Rayhan berangkat bekerja dengan hati yang senang dan bahagia tentunya. Dia semakin bersemangat dalam bekerja semenjak menjadi seorang suami dan ayah di dalam keluarga kecil mereka itu. Tidak ada waktu yang terasa lama bagi Rayhan jika sudah berada jauh dari Vero dan Richard.“Tuan Muda, apakah Anda jadi bertemu dengan tuan Ramon siang ini?” tanya Petrus pada Rayhan dengan nada serius.“Tentu saja jadi. Aku tidak yakin kabar apa yang dibawanya kali ini, tapi perasaanku sungguh tidak nyaman,” jawab Rayhan dengan nada dan wajah yang lebih serius lagi.“Semoga saja tidak tentang hubungan Anda dengan nyonya Vero, Tuan.”“Jika pun memang tentang itu, aku sudah siap menghadapinya sejak awal. Aku tidak akan pernah takut, selama Vero berjanji tidak akan meninggalkan aku walau apapun yang terjadi!” ungkap Rayhan dengan tegas dan terdengar sungguh-sungguh.Siang ini dia memang sudah ada janji dengan Ramon yang baru saja datang tadi malam ke Spanyol. Entah hal penting apa yang akan dibicarakan ol
Rayhan tercengang dengan ucapan yang terdengar seperti sebuah permintaan juga dari Ramon. Dia tidak berpikir jika hal itu benar-benar terjadi dan dikatakan oleh kakaknya itu sekarang. Namun, dari gestur tubuh dan mimik wajahnya, Rayhan bisa melihat jika Ramon tidak sedang dalam mood untuk bercanda. Dirinya juga seperti sedang berada dalam sebuah tekanan yang tidak bisa ditebak apa itu.“Kak ... apa kau baik-baik saja? Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Rayhan kepada Ramon karena merasa ada yang ingin dikatakan oleh pria itu kepadanya.“Aku sedang mengurus perceraian dengan Miana sekarang,” jawab Ramon dengan nada sendu.“Kau sedih karena hal itu? Apakah kau sudah mulai mencintainya?” tanya Rayhan dengan nada menyelidik.“Tidak. Aku tidak pernah sedetik pun mencintai wanita itu!” bantah Ramon dengan cepat menjawab pertanyaan adiknya.“Lalu? Apa yang membuatmu terlihat begitu murung dan tidak bersemangat sekarang? Apakah ada hal lain?”Ramon menyilangkan kakinya dan menyandarkan punggu
“Kau serius?”“Tentu saja aku serius. Apa aku terlihat sedang bercanda padamu, Kak? Aku tidak suka bercanda!”“Kau rela memberikan istrimu untuk satu malam padaku, Ray? Aku sungguh tidak menyangka akan seperti ini responmu.”“Tapi, ada syaratnya! Itu hanya bisa berlaku jika aku sudah mati dan Vero benar-benar sudah bisa memaafkanmu. Melupakan semua masa lalu dan menerimamu lagi dalam hidupnya,” ungkap Rayhan panjang lebar dan tentu saja itu membuat ketidakpercayaan Ramon tadi menjadi tawa renyah yang terdengar sangat sumbang.Tentu saja itu terlalu mustahil baginya dan mana mungkin Rayhan berkata dengan sangat mudahnya jika tanpa syarat yang teramat sulit seperti itu. Ramon tidak akan pernah bisa mendapatkan tempat lagi di hati Vero. Mungkin, dulu wanita itu begitu mencintainya dan menggilainya. Sampai rela memberikan semua yang terbaik untuknya, menyerahkan tubuhnya secara percuma dalam satu hubungan yang tidak pasti dan tidak terikat sama sekali.Semua hal yang terjadi di masa lampu
Rayhan tidak bisa menahan untuk berlama-lama di kantor lagi sebenarnya. Namun, dia juga tidak mungkin pulang sekarang. Vero pasti sudah membaca pesannya dan sekarang sedang sibuk membuatkan makan siang untuk dirinya. Membayangkan betapa repot dan lincahnya tangan Vero dalam menyiapkan makanan untuknya, Rayhan tidak bisa untuk tidak tersenyum sendiri.Untuk mengurangi rasa ingin cepat sampai di rumahnya itu, akhirnya Rayhan memutuskan untuk memeriksa pekerjaan para bawahannya sejenak. Ada beberapa tumpuk dokumen yang sudah tersusun di atas meja kerjanya.“Siang, Tuan. Apa Anda memanggilku?” tanya Petrus yang baru saja masuk setelah mengetuk pintu ruangan itu beberapa kali.“Ya. Masuk dan duduklah di sini. Aku butuh teman untuk mengobrol,” jawab Rayhan tanpa menoleh ke arah pemuda lajang itu.“Baik, Tuan Muda.” Petrus pun berkata dengan patuh dan duduk di hadapan Rayhan tanpa bersuara.Setelah beberapa saat mereka saling duduk berhadapan, nyaris tidak ada percakapan sama sekali antara m
Rayhan: Aku sudah dalam perjalanan. Kalau begitu, aku dapat jatah doble siang ini. Jangan lupakan itu!Vero: Jatah doble apa yang sedang kau bicarakan?Rayhan: Kau memintaku datang sekarang atau tidak dapat jatah sama sekali. Padahal, aku sudah dalam perjalanan pulang sekarang. Itu artinya aku lebih cepat dari yang kau bayangkan.Vero: Lalu, apa hubungannya dengan jatah doble? Kalau kau bisa, kau boleh menghabiskan semua masakan yang aku buat siang ini. Itu tidak masalah sama sekali.Rayhan: Tenang saja, Sayang. Aku tidak hanya akan memakan masakanmu saja. Tapi, aku juga akan memakanmu dengan sangat lahap.Tidak ada balasan lagi dari Vero dan saat ini Rayhan sedang menyetir dengan senyum yang tak henti dia pancarkan sejak tadi. Pria tampan dan mapan itu langsung bergegas keluar dari ruangannya dan menuju mobil pribadinya yang lain saat membaca pesan masuk dari Vero tadi.Jadi, saat dia dan Vero berbalas pesan memang posisinya sudah dalam perjalanan menuju ke rumah. Dia begitu mencinta
Meskipun begitu, tentu saja Vero tidak terlalu memikirkan ucapan Esra yang menurutnya hanya sebuah candaan semata. Namun, tetap saja Vero berharap kalau Esra benar-benar bisa mendapatkan pria yang membawa dirinya ke kehidupan yang lebih baik atau kasta yang lebih tinggi dari yang sekarang. Dia pun tidak pernah menganggap Esra sebagai pembantu atau perawat putranya saja.“Aku sudah menganggapmu seperti adikku sendiri, Esra. Jadi, aku selalu berdoa yang terbaik untuk kehidupanmu. Semoga kau bisa mendapatkan pria yang baik dan juga menikmati hidup seperti yang semua wanita bayangkan,” ungkap Vero dengan sangat tulus kepada Esra.“Terima kasih, Nyonya. Kau memang wanita yang baik dan tulus. Mungkin, itu sebabnya Tuhan begitu baik padamu dan merubah hidupmu menjadi seperti yang sekarang,” balas Esra lagi dan mereka berdua saling berbalas senyum.“Ya. Semua itu tidak mudah dan tidak pula sulit jika sudah dilewati dengan baik.”“Hanya orang-orang kuat sepertimu yang mampu melewatinya, Nyonya
Esra sudah tidak lagi berada di sana dan kini hanya kebisuan yang mengisi ruang makan mewah itu. Rayhan dan Vero duduk berhadapan dan sekarang sebagai seorang istri dia sedang melayani suaminya makan siang. Vero mengambilkan nasi, lauk, dan sayur yang dibuatkannya tadi untuk makan siang mereka.“Maafkan aku, Sayang. Aku tidak ada maksud untuk membuatmu bersedih,” ucap Rayhan membuka pembicaraan mereka saat ini.“Tidak masalah. Aku juga minta maaf karena sudah membentakmu di depan Esra tadi,” kata Vero yang juga merasa tidak nyaman dengan keadaan mereka itu.“Aku hanya tidak ingin semuanya terlambat, Sayang. Aku tidak bisa membiarkan hal-hal buruk terjadi padamu, Richard, dan apalagi dalam rumah tangga kita. Jadi, mungkin aku memang sedikit posesif kali ini,” ungkap Rayhan dengan sungguh-sungguh dan terdengar sangat menyesali perbuatannya tadi. Dia tahu, Vero hanya kesal dengan caranya memperlakukan Esra tadi itu saja.“Sebenarnya, semua itu bisa kita bicarakan baik-baik dan dengan kep
Meskipun merasa terkejut dengan tindakan mendadak yang dilakukan oleh suaminya itu, tapi Vero tidak heran lagi. Rayhan memang sering kali melakukan hal-hal tak terduga seperti itu. Yang ketika sendirian, Vero akan tersenyum bahkan tertawa sendiri ketika mengingat momen-momen seperti itu.Tanpa merasa keberatan sama sekali, Rayhan terus menggendong tubuh wanita seberat 55 kg itu tanpa beban. Bahkan, dia menaiki tangga dengan sangat mudahnya sementara kedua tangan Vero sudah mengalung sempurna di leher sang suami untuk tetap menjaga dirinya agar tidak terjatuh.Vero sebenarnya tidak perlu takut untuk terjatuh karena Rayhan sudah pasti akan menjaga dirinya dengan sangat baik. Akan tetapi, tetap saja dia tidak bisa untuk merasa gamang apalagi ketika Rayhan menggendongnya sambil terus menaiki anak tangga.“Sudah sampai, Nyonya Sweet. Sekarang, ayo berikan aku hidangan pencuci mulut siang ini,” ucap Rayhan yang tanpa disadari Vero, ternyata mereka sudah berada di dalam kamar yang juga sudah
“Tidak perlu melakukan apa-apa. Cukup tetap di sini dan jangan pernah pergi lagi dari hidupku,” jawab Vero dengan suara yang nyaris tak terdengar.“Aku tidak akan pergi ke mana-mana lagi, Sayang. Aku akan tetap di sini bersamamu dan anak kita – William. Bersama Petrus dan Alesha, orang-orang yang selama ini setia menjaga kalian berdua selama aku tidak ada di sini.”“Benarkah? Kau tidak akan pernah pergi lagi? Apa kau bisa berjanji?”“Tentu saja aku berjanji padamu, Sayang. Aku tidak akan pernah lagi meninggalkanmu kecuali saat aku dipanggil Tuhan. Saat aku tiada pun, aku akan tetap di sisimu meski kau tidak bisa melihatku lagi,” ungkap Rayhan dengan penuh keharuan pada Vero.Alesha dan Petrus yang mendengarkannya merasa sangat terharu dan sedih. Apalagi, bagi Petrus itu adalah kali pertama dia mendengar Rayhan bicara sangat puitis dan menyentuh hati. Selama ini, Rayhan yang Petrus dan semua orang kenal adalah pria kejam tanpa rasa belas kasihan. Namun, kehadiran Vero dalam hidup Rayha
Tanpa diduga tubuh Vero merosot dan dengan cepat kedua tangan Rayhan menyambutnya. Vero tak sadarkan diri dan segera digendong kembali ke kamar oleh suami yang tampak begitu sangat mengkhawatirkannya. Tidak lupa juga sepasang suami istri yang selama ini sudah menjaga dan merawat Vero selama Rayhan tidak berada di rumah mewah ini.“Apa yang terjadi pada Vero?” tanya Alisha tentu saja dengan panik.“Sepertinya, Vero masih belum bisa menerima semua yang terjadi hari ini dengan baik. Jadi, pikiran dan perasaannya terlalu banyak bekerja dan membuat daya tahan tubuhnya kembali melemah,” terang Rayhan seolah tahu segalanya tentang Vero.“Bagaimana kau bisa tahu semua itu, Ray?”“Aku mengikuti semua perkembangan Vero meski aku tidak berada di sisinya selama ini, Al. Aku merasa ingin sekali terbang ke sini setiap waktu. Tapi, aku tidak bisa melakukan itu.”“Kenapa? Apa yang sebenarnya terjadi?”“Kau tidak akan pernah bisa memahami semua yang terjadi di masa lalu, Al. Aku bersyukur karena kalia
Saat Alesha dan Petrus masuk ke ruang tengah rumah mewah itu, mereka melihat pemandangan yang sudah lama tidak terlihat di sana. Rayhan dan Vero bermesraan sambil menuruni anak tangga. Bersenda gurau layaknya pengantin baru yang masih hangat dalam memadu cinta.“sayang, apa kau lihat itu?” tanya Alesha pada Petrus dengan suara berbisik ke Alesha.“Tentu saja, Sayang. Penglihatanku masih sangat bagus untuk wanita seusia diriku.” Alesha menjawab dengan suara yang tak kalah halusnya lagi.“Kalau begitu, apa menurutmu kita akan tetap ke sana?”“Menurutku itu bukanlah pertanyaan yang harus dijawab, Sayang.”“Kalau begitu, mari kita kembali lagi ke rumah.”“Baiklah, Sayang.”Pasangan yang harmonis dan tampak awet muda itu pun berniat untuk berbalik kembali ke rumah mereka. Sejatinya, mereka tidak ingin mengganggu pasangan yang sedang di mabuk cinta untuk kedua kalinya itu. Meski usia mereka sudah tidak lagi muda, tapi semangat cinta jelas tampak masih sangat membara.Tanpa keduanya sangka,
Rayhan dan Vero menghabiskan waktu sekitar satu jam di dalam kamar untuk melepaskan kerinduan belasan tahun yang mereka tahan dan pendam. Tentu saja tidak satu pun dari orang yang ada di rumah itu berani mengganggu keduanya. Mereka tentu mengerti apa yang terjadi di dalam kamar pengantin baru itu.Di pavilliun tempat Alesha dan Petrus selama ini tinggal dan mengawasi William juga Vero selama Rayhan tidak ada bersama mereka.“Sayang, apa yang terjadi sebenarnya? Ke mana selama ini Rayhan pergi? Apa kau sungguh-sungguh tidak tahu ke mana dia pergi dan menghilang?” tanya Alesha dengan tatapan serius pada suaminya.“Aku benar-benar tidak tahu, Sayang. Apa kau tidak percaya padaku?”Rayhan justru balik bertanya setelah menjawab pertanyaan Alesha. Dia tidak menyangka jika itu adalah pertanyaan yang akan pertama dipertanyakan oleh Alesha saat mereka sampai di rumah.Meskipun begitu, tetap saja Petrus tidak bisa menyalahkan istrinya. Dia justru merasa bangga kepada Alesha. Setelah sekian lama
“Apa yang kau lakukan di sini, Sayang?”Pria yang sedang mengamati Rayhan dan Vero dari kejauhan itu pun terkejut mendengar suara wanita di dekatnya. Satu tangan juga terasa menyentuh pundaknya dengan sangat lembut. Pria itu tak lain adalah orang kepercayaan Rayhan yang tidak ingin lagi terjadi apa-apa pada majikannya yang baru saja kembali setelah belasan tahun pergi.“Sayang! Kau mengejutkanku,” kata Petrus pada istrinya – Alesha.“Kenapa kau harus terkejut? Memangnya, apa yang sedang kau lakukan di sini?” tanya Alesha dengan kening berkerut.“Aku sedang menjaga tuan muda dan istrinya, Sayang.”“Apa yang terjadi pada mereka? Di mana mereka sekarang?” tanya Alesha yang justru menjadi cemas.“Mereka ada di dalam mobil. Sepertinya, suasana sedang tidak bersahabat jika kita berada di sekitar mereka,” jawab Petrus yang sudah melihat dengan jelas semua hal yang terjadi di dalam aula tadi.“Aku mengerti, Sayang. Tentu saja kita tidak boleh mengganggu sepasang pengantin baru itu,” kata Ales
Rayhan tidak menyangka jika ternyata reaksi Vero akan seperti itu. Tadinya, dia sudah merasa bahagia karena akhirnya bisa kembali dan berkumpul lagi bersama Vero dan juga William. Namun, karena percakapannya bersama William barusan, ternyata Vero langsung marah.“Dad, tidak apa-apa. Aku sangat mengenal mami dan aku tahu dia hanya sedang syok saja. Sebaiknya, kita biarkan mami sendiri dulu,” jelas William kepada Rayhan dengan santai.“Tidak, Nak. Aku yang lebih mengenal mami-mu itu terlebih dahulu sebelum kau. Aku akan pulang bersamanya.” Rayhan membantah saran dari William.“Daddy benar juga. Tentu saja Daddy yang lebih mengenal mami dari pada aku, karena aku baru ada setelah kalian bersama.” William tersenyum menggoda pada ayahnya itu.Rayhan yang masih saja tampan seperti dulu, menyaingi ketampanan putra semata wayangnya dan jelas mencuri perhatian semua orang yang ada di sana. Apalagi, ketika tadi nama Vero dan Rayhan dipanggil untuk menemani William ke atas panggung, semua orang m
“Bolehkah aku bertanya padamu, Sayang?” tanya Rayhan dengan nada serius.“Tentu saja. Apa yang ingin kau tanyakan padaku? Aku akan menjawabnya dengan senang hati,” jawab Vero dengan senyuman yang cerah.Rayhan menggenggam tangan Vero dengan lembut tapi sangat erat. Mereka berdua sedang duduk di kursi undangan dan menyaksikan acara kelulusan putra semata wayang mereka. Tidak ada yang lebih membahagiakan dari pada hari ini bagi Veronica Sweet.Hari ini putranya di wisuda dan itu pertanda bahwa putranya itu benar-benar sudah dewasa. Selain itu, di hari yang istimewa ini pula Rayhan kembali pulang setelah bertahun-tahun hilang tanpa kabar dan membuat Vero terus menunggu dalam ketidak berdayaan bersama dengan harapan-harapan yang tinggi.“Aku hanya ingin tahu, kenapa kau terus menatapku seperti itu sejak tadi.” Rayhan berkata dengan suara setengah berbisik dan membuat Vero tersipu malu pada awalnya.“Kau ingin tahu kenapa?” tanya Vero pula dan Rayhan mengangguk pelan.Sebuah tarikan napas
Mereka sudah sampai di rumah sakit dan langsung mencari keberadaan Petrus dan juga Rayhan. Vero adalah yang paling panik karena Rayhan ternyata tidak ada di sana. Lelaki itu sudah langsung dipindahkan dan diberangkatkan menggunakan jet pribadi ke Amerika.Sementara Petrus sudah melewati masa-masa kritisnya dan hal itu membuat Alesha merasa tenang. Tidak ada yang bisa dia lakukan untuk Vero saat ini selain memberikan penghiburan saja. Petrus juga tidak berani mengatakan di mana alamat Rayhan dirawat di Amerika kepada Vero.“Sayang ... tenang dan sabarlah menunggu. Semoga ada kabar baik tentang Rayhan sebentar lagia dari dokternya,” ucap Alesha yang ingin menghibur Vero dalam hal ini.Sudah tiga hari sejak Petrus sadarkan diri dan masih dirawat dengan intensif di rumah sakit itu. Alesha selalu menemani suaminya itu tanpa henti dan begitu pula Vero yang setiap hari datang ke sana untuk mencari tahu kabar tentang Rayhan.“Aku akan sabar menunggu dan tidak akan bosan datang ke sini untuk b
Tubuh Vero merosot ke lantai aspal saat mendengar yang baru saja dikatakan dan dijelaskan oleh Alesha. Dia sudah keluar dari dalam mobil dan mencoba menenangkan Alesha yang tampak sangat cemas dan juga takut. Akan tetapi, saat ini justru dia lah yang tampak paling terguncang.“Vero, ayo bangun! Ayo kita periksa mereka ke rumah sakit. Aku tidak bisa tenang sampai kau datang. Tadinya, aku ingin pergi terlebih dahulu karena tidak sabar menunggumu. Tapi, aku rasa kita memang harus pergi bersama,” ungkap Alesha pada Vero dengan banjir air mata saat ini.“Katakan padaku bahwa semua ini tidak benar, Al. Katakan sekali lagi bahwa kabar ini semuanya bohong. Dia hanya ingin membuatku merasa bersalah dan kembali padanya. Bukan kah begitu?” tanya Vero pula dengan deraian air mata tak berhenti sejak tadi.Alesha masih berusaha membujuknya untuk berdiri, karena saat ini Vero masih duduk di lantai aspal yang keras. Panasnya aspal itu tidak lagi dirasakan oleh Vero karena pikirannya entah sudah ke ma