“Astaga, bagaimana bisa aku menjadi panas dingin begini?” Ama mengutuk diri sendiri lantaran pikirannya yang tiba-tiba berubah menjadi kotor. “Ini semua gara-gara Rion!” dumelnya sambil melihat ke arah pintu kamar mandi.Usut punya usut, ternyata penyebab Ama ngumpet di kamar mandi berawal dari sang suami. Setelah kepulangan mereka dari cafe, Ama dan Rion langsung menuju ke kamar. Niat hati dirinya ingin langsung ganti baju, lanjut rebahan. Namun, siapa sangka ketika kakinya sampai di depan pintu kamar, sebuah pertunjukan terjadi.Sontak, ia pun berteriak, “Yakh! Apa yang kamu lakukan, Bodoh?!” “Aish, ngagetin aja sih kamu, Mal!” balas Orion berteriak. “Kenapa itu ngapain, sih?” Lelaki itu menatapnya dengan mata menyorot kesal.Ama sudah memalingkan wajah ke arah lain dengan wajah merona. “A-apa kamu gak bisa ganti baju di dalam kamar mandi?” tanyanya terbata.Dengkusan terdengar jelas di belakang bahunya. “Kau berteriak hanya karena melihatku melepas celana?” Suaranya terdengar tak
Bangun tidur melihat wajah pujaan hati yang selama ini disukai adalah sebuah kebahagiaan yang nyata. Walaupun mereka sempat terlibat salah paham, tapi jika diakhiri dengan pertarungan di atas ranjang, siapa yang tak akan luluh, sih?Eits, ini buat yang udah berumah tangga, yah!Sebenarnya, Orion sempat ketar-ketir ketika bertemu Ama di cafe kemarin sore. Padahal, ia sudah berniat memberikan kejutan pada sang istri setelah pulang meeting. Namun, nasi sudah menjadi bubur.Sebelum lanjut bercerita, ia akan menceritakan sedikit tentang masa lalunya dengan Diana. Diana adalah sosok yang pernah mengisi hatinya beberapa tahun lalu, tepatnya ketika ia masih SMA. Orion memutuskan menerima pengakuan cinta Diana karena ia pikir gadis itu mempunyai visi dan misi yang sama dengannya. Ternyata, Orion salah.Ketika sore itu, tepat hubungan mereka yang ke 6 bulan, Diana datang ke perpustakaan karena dirinya memang sedang belajar buat masuk ke perguruan tinggi. Gadis itu datang dengan wajah sedih be
“Ded, usir wanita ini sekarang juga!” Tanpa menunggu lebih lama lagi, Orion segera meminta sang asisten untuk menyeret Karina keluar dari ruangannya.“Baik, Tuan.”“Bawa dia pergi! Dan, jika sampai aku melihatnya datang ke sini lagi, aku akan memecatmu!” tegas Orion pada sang asisten.“Baik, Tuan. Saya janji tidak akan melakukan hal ini lagi!” “Gak!” Karina langsung berlari, bersimpuh di kaki Orion. Dia meraung bahkan memeluk kaki lelaki itu dengan begitu erat. “Aku dan Edrick tidak ada hubungan apapun, Rion. Aku berani bersumpah jika kamulah yang aku cinta!”Orion menggertakkan giginya dan menatap asistennya. “Bawa dia!”Akan tetapi, Karina begitu erat memeluk kakinya hingga Orion kesulitan menyingkirkan kakak iparnya. “Tolong pergi dari sini sebelum aku menendangmu, Rin!” “Gak, Rion. Kamu harus dengerin dulu penjelasanku!” Karina menggeleng, menolak tangan asistennya yang berniat menyeret wanita itu pergi. “Aku melakukan ini agar Ama menderita, Rion. Kamu harus percaya padaku!”“A
Ama berlarian di lorong rumah sakit setelah mendapatkan kabar dari orang kepercayaan ayahnya jika Akbar masuk rumah sakit lagi. Raut wajahnya begitu panik hingga ia beberapa kali menabrak pengunjung lain.“Yakh! Kamu pikir ini lapangan berlarian seperti ini? Huh!” Seorang pria berperawakan besar yang dapat bertabrakan dengan Ama tampak begitu marah. Padahal, pria itu sendiri tidak jatuh.Sementara tubuhnya yang kecil itu harus rela terjatuh hingga sikunya terasa perih. Namun, ia tak memedulikannya. Ama segera berdiri dan membungkuk minta maaf. “Dasar bodoh!” umpat pria itu sebelum pergi meninggalkannya.Ama tidak ambil hati. Ia kembali berlari menuju ruang rawat ayahnya. “Ayah, tolong tunggu Ama,” gumam pedih.Sesampainya di ruang rawat sang ayah, Ama mencoba menarik napas. Entah ia yang bodoh atau bagaimana, Ama justru memilih menaiki anak tangga dibandingkan naik lift. Kini, ia terlihat begitu berkeringat, bahkan ada noda merah di
“Tolong jaga sikap Anda, Nyonya!” Orion segera menangkis tangan Ameera yang hendak menampar Ama. Ia lalu melirik ke arah sang istri, wanita itu hanya diam saja seolah tak terganggu dengan tingkah si ibu tiri yang sedikit anarkis.Orion tahu jika Ama pasti belum bisa menerima kepergian Akbar. Dan, inilah waktunya ia sebagai seorang suami selalu berada di sisi sang istri. Karena bagaimanapun juga, Ama sekarang menjadi tanggung jawabnya.“Kamu!” Suara Ameera terdengar penuh benci padanya. “Kamu pasti sudah berkomplot dengan wanita sialan itu, kan, buat mengambil alih semua harta suamiku?” Wanita tua berteriak keras sambil menunjuk-nunjuk ke arahnya. Orion menyeringai lebar. Ia tidak tahu jika akan ada masa di mana ia berurusan dengan seorang serakah seperti Ameera. Lelaki itu sama sekali tak gentar dipelototi oleh wanita tersebut. Baginya, melindungi Ama sekarang jauh lebih penting dari segalanya.“Mau berkomplot atau tidak, itu bukan urusan Anda. Yang terpenting sekarang Anda harus me
Desas-desus di perusahaan itu pun langsung berembus kencang setelah kedatangan Karina dan Ameera dalam rapat pemegang saham. Siapa sangka jika selama ini, Ameera diam-diam mengambil beberapa persen saham milik Akbar tanpa sepengetahuan pemiliknya.Bukankah Ameera sangat licik?Wanita itu begitu pandai dalam mengatur siasat hingga selama hidup dengan Akbar, pria tua itu tak pernah memergokinya. Ameera begitu leluasa menggerogoti sedikit demi sedikit harta milik ayah Amalthea, apalagi pada saat sang suami sakit.Jadi, tidak heran jika Ameera kini bisa duduk bersama dengan para pemegang saham di ruangan rapat tersebut. Baginya, 5% yang diberikan oleh mantan suaminya itu adalah sebuah penghinaan. “Jadi, apa kita bisa mulai sekarang rapatnya?” Ameera menyeringai penuh kemenangan di hadapan Ama, atau mantan anak tirinya.***Hal ini sempat membuat Ama terkejut ketika mengetahui nama mantan ibu tirinya itu berada dalam daftar. Namun, wanita muda itu selalu pandai dalam mengatur ekspresi waj
Rapat hari itu pun diakhiri dengan kemenangan Ameera. Ama kembali ke ruangannya dalam keadaan shock. Ia yang dibantu jalan oleh Orion sampai tak habis pikir. “Bagaiman bisa nenek lampir itu memiliki saham sebanyak itu? Padahal, aku yakin ayah tak mungkin memberikan semua itu secara sukarela.” Ama bergumam dengan tatapan kosong.Kini, ia berada di ruangannya bersama sang suami. Setelah rapat, ia langsung menyuruh Toro yang dibantu Farah untuk menyelidiki Ameera lebih dalam lagi.Selama ini, Ama tidak pernah tahu jika ibu tirinya akan menggerogoti harta mereka sampai sebanyak itu. Untung ketahuan sekarang, kalau besok-besok? Bisa habis semua saham miliknya. “Apa yang sedang kamu pikirkan, Sayang?” Orion memeluknya dari belakang.Ama menghela napas dan membiarkan tubuhnya bersandar di dada bidang sang suami. Tatapannya lurus ke balik jendela besar di mana pemandangan kota tersaji dari gedung pencakar langit miliknya. “Aku gak nyangka jika wanita itu bisa memiliki saham di perusahaan b
Orion masih berdiri diam di depan sebuah cafe. Ia terlihat ragu antara masuk, atau kembali ke mobilnya. Akan tetapi, janjinya kepada sang istri untuk membantu membuat ia harus berada di tempat tersebut.“Kenapa harus menggunakan cara seperti ini, sih?”Ketika ia masih dalam kebimbangan, sebuah panggilan masuk ke ponselnya. Nama Karina langsung menyapa penglihatan Orion. Lelaki itu mendecih sebelum menarik napas, dan membuangnya.Orion lantas menempelkan ponsel pintar itu ke samping telinga. “Hm….”“Apa yang kamu lakukan di pintu, Rion?” Suara Karina terdengar menyapa gendang telinganya. Orion lalu mendongak, melemparkan pandangan ke sekitar. Di sana, tepatnya di dekat jendela wanita itu duduk. Karina bahkan melambaikan tangan riang ke arahnya. Ia pun segera mematikan panggilan itu dan masuk ke dalam cafe.“Hai!” sapa Karina ramah. Wanita itu bahkan menyambutnya dengan berdiri dari kursi ketika ia datang.Orion hanya menunduk, kemudian menarik kursi tepat di depan kakak tiri sang istr