Di sebuah ruangan yang diisi sedikit properti, Starlee tengah menjalani pelatihan bersama dengan beberapa model pendatang baru lainnya. Ruangan itu terletak di lantai 30 bersebelahan dengan sebuah studio pemotretan. Di lantai itu terdapat beberapa ruangan selain dari tempat latihan dan studio, ada juga ruangan penata rambut, ruangan make up dan ruang busana. Saat ini yang melatih Starlee adalah Maggie, seorang pria kemayu yang sangat handal dalam bidang ini selain Alex. Maggie bukan pribadi yang mudah didekati, pria ini terkesan menjaga jarak. Ia pelatih yang serius dan juga galak. Terkadang ada beberapa model yang menangis karena mulut pedas Maggie. Pria ini tidak memandang bulu, jika anak didiknya melakukan kesalahan maka ia akan mencecarnya tanpa ampun.Namun, Starlee tidak pernah merasakan ocehan Maggie. Meskipun pada awal pelatihan ia tidak mengetahui apapun tentang dunia model, ia bukan gadis yang lamban. Ia bisa mengikuti arahan Maggie hanya dengan satu kali pengulangan. Dan s
Asher kembali ke kediamannya setelah seharian sibuk bekerja, ditambah dengan 'pekerjaan lainnya' dengan Olivia. Ketika ia baru mencapai anak tangga pertama, ia menghentikan laju langkahnya dan membawa Asher menjauh dari sana. "Ada apa, Ibu?" tanya Asher. Stancy tidak tahu harus memulai dari mana, tapi kata yang keluar dari mulutnya adalalah, "Sampah itu berubah drastis." "Maksud Ibu?" Asher tidak mengerti. "Istrimu, entah apa yang ia lakukan pada tubuhnya selama beberapa bulan terakhir ini, tapi dia berubah menjadi sangat kurus dan cantik." "Jangan mengucapkan omong kosong, Bu." Asher tidak percaya. Bagaimana mungkin istrinya yang menjijikan bisa berubah seperti yang ibunya katakan. Mustahil. "Ibu serius, Asher. Awalnya Ibu juga tidak percaya, tapi dia memang benar istrimu." Asher mengerutkan keningnya. Tidak tampak raut bercanda di wajah sang ibu. Dan ya, lagipula ibunya tidak akan menjadikan Starlee bahan pembicaraan mereka jika itu bukan sesuatu yang penting. Namun, untuk m
Makan malam? Starlee memang tidak berniat makan malam. Ia harus menjaga berat badannya yang sudah ideal. Ia mengiyakan ajakan Asher tadi hanya karena ia ingin mencaci Stancy.Starlee naik ke atas ranjang. Ia harus istirahat sekarang karena besok ia akan menjalani rutinitas yang sama dengan hari ini. Starlee tidak ingin terjaga dengan wajah yang tidak segar.Ketika Starlee ingin menutup mata, pintu kamar terbuka. Ia mengabaikan orang yang masuk. Starlee tidak perlu melihat, orang itu pasti Asher."Starlee, kita perlu bicara." Asher berdiri di sebelah ranjang."Besok saja. Aku ingin istirahat." Starlee tak menuruti mau Asher. Ia sedang menunjukan bahwa tak ada yang bisa memaksakan kehendak terhadapnya.Asher ingin membuka mulutnya lagi, tapi ia urungkan karena melihat Starlee yang sudah menutup mata lagi. Ia harus menahan dirinya sampai besok.Pria itu naik ke atas ranjang. Awalnya ia berbaring terlentang menatap langit-langit kamar, tapi akhirnya ia memiringkan wajah menatap ke Starlee
Hari-hari berlalu begitu cepat. Starlee kini sudah mendapatkan pekerjaan pertamanya. Kini ia sedang bertemu dengan wakil editor sebuah majalah fashion kelas tiga bersama dengan managernya -Viviane. Mereka membicarakan tentang konsep dari pakaian yang akan Starlee kenakan.Starlee kembali ke titik awal lagi. Di mana ia hanya mendapatkan satu sesi pemotretan. Pakaian yang akan ia kenakan juga dibuat oleh designer yang baru mengembangkan namanya. Tidak masalah bagi Starlee, setiap sesuatu pasti ada permulaannya. Dan ini sudah cukup baginya. Setidaknya wajahnya akan segera dimuat pada bagian tengah majalah.Tema yang akan diambil kali ini adalah girl on fire. Tentang penemuan sebuah jati diri seorang perempuan. Starlee tidak bermasalah dengan tema apapun, pada akhirnya ia pasti akan menaklukan tema itu.Satu minggu setelah penandatanganan kontrak. Starlee kini kembali berada di bangunan majalah Style. Ia dan Viviane pergi ke sebuah ruangan di ujung lorong. Tempat itu adalah tempat make
Sesuatu berjalan dengan tidak baik untuk Arshaka, tapi bukan tentang pekerjaan. Sudah satu bulan lebih ia kehilangan napsunya pada wanita. Ia kini seperti seorang pria yang mengidap penyakit impoten. Meski sudah banyak wanita yang dikirim padanya, tidak ada satupun dari mereka yang mampu membuatnya 'berdiri'.Ini semua karena satu wanita. Wanita bersuami yang sialnya tidak bisa ia lupakan begitu saja. Arshaka terlalu sombong sebelumnya. Awalnya ia berkeras bahwa ia tidak akan pernah menginginkan wanita yang sama untuk menghangatkan ranjangnya, tapi saat ini ia menginginkan Starlee lagi. Dan sialnya, wanita itu bukan wanita bayaran. Di tambah wanita itu juga sudah bersuami.Arshaka cukup yakin bahwa ia bisa membuat wanita itu meninggalkan suaminya, tapi wanita bekas? itu merusak harga dirinya. Ia benar-benar tidak menyukai barang bekas. Namun, yang satu ini sangat mengganggu. Starlee, kenapa nama itu selalu membuat hidupnya menjadi tidak biasa.Starlee, mendiang tunangannya, tidur deng
Starlee bersiap untuk tidur sebelum akhirnya Asher menahan dirinya dengan memberikan sebuah undangan."Apa ini?" Starlee tidak ingin repot membuka undangan di tangannya."Undangan dari Asosiasi Pengusaha Muda." Asher naik ke atas ranjang. Starlee mengembalikan undangan itu pada Asher. "Dan hubungannya denganku?""Aku ingin membawamu ke pertemuan itu."Starlee tertawa kecil. "Ah, begitu. Kenapa kau tidak membawa Olivia seperti yang biasa kau lakukan sebelumnya?""Aku sudah tidak berhubungan dengannya lagi.""Waw, kejutan." Starlee menunjukan raut terkejut, tapi detik kemudian ia mengejek Asher. "Siapa yang coba kau bohongi, Asher?"Asher merasa Starlee benar-benar berubah. Ke mana perginya sang istri yang selama ini akan percaya dengan ucapannya dengan mudah. Ah, setelah Asher pikir lagi, sepertinya ia yang salah, mungkin selama ini Starlee bukan mempercayainya dengan mudah, tapi bersikap seolah percaya. "Aku tidak berbohong padamu, Starlee.""Aku tidak bisa mempercayai kata-katamu,
Takjub. Mungkin itu yang bisa menjelaskan apa yang Asher rasakan saat ini ketika ia melihat Starlee menuruni anak tangga dengan mengenakan long dress off shoulder berwarna merah maroon yang mempertontonkan lekuk tubuh Starlee dengan sempurna. Pada bagian bawah gaun panjang buatan perancang ternama itu terdapat belahan pada sisi sebelah kiri dari bawah hingga ke paha Starlee. Kaki jenjang Starlee yang indah terekspos dengan sempurna.Rambut sebahunya ia bentuk menjadi cepolan, sisi samping rambutnya sengaja ia biarkan terlihat sedikit urakan. Leher putih mulus Starlee terlihat begitu menggoda di mata Asher.Make up yang Starlee kenakan saat ini bertema glamour. Bibirnya berwarna merah, ia mengenakan eye shadow berwarna hitam dan silver. Bula mata lentiknya membingkai iris birunya dengan sempurna. Alis Starlee terlihat runcing dan tajam, memperkuat kesan glamour pada wajah itu. Penampilannya yang mengagumkan ditunjang dengan beberapa perhiasan yang semakin membuatnya terlihat elegan tap
Pesta usai. Starlee kini diajak oleh Asher untuk berpamitan pada Stuart. Ia melangkah dengan tenang bersama Asher. Tangannya tak lepas dari lengan sang pria. Starlee menyadari bahwa saat ini seseorang di sebelah Stuart tengah menatapnya dengan tatapan dingin yang tidak biasa. Seperti ada kemarahan di dalamnya. Entah apa yang salah dengan Arshaka hingga menatapnya seperti ingin menelannya hidup-hidup. Asher sampai di depan Stuart dan Arshaka. Seperti menghormati Stuart, Asher juga menghormati Arshaka. Tentu saja ia tidak akan menyinggung pengusaha terkaya di negaranya itu. Sebagai pengusaha yang masih berjuang keras, Asher harus pandai menjaga sikap agar tidak memiliki musuh dari kalangan atas. "Stuart, terima kasih untuk pestanya. Kami pamit pulang." Asher melemparkan senyuman ringan. "Ah, ya, aku senang kau bisa menghadiri undangan ini." Stuart membalas ramah. Pandangan mata pria itu jatuh pada Starlee. "Aku harap kau tidak kecewa dengan pesta ini, Starlee." "Aku sangat menikma