Home / CEO / Skandal Panas Sang CEO / Apakah Dia Ayah Kandungku?

Share

Apakah Dia Ayah Kandungku?

Author: icher
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Kenapa Mami diam saja sejak pulang dari makan malam bersama Daddy? Apakah ada yang melukai hati Mami?” tanya William yang begitu peka terhadap perubahan pada diri Vero.

“Tidak apa-apa, Sayang. Mami hanya lelah dan butuh istirahat saja. Cepat habiskan sate daging kesukaanmu itu,” jawab Vero dengan tenang dan mengusap kepala putranya dengan lembut.

“Benarkah seperti itu? Aku merasa Mami tidak diam karena lelah,” lirih William dan lanjut mengunyah satenya.

“Tidak ada yang bisa kau lakukan selain protes pada Mami, hem?” tanya Vero dengan gemas.

“Tidak. Aku mencintaimu, Mami. Jadi, aku akan menjaga dan melindungimu dari semua orang yang berniat jahat padamu. Aku akan melakukan segala cara untuk membuat Mami selalu tersenyum bahagia,” ungkap William yang sangat menyentuh perasaan Vero.

Tanpa disadari, kata-kata yang diucapkan oleh William itu adalah kata-kata yang dulu juga pernah diucapkan oleh Rayhan kepadanya. “Kenapa kalimat mereka bisa hampir sama sepenuhnya seperti itu? Apa itu karen
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Skandal Panas Sang CEO   Mempertahankan Pernikahan

    “Kau sudah selesai makan? Ayo, Mami akan mengantarmu ke kamar untuk tidur.”“Aku bisa sendiri, Moms. Aku sudah besar dan aku akan masuk ke kamarku sendiri. Mami berbincanglah dengan Daddy.”“Kau masih enam tahun dan kau berkata sudah cukup besar?” tanya Vero dengan menahan tawanya.“Jangan menertawakan ucapan seorang pria, Mom!” tegur William bernada serius dan tidak bisa dibantah lagi oleh Vero.Pada akhirnya, bocah laki-laki itu memang pergi sendirian ke kamarnya dan tidak ditemani oleh siapapun. Vero tidak bisa mencegah atau membantah yang sudah dikatakan oleh William. Dia tahu betul bagaimana karakter William, persis seperti ayah kandungnya.Marco dan Vero tinggal di meja makan dengan beberapa makanan yang masih tersisa di atas meja. Namun, baik Vero maupun Marco tidak lagi berselera untuk makan malam. Selain karena mereka berdua juga baru saja pulang makan malam romantis berdua, mereka juga merasa terbebani dengan pembahasan tadi.“Bagaimana dia bisa bicara seperti itu sekarang?

  • Skandal Panas Sang CEO   Cinta yang Tersimpan

    Vero masih tidak bergeming mendengar pertanyaan dari Marco saat ini. Sejujurnya, dia sendiri tidak tahu harus menjawab apa untuk pertanyaan itu. Vero tidak bisa memastikan perasaannya kepada Rayhan dan tidak berani mengatakannya kepada Marco juga.“Aku tidak tahu harus berkata apa untuk menjawab pertanyaanmu itu, Marc. Yang aku tahu saat ini hanyalah hidup untuk William.”“Kalau hal itu, aku tidak ragu lagi dan sudah bisa dipastikan kalau kau memang sangat mencintai William.”“Kau benar. Tidak ada yang bisa menggantikan posisiku untuk William.”“Ya. Tapi, aku sedang bertanya tentang perasaanmu pada lelaki itu. Pada ayah kandung William, apakah kau masih berharap padanya?” tanya Marco mengulangi lagi pertanyaannya itu.“Tidak! Aku tidak lagi berharap bisa bersama dengannya, Marc.” Vero menjawab langsung dan dengan suara yang terdengar sangat tegas dan nyaring.Marco cukup percaya jika Vero sudah bicara dengan nada seperti itu. Baginya, tidak ada yang bisa membuat seorang Vero merasa ya

  • Skandal Panas Sang CEO   Tamu Penting.

    “Makin hari dia terihat semakin mirip dengan ayahnya,” batin Vero saat sedang berbaring di atas ranjang empuknya.Dia memutuskan untuk tidak berangkat kerja pagi ini, karena tubuhnya memang terasa tidak begitu fit. Vero tidak ingin memaksakan diri dan justru menjadi beban bagi orang di sekitarnya nanti. Dia tidak bisa terlalu lelah semenjak melahirkan William dan memang dalam keadaan tertentu Vero akan menjadi lebih lelah dari hari biasanya meski dia tidak melakukan aktifitas berat.“Halo, Ara. Ada apa kau menghubungiku?” tanya Vero saat panggilan telpon dari Ara masuk dan dijawabnya. Mereka tentu sudah sempat bertukar nomor ponsel sesaat sebelum pulang kerja.“Kau tidak masuk, Vero?” tanya Ara dengan nada khawatir.“Tidak. Aku sudah minta izin pada Miss Paula dan dia memberikan izinnya.”“Ada apa? Apakah kau sakit?”“Sepertinya begitu, Ara. Aku merasa tidak enak badan dan sepertinya memang tidak sanggup untuk memaksakan pergi ke kantor. Maafkan aku dan jangan salah paham dengan semua

  • Skandal Panas Sang CEO   Izinkan Aku Mencoba

    Sebenarnya Vero merasa sedikit ragu dan juga penasaran dengan perubahan sikap Ara tadi. Namun, lagi-lagi Vero tidak ingin mengambil pusing tentang semua itu. Dia meletakkan ponselnya dan kemudian melanjutkan istirahat siangnya. Vero benar-benar merasa sangat lelah sehingga dalam hitungan menit saja matanya sudah terlelap dengan indah dan nyenyak.Di ruang kerjanya, Marco sedang memeriksa beberapa berkas dan file di email masuknya. Pria mapan yang tidak kalah tampan dengan Rayhan itu terlihat begitu tenang dan juga fokus. Dia memang tidak suka diganggu saat sedang bekerja dan juga tidak ingin diusik saat ada pekerjaan yang harus dia selesaikan.Sedang mengetik sesuatu di laptopnya, ponsel lelaki itu berdering. Marco segera mengambil ponselnya dan menatap nama pemanggil di layar benda pipih canggih itu.Marco: Bagaimana?Penelpon: Sudah ketemu semua data dan informasi tentang dia, Boss. Pria itu memang mantan suami nyonya Vero dan dikabarkan selalu mencari keberadaan nyonya lima tahun t

  • Skandal Panas Sang CEO   Apakah Kau Akan Kembali?

    “Apa yang sedang kau bicarakan, Marc? Maaf, aku tidak begitu paham ke mana maksud pembahasanmu itu,” kilah Vero dengan sengaja, meski dia tahu dengan pasti ke mana maksud pembicaraan Marco saat ini.“Aku yakin kau sangat paham dengan ucapanku itu. Tapi, aku menghargai jika kau memang tidak ingin membahas masalah itu sekarang,” jelas Marco yang mengalah dan melepaskan tangan Vero dari genggamannya.Dia pun sebenarnya tidak begitu berani mengatakan semua hal itu. Namun, baginya tidak ada yang bisa dilakukan saat ini kecuali berkata terus terang tentang semuanya. Marco takut saat dia menyatakan segalanya kepada Vero, itu sudah terlambat dan tidak ada gunanya lagi.“Hubungan kita tidak dijalin untuk semua itu, Marc. Kau sendiri yang membuat surat perjanjian itu dan kita sudah sepakat,” ungkap Vero ingin memberikan sedikit gambaran kepada Marco tentang hal yang saat ini sedang mereka bahas.“Aku tahu, Sayang. Tapi ... kebersamaan yang tidak sebentar antara kita, membuat perasaan itu bisa

  • Skandal Panas Sang CEO   Apakah Ini Dia?

    “Jangan bertanya tentang hal yang aku sendiri tidak tahu jawabannya, Marc!”“Kau tahu, tapi kau masih berusaha menghindari pembahasan itu!”“Tidak. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari. Aku tidak ingin menjadi Tuhan yang langsung memprediksi apa yang terjadi di masa yang akan datang.”“Setidaknya, kau tahu apa yang akan kau lakukan jika kesempatan itu datang padamu!” desak Marco yang masih ingin mengetahui jawaban dari Vero.“Tolong, Marc! Jangan paksa aku untuk mengatakan hal yang aku sendiri tidak pernah tahu apa itu,” pinta Vero dengan suara sendu dan sedikit memelas kepadanya.Marco tentu saja tidak ingin membuat Vero merasa tidak nyaman dengan pertanyaan dan juga ucapannya. Selama ini, memang tidak pernah ada cinta antara mereka dan semua dijalankan sesuai dengan kontrak serta kesepakatan bersama. Tidak ada ikut campur dan tidak ada cinta dalam hubungan mereka. Hal itu yang selama ini mereka pegang teguh hingga hari ini.Siapa yang bisa menduga dan berpikir jika

  • Skandal Panas Sang CEO   Ramon!

    Vero tidak bergeming dan membiarkan dirinya dibawa entah ke mana. Sementara saat ini dirinya duduk di kursi belakang bersama dua orang yang menjaganya kiri dan kanan. Di bagian kemudi ada seorang sopir yang fokus mengendarai kendaraan roda empat itu. Di sebelahnya, ada seorang pria berjas rapi dan aromanya sangat dikenali oleh Vero.“Sudah sampai, Tuan!” Sopir itu berkata dengan tegas kepada pria yang duduk di sampingnya.Vero tidak bisa melihat dengan jelas wajah pria itu karena posisi duduknya yang tidak pas. Pria itu mengenakan kacamata hitam dan juga duduk dengan menyilangkan kaki. Wajahnya tidak fokus ke depan dan justru memandang keluar jendela kaca mobil.“Di mana ini? Apa yang ingin kau lakukan padaku, Ramon?” tanya Vero sesaat sebelum mereka turun dari dalam mobil van itu.“Kau mengenaliku cukup baik, Sayang. Ternyata, setelah tahun-tahun yang berlalu, kau tidak pernah benar-benar melupakanku,” ucap seorang pria yang duduk di kursi depan.Dia adalah Ramon, sesuai dengan predi

  • Skandal Panas Sang CEO   Rayuan Ramon

    “Aku tidak mengerti dengan yang kau maksud!”“Jangan berpura-pura tidak mengerti, Vero. Kau tahu dan mengerti dengan sangat jelas yang aku maksud saat ini. Kau hanya menolak untuk mengakui semua kebenarannya.”“Tidak. Kau salah besar, Ramon. Jangan bersikap seolah kau paling mengerti dan memahami aku,” ucap Vero dengan suara tegas dan juga menatap nyalang ke depan tempat duduknya.Ramon memang tidak sepenuhnya mengerti dan memahami Vero yang selama ini tidak pernah terlalu diperhatikannya. Namun, bukan berarti dia juga tidak tahu apa-apa tentang wanita itu. Ramon pernah dekat dan menjalani hubungan yang lebih dari sekedar rekan kerja dengannya. Jadi, walaupun tidak sepenuhnya, jelas dia memahami Vero dan juga mengerti hati wanita itu.Dadanya bergemuruh menahan emosi dan juga rasa marah yang saat ini rasanya ingin sekali diledakkan. Akan tetapi, Vero sadar bahwa tidak baik baginya jika saat ini meledakkan emosinya pada Ramon. Hal yang pasti akan memicu keributan besar antara mereka be

Latest chapter

  • Skandal Panas Sang CEO   Kembali untuk Cinta (END)

    Mereka sudah sampai di rumah sakit dan langsung mencari keberadaan Petrus dan juga Rayhan. Vero adalah yang paling panik karena Rayhan ternyata tidak ada di sana. Lelaki itu sudah langsung dipindahkan dan diberangkatkan menggunakan jet pribadi ke Amerika.Sementara Petrus sudah melewati masa-masa kritisnya dan hal itu membuat Alesha merasa tenang. Tidak ada yang bisa dia lakukan untuk Vero saat ini selain memberikan penghiburan saja. Petrus juga tidak berani mengatakan di mana alamat Rayhan dirawat di Amerika kepada Vero.“Sayang ... tenang dan sabarlah menunggu. Semoga ada kabar baik tentang Rayhan sebentar lagia dari dokternya,” ucap Alesha yang ingin menghibur Vero dalam hal ini.Sudah tiga hari sejak Petrus sadarkan diri dan masih dirawat dengan intensif di rumah sakit itu. Alesha selalu menemani suaminya itu tanpa henti dan begitu pula Vero yang setiap hari datang ke sana untuk mencari tahu kabar tentang Rayhan.“Aku akan sabar menunggu dan tidak akan bosan datang ke sini untuk b

  • Skandal Panas Sang CEO   Kekuatan Cinta

    Tubuh Vero merosot ke lantai aspal saat mendengar yang baru saja dikatakan dan dijelaskan oleh Alesha. Dia sudah keluar dari dalam mobil dan mencoba menenangkan Alesha yang tampak sangat cemas dan juga takut. Akan tetapi, saat ini justru dia lah yang tampak paling terguncang.“Vero, ayo bangun! Ayo kita periksa mereka ke rumah sakit. Aku tidak bisa tenang sampai kau datang. Tadinya, aku ingin pergi terlebih dahulu karena tidak sabar menunggumu. Tapi, aku rasa kita memang harus pergi bersama,” ungkap Alesha pada Vero dengan banjir air mata saat ini.“Katakan padaku bahwa semua ini tidak benar, Al. Katakan sekali lagi bahwa kabar ini semuanya bohong. Dia hanya ingin membuatku merasa bersalah dan kembali padanya. Bukan kah begitu?” tanya Vero pula dengan deraian air mata tak berhenti sejak tadi.Alesha masih berusaha membujuknya untuk berdiri, karena saat ini Vero masih duduk di lantai aspal yang keras. Panasnya aspal itu tidak lagi dirasakan oleh Vero karena pikirannya entah sudah ke ma

  • Skandal Panas Sang CEO   Akan Tinggal Bersama Daddy

    Sebenarnya Vero mengetahui semua itu dari mulut Rayhan langsung ketika pria itu mabuk dan pertama kalinya mereka bertemu lagi setelah lima tahun berpisah. Vero tidak punya alasan untuk tidak percaya pada semua yang diucapkan Rayhan pada saat itu.Jadi, dia mengatakan yang sebenarnya kepada William saat ini karena merasa putranya berhak tahu yang sesungguhnya. Tidak ada lagi dusta yang ingin Vero rajut dalam hidupnya saat ini. Terlalu banyak kebohongan dan juga kepalsuan sehingga membuatnya menjadi tidak berdaya.“Sekarang, apa yang terjadi pada ayahku itu?” tanya William setelah beberapa saat mereka saling berdiam diri di dalam kendaraan roda empat itu.“Dia pingsan dan tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Tapi, dia memang sedang dalam keadaan yang tidak baik sejak kemarin.” Vero menjawab dengan tegas dan juga keyakinan penuh.“Dari mana Mami tahu kalau dia dalam keadaan yang tidak sehat?” tanya William mulai menginterogasi ibunya itu.“Aku merawatnya semalaman, Willy! Aku ada di

  • Skandal Panas Sang CEO   Bayar dengan Tubuhmu!

    “Kau mau ke mana?” tanya Marco dan menghalangi langkah Vero.“Aku ada urusan penting. Untuk sekali ini, aku meminta tolong padamu untuk menjaga William,” jawab Vero yang hatinya sudah semakin hambar kepada lelaki di hadapannya itu.“Aku melarangmu pergi!” seru Marco dengan nada tegas.“Kau tidak berhak melarangku!” balas Vero pula tak kalah tegas.“Tentu saja aku berhak. Itu ada di dalam surat perjanjian kita di nomor delapan. Pihak pertama berhak meminta atau melarang pihak kedua dalam satu hal yang terjadi di kemudian hari,” jelas Marco membacakan lagi isi perjanjian pernikahan yang sudah mereka tanda tangani bersama.Vero terdiam dan tidak bergeming sedikit pun setelah mendengar penjelasan dari Marco itu. Memang benar seperti yang Marco katakan itu dan tidak bisa dipungkirinya lagi. Namun, tetap saja Vero tidak bisa untuk tidak pergi kali ini karena Rayhan dalam bahaya.Dia tidak tahu apa dan bagaimana keadaan pria itu sekarang dan dari nada bicaranya Alesha tadi, jelas Vero menget

  • Skandal Panas Sang CEO   Tidak Ada Kabar

    Sebuah tamparan mendarat di pipi Marco untuk pertama kalinya, dan tangan Vero lah yang sudah memberikan tanda kemerahan berbentuk jari di sana. Semua itu reflek dilakukan oleh Vero karena merasa tidak terima dengan ucapan yang dilontarkan Marco.“Kau menamparku, Vero?” tanya Marco tak percaya.Sebelah tangannya menahan rasa perih di pipi yang masih berbekas kemarahan itu. Sedikit meringis menahan rasa sakit yang tidak bisa dipungkirinya, Marco masih menatap nyalang pada Vero.“Itu pantas untuk kau dapatkan, Marc! Ucapanmu itu sudah sangat keterlaluan dan tidak bisa aku terima!”“Bukan kah semua itu benar? Kau sudah bermalam dengannya dan menghabiskan malam penuh gairah bukan? Siapa dia? Dia hanya mantan suamimu dan kau rela memberikan tubuhmu padanya. Lalu, siapa aku? Aku adalah suamimu dan seharusnya aku yang lebih berhak atas dirimu,” ungkap Marco dengan sangat berang menatap Vero.Sekali lagi hati Vero terasa dicabik-cabik saat mendengar ucapan Marco yang tak beralasan itu. Dia mem

  • Skandal Panas Sang CEO   Layani Aku!

    “Apa yang terjadi di sana semalaman?”“Tidak terjadi apa-apa. Tolong jangan membahas hal itu lagi, Marc! Aku tidak ingin membahasnya.”“Tapi, aku dan William mencemaskanmu semalaman. Tidak adakah hal yang ingin kau jelaskan pada kami?”“Tidak ada yang perlu dijelaskan dan tidak ada yang perlu kau tahu. Bukan kah sejak awal sudah kita sepakati bahwa tidak akan mencampuri urusan pribadi masing-masing? Aku tidak pernah bertanya hal pribadimu dan tidak pernah ikut campur, Marc. Jadi, tolong jangan melewati batasanmu!” ungkap Vero dengan nada tegas dan baru kali ini dia berbicara seperti itu kepada Marco.Cukup terkejut Marco mendengar ocehan yang dilontarkan oleh Vero beberapa detik lalu itu. Namun, saat ini dia jelas tidak bisa mendebat wanita yang kini duduk di sisi ranjangnya. Marco memang sengaja meminta izin untuk masuk ke dalam kamar Vero untuk berbicara empat mata.Mereka sudah sampai di rumah setengah jam yang lalu dan nyaris tidak ada percakapan selama dalam perjalanan pulang. Ha

  • Skandal Panas Sang CEO   Berat Melepasmu

    “Bagaimana sekarang, Sayang? Aku tidak mau Vero terluka dengan niat Rayhan itu. Aku juga tidak ingin membuat Rayhan tersisksa dengan hubungan mereka yang justru memburuk setelah bertemu dari perpisahan yang sangat lama ini,” ungkap Alesha yang menahan langkahnya di pertengahan anak tangga.“Tenanglah, Sayang. Jangan memikirkan hal yang terlalu jauh untuk saat ini. Mungkin tuan muda hanya merasa emosi saat ini.” Petrus mencoba menenangkan Alesha dari dugaannya itu.“Apa kau pikir dia tidak akan benar-benar merebut Richard dari Vero?” tanya Alesha sedikit ragu.“Aku berharap itu tidak akan terjadi. Tuan muda bahkan tidak melirik putranya sama sekali tadi,” jawab Petrus pula dan mengingat sikap dingin Rayhan pada William tadi.“Itu tidak bisa menjadi acuan bahwa dia tidak peduli dan tidak menginginkan putranya, Sayang.”“Aku akan mencoba untuk membujuknya dan memberikan saran yang lain.”“Saran apa? Aku tahu bahwa Vero adalah wanita yang keras kepala dan dia tidak akan mengubah keputusa

  • Skandal Panas Sang CEO   Merebut Putraku Kembali

    Rayhan menghentikan tangannya yang hendak menuangkan air hangat ke dalam gelas. Sorot matanya tajam menatap ke arah Vero. Wanita itu terlihat begitu terkejut mendapatkan tatapan seperti itu dari Rayhan. Tatapan yang tajam dan seakan ingin mengoyak jantung Vero saat ini juga.“Kau siapa? Beraninya kau memerintahku di rumahku sendiri!” seru Rayhan dengan sinis.Tidak pernah sebelumnya Vero berpikir jika pria itu akan mengatakan hal sekasar itu padanya. Namun, tetap saja Vero tidak boleh gentar dan terlihat begitu lemah. Dia tersenyum tipis pada lelaki yang baru saja ingin dirawatnya sepenuh hati. “Aku memang bukan siapa-siapa di sini. Baiklah, kalau begitu aku akan segera pamit. Aku tidak ingin terlalu lama di sini dan membuat suamiku menunggu!”“Suami yang bahkan tidak pernah menyentuhmu?” tanya Rayhan dengan nada mengejek.“Kau tahu apa tentang rumah tanggaku dengan istriku?” tanya sebuah suara yang entah sejak kapan berada di dalam ruangan itu bersama mereka.Vero mengalihkan pandang

  • Skandal Panas Sang CEO   Tidak Mengizinkanmu!

    Mata Alesha bergerak ke arah anak tangga dan melihat jika di sana Rayhan sudah berhenti mengayunkan langkah kakinya saat mendengar ucapan Vero tadi. Wajah Rayhan tampak merah padam yang mungkin saja kini sedang merasa marah atau kecewa tingkat tinggi pada Vero.“Jangan katakan itu, Vero sayang. Kau tidak bisa mengeluarkan kata-kata palsu seperti itu, dan aku tahu apa yang sebenarnya kau rasakan!” ucap Alesha berusaha membuat Vero mengubah pengakuannya. Dia ingin Vero akhirnya jujur pada perasaannya sendiri tanpa disadarinya.“Tidak, Alesha. Aku tidak lagi mencintainya dan aku tidak ingin lagi kembali bersamanya. Aku sudah bahagia dengan suami dan putraku saat ini. Aku ingin menjalani hidup yang normal seperti yang selalu aku inginkan sejak dulu. Aku mendapatkan semuanya saat aku bersama Marco,” ungkap Vero pula dan dengan helaan napas yang terasa berat dia memaksakan tersenyum.“Kau hanya merasa nyaman dan tenang karena tidak ada yang menghantuimu dengan status. Tapi, kau tidak pernah

DMCA.com Protection Status