Belum sempat Vero menjawab pertanyaan Rayhan, terdengar suara ketukan pintu di luar bilik itu. Wajah Vero menjadi sangat tegang saat ini, tapi jelas tidak begitu dengan Rayhan. Pri itu terlihat sangat tenang dan tidak khawatir pada apapun atau siapapun di luar sana.“Bagaimana sekarang?” tanya Vero berbisik pelan dan mengarahkan telunjuknya ke pintu.“Duh ... kenapa semua toilet ini penuh? Aku sudah tidak sabar ingin buang air kecil,” ucap sebuah suara di luar bilik toilet yang kini dihuni oleh Vero dan Rayhan.Vero semakin cemas saat mendengar suara wanita yang ada di luar sana. Itu adalah suara Bella – wanita yang datang bersama Rayhan malam ini. Wanita yang kabarnya akan menjadi istri Rayhan tidak lama lagi dan gaunnya sedang dalam pengerjaan oleh Arabella – teman sekantor Vero yang baru. Meski tidak akrab, jelas Vero sangat mengenali ciri khas suara wanita itu dengan baik.“Aku akan keluar sekarang,” ucap Rayhan yang membisikkan kalimat itu tepat di telinga Vero. Lalu menggigitnya
“Kau dari mana saja, Ray? Aku menunggumu sampai lemas karna menahan lapar,” ucap Bella saat melihat Rayhan duduk kembali di kursinya.“Aku tadi bertemu teman lama saat di toilet dan kemudian bercerita panjang di lorong,” jelas Rayhan yang tentu saja adalah kebohongan belaka.“Oh begitu. Kenapa kau tidak mengajaknya duduk bersama kita di sini? Kita bisa makan bersama dengan teman lamamu itu, Ray. Pasti sangat menyenangkan bukan?” tanya Bella dengan wajah sumringah dan terlihat sangat penuh dengan harap.Jelas saja bahwa semua hanya sandiwara belaka, karena Bella sudah tahu yang sebenarnya. Rayhan bertemu dan berkurung di dalam bilik toilet wanita. Bukan bersama teman lamanya, tapi bersama mantan istrinya yang masih sangat dicintainya saat ini.Bella menyadari bahwa selama ini tidak pernah dianggap dan dipandang oleh Rayhan. Bagaimana dan seperti apa Rayhan, dia sudah tahu sedikit banyaknya. Namun, saat Rayhan kini sudah bertemu lagi dengan Vero, Bella bisa melihat ada cinta dan harapan
“Apa yang baru saja kau katakan, Sayang?” tanya Bella seperti baru saja mendengar Rayhan berbicara.“Tidak. Bukan apa-apa. Lanjutkan saja makanmu,” jawab Rayhan mengelak.“Aku mendengar kau berkata sesuatu tentang kekasih. Apa itu tentang aku atau kita?” tanyanya yang masih saja penasaran.“Tidak ada. Kau hanya salah dengar. Ayo cepat habiskan makananmu dan kita pulang!” jawab Rayhan sekali lagi tak ingin membuat Bella terus bertanya padanya.Sejujurnya, Bella merasa kesal karena diperlakukan seperti itu oleh Rayhan. Namun, dia tidak menunjukkan rasa kesal dan marahnya saat ini karena ada Vero yang pasti mendengarkan mereka berbicara. Selain itu, Bella juga tidak ingin membuat Vero menganggap bahwa Rayhan memperlakukannya dengan sangat buruk.Bella jelas ingin menjaga harga diri dan juga martabatnya di depan wanita mantan istri Rayhan itu. Baginya saat ini yang harus dilihat dan didengar oleh Vero adalah semua hal yang indah dan juga romantis. Bella ingin Vero juga berhenti berharap p
“Kau tidak perlu tahu, Sayang. Aku sedang tidak ingin membahasnya sekarang,” jawab Rayhan dengan senyum sinis. Meskipun dia memanggil Bella dengan sebutan sayang, tetap saja itu tidaklah tulus dari lubuk hati terdalamnya.“Baiklah kalau memang seperti itu. Aku sudah selesai,” ucap Bella pula dan langsung menyudahi segala aktifitasnya di meja makan.Dia sudah merasa enggan berlama-lama di restoran ini karena tidak ada lagi Vero dan Marco di sini. tujuannya mengajak dan memaksa Rayhan untuk datang ke restoran ini tidak lain dan tidak bukan hanya karena mendapatkan informasi bahwa Vero dan Marco akan datang juga makan malam bersama.Bella sengaja menyiapkan segalanya seolah ketidak sengajaan bahwa meja mereka akhirnya berdekatan. Yang sebenarnya terjadi adalah Bella ingin menunjukkan kepada Vero betapa dia dan Rayhan saling bahagia.Tidak lama lagi mereka akan menikah dan dia ingin Vero dengan jelas mendengar semua hal itu. Jadi, wanita itu bisa sadar pada diri dan posisinya saat ini. Se
“Apa yang kau katakan? Aku tidak sedang bersandiwara padamu! Untuk apa?” tanya Bella dengan ketus.“Aku sudah tahu sejak lama dan jangan membohongiku lagi. Atau aku tidak akan segan-segan kepadamu!” ancam Rayhan pula kepada Bella dengan nada geram.Bella yang saat ini tidak lagi bisa mengelak akhirnya hanya bisa diam dan pasrah. Dia memang sedang bersandiwara kepada Rayhan dan tidak bisa dibohongi jika semua itu dilakukannya demi mengambil simpatik lelaki yang sangat dicintainya itu. Meski awalnya semua terjadi karena keadaan Bella yang memang depresi karena kehilangan calon suaminya.Seiring berjalannya waktu pun Bella menjadi benar-benar menyadari bahwa Rayhan yang kini bersamanya adalah Rayhan yang berbeda dengan yang dulu. Namun, Bella sudah tidak ingin dan tidak bisa lagi melepaskannya. Itu sebabnya dia terus saja bersandiwara masih sakit dan depresi agar Rayhan bisa terus ada di sampingnya dan menikah dengannya sesuai dengan yang dia inginkan.“Akhirnya kau tahu juga yang sebena
“Kenapa Mami diam saja sejak pulang dari makan malam bersama Daddy? Apakah ada yang melukai hati Mami?” tanya William yang begitu peka terhadap perubahan pada diri Vero.“Tidak apa-apa, Sayang. Mami hanya lelah dan butuh istirahat saja. Cepat habiskan sate daging kesukaanmu itu,” jawab Vero dengan tenang dan mengusap kepala putranya dengan lembut.“Benarkah seperti itu? Aku merasa Mami tidak diam karena lelah,” lirih William dan lanjut mengunyah satenya.“Tidak ada yang bisa kau lakukan selain protes pada Mami, hem?” tanya Vero dengan gemas.“Tidak. Aku mencintaimu, Mami. Jadi, aku akan menjaga dan melindungimu dari semua orang yang berniat jahat padamu. Aku akan melakukan segala cara untuk membuat Mami selalu tersenyum bahagia,” ungkap William yang sangat menyentuh perasaan Vero.Tanpa disadari, kata-kata yang diucapkan oleh William itu adalah kata-kata yang dulu juga pernah diucapkan oleh Rayhan kepadanya. “Kenapa kalimat mereka bisa hampir sama sepenuhnya seperti itu? Apa itu karen
“Kau sudah selesai makan? Ayo, Mami akan mengantarmu ke kamar untuk tidur.”“Aku bisa sendiri, Moms. Aku sudah besar dan aku akan masuk ke kamarku sendiri. Mami berbincanglah dengan Daddy.”“Kau masih enam tahun dan kau berkata sudah cukup besar?” tanya Vero dengan menahan tawanya.“Jangan menertawakan ucapan seorang pria, Mom!” tegur William bernada serius dan tidak bisa dibantah lagi oleh Vero.Pada akhirnya, bocah laki-laki itu memang pergi sendirian ke kamarnya dan tidak ditemani oleh siapapun. Vero tidak bisa mencegah atau membantah yang sudah dikatakan oleh William. Dia tahu betul bagaimana karakter William, persis seperti ayah kandungnya.Marco dan Vero tinggal di meja makan dengan beberapa makanan yang masih tersisa di atas meja. Namun, baik Vero maupun Marco tidak lagi berselera untuk makan malam. Selain karena mereka berdua juga baru saja pulang makan malam romantis berdua, mereka juga merasa terbebani dengan pembahasan tadi.“Bagaimana dia bisa bicara seperti itu sekarang?
Vero masih tidak bergeming mendengar pertanyaan dari Marco saat ini. Sejujurnya, dia sendiri tidak tahu harus menjawab apa untuk pertanyaan itu. Vero tidak bisa memastikan perasaannya kepada Rayhan dan tidak berani mengatakannya kepada Marco juga.“Aku tidak tahu harus berkata apa untuk menjawab pertanyaanmu itu, Marc. Yang aku tahu saat ini hanyalah hidup untuk William.”“Kalau hal itu, aku tidak ragu lagi dan sudah bisa dipastikan kalau kau memang sangat mencintai William.”“Kau benar. Tidak ada yang bisa menggantikan posisiku untuk William.”“Ya. Tapi, aku sedang bertanya tentang perasaanmu pada lelaki itu. Pada ayah kandung William, apakah kau masih berharap padanya?” tanya Marco mengulangi lagi pertanyaannya itu.“Tidak! Aku tidak lagi berharap bisa bersama dengannya, Marc.” Vero menjawab langsung dan dengan suara yang terdengar sangat tegas dan nyaring.Marco cukup percaya jika Vero sudah bicara dengan nada seperti itu. Baginya, tidak ada yang bisa membuat seorang Vero merasa ya
Mereka sudah sampai di rumah sakit dan langsung mencari keberadaan Petrus dan juga Rayhan. Vero adalah yang paling panik karena Rayhan ternyata tidak ada di sana. Lelaki itu sudah langsung dipindahkan dan diberangkatkan menggunakan jet pribadi ke Amerika.Sementara Petrus sudah melewati masa-masa kritisnya dan hal itu membuat Alesha merasa tenang. Tidak ada yang bisa dia lakukan untuk Vero saat ini selain memberikan penghiburan saja. Petrus juga tidak berani mengatakan di mana alamat Rayhan dirawat di Amerika kepada Vero.“Sayang ... tenang dan sabarlah menunggu. Semoga ada kabar baik tentang Rayhan sebentar lagia dari dokternya,” ucap Alesha yang ingin menghibur Vero dalam hal ini.Sudah tiga hari sejak Petrus sadarkan diri dan masih dirawat dengan intensif di rumah sakit itu. Alesha selalu menemani suaminya itu tanpa henti dan begitu pula Vero yang setiap hari datang ke sana untuk mencari tahu kabar tentang Rayhan.“Aku akan sabar menunggu dan tidak akan bosan datang ke sini untuk b
Tubuh Vero merosot ke lantai aspal saat mendengar yang baru saja dikatakan dan dijelaskan oleh Alesha. Dia sudah keluar dari dalam mobil dan mencoba menenangkan Alesha yang tampak sangat cemas dan juga takut. Akan tetapi, saat ini justru dia lah yang tampak paling terguncang.“Vero, ayo bangun! Ayo kita periksa mereka ke rumah sakit. Aku tidak bisa tenang sampai kau datang. Tadinya, aku ingin pergi terlebih dahulu karena tidak sabar menunggumu. Tapi, aku rasa kita memang harus pergi bersama,” ungkap Alesha pada Vero dengan banjir air mata saat ini.“Katakan padaku bahwa semua ini tidak benar, Al. Katakan sekali lagi bahwa kabar ini semuanya bohong. Dia hanya ingin membuatku merasa bersalah dan kembali padanya. Bukan kah begitu?” tanya Vero pula dengan deraian air mata tak berhenti sejak tadi.Alesha masih berusaha membujuknya untuk berdiri, karena saat ini Vero masih duduk di lantai aspal yang keras. Panasnya aspal itu tidak lagi dirasakan oleh Vero karena pikirannya entah sudah ke ma
Sebenarnya Vero mengetahui semua itu dari mulut Rayhan langsung ketika pria itu mabuk dan pertama kalinya mereka bertemu lagi setelah lima tahun berpisah. Vero tidak punya alasan untuk tidak percaya pada semua yang diucapkan Rayhan pada saat itu.Jadi, dia mengatakan yang sebenarnya kepada William saat ini karena merasa putranya berhak tahu yang sesungguhnya. Tidak ada lagi dusta yang ingin Vero rajut dalam hidupnya saat ini. Terlalu banyak kebohongan dan juga kepalsuan sehingga membuatnya menjadi tidak berdaya.“Sekarang, apa yang terjadi pada ayahku itu?” tanya William setelah beberapa saat mereka saling berdiam diri di dalam kendaraan roda empat itu.“Dia pingsan dan tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Tapi, dia memang sedang dalam keadaan yang tidak baik sejak kemarin.” Vero menjawab dengan tegas dan juga keyakinan penuh.“Dari mana Mami tahu kalau dia dalam keadaan yang tidak sehat?” tanya William mulai menginterogasi ibunya itu.“Aku merawatnya semalaman, Willy! Aku ada di
“Kau mau ke mana?” tanya Marco dan menghalangi langkah Vero.“Aku ada urusan penting. Untuk sekali ini, aku meminta tolong padamu untuk menjaga William,” jawab Vero yang hatinya sudah semakin hambar kepada lelaki di hadapannya itu.“Aku melarangmu pergi!” seru Marco dengan nada tegas.“Kau tidak berhak melarangku!” balas Vero pula tak kalah tegas.“Tentu saja aku berhak. Itu ada di dalam surat perjanjian kita di nomor delapan. Pihak pertama berhak meminta atau melarang pihak kedua dalam satu hal yang terjadi di kemudian hari,” jelas Marco membacakan lagi isi perjanjian pernikahan yang sudah mereka tanda tangani bersama.Vero terdiam dan tidak bergeming sedikit pun setelah mendengar penjelasan dari Marco itu. Memang benar seperti yang Marco katakan itu dan tidak bisa dipungkirinya lagi. Namun, tetap saja Vero tidak bisa untuk tidak pergi kali ini karena Rayhan dalam bahaya.Dia tidak tahu apa dan bagaimana keadaan pria itu sekarang dan dari nada bicaranya Alesha tadi, jelas Vero menget
Sebuah tamparan mendarat di pipi Marco untuk pertama kalinya, dan tangan Vero lah yang sudah memberikan tanda kemerahan berbentuk jari di sana. Semua itu reflek dilakukan oleh Vero karena merasa tidak terima dengan ucapan yang dilontarkan Marco.“Kau menamparku, Vero?” tanya Marco tak percaya.Sebelah tangannya menahan rasa perih di pipi yang masih berbekas kemarahan itu. Sedikit meringis menahan rasa sakit yang tidak bisa dipungkirinya, Marco masih menatap nyalang pada Vero.“Itu pantas untuk kau dapatkan, Marc! Ucapanmu itu sudah sangat keterlaluan dan tidak bisa aku terima!”“Bukan kah semua itu benar? Kau sudah bermalam dengannya dan menghabiskan malam penuh gairah bukan? Siapa dia? Dia hanya mantan suamimu dan kau rela memberikan tubuhmu padanya. Lalu, siapa aku? Aku adalah suamimu dan seharusnya aku yang lebih berhak atas dirimu,” ungkap Marco dengan sangat berang menatap Vero.Sekali lagi hati Vero terasa dicabik-cabik saat mendengar ucapan Marco yang tak beralasan itu. Dia mem
“Apa yang terjadi di sana semalaman?”“Tidak terjadi apa-apa. Tolong jangan membahas hal itu lagi, Marc! Aku tidak ingin membahasnya.”“Tapi, aku dan William mencemaskanmu semalaman. Tidak adakah hal yang ingin kau jelaskan pada kami?”“Tidak ada yang perlu dijelaskan dan tidak ada yang perlu kau tahu. Bukan kah sejak awal sudah kita sepakati bahwa tidak akan mencampuri urusan pribadi masing-masing? Aku tidak pernah bertanya hal pribadimu dan tidak pernah ikut campur, Marc. Jadi, tolong jangan melewati batasanmu!” ungkap Vero dengan nada tegas dan baru kali ini dia berbicara seperti itu kepada Marco.Cukup terkejut Marco mendengar ocehan yang dilontarkan oleh Vero beberapa detik lalu itu. Namun, saat ini dia jelas tidak bisa mendebat wanita yang kini duduk di sisi ranjangnya. Marco memang sengaja meminta izin untuk masuk ke dalam kamar Vero untuk berbicara empat mata.Mereka sudah sampai di rumah setengah jam yang lalu dan nyaris tidak ada percakapan selama dalam perjalanan pulang. Ha
“Bagaimana sekarang, Sayang? Aku tidak mau Vero terluka dengan niat Rayhan itu. Aku juga tidak ingin membuat Rayhan tersisksa dengan hubungan mereka yang justru memburuk setelah bertemu dari perpisahan yang sangat lama ini,” ungkap Alesha yang menahan langkahnya di pertengahan anak tangga.“Tenanglah, Sayang. Jangan memikirkan hal yang terlalu jauh untuk saat ini. Mungkin tuan muda hanya merasa emosi saat ini.” Petrus mencoba menenangkan Alesha dari dugaannya itu.“Apa kau pikir dia tidak akan benar-benar merebut Richard dari Vero?” tanya Alesha sedikit ragu.“Aku berharap itu tidak akan terjadi. Tuan muda bahkan tidak melirik putranya sama sekali tadi,” jawab Petrus pula dan mengingat sikap dingin Rayhan pada William tadi.“Itu tidak bisa menjadi acuan bahwa dia tidak peduli dan tidak menginginkan putranya, Sayang.”“Aku akan mencoba untuk membujuknya dan memberikan saran yang lain.”“Saran apa? Aku tahu bahwa Vero adalah wanita yang keras kepala dan dia tidak akan mengubah keputusa
Rayhan menghentikan tangannya yang hendak menuangkan air hangat ke dalam gelas. Sorot matanya tajam menatap ke arah Vero. Wanita itu terlihat begitu terkejut mendapatkan tatapan seperti itu dari Rayhan. Tatapan yang tajam dan seakan ingin mengoyak jantung Vero saat ini juga.“Kau siapa? Beraninya kau memerintahku di rumahku sendiri!” seru Rayhan dengan sinis.Tidak pernah sebelumnya Vero berpikir jika pria itu akan mengatakan hal sekasar itu padanya. Namun, tetap saja Vero tidak boleh gentar dan terlihat begitu lemah. Dia tersenyum tipis pada lelaki yang baru saja ingin dirawatnya sepenuh hati. “Aku memang bukan siapa-siapa di sini. Baiklah, kalau begitu aku akan segera pamit. Aku tidak ingin terlalu lama di sini dan membuat suamiku menunggu!”“Suami yang bahkan tidak pernah menyentuhmu?” tanya Rayhan dengan nada mengejek.“Kau tahu apa tentang rumah tanggaku dengan istriku?” tanya sebuah suara yang entah sejak kapan berada di dalam ruangan itu bersama mereka.Vero mengalihkan pandang
Mata Alesha bergerak ke arah anak tangga dan melihat jika di sana Rayhan sudah berhenti mengayunkan langkah kakinya saat mendengar ucapan Vero tadi. Wajah Rayhan tampak merah padam yang mungkin saja kini sedang merasa marah atau kecewa tingkat tinggi pada Vero.“Jangan katakan itu, Vero sayang. Kau tidak bisa mengeluarkan kata-kata palsu seperti itu, dan aku tahu apa yang sebenarnya kau rasakan!” ucap Alesha berusaha membuat Vero mengubah pengakuannya. Dia ingin Vero akhirnya jujur pada perasaannya sendiri tanpa disadarinya.“Tidak, Alesha. Aku tidak lagi mencintainya dan aku tidak ingin lagi kembali bersamanya. Aku sudah bahagia dengan suami dan putraku saat ini. Aku ingin menjalani hidup yang normal seperti yang selalu aku inginkan sejak dulu. Aku mendapatkan semuanya saat aku bersama Marco,” ungkap Vero pula dan dengan helaan napas yang terasa berat dia memaksakan tersenyum.“Kau hanya merasa nyaman dan tenang karena tidak ada yang menghantuimu dengan status. Tapi, kau tidak pernah