maksud tersembunyi saat dia mengatakan hal itu kepada Ramon. Hatinya tidak bisa benar-benar mengabaikan bahwa sebentar lagi Ramon akan menikah dengan Miana. Walau pun Vero sadar akan posisinya, dia tidak bisa menahan rasa sedih dan terlukanya oleh kenyataan itu.Ramon menyadari ada yang berbeda pada sikap dan ekspresi Vero sejak kembalinya Miana. Sebagai seorang pria, tentu saja Ramon yakin jika ada kecemburuan di dalam diri Vero saat ini. Apalagi, selama Mia
Ramon dan Vero akhirnya memang melakukan senam ranjang lagi dan hal itu ternyata direkam oleh seorang pria yang sebenarnya sudah datang sebelum Ramon dan Vero datang. Hanya saja, Ramon dan Vero sama sekali tidak menyadari kehadirannya. Sejak masuk ke apartemen itu pun, Ramon tidak beranjak dari ranjangnya karena menunggu kedatangan Vero dengan tenang. Jadi, tidak menggeledah isi apartemen karena dia memang tidak pernah melakukan hal itu juga selama ini. “Kau puas, Sayang?” tanya Ramon kepada Vero dengan nada yang sangat lembut bak sutra. “Sangat puas. Terima kasih, Ramon. Seharusnya, aku yang memberikanmu kepuasan seperti biasa,” jawab Vero dengan senyum malu-malu. Pipinya bahkan merona merah seperti kepiting rebus saat ini. Pasalnya, ini kali pertamanya Ramon memanjakan hasrat dan gairah yang mendadak menggelora di dalam jiwanya. Tidurnya terusik karena sentuhan-sentuhan kecil yang sengaja dilakukan oleh Ramon tadi. Dengan menggeliat manja, Vero pun terdengar mengerang dan mendes
“Aku hanya sedih karena tidak akan pernah datang lagi ke apartemen ini, Ramon. Apalagi jika nanti Miana meminta untuk menetap di sini,” jawab Vero apa adanya dan memang seperti itulah perasaannya saat ini.“Kau akan aku berikan tempat yang mewah juga. Tidak perlu mencemaskan hal itu!” ucap Ramon dengan nada datar dan mendominan.“Aku sebenarnya tidak peduli apakah itu tempat yang mewah atau biasa saja, Sayang. Namun, yang terpenting bagiku adalah bisa sesering mungkin bersamamu dalam urusan pribadi!” ungkap Vero yang jelas tidak ingin dikatakan sedih karena harus meninggalkan hunian mewah dan unlimited ini.“Aku masih akan tetap bisa bersamamu sepanjang waktu. Kau tenang saja dan percayakan semuanya padaku. Hanya soal Miana saja, aku masih bisa mengurusnya dengan mudah!”“Tapi, Ramon … hubungan ini saja sudah salah. Apalagi jika nanti kalian menikah, aku tidak mau kalau suatu saat semua itu malah menjadi boomerang bagi dirimu sendiri atau mungkin saja bagi diriku!”“Kau mencemaskan ha
Sementara Miana yang juga diminta oleh Ramon untuk datang ke salah satu restoran mewah itu, merasa sangat kesal. Ramon yang memintanya datang untuk bertemu keluarganya. Namun, sekarang dia sendiri yang tidak datang pada acara makan malam kedua keluarga yang akan segera bersatu itu.“Tenanglah, Mia Sayang. Dia pasti sedang sibuk dengan pekerjaannya. Kau jangan mengganggu Ramon seperti itu. Tunjukkan kalau kau itu wanita berkelas,” ujar Leni yang tak lain adalah ibu kandung Miana sendiri.“Mami jangan pernah mengguruiku dalam hal ini. Apa Mami ingin aku bersikap cuek dan tidak memperdulikan calon suamiku? Lalu, akhirnya dia memilih jalang lain yang memberikan perhatian dan selalu membuatnya merasa lebih berarti?” tanya Miana dengan sangat kasar pada sang ibu.Mereka memang tidak memiliki hubungan yang baik satu sama yang lainnya. Namun, akan ada kalanya mereka bersikap layaknya ibu dan anak yang saling mencintai. Hal itu karena Miana memang adalah putri satu-satunya dari pasangan Leny d
Mereka sudah sampai di rumah sakit dan langsung mencari keberadaan Petrus dan juga Rayhan. Vero adalah yang paling panik karena Rayhan ternyata tidak ada di sana. Lelaki itu sudah langsung dipindahkan dan diberangkatkan menggunakan jet pribadi ke Amerika.Sementara Petrus sudah melewati masa-masa kritisnya dan hal itu membuat Alesha merasa tenang. Tidak ada yang bisa dia lakukan untuk Vero saat ini selain memberikan penghiburan saja. Petrus juga tidak berani mengatakan di mana alamat Rayhan dirawat di Amerika kepada Vero.“Sayang ... tenang dan sabarlah menunggu. Semoga ada kabar baik tentang Rayhan sebentar lagia dari dokternya,” ucap Alesha yang ingin menghibur Vero dalam hal ini.Sudah tiga hari sejak Petrus sadarkan diri dan masih dirawat dengan intensif di rumah sakit itu. Alesha selalu menemani suaminya itu tanpa henti dan begitu pula Vero yang setiap hari datang ke sana untuk mencari tahu kabar tentang Rayhan.“Aku akan sabar menunggu dan tidak akan bosan datang ke sini untuk b
Tubuh Vero merosot ke lantai aspal saat mendengar yang baru saja dikatakan dan dijelaskan oleh Alesha. Dia sudah keluar dari dalam mobil dan mencoba menenangkan Alesha yang tampak sangat cemas dan juga takut. Akan tetapi, saat ini justru dia lah yang tampak paling terguncang.“Vero, ayo bangun! Ayo kita periksa mereka ke rumah sakit. Aku tidak bisa tenang sampai kau datang. Tadinya, aku ingin pergi terlebih dahulu karena tidak sabar menunggumu. Tapi, aku rasa kita memang harus pergi bersama,” ungkap Alesha pada Vero dengan banjir air mata saat ini.“Katakan padaku bahwa semua ini tidak benar, Al. Katakan sekali lagi bahwa kabar ini semuanya bohong. Dia hanya ingin membuatku merasa bersalah dan kembali padanya. Bukan kah begitu?” tanya Vero pula dengan deraian air mata tak berhenti sejak tadi.Alesha masih berusaha membujuknya untuk berdiri, karena saat ini Vero masih duduk di lantai aspal yang keras. Panasnya aspal itu tidak lagi dirasakan oleh Vero karena pikirannya entah sudah ke ma
Sebenarnya Vero mengetahui semua itu dari mulut Rayhan langsung ketika pria itu mabuk dan pertama kalinya mereka bertemu lagi setelah lima tahun berpisah. Vero tidak punya alasan untuk tidak percaya pada semua yang diucapkan Rayhan pada saat itu.Jadi, dia mengatakan yang sebenarnya kepada William saat ini karena merasa putranya berhak tahu yang sesungguhnya. Tidak ada lagi dusta yang ingin Vero rajut dalam hidupnya saat ini. Terlalu banyak kebohongan dan juga kepalsuan sehingga membuatnya menjadi tidak berdaya.“Sekarang, apa yang terjadi pada ayahku itu?” tanya William setelah beberapa saat mereka saling berdiam diri di dalam kendaraan roda empat itu.“Dia pingsan dan tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Tapi, dia memang sedang dalam keadaan yang tidak baik sejak kemarin.” Vero menjawab dengan tegas dan juga keyakinan penuh.“Dari mana Mami tahu kalau dia dalam keadaan yang tidak sehat?” tanya William mulai menginterogasi ibunya itu.“Aku merawatnya semalaman, Willy! Aku ada di
“Kau mau ke mana?” tanya Marco dan menghalangi langkah Vero.“Aku ada urusan penting. Untuk sekali ini, aku meminta tolong padamu untuk menjaga William,” jawab Vero yang hatinya sudah semakin hambar kepada lelaki di hadapannya itu.“Aku melarangmu pergi!” seru Marco dengan nada tegas.“Kau tidak berhak melarangku!” balas Vero pula tak kalah tegas.“Tentu saja aku berhak. Itu ada di dalam surat perjanjian kita di nomor delapan. Pihak pertama berhak meminta atau melarang pihak kedua dalam satu hal yang terjadi di kemudian hari,” jelas Marco membacakan lagi isi perjanjian pernikahan yang sudah mereka tanda tangani bersama.Vero terdiam dan tidak bergeming sedikit pun setelah mendengar penjelasan dari Marco itu. Memang benar seperti yang Marco katakan itu dan tidak bisa dipungkirinya lagi. Namun, tetap saja Vero tidak bisa untuk tidak pergi kali ini karena Rayhan dalam bahaya.Dia tidak tahu apa dan bagaimana keadaan pria itu sekarang dan dari nada bicaranya Alesha tadi, jelas Vero menget
Sebuah tamparan mendarat di pipi Marco untuk pertama kalinya, dan tangan Vero lah yang sudah memberikan tanda kemerahan berbentuk jari di sana. Semua itu reflek dilakukan oleh Vero karena merasa tidak terima dengan ucapan yang dilontarkan Marco.“Kau menamparku, Vero?” tanya Marco tak percaya.Sebelah tangannya menahan rasa perih di pipi yang masih berbekas kemarahan itu. Sedikit meringis menahan rasa sakit yang tidak bisa dipungkirinya, Marco masih menatap nyalang pada Vero.“Itu pantas untuk kau dapatkan, Marc! Ucapanmu itu sudah sangat keterlaluan dan tidak bisa aku terima!”“Bukan kah semua itu benar? Kau sudah bermalam dengannya dan menghabiskan malam penuh gairah bukan? Siapa dia? Dia hanya mantan suamimu dan kau rela memberikan tubuhmu padanya. Lalu, siapa aku? Aku adalah suamimu dan seharusnya aku yang lebih berhak atas dirimu,” ungkap Marco dengan sangat berang menatap Vero.Sekali lagi hati Vero terasa dicabik-cabik saat mendengar ucapan Marco yang tak beralasan itu. Dia mem
“Apa yang terjadi di sana semalaman?”“Tidak terjadi apa-apa. Tolong jangan membahas hal itu lagi, Marc! Aku tidak ingin membahasnya.”“Tapi, aku dan William mencemaskanmu semalaman. Tidak adakah hal yang ingin kau jelaskan pada kami?”“Tidak ada yang perlu dijelaskan dan tidak ada yang perlu kau tahu. Bukan kah sejak awal sudah kita sepakati bahwa tidak akan mencampuri urusan pribadi masing-masing? Aku tidak pernah bertanya hal pribadimu dan tidak pernah ikut campur, Marc. Jadi, tolong jangan melewati batasanmu!” ungkap Vero dengan nada tegas dan baru kali ini dia berbicara seperti itu kepada Marco.Cukup terkejut Marco mendengar ocehan yang dilontarkan oleh Vero beberapa detik lalu itu. Namun, saat ini dia jelas tidak bisa mendebat wanita yang kini duduk di sisi ranjangnya. Marco memang sengaja meminta izin untuk masuk ke dalam kamar Vero untuk berbicara empat mata.Mereka sudah sampai di rumah setengah jam yang lalu dan nyaris tidak ada percakapan selama dalam perjalanan pulang. Ha
“Bagaimana sekarang, Sayang? Aku tidak mau Vero terluka dengan niat Rayhan itu. Aku juga tidak ingin membuat Rayhan tersisksa dengan hubungan mereka yang justru memburuk setelah bertemu dari perpisahan yang sangat lama ini,” ungkap Alesha yang menahan langkahnya di pertengahan anak tangga.“Tenanglah, Sayang. Jangan memikirkan hal yang terlalu jauh untuk saat ini. Mungkin tuan muda hanya merasa emosi saat ini.” Petrus mencoba menenangkan Alesha dari dugaannya itu.“Apa kau pikir dia tidak akan benar-benar merebut Richard dari Vero?” tanya Alesha sedikit ragu.“Aku berharap itu tidak akan terjadi. Tuan muda bahkan tidak melirik putranya sama sekali tadi,” jawab Petrus pula dan mengingat sikap dingin Rayhan pada William tadi.“Itu tidak bisa menjadi acuan bahwa dia tidak peduli dan tidak menginginkan putranya, Sayang.”“Aku akan mencoba untuk membujuknya dan memberikan saran yang lain.”“Saran apa? Aku tahu bahwa Vero adalah wanita yang keras kepala dan dia tidak akan mengubah keputusa
Rayhan menghentikan tangannya yang hendak menuangkan air hangat ke dalam gelas. Sorot matanya tajam menatap ke arah Vero. Wanita itu terlihat begitu terkejut mendapatkan tatapan seperti itu dari Rayhan. Tatapan yang tajam dan seakan ingin mengoyak jantung Vero saat ini juga.“Kau siapa? Beraninya kau memerintahku di rumahku sendiri!” seru Rayhan dengan sinis.Tidak pernah sebelumnya Vero berpikir jika pria itu akan mengatakan hal sekasar itu padanya. Namun, tetap saja Vero tidak boleh gentar dan terlihat begitu lemah. Dia tersenyum tipis pada lelaki yang baru saja ingin dirawatnya sepenuh hati. “Aku memang bukan siapa-siapa di sini. Baiklah, kalau begitu aku akan segera pamit. Aku tidak ingin terlalu lama di sini dan membuat suamiku menunggu!”“Suami yang bahkan tidak pernah menyentuhmu?” tanya Rayhan dengan nada mengejek.“Kau tahu apa tentang rumah tanggaku dengan istriku?” tanya sebuah suara yang entah sejak kapan berada di dalam ruangan itu bersama mereka.Vero mengalihkan pandang
Mata Alesha bergerak ke arah anak tangga dan melihat jika di sana Rayhan sudah berhenti mengayunkan langkah kakinya saat mendengar ucapan Vero tadi. Wajah Rayhan tampak merah padam yang mungkin saja kini sedang merasa marah atau kecewa tingkat tinggi pada Vero.“Jangan katakan itu, Vero sayang. Kau tidak bisa mengeluarkan kata-kata palsu seperti itu, dan aku tahu apa yang sebenarnya kau rasakan!” ucap Alesha berusaha membuat Vero mengubah pengakuannya. Dia ingin Vero akhirnya jujur pada perasaannya sendiri tanpa disadarinya.“Tidak, Alesha. Aku tidak lagi mencintainya dan aku tidak ingin lagi kembali bersamanya. Aku sudah bahagia dengan suami dan putraku saat ini. Aku ingin menjalani hidup yang normal seperti yang selalu aku inginkan sejak dulu. Aku mendapatkan semuanya saat aku bersama Marco,” ungkap Vero pula dan dengan helaan napas yang terasa berat dia memaksakan tersenyum.“Kau hanya merasa nyaman dan tenang karena tidak ada yang menghantuimu dengan status. Tapi, kau tidak pernah