Matahari telah meninggalkan tempatnya cukup lama, tapi Starlee masih berada di bawah selimut. Tidur dengan mulut menganga serta mata sedikit terbuka, ini adalah kebiasaan yang Starlee bawa hingga ke tubuh barunya. Jika ia merasa lelah maka ia akan tidur dengan gaya yang tidak elegan sama sekali untuk dirinya yang sekarang.
Jika gaya tidur itu dipakai saat ia masih di tubuh lamanya maka itu akan menjadi hal yang biasa saja. Wanita cantik bebas melakukan apapun. Lagipula bagi Starlee tidur seperti itu sangat manusiawi. Ia hanya manusia biasa, bukan dewi yang akan cantik tiap detiknya.
Di atas ranjang itu, Starlee memakan lebih dari setengahnya. Ia seperti tidak ingin mengajak orang lain tidur dengannya.
"Aku lapar." Starlee memiringkan tubuhnya, meringkuk sembari memegang perutnya yang mulai minta diisi lagi. Matanya masih terpejam seperti tadi. Ia lapar tapi terlalu malas untuk bangun.
Namun, detik selanjutnya ia terpaksa harus bangun karena seember air disiramkan ke kepalanya. Starlee langsung duduk. Ia mengelap wajahnya yang basah. "Sialan! Siapa yang berani menyiramku!" raungnya geram.
"Dasar pemalas! Orang lain di rumah ini sudah terjaga, dan kau masih tidur. Bangun dan cepat bereskan semua pekerjaan di rumah ini." Stancy memberikan Starlee sapaan dengan baik.
Starlee tidak bisa mentolerir perlakukan Stancy lagi. Wanita tua yang tidak sadar akan usia ini harus segera disadarkan bahwa bukan dirinya lah pemilik rumah ini, bukan Stancy atau yang lainnya.
Tubuh gemuk Starlee turun dari ranjang. Stancy merasa menang kali ini, sepertinya menantunya yang tidak berguna sudah kembali penakut seperti semula.
Akan tetapi, perasaan senang itu hanya berlangsung sejenak. Starlee menggenggam tangan Stancy dan menyeret wanita itu keluar dari kamarnya.
"Apa yang kau lakukan, Sampah! Lepaskan tanganku!" desis Stancy yang merasa lengannya akan remuk jika Starlee menggenggamnya lebih lama lagi.
Starlee tidak mengindahkan ucapan Stancy. Ia terus menyeret wanita itu menuju ke ruang tamu dengan Stancy yang terus menjerit minta dilepaskan. Dua anak perempuan Stancy yang sedang bersiap di kamarnya keluar karena suara berisik yang terjadi.
Tangan Starlee menghempaskan tubuh Stancy hingga terduduk di lantai.
"Apa yang kau lakukan pada Ibu, Jalang!" Angelica murka.
Starlee menatap Angelica dan Valencia dingin. Mengirimkan aura mengerikan yang ia miliki dari tubuh sebelumnya. Kedua adik iparnya menggigil pelan, bagaimana bisa hanya dengan sebuah tatapan dari seorang sampah mereka jadi merinding takut.
"Sangat bagus kalian ada di sini." Starlee duduk di sofa, bersikap bak nyonya besar. "Aku memiliki sebuah pengumuman yang harus kalian taati jika ingin tinggal di kediaman ini."
Stancy, Angelica dan Valencia menatap Starlee tidak percaya. Wanita yang mereka sebut sebagai sampai itu semakin menjadi saja.
"Pertama, jangan terlalu sering muncul di depan wajahku karena kalian sangat menggangguku. Aku merasa mual jika melihat kalian terlalu sering." Starlee bicara dengan nada merendahkan, begitu juga dengan tatapannya.
"Kau!" Valencia menggeram. Stancy tidak bisa berkata-kata lagi karena terlalu marah. Ia hanya ingin memukul kepala Starlee agar sampah itu kembali ke semula. Sedang Angelica, wanita itu sangat ingin menyumpah serapah Starlee.
"Jangan menyelaku, Jalang!" Starlee memaki Valencia, sesuatu yang tidak pernah pemilik tubuh sebelumnya lakukan pada adik iparnya itu.
"Yang kedua, mulai detik ini kalian harus membereskan rumah ini. Melakukan setiap pekerjaan yang ada. Dan jika kalian tidak ingin melakukannya maka kalian bisa keluar dari rumah ini tanpa membawa apapun!"
Ketiga wanita yang ada di depan Starlee merasa mereka akan mati lemas karena ucapan Starlee.
"Kami tidak akan melakukan apapun yang kau katakan!" desis Stancy.
"Itu lebih baik. Kalian bisa membereskan pakaian kalian dan keluar dari kediaman ini. Dan ya, jangan pernah berharap untuk kembali ke kediaman ini lagi karena aku tidak sudi menerima kalian lagi."
"Kau! Kau menunjukan sifat aslimu sekarang, hah!" Angelica menatap tajam Starlee.
Starlee mendengus perlahan. "Aku hanya belajar dari orang-orang tidak tahu diri seperti kalian. Tunggu apa lagi? Cepat bereskan pakaian kalian dan pergi dari sini!"
Stancy tidak akan pernah keluar dari kediaman ini, satu-satunya yang harus keluar adalah Starlee, bukan dirinya dan anak-anaknya.
"Starlee, kenapa kau memperlakukan mertua dan adik iparmu dengan buruk. Apa kau tidak takut orang-orang akan menilaimu buruk." Stancy mencoba melembut.
Starlee terkekeh geli. "Bukankah itu yang kau lakukan di depan dan di belakangku. Kau menjelekanku ke setiap orang yang kau temui. Menantu tidak berguna, sampah tidak bisa didaur ulang. Babi yang hanya tahu makan saja. Apa kau kehilangan ingatanmu? Atau aku harus mengingatkanmu segalanya?"
Stancy menjadi pucat. Benar, selama ini ia melakukan semua itu, tapi ia tidak pernah berpikir bahwa suatu hari Starlee akan mengungkitnya. Ia tidak menyangka hari itu akan tiba.
"Aku tidak peduli apa yang orang lain pikirkan tentangku, jadi enyah dari hadapanku saat ini juga!" geram Starlee.
"Apa yang terjadi di sini?" Asher datang.
Starlee tidak mengubah raut wajah dinginnya. Ia hanya duduk tenang sembari melihat drama yang dilakukan oleh mertua dan dua adik iparnya.
"Asher, Starlee mengusir ibu dan adik-adikmu dari sini."
Asher menatap Starlee marah. "Apa itu benar?"
"Benar." Starlee menjawab tanpa ragu.
Stancy, Valencia dan Angelica lagi-lagi dibuat tidak percaya. Ke mana hilangnya sampah yang mereka kenal. Kenapa wanita di depan mereka ini menjadi sangat berani.
"Kau tidak bisa mengusir mereka tanpa izin dariku, Starlee."
Starlee terkekeh geli. "Aku tidak membutuhkan izin dari siapapun untuk mengusir orang dari rumahku sendiri, Suamiku. Dan jika kau keberatan, kau juga bisa pergi dari sini."
Kini tidak hanya tiga wanita di dekat Asher yang membeku, tapi juga Asher. Ia diusir oleh seorang Starlee yang tidak berguna sama sekali. Apakah wanita itu sudah kehilangan akal sehatnya, jika ia keluar dari kediaman ini maka tidak akan ada lagi pria yang mau bersama dengannya.
"Apa yang kau katakan, Starlee? Dia suamimu, kenapa kau mengusirnya dari rumah ini?" Stancy bersikap seolah menjadi mertua yang baik.
"Bukankah selama ini kau sudah muak memiliki menantu sepertiku? Kau bisa meminta anakmu menceraikanku. Dia ada di depanmu sekarang? Lakukan saja."
Stancy menelan ludahnya susah payah. Ia dihina oleh menantunya, begitu juga dengan anaknya.
"Kenapa kau bersikap seperti ini, Starlee? Kau bisa membicarakannya baik-baik jika ada masalah." Asher tidak mungkin berpisah dari Starlee saat ini. Jika itu terjadi maka karirnya akan hancur. Ia akan kehilangan segala yang sudah ia upayakan.
Lagi-lagi Starlee tertawa, ia mencemooh Asher. "Ke mana saja kau selama ini, Suamiku? Tidakkah kau sadar bahwa ibu dan adik-adikmu memperlakukanku seperti pelayan di rumahku sendiri. Ah, kau tahu semua itu, tapi menutup mata. Jadi, untuk apa aku bicarakan baik-baik lagi."
Hari ini Starlee benar-benar membuat semua orang yang ada di sana tak berkutik. Starlee berdiri dari tempat duduknya, ia mendekati Asher. Matanya kini bertemu dengan iris biru Asher. Manik mata terindah yang pernah pemilik tubuh sebelumnya. Starlee tidak menyetujui hal itu, karena yang ia tahu pemilik mata terindah sejauh ini adalah Arshaka, si pemilik manik berwarna abu-abu. Perpaduan antara keindahan dan kebekuan bukit es.
"Jika kalian semua masih ingin tinggal di kediaman ini maka kalian harus mengikuti aturanku. Aku tidak sudi tinggal bersama orang yang hanya ingin hidup enak tanpa melakukan apapun. Sudah cukup aku diperbudak di kediamanku sendiri. Selama ini aku melakukannya agar kalian bisa melihatku sedikit saja, tapi kalian tidak pernah menganggapku sebagai manusia." Starlee menatap mertua, dua adik iparnya bergantian.
"Itu tidak masalah, Starlee. Kita bisa menyewa pelayan untuk merapikan rumah ini. Kau tidak perlu bekerja lagi." Stancy tak bisa berkeras lagi. Ia tidak ingin hidup susah.
Starlee tersenyum sinis. "Tak ada pelayan. Aku tidak mengizinkan orang asing masuk ke dalam rumah ini dan menyentuh barang-barangku sesuka hati mereka. Gunakan tangan kalian untuk merapikan rumah ini!"
"Kau sangat keterlaluan, Starlee! Aku sudah mulai bekerja, Valencia masih kuliah, dan Ibu sudah tua. Kami tidak bisa melakukan pekerjaan rumah karena kami memiliki pekerjaan. Sedang kau, kau tidak melakukan apapun. Kau yang lebih pantas merapikan rumah ini," sela Angelica tak terima.
Starlee mengangkat bahunya cuek. "Itu peraturan dariku. Lakukan atau angkat kaki dari sini. Ah, lagipula kau sudah bekerja, kau bisa membiayai hidup adik dan ibumu."
"Kau!" geram Angelica.
"Sudah cukup!" Asher jengah. "Lakukan apa yang Starlee katakan."
"Kakak!" Valencia dan Angelica bersuara bersamaan.
"Jangan membantah. Aku tidak memiliki waktu untuk mengurusi hal seperti ini." Asher meninggalkan empat wanita di sana.
Senyum terlihat di wajah Starlee. "Kalian bisa memulai dengan menyapu dan mengepel."
Valencia dan Angelica ingin memaki Starlee, tapi Stancy menahan dua anak perempuannya. Saat ini Starlee sedang tidak bisa dikendalikan, mereka harus mengalah sejenak untuk menang.
TBC
"Apa lagi yang kau mau darimu, Anton!" Amber bersuara jengah. Ia sangat tidak menyukai lintah yang ada di depannya saat ini.Anton menyeringai. Pria penggila judi dan alkohol itu datang dengan maksud yang harusnya sudah Amber tahu. "Aku butuh 1 juta dollar.""Kau gila!" bentak Amber. "1 juta dollar bukan uang yang sedikit. Dan beberapa hari lalu aku sudah memberikanmu 500.000 dollar. Aku bukan bank, Anton!""Ayolah, Amber. Jumlah itu tidak banyak untuk supermodel sepertimu.""Aku tidak akan memberikan kau uang sepeserpun!"Wajah Anton berubah dingin. "Kalau begitu aku akan memberitahu semua orang bahwa kau yang sudah membunuh Starlee. Kau memasukan obat ke dalam minuman Starlee, kemudian membayarku untuk mencari orang untuk menabraknya."Amber mengepalkan tangannya kuat. Ia harus melenyapkan Anton secepatnya. Pria sialan ini akan selalu datang padanya untuk memerasnya. Ini adalah kebodohannya karena menggunakan jasa Anton. Harusnya ia sadar, pria pecandu alkohol itu akan jadi lintah
Berat badan Starlee semakin menyusut. Wanita itu kini tengah memandangi pantulan dirinya di cermin, kini ia sudah menghilangkan berat badannya sebanyak 20 kg. Dan hanya tinggal beberapa minggu lagi ia bisa mencapai berat badan yang ia inginkan. Keinginan Starlee semakin lama semakin meningkat ketika ia melihat internet ada kabar tentang Amber yang menjadi supermodel dengan bayaran termahal. Starlee kini mengerti. Amber menyingkirkannya karena ingin menjadi yang nomor satu di dunia modeling. Amber menginginkan posisinya. Kala memikirkan itu darah Starlee mendidih, hanya demi popularitas Amber tega membunuhnya. Amber bahkan lebih buruk dari mereka yang mencapai popularitas dari melayani beberapa petinggi agensi. Wajah Starlee yang dulunya bulat kini menirus. Ia menggunakan beberapa produk kecantikan yang membuat kulitnya menjadi lebih halus dan kencang. Mungkin, jika Starlee keluar saat ini, mertua dan dua adik iparnya tak akan mengenali dirinya lagi. Namun, ini bukan saat yang tepat
Waktu yang Starlee tunggu sudah tiba. Ia telah melacak keberadaan Asher melalui gps ponsel Asher. Pemilik tubuh sebelumnya diam-diam memasang aplikasi tersembunyi di ponsel Asher. Entah untuk apa wanita itu melakukannya, mungkin ia ingin melihat ke mana saja Asher pergi. Starlee merasa itu semua percuma saja, toh pada akhirnya pemilik tubuh sebelumnya tidak melakukan apa-apa. Wanita itu hanya menyakiti dirinya sendiri dengan memperhatikan ke mana saja Asher pegi.Saat ini Starlee berada di sebuah hotel mewah berbintang 5, yang pasti ini bukan salah satu hotel Asher karena hotel pria itu masih belum mencapai bintang 5. Dengan menggunakan kacamata hitam, Starlee mengikuti Asher dan Olivia yang saat ini sedang menuju ke sebuah lift. Di pin yang ada di dress Starlee terdapat sebuah alat perekam. Starlee masuk ke dalam lift yang sama dengan Asher dan Olivia. Keduanya tampak seperti biasa saja, tak ada adegan yang bisa menjadi bukti perselingkuhan. Tentu saja mereka akan menjaga tingkah me
Apa yang Starlee katakan memang benar. Ia bisa memuaskan Arshaka sampai benar-benar puas. Selama ini Arshaka hanya melakukannya satu kali, tapi dengan Starlee ia ingin melakukannya lagi setelah tadi mencapai puncak. Akan tetapi, sebuah panggilan mengganggu kesenangan Arshaka."Ada apa?" tanya Arshaka tidak senang."Maafkan aku, Ars. Kupu-kupu yang harusnya datang padamu mengalami kecelakaan. Dia baru memberiku kabar."Tatapan Arshaka kini beralih pada Starlee yang terbaring di ranjang sembari memperhatikannya."Aku akan mengirimkan wanita lain padamu. Aku benar-benar minta maaf atas ketidaknyamanan ini."Arshaka menutup panggilan itu tanpa membalas. Ia meraih dagu Starlee dengan tangannya, mencengkramnya sedikit kuat. "Siapa kau?"Starlee tersenyum santai. "Hanya seorang wanita yang salah masuk kamar. Dan ya, aku bukan wanita bayaran."Tatapan Arshaka semakin dingin. Pria itu tampak seperti ingin menguliti Starlee hidup-hidup. "Kau bukan seorang perawan."Starlee menganggukan kepalany
Di sebuah ruangan yang diisi sedikit properti, Starlee tengah menjalani pelatihan bersama dengan beberapa model pendatang baru lainnya. Ruangan itu terletak di lantai 30 bersebelahan dengan sebuah studio pemotretan. Di lantai itu terdapat beberapa ruangan selain dari tempat latihan dan studio, ada juga ruangan penata rambut, ruangan make up dan ruang busana. Saat ini yang melatih Starlee adalah Maggie, seorang pria kemayu yang sangat handal dalam bidang ini selain Alex. Maggie bukan pribadi yang mudah didekati, pria ini terkesan menjaga jarak. Ia pelatih yang serius dan juga galak. Terkadang ada beberapa model yang menangis karena mulut pedas Maggie. Pria ini tidak memandang bulu, jika anak didiknya melakukan kesalahan maka ia akan mencecarnya tanpa ampun.Namun, Starlee tidak pernah merasakan ocehan Maggie. Meskipun pada awal pelatihan ia tidak mengetahui apapun tentang dunia model, ia bukan gadis yang lamban. Ia bisa mengikuti arahan Maggie hanya dengan satu kali pengulangan. Dan s
Asher kembali ke kediamannya setelah seharian sibuk bekerja, ditambah dengan 'pekerjaan lainnya' dengan Olivia. Ketika ia baru mencapai anak tangga pertama, ia menghentikan laju langkahnya dan membawa Asher menjauh dari sana. "Ada apa, Ibu?" tanya Asher. Stancy tidak tahu harus memulai dari mana, tapi kata yang keluar dari mulutnya adalalah, "Sampah itu berubah drastis." "Maksud Ibu?" Asher tidak mengerti. "Istrimu, entah apa yang ia lakukan pada tubuhnya selama beberapa bulan terakhir ini, tapi dia berubah menjadi sangat kurus dan cantik." "Jangan mengucapkan omong kosong, Bu." Asher tidak percaya. Bagaimana mungkin istrinya yang menjijikan bisa berubah seperti yang ibunya katakan. Mustahil. "Ibu serius, Asher. Awalnya Ibu juga tidak percaya, tapi dia memang benar istrimu." Asher mengerutkan keningnya. Tidak tampak raut bercanda di wajah sang ibu. Dan ya, lagipula ibunya tidak akan menjadikan Starlee bahan pembicaraan mereka jika itu bukan sesuatu yang penting. Namun, untuk m
Makan malam? Starlee memang tidak berniat makan malam. Ia harus menjaga berat badannya yang sudah ideal. Ia mengiyakan ajakan Asher tadi hanya karena ia ingin mencaci Stancy.Starlee naik ke atas ranjang. Ia harus istirahat sekarang karena besok ia akan menjalani rutinitas yang sama dengan hari ini. Starlee tidak ingin terjaga dengan wajah yang tidak segar.Ketika Starlee ingin menutup mata, pintu kamar terbuka. Ia mengabaikan orang yang masuk. Starlee tidak perlu melihat, orang itu pasti Asher."Starlee, kita perlu bicara." Asher berdiri di sebelah ranjang."Besok saja. Aku ingin istirahat." Starlee tak menuruti mau Asher. Ia sedang menunjukan bahwa tak ada yang bisa memaksakan kehendak terhadapnya.Asher ingin membuka mulutnya lagi, tapi ia urungkan karena melihat Starlee yang sudah menutup mata lagi. Ia harus menahan dirinya sampai besok.Pria itu naik ke atas ranjang. Awalnya ia berbaring terlentang menatap langit-langit kamar, tapi akhirnya ia memiringkan wajah menatap ke Starlee
Hari-hari berlalu begitu cepat. Starlee kini sudah mendapatkan pekerjaan pertamanya. Kini ia sedang bertemu dengan wakil editor sebuah majalah fashion kelas tiga bersama dengan managernya -Viviane. Mereka membicarakan tentang konsep dari pakaian yang akan Starlee kenakan.Starlee kembali ke titik awal lagi. Di mana ia hanya mendapatkan satu sesi pemotretan. Pakaian yang akan ia kenakan juga dibuat oleh designer yang baru mengembangkan namanya. Tidak masalah bagi Starlee, setiap sesuatu pasti ada permulaannya. Dan ini sudah cukup baginya. Setidaknya wajahnya akan segera dimuat pada bagian tengah majalah.Tema yang akan diambil kali ini adalah girl on fire. Tentang penemuan sebuah jati diri seorang perempuan. Starlee tidak bermasalah dengan tema apapun, pada akhirnya ia pasti akan menaklukan tema itu.Satu minggu setelah penandatanganan kontrak. Starlee kini kembali berada di bangunan majalah Style. Ia dan Viviane pergi ke sebuah ruangan di ujung lorong. Tempat itu adalah tempat make
Kaki Arshaka melangkah cepat memasuki kediamannya. Ia baru saja menerima kabar bahwa Starlee terjatuh dari tangga.Wajah Arshaka begitu cemas. Ia meninggalkan pertemuan penting bernilai jutaan dollar karena baginya Starlee jauh lebih penting."Sayang, apa yang terjadi padamu." Arshaka sudah berada di kamar mereka. Ia mendekati Starlee yang duduk di atas ranjang."Aku tidak hati-hati. Saat aku hendak menjemput Sha dan Shi, aku terjatuh dari tangga.""Di mana Kakek?" tanya Arshaka."Menjemput Sha dan Shi.""Ayo ke rumah sakit. Kau harus di periksa.""Tidak, Sayang. Aku baik-baik saja. Aku hanya butuh istirahat sebentar. Obat pereda nyeri sudah cukup membantuku.""Bagaimana jika ada tulangmu yang patah? Tidak, Starlee, kita harus ke rumah sakit." Arshaka bersiap untuk menggendong Starlee."Sebentar." Starlee menahan Arshaka. Ia mengeluarkan sesuatu dan menunjukannya pada Arshaka.Arshaka tidak bisa berkata-kata. Ia h
Hari ini adalah hari ulang tahun ke-2 pernikahan Arshaka dan Starlee. Mereka berdua merayakannya dengan makan malam berdua di kapal pesiar yang Arshaka hadiahkan untuk Starlee.Kapal itu Arshaka beri nama Starlee, nama sang istri. Tidak hanya mereka saja yang ada di sana, tapi juga keluarga besar Arshaka ditambah Barbara yang ikut ke manapun Starlee pergi.Hanya saja saat ini keluarga besar Arshaka berada di lantai 3 kapal itu, sedang ia dan Starlee berada di lantai 4.Sebelum makan malam dimulai, Arshaka memainkan sebuah lagu untuk Starlee sembari bermain piano. Starlee yang duduk di depan meja bundar dengan berbagai hidangan lezat hanya memandangi suaminya dengan senyuman bahagia.Arshaka yang dahulu Starlee anggap dingin, ternyata begitu romantis dan hangat setelah menikah dengannya. Setiap hari Arshaka tidak absen dalam mengucapkan kata-kata cinta yang menyenangkan di telinga Starlee.Lagu yang Arshaka mainkan selesai. Starlee memberikan tepuk
Satu tahun kemudian...Starlee duduk di bangku santai sembari menikmati secangkir kopi. Di depannya ada Arusha dan Shashi yang tengah bermain dengan Barbara. Keberadaan Barbara benar-benar membantuk Starlee dalam merawat anak-anaknya. Ia bisa sedikit bersantai dan bisa melakukan olahraga untuk mengembalikan berat tubuhnya. Kini penampilannya sudah kembali ke sedia kala. Tidak akan ada yang menyangka bahwa ia telah melahirkan dua bayi dengan tubuhnya yang ideal itu."Hai, Starlee." Alejandro duduk di sebelah Starlee.Starlee meletakan cangkirnya. "Hai, Ale." Ia membalas sapaan Ale. "Merindukan putra-putriku atau wanita yang tengah menjaga mereka?" Starlee menggoda Ale."Menjauh dari istriku, Ale!" Suara bariton datang dari arah belakang Starlee dan Ale.Ale otomatis sedikit bergeser. Ia tahu benar sepupunya sangat protektif terhadap Starlee. Ale tidak menyalahkan Arshaka, ia juga mungkin akan seperti itu ketika Barbara menjadi miliknya.
Di dalam ruang bersalin, Arshaka terus menemani Starlee yang sudah mendekati waktu persalinan. Sudah dua jam mereka ada di ruangan itu, pembukaan Starlee hampir lengkap.Rasa sakit menyapa Starlee tiap menitnya. Wanita itu terkadang menangis karena terlalu sakit. Arshaka menjadi pucat ketika melihat istrinya seperti itu. Ia tidak tahan mendengar ringisan dan tangis Starlee.Sebelumnya Arshaka meminta Starlee untuk melahirkan secara caesar tapi Starlee tidak mau. Istrinya ingin melahirkan secara normal.Dokter masuk memeriksa pembukaan Starlee lagi. "Pembukaan sudah lengkap. " Dokter itu memberitahu setelah memeriksa Starlee.Arshaka masih setia menemani Starlee yang kini sedang mengikuti insturksi dari dokter kandungan. Ia mengejan ketika waktunya tiba, tapi percobaan pertamanya masih belum membuat anaknya lahir.Starlee mengambil napas lagi. Ia mengejan lagi, setelah itu suara tangis terdengar. Anak pertama Starlee dan Arshaka telah lahir, disusul
Kehamilan Starlee sudah memasuki bulan ke dua. Saat ini ia mengalami mual dan muntah yang cukup parah.Arshaka menjadi suami siaga yang selalu bisa Starlee andalkan. Ketika Starlee merasa mual, ia akan segera pergi ke kamar mandi dengan ditemani oleh Arshaka. Pria itu akan memijat bagian punggungnya dengan perasaan kasihan terhadap sang istri."Kau baik-baik saja, Sayang? Apa kita harus pergi ke dokter?" tanya Arshaka.Starlee mengelap bibirnya dengan tisu kemudian menggeleng. "Aku baik-baik saja. Tenang, istrimu ini wanita yang kuat." Starlee tersenyum dengan wajah yang mulai pucat.Ia sudah mengkonsumsi obat pengurang rasa mual, tapi sepertinya obat itu tidak bekerja dengan baik."Kau memuntahkan semua makanan yang baru saja kau makan. Kau yakin baik-baik saja?" Arshaka merasa tidak yakin. Ia membantu Starlee yang hendak keluar dari kamar mandi."Aku bisa makan lagi nanti." Starlee menjawab seadanya. Mengandung memang bukan hal yang mudah.
Arshaka melangkah cepat kala ia mendengar bahwa kakeknya tiba-tiba pingsan. Wajahnya terlihat kalut. Ia takut terjadi hal buruk pada kakeknya.Setelah menikah dengan Starlee, Arshaka memutuskan untuk tinggal di rumah kakeknya. Menemani pria tua itu menemani rasa sepi.Arshaka masuk ke dalam kamar kakeknya. Ia melangkah cepat menghampiri sang kakek yang saat ini sedang menutup mata."Apa yang terjadi pada Kakek?" tanya Arshaka pada Starlee yang berada di ruangan itu. Semua anggota keluarga lainnya juga ada di sana. Membuat Arshaka merasa cemas."Kakek tiba-tiba saja pingsan saat bermain catur denganku." Starlee menjawab pertanyaan Arshaka."Lalu kenapa kalian tidak membawanya ke rumah sakit?" Arshaka melihat ke sekelilingnya."Tadi dokter sudah memeriksa Kakek, dan dia mengatakan Kakek-." Wajah Starlee terlihat sangat sedih. Air matanya kini menetes.Jantung Arshaka seperti ditarik paksa dari tubuhnya. Ia memegangi tangan kakeknya. "Ka
Seperti yang Vivi katakan beberapa hari lalu. Saat ini Arshaka tidak berkedip melihat mempelai wanitanya yang berjalan ditemani oleh Andreas.Senyum tidak pernah lepas dari wajah Starlee. Ia membuat semua orang yang melihatnya merasa jatuh hati. Dan untuk Arshaka, pria itu semakin tergila-gila pada Starlee.Ia sangat beruntung memiliki Starlee di dalam hidupnya. Tuhan benar-benar baik terhadapnya.Andreas mengantar Starlee sampai di depan Arshaka. Pria tua yang merasa tak kalah bahagia dari Arshaka dan Starlee itu meyerahkan tangan Starlee kepada Arshaka."Kau lebih dari sekedar indah, Sayangku." Arshaka menatap Starlee penuh cinta.Ikrar janji suci pernikahan Arshaka dan Starlee selesai dilaksanakan. Keduanya kini sah menjadi suami istri. Arshaka sepenuhnya menjadi milik Starlee. Begitu juga sebaliknya.Selama acara berlangsung, Arshaka tidak berhenti melihat wajah Starlee. Ia terpesona pada sosok bak dewi di sebelahnya.Acara pernik
Arshaka menemani Starlee berbelanja. Ia ditemani Nicole kini menunggu dengan tenang sembari melihat majalah. Sedang Nicole hanya berdiri di sebelah Arshaka.Setiap Starlee keluar dari ruang ganti, Arshaka selalu menggelengkan kepalanya karena Starlee memilih dress terbuka. Seperti saat ini. Starlee mengenakan dress dengan bagian paha yang singkat. Ia mendekat ke arah Starlee, mendorong wanita itu kembali masuk ke ruang ganti.Kemudian Starlee memakai pakaian lain. Arshaka lagi-lagi menggelengkan kepalanya. Bagian dada yang terlalu terbuka.Pada akhirnya Starlee menyerah dan kesal karena Arshaka selalu menolak pilihannya. Harusnya tadi ia mengajak Vivi saja. Arshaka tidak mengerti fashion, jadi seleranya payah.Melihat wajah kesal Starlee. Arshaka berdiri, ia memilihkan beberapa pakaian yang tidak terbuka dan ia rasa cocok dengan Starlee."Aku tidak suka melihat kau memakai pakaian terbuka. Hanya aku yang boleh melihat tubuhmu." Arshaka menyerahkan
"Tunggu sebentar. Aku mau menerima panggilan." Arshaka melepaskan genggaman tangannya dari Starlee. Pria itu melangkah sedikit menjauh dari keramaian di acara pesta, tapi dari jaraknya ia masih melihat Starlee yang kini berdiri sendirian.Arshaka menyadari banyak mata tertuju pada Starlee, tapi ia cukup yakin tidak akan ada yang berani mengusik wanitanya jika tidak mau berurusan dengannya.Berita tentang pertunangannya dengan sang supermodel yang kini sudah menjadi ranking 3 model dengan bayaran termahal itu sudah tersebar ke seluruh penjuru dunia.Banyak pria dan wanita patah hati karena pertunangan itu. Arshaka dan Starlee adalah dua orang yang digilai banyak orang.Seperti yang Arshaka katakan, hampir seluruh orang di dalam ruangan pesta itu hanya berani memandangi Starlee tanpa berani mendekati wanita berbalut gaun biru tua itu.Namun, beberapa saat kemudian seorang pria berwajah latin mendekati Starlee."Boleh aku temani?" Pria itu bert