Mobil Starlee sampai di parkiran kediamannya. Ia keluar dari sana kemudian melangkah ke bangunan utama.Saat ia sudah sampai di ruang tengah kediamannya, ia melihat Asher yang duduk di sofa. Jangan katakan pria itu menunggu dirinya pulang.Asher mendengar suara ketukan heels Starlee. Ia segera bangkit dari sofa dan menghampiri Starlee. "Ke mana saja kau, Starlee?" Ia terlihat sedikit cemas."Makan malam."Asher mengernyitkan dahinya. "Dengan siapa? Laki-laki?""Aku tidak pernah mencampuri urusanmu, Asher. Jadi jangan campuri urusanku juga.""Kau hanya perlu menjawabnya, Starlee.""Rekan kerjaku. Laki-laki. Puas?"Asher cemburu ketika mendengar yang makan malam dengan Starlee adalah seorang laki-laki. "Kau seharusnya memberitahuku dahulu sebelum pergi.""Sejak kapan aku harus minta izin padamu? Bukannya dulu kau tidak peduli aku mau pergi ke mana?" Suasana hati Starlee sedang buruk karena Arshaka, dan sekarang ia me
Aroma khas rumah sakit menyapa Asher. Pria itu tersadar dari kondisi tidak sadarkan diri. Ia menemukan ibunya berada di sana sembari memegangi tangannya."Ibu." Asher memanggil Stancy pelan.Stancy terjaga. Ia terlihat lega karena Asher sudah siuman. "Apa yang kau butuhkan, Nak? Kau haus? Atau kau ingin pergi ke toilet?"Asher menggelengkan kepalanya. Ia tidak membutuhkan apapun. "Kenapa aku bisa ada di sini?" tanyanya."Semalam kau mabuk. Kemudian berkelahi dengan seseorang." Stancy hanya mengetahui kejadian singkatnya saja. "Tapi kau tenang saja, Angel sudah mengurusnya untukmu. Saat ini orang yang menghajarmu sudah berada di kantor polisi."Asher sedikit ingat sekarang. Semalam ia terlalu banyak minum hingga mabuk. "Di mana Starlee?""Tidak usah menanyakan wanita itu. Dia bahkan tidak peduli padamu." Stancy menjawab dengan nada kesal.Asher diam. Sebegitu tidak peduli kah Starlee padanya?"Asher, dengarkan Ibu baik-baik. Tin
Seperti yang Starlee inginkan. Valen menjadi terkenal hanya dalam hitungan jam. Adik iparnya itu menjadi bahan perbincangan di web resmi kampus tempat Vallen mengenyam pendidikan. Foto dan video mesranya dengan Presdir Jeremy Huang terpampang jelas di sana.Berbagai komentar bermunculan. Keseluruhan dari komentar itu mengejek dan merendahkan Valen. Beberapa teman kampus yang membenci membalas Valen melalui komentar jahat mereka.Tidak hanya di situs resmi kampus. Foto dan video Valen juga dimuat di sebuah website gosip yang paling diminati di negara itu. Judul yang memprovokasi semakin membuat netizen berkomentar pedas.Valen sudah membaca berita itu. Kini wajahnya sekaku tembok dan sepucat mayat. Ia seperti kehilangan udara untuk bernapas. Merasa begitu tercekik dengan komentar-komentar orang lain mengenai dirinya.Tidak hanya Valen. Angel dan Stancy juga sudah mengetahui tentang skandal Valen dengan Presdir Jeremy Huang. Mereka berdua kini tengah menggedor pintu kamar Valen yang t
Setelah beberapa jam perjalanan di udara, pesawat pribadi milik Arshaka telah mendarat. Kini Arshaka dan Starlee sudah berada di dalam sebuah limousine hitam yang akan menjadi kendaraan Arshaka selama ia berada di Roma."Aku memiliki pertemuan penting setengah jam lagi. Kau bisa melakukan apapun selama aku pergi." Arshaka bicara pada Starlee yang duduk sembari menatap ke luar jendela.Starlee tidak menjawab, tapi ia mendengarkan ucapan Arshaka."Starlee, kau punya mulut, kan? Jawab aku.""Aku mengerti." Starlee menjawab singkat."Sopir akan mengantarmu.""Tidak perlu. Aku bisa sendiri.""Kau mungkin akan tersesat, Starlee. Jangan merepotkanku dengan mencari dirimu.""Siapa yang memintamu untuk mengajakku?!" Starlee membalas acuh tak acuh.Arshaka bangkit dari tempat duduknya. Ia memenjarakan Starlee dengan kedua tangannya yang kini berada di sandaran kursi.Starlee terkejut, ia mendongak menatap wajah Arshaka yang dingin. Nyalinya sedikit menciut. Ah, ia sangat tidak suka aura mengeri
Di tengah kerumunan, Starlee sedang menari dengan beberapa orang yang ia tidak kenali diiringi dengan irama musik Despacito. Wajah Starlee terlihat riang. Inilah Starlee yang sebenarnya, mudah berbaur dengan orang lain.Ia menari tanpa beban, seperti ia tidak memiliki masalah hidup sama sekali, padahal beberapa waktu lalu ia kehilangan dompet dan ponselnya. Ia bahkan tidak memikirkan bagaimana ia akan pulang nanti.Di sisi lain tempat itu, Arshaka dan Nicole serta beberapa orangnya berpencar mencari Starlee.Arshaka melihat ke kerumunan orang di sebelah kirinya. Ia melangkah mendekat, matanya tertuju pada sosok cantik yang kini sedang tersenyum dengan lebar. Kaki Arshaka berhenti melangkah, matanya tak bisa beralih dari wanita yang tak lain adalah Starlee.Senyuman itu begitu menawan, Arshaka harus mengakui ia menyukai senyum Starlee. Senyum yang tidak pernah diarahkan wanita itu padanya.Arshaka tak menghampiri Starlee, ia masih berdiam diri dengan wajah kaku seperti biasa.Alunan m
Mata Starlee memandangi sosok serius yang kini sedang mengolesi obat pada sudut bibirnya yang pecah. "Terima kasih sudah menyelamatkanku." Starlee mengucapkannya dengan tulus. Ia bersyukur Arshaka mencarinya, karena jika tidak maka hidupnya akan berakhir di tangan dua pria bajingan.Arshaka mengangkat pandangannya, ia menatap lurus ke iris biru Starlee. "Jika kau benar-benar ingin berterima kasih, maka jangan membantahku lagi.""Aku bisa menjadi simpanan sesuai yang kau mau, tapi aku ingin kau tidak merendahkanku lagi."Arshaka tidak menjawab, ia kembali mengobati bibir Starlee. "Sudah selesai."Arshaka berdiri, ia hendak mengembalikan kotak obat ke tempatnya, tapi tangan Starlee menahannya. "Kau terluka, biar aku obati," seru Starlee.Jika tadi Starlee yang diobati oleh Arshaka kini gantian Arshaka yang diobati Starlee. Tangan Starlee melepaskan jas dan kemeja yang Arshaka kenakan. Ia melihat luka di lengan Arshaka, membersihkannya kemudian mengolesi obat. Tak ada pembicaraan di anta
Sinar matahari datang menyerang Arshaka dengan tiba-tiba. Pria yang masih ingin tertidur itu mengubah posisi tidurnya jadi tertelungkup.Starlee melihat ke Arshaka sejenak lalu kemudian beralih pada pemandangan pantai di depannya. Ia melipat kedua tangannya di depan dada, menikmati suasana yang begitu tenang saat ini.Di ranjang, tangan Arshaka bergerak mencari keberadaan Starlee. Merasakan tak ada Starlee di sana, Arshaka membuka matanya. Membalik posisi tidurnya kembali ke semula.Ketika ia hendak bangkit untuk mencari Starlee, ia menemukan Starlee tengah berdiri di dekat dinding kaca dengan membelakanginya.Arshaka turun dari ranjang. Ia mendekati Starlee kemudian memeluk wanita itu dari belakang.Starlee terkesiap. "Kau sudah bangun?" tanyanya sembari memiringkan wajah, menatap wajah Arshaka yang diletakan di bahunya."Terbangun lebih tepatnya.""Kau tidak bekerja?" Starlee bertanya lagi.Arshaka memejamkan matanya lagi. "Pekerjaanku sudah selesai.""Jadi hari ini kau hanya akan
Sore hari, Starlee sampai ke kediamannya. Ia melangkah masuk dengan membawa koper kecil yang berisi barang-barangnya.Sampai di ruang tengah, ia melihat Asher duduk di sofa dengan wajah dingin. Starlee melangkah dengan santai melewati Asher."Dari mana kau, Starlee?" tanya Asher dingin.Starlee berhenti tepat disebelah sofa yang Asher duduki. "Roma." Ia menjawab jujur."Kenapa kau tidak memberitahuku terlebih dahulu?""Aku rasa dahulu kau juga tidak pernah memberitahuku jika kau ingin pergi."Asher bangkit dari tempat duduknya. Ia berdiri berhadapan dengan Starlee. "Jadi saat ini kau sedang membalasku?!" Selama di rumah sakit Asher banyak berpikir. Ia yakin Starlee pasti memiliki dendam padanya, dan wanita itu sedang membalasnya.Starlee memiringkan wajahnya lalu tersenyum kecil. "Kenapa aku harus repot melakukannya?""Berhenti bersikap kekanakan, Starlee. Jika saat ini kau mencoba untuk membuatku menyesal telah menyia-nyiakanm