Rayhan: Aku sudah dalam perjalanan. Kalau begitu, aku dapat jatah doble siang ini. Jangan lupakan itu!Vero: Jatah doble apa yang sedang kau bicarakan?Rayhan: Kau memintaku datang sekarang atau tidak dapat jatah sama sekali. Padahal, aku sudah dalam perjalanan pulang sekarang. Itu artinya aku lebih cepat dari yang kau bayangkan.Vero: Lalu, apa hubungannya dengan jatah doble? Kalau kau bisa, kau boleh menghabiskan semua masakan yang aku buat siang ini. Itu tidak masalah sama sekali.Rayhan: Tenang saja, Sayang. Aku tidak hanya akan memakan masakanmu saja. Tapi, aku juga akan memakanmu dengan sangat lahap.Tidak ada balasan lagi dari Vero dan saat ini Rayhan sedang menyetir dengan senyum yang tak henti dia pancarkan sejak tadi. Pria tampan dan mapan itu langsung bergegas keluar dari ruangannya dan menuju mobil pribadinya yang lain saat membaca pesan masuk dari Vero tadi.Jadi, saat dia dan Vero berbalas pesan memang posisinya sudah dalam perjalanan menuju ke rumah. Dia begitu mencinta
Meskipun begitu, tentu saja Vero tidak terlalu memikirkan ucapan Esra yang menurutnya hanya sebuah candaan semata. Namun, tetap saja Vero berharap kalau Esra benar-benar bisa mendapatkan pria yang membawa dirinya ke kehidupan yang lebih baik atau kasta yang lebih tinggi dari yang sekarang. Dia pun tidak pernah menganggap Esra sebagai pembantu atau perawat putranya saja.“Aku sudah menganggapmu seperti adikku sendiri, Esra. Jadi, aku selalu berdoa yang terbaik untuk kehidupanmu. Semoga kau bisa mendapatkan pria yang baik dan juga menikmati hidup seperti yang semua wanita bayangkan,” ungkap Vero dengan sangat tulus kepada Esra.“Terima kasih, Nyonya. Kau memang wanita yang baik dan tulus. Mungkin, itu sebabnya Tuhan begitu baik padamu dan merubah hidupmu menjadi seperti yang sekarang,” balas Esra lagi dan mereka berdua saling berbalas senyum.“Ya. Semua itu tidak mudah dan tidak pula sulit jika sudah dilewati dengan baik.”“Hanya orang-orang kuat sepertimu yang mampu melewatinya, Nyonya
Esra sudah tidak lagi berada di sana dan kini hanya kebisuan yang mengisi ruang makan mewah itu. Rayhan dan Vero duduk berhadapan dan sekarang sebagai seorang istri dia sedang melayani suaminya makan siang. Vero mengambilkan nasi, lauk, dan sayur yang dibuatkannya tadi untuk makan siang mereka.“Maafkan aku, Sayang. Aku tidak ada maksud untuk membuatmu bersedih,” ucap Rayhan membuka pembicaraan mereka saat ini.“Tidak masalah. Aku juga minta maaf karena sudah membentakmu di depan Esra tadi,” kata Vero yang juga merasa tidak nyaman dengan keadaan mereka itu.“Aku hanya tidak ingin semuanya terlambat, Sayang. Aku tidak bisa membiarkan hal-hal buruk terjadi padamu, Richard, dan apalagi dalam rumah tangga kita. Jadi, mungkin aku memang sedikit posesif kali ini,” ungkap Rayhan dengan sungguh-sungguh dan terdengar sangat menyesali perbuatannya tadi. Dia tahu, Vero hanya kesal dengan caranya memperlakukan Esra tadi itu saja.“Sebenarnya, semua itu bisa kita bicarakan baik-baik dan dengan kep
Meskipun merasa terkejut dengan tindakan mendadak yang dilakukan oleh suaminya itu, tapi Vero tidak heran lagi. Rayhan memang sering kali melakukan hal-hal tak terduga seperti itu. Yang ketika sendirian, Vero akan tersenyum bahkan tertawa sendiri ketika mengingat momen-momen seperti itu.Tanpa merasa keberatan sama sekali, Rayhan terus menggendong tubuh wanita seberat 55 kg itu tanpa beban. Bahkan, dia menaiki tangga dengan sangat mudahnya sementara kedua tangan Vero sudah mengalung sempurna di leher sang suami untuk tetap menjaga dirinya agar tidak terjatuh.Vero sebenarnya tidak perlu takut untuk terjatuh karena Rayhan sudah pasti akan menjaga dirinya dengan sangat baik. Akan tetapi, tetap saja dia tidak bisa untuk merasa gamang apalagi ketika Rayhan menggendongnya sambil terus menaiki anak tangga.“Sudah sampai, Nyonya Sweet. Sekarang, ayo berikan aku hidangan pencuci mulut siang ini,” ucap Rayhan yang tanpa disadari Vero, ternyata mereka sudah berada di dalam kamar yang juga sudah
Rayhan tidak ingin ada dusta antara dia dan juga Vero seperti yang sudah mereka sepakati bersama. Apalagi, sekarang dia sudah benar-benar yakin dengan cinta Vero padanya. Seperti yang sudah diungkapkan oleh wanita itu tadi kepadanya, Rayhan tidak lagi memiliki keraguan atas apapun dari diri Veronica Sweet.“Dia memintaku untuk pulang. Tapi, tidak sendiri.” Rayhan berkata dengan mengelus lembut rambut istrinya.“Lalu? Bagaimana?” tanya Vero yang masih penasaran.“Katanya, kita bisa pulang bersamanya. Mami dan Daddy menunggu kita pulang karena ingin melihat cucu pertama mereka,” jelas Rayhan dengan sangat pelan untuk menjawab pertanyaan Vero.“Cucu pertama? Apa benar begitu? Kenapa aku merasa kurang yakin dengan ucapan itu, Ray?”“Aku pun begitu. Aku tahu seperti apa ibuku, jadi tidak mungkin dia dengan mudah menerima pernikahan kita. Tapi, masalah cucu pertama itu tentu saja mungkin. Kau lebih dulu melahirkan dari pada Miana. Dan itu membuat Richard akan menjadi cucu pertama di keluarg
Rayhan setuju dengan yang dikatakan oleh Vero dan dia sendiri menyadari semua itu. Tidak ada yang akan mudah mulai saat ini bagi pernikahan mereka. Hubungan yang dimulai tanpa diketahui keluarga besarnya, tentu saja sudah pasti akan mengandung banyak resiko untuk ke depannya.“Di mana jagoanku?” tanya Rayhan dengan lembut seraya mengusap rambut Vero yang saat ini masih berada dalam dekapannya.“Dia aman bersama Esra sekaranga,” jawab Vero santai dan juga merasa tenang di dalam dekapan Rayhan.“Apa dia sudah makan siang?”“Tentu saja sudah, Sayang. Aku tidak akan membiarkan dia terlambat makan siang dan minum susunya. Meskipun aku tidak selalu bersamanya, tapi aku selalu memperhatikan putra semata wayangku.”“Kau sangat menyayanginya?”“Tidak perlu diragukan lagi, Ray. Andai saja kau setuju, aku akan mengurusnya dengan kedua tanganku saja sejak awal.”“Aku hanya tidak ingin kau terlalu lelah mengurus Richard sendirian, Sayang. Tubuhmu harus tetap dijaga dan dirawat, karena tidak hanya
Gairah cinta yang membara telah membuat dua insan hanyut dalam setiap desahan dan lenguhan yang bergelora. Tidak ada detik yang tidak mendengarkan desahan penuh kenikmatan. Hingga satu jam berlalu, akhirnya mereka sampai pada puncak kenikmatan yang pertama secara bersama-sama.“Sayang, jangan lupa kondommu,” ucap Vero mengingatkan suaminya.“Tidak masalah. Banyak anak lebih baik, Sayang.” Rayhan menjawab dengan santai.“Aku tidak mau untuk saat ini. Richard masih terlalu kecil, Ray. Aku masih ... aakkhhh ....” Vero tidak bisa melanjutkan protesnya karena kenikmatan itu begitu kuat menghantam dinding rahimnya.“Ouuhh, Sayang ... kau selalu sempit dan nikmat,” lenguh Rayhan seperti puas memuncratkan cairan hangatnya di dalam rahim Veronica.“Kau tidak mau mendengarkan aku,” rajuk Vero dengan nada kesal.“Maafkan aku, Sayang. Itu terlalu nikmat untuk dicabut dan menggunakan kondom terlebih dahulu. Lain kali aku tidak akan melakukannya.”Rayhan sudah membaringkan tubuh Vero di sampingnya
Ramon masih duduk sendirian di balkon hotel tempatnya menginap selama berada di negara ini. Sebenarnya, dia punya satu apartemen khusus, tapi dia enggan menggunakannya karena lokasinya terlalu jauh dengan rumah Rayhan dan Vero.Awalnya, Ramon terlihat memang sudah sangat merelakan kebahagiaan Vero bersama dengan Rayhan. Secara tulus, pria itu memberikan restu dan semangatnya kepada Rayhan agar bisa selalu hidup baik dan bahagia bersama dengan wanita yang pernah sangat ingin dimilikinya seumur hidup.“Aku tidak bisa melepaskannya begitu saja. Jadi, sepertinya memang inilah jalan terakhir yang bisa aku lakukan,” gumam Ramon di sela hisapan asap tembakaunya.Kakinya tersilang dan tampak begitu menikmati pemandangan kota dari atas balkon. Tidak ada yang bisa menebak jalan pikiran seseorang, meski kau mengenalnya cukup baik dan dalam sekali pun. Begitu pula dengan yang saat ini terjadi pada Ramon.“Ada apa?” tanya Ramon dengan nada ketus.“Kapan kau akan pulang? Anak kita merindukanmu,” ja
Mereka sudah sampai di rumah sakit dan langsung mencari keberadaan Petrus dan juga Rayhan. Vero adalah yang paling panik karena Rayhan ternyata tidak ada di sana. Lelaki itu sudah langsung dipindahkan dan diberangkatkan menggunakan jet pribadi ke Amerika.Sementara Petrus sudah melewati masa-masa kritisnya dan hal itu membuat Alesha merasa tenang. Tidak ada yang bisa dia lakukan untuk Vero saat ini selain memberikan penghiburan saja. Petrus juga tidak berani mengatakan di mana alamat Rayhan dirawat di Amerika kepada Vero.“Sayang ... tenang dan sabarlah menunggu. Semoga ada kabar baik tentang Rayhan sebentar lagia dari dokternya,” ucap Alesha yang ingin menghibur Vero dalam hal ini.Sudah tiga hari sejak Petrus sadarkan diri dan masih dirawat dengan intensif di rumah sakit itu. Alesha selalu menemani suaminya itu tanpa henti dan begitu pula Vero yang setiap hari datang ke sana untuk mencari tahu kabar tentang Rayhan.“Aku akan sabar menunggu dan tidak akan bosan datang ke sini untuk b
Tubuh Vero merosot ke lantai aspal saat mendengar yang baru saja dikatakan dan dijelaskan oleh Alesha. Dia sudah keluar dari dalam mobil dan mencoba menenangkan Alesha yang tampak sangat cemas dan juga takut. Akan tetapi, saat ini justru dia lah yang tampak paling terguncang.“Vero, ayo bangun! Ayo kita periksa mereka ke rumah sakit. Aku tidak bisa tenang sampai kau datang. Tadinya, aku ingin pergi terlebih dahulu karena tidak sabar menunggumu. Tapi, aku rasa kita memang harus pergi bersama,” ungkap Alesha pada Vero dengan banjir air mata saat ini.“Katakan padaku bahwa semua ini tidak benar, Al. Katakan sekali lagi bahwa kabar ini semuanya bohong. Dia hanya ingin membuatku merasa bersalah dan kembali padanya. Bukan kah begitu?” tanya Vero pula dengan deraian air mata tak berhenti sejak tadi.Alesha masih berusaha membujuknya untuk berdiri, karena saat ini Vero masih duduk di lantai aspal yang keras. Panasnya aspal itu tidak lagi dirasakan oleh Vero karena pikirannya entah sudah ke ma
Sebenarnya Vero mengetahui semua itu dari mulut Rayhan langsung ketika pria itu mabuk dan pertama kalinya mereka bertemu lagi setelah lima tahun berpisah. Vero tidak punya alasan untuk tidak percaya pada semua yang diucapkan Rayhan pada saat itu.Jadi, dia mengatakan yang sebenarnya kepada William saat ini karena merasa putranya berhak tahu yang sesungguhnya. Tidak ada lagi dusta yang ingin Vero rajut dalam hidupnya saat ini. Terlalu banyak kebohongan dan juga kepalsuan sehingga membuatnya menjadi tidak berdaya.“Sekarang, apa yang terjadi pada ayahku itu?” tanya William setelah beberapa saat mereka saling berdiam diri di dalam kendaraan roda empat itu.“Dia pingsan dan tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Tapi, dia memang sedang dalam keadaan yang tidak baik sejak kemarin.” Vero menjawab dengan tegas dan juga keyakinan penuh.“Dari mana Mami tahu kalau dia dalam keadaan yang tidak sehat?” tanya William mulai menginterogasi ibunya itu.“Aku merawatnya semalaman, Willy! Aku ada di
“Kau mau ke mana?” tanya Marco dan menghalangi langkah Vero.“Aku ada urusan penting. Untuk sekali ini, aku meminta tolong padamu untuk menjaga William,” jawab Vero yang hatinya sudah semakin hambar kepada lelaki di hadapannya itu.“Aku melarangmu pergi!” seru Marco dengan nada tegas.“Kau tidak berhak melarangku!” balas Vero pula tak kalah tegas.“Tentu saja aku berhak. Itu ada di dalam surat perjanjian kita di nomor delapan. Pihak pertama berhak meminta atau melarang pihak kedua dalam satu hal yang terjadi di kemudian hari,” jelas Marco membacakan lagi isi perjanjian pernikahan yang sudah mereka tanda tangani bersama.Vero terdiam dan tidak bergeming sedikit pun setelah mendengar penjelasan dari Marco itu. Memang benar seperti yang Marco katakan itu dan tidak bisa dipungkirinya lagi. Namun, tetap saja Vero tidak bisa untuk tidak pergi kali ini karena Rayhan dalam bahaya.Dia tidak tahu apa dan bagaimana keadaan pria itu sekarang dan dari nada bicaranya Alesha tadi, jelas Vero menget
Sebuah tamparan mendarat di pipi Marco untuk pertama kalinya, dan tangan Vero lah yang sudah memberikan tanda kemerahan berbentuk jari di sana. Semua itu reflek dilakukan oleh Vero karena merasa tidak terima dengan ucapan yang dilontarkan Marco.“Kau menamparku, Vero?” tanya Marco tak percaya.Sebelah tangannya menahan rasa perih di pipi yang masih berbekas kemarahan itu. Sedikit meringis menahan rasa sakit yang tidak bisa dipungkirinya, Marco masih menatap nyalang pada Vero.“Itu pantas untuk kau dapatkan, Marc! Ucapanmu itu sudah sangat keterlaluan dan tidak bisa aku terima!”“Bukan kah semua itu benar? Kau sudah bermalam dengannya dan menghabiskan malam penuh gairah bukan? Siapa dia? Dia hanya mantan suamimu dan kau rela memberikan tubuhmu padanya. Lalu, siapa aku? Aku adalah suamimu dan seharusnya aku yang lebih berhak atas dirimu,” ungkap Marco dengan sangat berang menatap Vero.Sekali lagi hati Vero terasa dicabik-cabik saat mendengar ucapan Marco yang tak beralasan itu. Dia mem
“Apa yang terjadi di sana semalaman?”“Tidak terjadi apa-apa. Tolong jangan membahas hal itu lagi, Marc! Aku tidak ingin membahasnya.”“Tapi, aku dan William mencemaskanmu semalaman. Tidak adakah hal yang ingin kau jelaskan pada kami?”“Tidak ada yang perlu dijelaskan dan tidak ada yang perlu kau tahu. Bukan kah sejak awal sudah kita sepakati bahwa tidak akan mencampuri urusan pribadi masing-masing? Aku tidak pernah bertanya hal pribadimu dan tidak pernah ikut campur, Marc. Jadi, tolong jangan melewati batasanmu!” ungkap Vero dengan nada tegas dan baru kali ini dia berbicara seperti itu kepada Marco.Cukup terkejut Marco mendengar ocehan yang dilontarkan oleh Vero beberapa detik lalu itu. Namun, saat ini dia jelas tidak bisa mendebat wanita yang kini duduk di sisi ranjangnya. Marco memang sengaja meminta izin untuk masuk ke dalam kamar Vero untuk berbicara empat mata.Mereka sudah sampai di rumah setengah jam yang lalu dan nyaris tidak ada percakapan selama dalam perjalanan pulang. Ha
“Bagaimana sekarang, Sayang? Aku tidak mau Vero terluka dengan niat Rayhan itu. Aku juga tidak ingin membuat Rayhan tersisksa dengan hubungan mereka yang justru memburuk setelah bertemu dari perpisahan yang sangat lama ini,” ungkap Alesha yang menahan langkahnya di pertengahan anak tangga.“Tenanglah, Sayang. Jangan memikirkan hal yang terlalu jauh untuk saat ini. Mungkin tuan muda hanya merasa emosi saat ini.” Petrus mencoba menenangkan Alesha dari dugaannya itu.“Apa kau pikir dia tidak akan benar-benar merebut Richard dari Vero?” tanya Alesha sedikit ragu.“Aku berharap itu tidak akan terjadi. Tuan muda bahkan tidak melirik putranya sama sekali tadi,” jawab Petrus pula dan mengingat sikap dingin Rayhan pada William tadi.“Itu tidak bisa menjadi acuan bahwa dia tidak peduli dan tidak menginginkan putranya, Sayang.”“Aku akan mencoba untuk membujuknya dan memberikan saran yang lain.”“Saran apa? Aku tahu bahwa Vero adalah wanita yang keras kepala dan dia tidak akan mengubah keputusa
Rayhan menghentikan tangannya yang hendak menuangkan air hangat ke dalam gelas. Sorot matanya tajam menatap ke arah Vero. Wanita itu terlihat begitu terkejut mendapatkan tatapan seperti itu dari Rayhan. Tatapan yang tajam dan seakan ingin mengoyak jantung Vero saat ini juga.“Kau siapa? Beraninya kau memerintahku di rumahku sendiri!” seru Rayhan dengan sinis.Tidak pernah sebelumnya Vero berpikir jika pria itu akan mengatakan hal sekasar itu padanya. Namun, tetap saja Vero tidak boleh gentar dan terlihat begitu lemah. Dia tersenyum tipis pada lelaki yang baru saja ingin dirawatnya sepenuh hati. “Aku memang bukan siapa-siapa di sini. Baiklah, kalau begitu aku akan segera pamit. Aku tidak ingin terlalu lama di sini dan membuat suamiku menunggu!”“Suami yang bahkan tidak pernah menyentuhmu?” tanya Rayhan dengan nada mengejek.“Kau tahu apa tentang rumah tanggaku dengan istriku?” tanya sebuah suara yang entah sejak kapan berada di dalam ruangan itu bersama mereka.Vero mengalihkan pandang
Mata Alesha bergerak ke arah anak tangga dan melihat jika di sana Rayhan sudah berhenti mengayunkan langkah kakinya saat mendengar ucapan Vero tadi. Wajah Rayhan tampak merah padam yang mungkin saja kini sedang merasa marah atau kecewa tingkat tinggi pada Vero.“Jangan katakan itu, Vero sayang. Kau tidak bisa mengeluarkan kata-kata palsu seperti itu, dan aku tahu apa yang sebenarnya kau rasakan!” ucap Alesha berusaha membuat Vero mengubah pengakuannya. Dia ingin Vero akhirnya jujur pada perasaannya sendiri tanpa disadarinya.“Tidak, Alesha. Aku tidak lagi mencintainya dan aku tidak ingin lagi kembali bersamanya. Aku sudah bahagia dengan suami dan putraku saat ini. Aku ingin menjalani hidup yang normal seperti yang selalu aku inginkan sejak dulu. Aku mendapatkan semuanya saat aku bersama Marco,” ungkap Vero pula dan dengan helaan napas yang terasa berat dia memaksakan tersenyum.“Kau hanya merasa nyaman dan tenang karena tidak ada yang menghantuimu dengan status. Tapi, kau tidak pernah