“Makin hari dia terihat semakin mirip dengan ayahnya,” batin Vero saat sedang berbaring di atas ranjang empuknya.Dia memutuskan untuk tidak berangkat kerja pagi ini, karena tubuhnya memang terasa tidak begitu fit. Vero tidak ingin memaksakan diri dan justru menjadi beban bagi orang di sekitarnya nanti. Dia tidak bisa terlalu lelah semenjak melahirkan William dan memang dalam keadaan tertentu Vero akan menjadi lebih lelah dari hari biasanya meski dia tidak melakukan aktifitas berat.“Halo, Ara. Ada apa kau menghubungiku?” tanya Vero saat panggilan telpon dari Ara masuk dan dijawabnya. Mereka tentu sudah sempat bertukar nomor ponsel sesaat sebelum pulang kerja.“Kau tidak masuk, Vero?” tanya Ara dengan nada khawatir.“Tidak. Aku sudah minta izin pada Miss Paula dan dia memberikan izinnya.”“Ada apa? Apakah kau sakit?”“Sepertinya begitu, Ara. Aku merasa tidak enak badan dan sepertinya memang tidak sanggup untuk memaksakan pergi ke kantor. Maafkan aku dan jangan salah paham dengan semua
Sebenarnya Vero merasa sedikit ragu dan juga penasaran dengan perubahan sikap Ara tadi. Namun, lagi-lagi Vero tidak ingin mengambil pusing tentang semua itu. Dia meletakkan ponselnya dan kemudian melanjutkan istirahat siangnya. Vero benar-benar merasa sangat lelah sehingga dalam hitungan menit saja matanya sudah terlelap dengan indah dan nyenyak.Di ruang kerjanya, Marco sedang memeriksa beberapa berkas dan file di email masuknya. Pria mapan yang tidak kalah tampan dengan Rayhan itu terlihat begitu tenang dan juga fokus. Dia memang tidak suka diganggu saat sedang bekerja dan juga tidak ingin diusik saat ada pekerjaan yang harus dia selesaikan.Sedang mengetik sesuatu di laptopnya, ponsel lelaki itu berdering. Marco segera mengambil ponselnya dan menatap nama pemanggil di layar benda pipih canggih itu.Marco: Bagaimana?Penelpon: Sudah ketemu semua data dan informasi tentang dia, Boss. Pria itu memang mantan suami nyonya Vero dan dikabarkan selalu mencari keberadaan nyonya lima tahun t
“Apa yang sedang kau bicarakan, Marc? Maaf, aku tidak begitu paham ke mana maksud pembahasanmu itu,” kilah Vero dengan sengaja, meski dia tahu dengan pasti ke mana maksud pembicaraan Marco saat ini.“Aku yakin kau sangat paham dengan ucapanku itu. Tapi, aku menghargai jika kau memang tidak ingin membahas masalah itu sekarang,” jelas Marco yang mengalah dan melepaskan tangan Vero dari genggamannya.Dia pun sebenarnya tidak begitu berani mengatakan semua hal itu. Namun, baginya tidak ada yang bisa dilakukan saat ini kecuali berkata terus terang tentang semuanya. Marco takut saat dia menyatakan segalanya kepada Vero, itu sudah terlambat dan tidak ada gunanya lagi.“Hubungan kita tidak dijalin untuk semua itu, Marc. Kau sendiri yang membuat surat perjanjian itu dan kita sudah sepakat,” ungkap Vero ingin memberikan sedikit gambaran kepada Marco tentang hal yang saat ini sedang mereka bahas.“Aku tahu, Sayang. Tapi ... kebersamaan yang tidak sebentar antara kita, membuat perasaan itu bisa
“Jangan bertanya tentang hal yang aku sendiri tidak tahu jawabannya, Marc!”“Kau tahu, tapi kau masih berusaha menghindari pembahasan itu!”“Tidak. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari. Aku tidak ingin menjadi Tuhan yang langsung memprediksi apa yang terjadi di masa yang akan datang.”“Setidaknya, kau tahu apa yang akan kau lakukan jika kesempatan itu datang padamu!” desak Marco yang masih ingin mengetahui jawaban dari Vero.“Tolong, Marc! Jangan paksa aku untuk mengatakan hal yang aku sendiri tidak pernah tahu apa itu,” pinta Vero dengan suara sendu dan sedikit memelas kepadanya.Marco tentu saja tidak ingin membuat Vero merasa tidak nyaman dengan pertanyaan dan juga ucapannya. Selama ini, memang tidak pernah ada cinta antara mereka dan semua dijalankan sesuai dengan kontrak serta kesepakatan bersama. Tidak ada ikut campur dan tidak ada cinta dalam hubungan mereka. Hal itu yang selama ini mereka pegang teguh hingga hari ini.Siapa yang bisa menduga dan berpikir jika
Vero tidak bergeming dan membiarkan dirinya dibawa entah ke mana. Sementara saat ini dirinya duduk di kursi belakang bersama dua orang yang menjaganya kiri dan kanan. Di bagian kemudi ada seorang sopir yang fokus mengendarai kendaraan roda empat itu. Di sebelahnya, ada seorang pria berjas rapi dan aromanya sangat dikenali oleh Vero.“Sudah sampai, Tuan!” Sopir itu berkata dengan tegas kepada pria yang duduk di sampingnya.Vero tidak bisa melihat dengan jelas wajah pria itu karena posisi duduknya yang tidak pas. Pria itu mengenakan kacamata hitam dan juga duduk dengan menyilangkan kaki. Wajahnya tidak fokus ke depan dan justru memandang keluar jendela kaca mobil.“Di mana ini? Apa yang ingin kau lakukan padaku, Ramon?” tanya Vero sesaat sebelum mereka turun dari dalam mobil van itu.“Kau mengenaliku cukup baik, Sayang. Ternyata, setelah tahun-tahun yang berlalu, kau tidak pernah benar-benar melupakanku,” ucap seorang pria yang duduk di kursi depan.Dia adalah Ramon, sesuai dengan predi
“Aku tidak mengerti dengan yang kau maksud!”“Jangan berpura-pura tidak mengerti, Vero. Kau tahu dan mengerti dengan sangat jelas yang aku maksud saat ini. Kau hanya menolak untuk mengakui semua kebenarannya.”“Tidak. Kau salah besar, Ramon. Jangan bersikap seolah kau paling mengerti dan memahami aku,” ucap Vero dengan suara tegas dan juga menatap nyalang ke depan tempat duduknya.Ramon memang tidak sepenuhnya mengerti dan memahami Vero yang selama ini tidak pernah terlalu diperhatikannya. Namun, bukan berarti dia juga tidak tahu apa-apa tentang wanita itu. Ramon pernah dekat dan menjalani hubungan yang lebih dari sekedar rekan kerja dengannya. Jadi, walaupun tidak sepenuhnya, jelas dia memahami Vero dan juga mengerti hati wanita itu.Dadanya bergemuruh menahan emosi dan juga rasa marah yang saat ini rasanya ingin sekali diledakkan. Akan tetapi, Vero sadar bahwa tidak baik baginya jika saat ini meledakkan emosinya pada Ramon. Hal yang pasti akan memicu keributan besar antara mereka be
Tidak ada yang bisa dipertahankan dan dianggap serius oleh Vero dari obrolannya bersama Ramon siang ini. Namun, tidak bisa dia pungkiri kalau apa yang tadi dikatakan oleh Ramon bisa juga ada benarnya. Selama ini, dia begitu percaya bahwa Rayhan akan menerima perintah dan juga tuntutan dari keluarganya. Seperti halnya yang dilakukan oleh Ramon saat itu, dan sebab itu jugalah akhirnya Vero meninggalkan Ramon dulu.“Apa memang benar jika Rayhan tidak pernah berniat meninggalkan aku dan menerima perintah dari keluarganya?” tanya Vero pada dirinya sendiri.Dia duduk di sebuah tempat yang terletak di pinggir jalan, dan menyediakan banyak sekali jenis minuman. Saat ini, Vero hanya memesan es kelapa muda dengan toping ice cream stroberi. Tidak ada yang istimewa dengan minuman itu, tapi dia begitu menghayati yang ada di depan mata kepalanya saat ini. Pikiran Vero jauh melalang buana entah ke mana mengingat semua kisah masa lalunya.“Kau sendirian?” tanya seorang wanita yang entah sejak kapan b
“Sulit untuk aku jelaskan padamu dan pada semua orang. Tapi, biarlah semua yang sudah terjadi menjadi tanggung jawabku saja. Aku tidak akan pernah menyesal karena sudah melakukan semua itu dan aku kembali untuk pekerjaan selama satu tahun ke depan. Bukan untuk kembali bersamanya!” ungkap Vero panjang lebar menjawab pertanyaan Alesha tadi.“Jadi, kau tidak berniat untuk kembali padanya lagi?” tanya Alesha ingin meyakinkan lagi.“Untuk saat ini, tidak ada niatku untuk hal itu, Alesha. Tapi, aku tidak tahu seperti apa Tuhan mengatur nasibku ke depan nanti. Saat ini aku hanya ingin fokus pada karirku.”“Kalau begitu, aku akan terus mendukungmu. Apapun yang ingin kau jalani, ingatlah bahwa aku selalu ada untukmu, Sayang. Tolong jangan berbuat seolah kau hanya seorang diri di dunia ini!”“Terima kasih, Alesha. Kau selalu baik dan jadi yang terbaik untukku!” ungkap Vero dengan sangat tulus. Dia tidak akan pernah bisa menemukan sahabat sebaik Alesha lagi di dunia ini.“Kau berterima kasih pad
Saat Alesha dan Petrus masuk ke ruang tengah rumah mewah itu, mereka melihat pemandangan yang sudah lama tidak terlihat di sana. Rayhan dan Vero bermesraan sambil menuruni anak tangga. Bersenda gurau layaknya pengantin baru yang masih hangat dalam memadu cinta.“sayang, apa kau lihat itu?” tanya Alesha pada Petrus dengan suara berbisik ke Alesha.“Tentu saja, Sayang. Penglihatanku masih sangat bagus untuk wanita seusia diriku.” Alesha menjawab dengan suara yang tak kalah halusnya lagi.“Kalau begitu, apa menurutmu kita akan tetap ke sana?”“Menurutku itu bukanlah pertanyaan yang harus dijawab, Sayang.”“Kalau begitu, mari kita kembali lagi ke rumah.”“Baiklah, Sayang.”Pasangan yang harmonis dan tampak awet muda itu pun berniat untuk berbalik kembali ke rumah mereka. Sejatinya, mereka tidak ingin mengganggu pasangan yang sedang di mabuk cinta untuk kedua kalinya itu. Meski usia mereka sudah tidak lagi muda, tapi semangat cinta jelas tampak masih sangat membara.Tanpa keduanya sangka,
Rayhan dan Vero menghabiskan waktu sekitar satu jam di dalam kamar untuk melepaskan kerinduan belasan tahun yang mereka tahan dan pendam. Tentu saja tidak satu pun dari orang yang ada di rumah itu berani mengganggu keduanya. Mereka tentu mengerti apa yang terjadi di dalam kamar pengantin baru itu.Di pavilliun tempat Alesha dan Petrus selama ini tinggal dan mengawasi William juga Vero selama Rayhan tidak ada bersama mereka.“Sayang, apa yang terjadi sebenarnya? Ke mana selama ini Rayhan pergi? Apa kau sungguh-sungguh tidak tahu ke mana dia pergi dan menghilang?” tanya Alesha dengan tatapan serius pada suaminya.“Aku benar-benar tidak tahu, Sayang. Apa kau tidak percaya padaku?”Rayhan justru balik bertanya setelah menjawab pertanyaan Alesha. Dia tidak menyangka jika itu adalah pertanyaan yang akan pertama dipertanyakan oleh Alesha saat mereka sampai di rumah.Meskipun begitu, tetap saja Petrus tidak bisa menyalahkan istrinya. Dia justru merasa bangga kepada Alesha. Setelah sekian lama
“Apa yang kau lakukan di sini, Sayang?”Pria yang sedang mengamati Rayhan dan Vero dari kejauhan itu pun terkejut mendengar suara wanita di dekatnya. Satu tangan juga terasa menyentuh pundaknya dengan sangat lembut. Pria itu tak lain adalah orang kepercayaan Rayhan yang tidak ingin lagi terjadi apa-apa pada majikannya yang baru saja kembali setelah belasan tahun pergi.“Sayang! Kau mengejutkanku,” kata Petrus pada istrinya – Alesha.“Kenapa kau harus terkejut? Memangnya, apa yang sedang kau lakukan di sini?” tanya Alesha dengan kening berkerut.“Aku sedang menjaga tuan muda dan istrinya, Sayang.”“Apa yang terjadi pada mereka? Di mana mereka sekarang?” tanya Alesha yang justru menjadi cemas.“Mereka ada di dalam mobil. Sepertinya, suasana sedang tidak bersahabat jika kita berada di sekitar mereka,” jawab Petrus yang sudah melihat dengan jelas semua hal yang terjadi di dalam aula tadi.“Aku mengerti, Sayang. Tentu saja kita tidak boleh mengganggu sepasang pengantin baru itu,” kata Ales
Rayhan tidak menyangka jika ternyata reaksi Vero akan seperti itu. Tadinya, dia sudah merasa bahagia karena akhirnya bisa kembali dan berkumpul lagi bersama Vero dan juga William. Namun, karena percakapannya bersama William barusan, ternyata Vero langsung marah.“Dad, tidak apa-apa. Aku sangat mengenal mami dan aku tahu dia hanya sedang syok saja. Sebaiknya, kita biarkan mami sendiri dulu,” jelas William kepada Rayhan dengan santai.“Tidak, Nak. Aku yang lebih mengenal mami-mu itu terlebih dahulu sebelum kau. Aku akan pulang bersamanya.” Rayhan membantah saran dari William.“Daddy benar juga. Tentu saja Daddy yang lebih mengenal mami dari pada aku, karena aku baru ada setelah kalian bersama.” William tersenyum menggoda pada ayahnya itu.Rayhan yang masih saja tampan seperti dulu, menyaingi ketampanan putra semata wayangnya dan jelas mencuri perhatian semua orang yang ada di sana. Apalagi, ketika tadi nama Vero dan Rayhan dipanggil untuk menemani William ke atas panggung, semua orang m
“Bolehkah aku bertanya padamu, Sayang?” tanya Rayhan dengan nada serius.“Tentu saja. Apa yang ingin kau tanyakan padaku? Aku akan menjawabnya dengan senang hati,” jawab Vero dengan senyuman yang cerah.Rayhan menggenggam tangan Vero dengan lembut tapi sangat erat. Mereka berdua sedang duduk di kursi undangan dan menyaksikan acara kelulusan putra semata wayang mereka. Tidak ada yang lebih membahagiakan dari pada hari ini bagi Veronica Sweet.Hari ini putranya di wisuda dan itu pertanda bahwa putranya itu benar-benar sudah dewasa. Selain itu, di hari yang istimewa ini pula Rayhan kembali pulang setelah bertahun-tahun hilang tanpa kabar dan membuat Vero terus menunggu dalam ketidak berdayaan bersama dengan harapan-harapan yang tinggi.“Aku hanya ingin tahu, kenapa kau terus menatapku seperti itu sejak tadi.” Rayhan berkata dengan suara setengah berbisik dan membuat Vero tersipu malu pada awalnya.“Kau ingin tahu kenapa?” tanya Vero pula dan Rayhan mengangguk pelan.Sebuah tarikan napas
Mereka sudah sampai di rumah sakit dan langsung mencari keberadaan Petrus dan juga Rayhan. Vero adalah yang paling panik karena Rayhan ternyata tidak ada di sana. Lelaki itu sudah langsung dipindahkan dan diberangkatkan menggunakan jet pribadi ke Amerika.Sementara Petrus sudah melewati masa-masa kritisnya dan hal itu membuat Alesha merasa tenang. Tidak ada yang bisa dia lakukan untuk Vero saat ini selain memberikan penghiburan saja. Petrus juga tidak berani mengatakan di mana alamat Rayhan dirawat di Amerika kepada Vero.“Sayang ... tenang dan sabarlah menunggu. Semoga ada kabar baik tentang Rayhan sebentar lagia dari dokternya,” ucap Alesha yang ingin menghibur Vero dalam hal ini.Sudah tiga hari sejak Petrus sadarkan diri dan masih dirawat dengan intensif di rumah sakit itu. Alesha selalu menemani suaminya itu tanpa henti dan begitu pula Vero yang setiap hari datang ke sana untuk mencari tahu kabar tentang Rayhan.“Aku akan sabar menunggu dan tidak akan bosan datang ke sini untuk b
Tubuh Vero merosot ke lantai aspal saat mendengar yang baru saja dikatakan dan dijelaskan oleh Alesha. Dia sudah keluar dari dalam mobil dan mencoba menenangkan Alesha yang tampak sangat cemas dan juga takut. Akan tetapi, saat ini justru dia lah yang tampak paling terguncang.“Vero, ayo bangun! Ayo kita periksa mereka ke rumah sakit. Aku tidak bisa tenang sampai kau datang. Tadinya, aku ingin pergi terlebih dahulu karena tidak sabar menunggumu. Tapi, aku rasa kita memang harus pergi bersama,” ungkap Alesha pada Vero dengan banjir air mata saat ini.“Katakan padaku bahwa semua ini tidak benar, Al. Katakan sekali lagi bahwa kabar ini semuanya bohong. Dia hanya ingin membuatku merasa bersalah dan kembali padanya. Bukan kah begitu?” tanya Vero pula dengan deraian air mata tak berhenti sejak tadi.Alesha masih berusaha membujuknya untuk berdiri, karena saat ini Vero masih duduk di lantai aspal yang keras. Panasnya aspal itu tidak lagi dirasakan oleh Vero karena pikirannya entah sudah ke ma
Sebenarnya Vero mengetahui semua itu dari mulut Rayhan langsung ketika pria itu mabuk dan pertama kalinya mereka bertemu lagi setelah lima tahun berpisah. Vero tidak punya alasan untuk tidak percaya pada semua yang diucapkan Rayhan pada saat itu.Jadi, dia mengatakan yang sebenarnya kepada William saat ini karena merasa putranya berhak tahu yang sesungguhnya. Tidak ada lagi dusta yang ingin Vero rajut dalam hidupnya saat ini. Terlalu banyak kebohongan dan juga kepalsuan sehingga membuatnya menjadi tidak berdaya.“Sekarang, apa yang terjadi pada ayahku itu?” tanya William setelah beberapa saat mereka saling berdiam diri di dalam kendaraan roda empat itu.“Dia pingsan dan tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Tapi, dia memang sedang dalam keadaan yang tidak baik sejak kemarin.” Vero menjawab dengan tegas dan juga keyakinan penuh.“Dari mana Mami tahu kalau dia dalam keadaan yang tidak sehat?” tanya William mulai menginterogasi ibunya itu.“Aku merawatnya semalaman, Willy! Aku ada di
“Kau mau ke mana?” tanya Marco dan menghalangi langkah Vero.“Aku ada urusan penting. Untuk sekali ini, aku meminta tolong padamu untuk menjaga William,” jawab Vero yang hatinya sudah semakin hambar kepada lelaki di hadapannya itu.“Aku melarangmu pergi!” seru Marco dengan nada tegas.“Kau tidak berhak melarangku!” balas Vero pula tak kalah tegas.“Tentu saja aku berhak. Itu ada di dalam surat perjanjian kita di nomor delapan. Pihak pertama berhak meminta atau melarang pihak kedua dalam satu hal yang terjadi di kemudian hari,” jelas Marco membacakan lagi isi perjanjian pernikahan yang sudah mereka tanda tangani bersama.Vero terdiam dan tidak bergeming sedikit pun setelah mendengar penjelasan dari Marco itu. Memang benar seperti yang Marco katakan itu dan tidak bisa dipungkirinya lagi. Namun, tetap saja Vero tidak bisa untuk tidak pergi kali ini karena Rayhan dalam bahaya.Dia tidak tahu apa dan bagaimana keadaan pria itu sekarang dan dari nada bicaranya Alesha tadi, jelas Vero menget