"Melamar putri saya?" Raharja memandang kedua orang yang duduk di hadapannya dengan heran. Sementara itu, satu pemuda tampan lain duduk di satu bangku kosong yang ada di sudut ruang tamu."Bukan, bukan dia. Putra saya sedang perjalanan kemari dengan putri bapak." Bastian Mahendra menyadari arah pandang Raharja yang menatap Ali dengan pandangan menyelidik."Sebenarnya saya juga hendak menjodohkan Mayra dengan putra teman saya," kata Raharja setelah hening sejenak. Hanya terdengar denting cangkir yang diletakkan di atas meja tamu oleh Santi.Bastian dan Kanaya saling pandang, pernyataan yang sungguh mengejutkan. Bahkan di dalam hati Kanaya, dia bersorak kegirangan. Bahkan berdoa agar niat baik Raharja terlaksana dengan segera. Tentu saja supaya Jaya melupakan niatnya untuk memperistri Mayra."Lalu apakah rencana Anda sudah terlaksana?" Kanaya baru mengeluarkan suaranya dengan nada sedikit angkuh. Khas pembawaan dari Kanaya. Perkataan yang menimbulkan reaksi dari Bastian. Bastian langsun
"Nona, Anda bisa terluka!" Pelayan itu mencegah Sayana yang hendak melemparkan gelas di tangannya untuk yang kedua kali. Satu gelas sudah dilemparkan Sayana ke cermin rias. Membuat pecahan cermin berserakan di lantai kamar. Suasana kamar Sayana terlihat sangat berantakan. Barang-barang berserakan dimana-mana. Pecahan gelas, kaca dan yang lainnya terlihat memenuhi lantai kamar Sayana."Aku tidak bisa, Lina! Dia telah mencabut impianku! Dan sekarang, Jaya telah mengumumkan siapa Mayra. Aku sungguh tidak terima!" Sayana, dengan rambut yang kusut berantakan ditambah dengan riasan di wajahnya yang sudah tidak apik lagi memandang Lina dengan geram. Dia harus melampiaskan amarahnya, kepada siapa lagi kalau bukan kepada Lina? Salah satu pelayannya yang paling setia."Nona, cinta tidak dapat dipaksakan. Kalau nona mau, nona bisa menyusul nyonya besar ke luar Negeri. Pasti Nona Sayana akan menemukan cinta sejati disana," kata Lina lembut. Dia mendudukkan Sayana di ranjang besar berwarna putih
"Jadi, kapan pernikahan akan dilangsungkan?" tanya Bastian, pandangannya beralih ke arah sang putra yang terlihat bahagia karena akhirnya bisa mempersunting gadis yang dia cintai."Besok!" jawab Jaya spontan."Satu bulan lagi!" Mayra berkata tepat ketika Jaya juga melakukan hal yang sama. Membuat semua orang saling memandang Jaya dan juga Mayra dengan tatapan bertanya."Kenapa secepat itu, Tuan Jaya?""Ayah Mertua, tolong jangan panggil saya tuan, saya adalah Jaya. Calon menantu ayah," kata Jaya santun. Jawaban yang cukup membuat Kanaya melengos dalam hatinya karena geli dengan panggilan itu."Baiklah, Nak Jaya. Apakah tidak terlalu terburu-buru? Banyak hal yang harus kami persiapkan sebagai pihak mempelai perempuan."Begini, Ayah Mertua. Saya takut akan ada pandangan buruk mengenai kami nantinya kalau saya dan Mayra terlihat selalu bersama. Bukankah itu juga akan mencoreng nama baik Ayah dan Ibu Mertua? Lebih baik kalau kami menikah secara agama dahulu. Barulah saya akan memberikan p
Malam itu, Mayra Anjani dan Jaya Mahendra resmi menjadi pasangan suami istri. Raut kebahagiaan terpancar jelas di wajah Jaya. Sedangkan Mayra sendiri lebih kepada raut wajah sedih. Dokumen negara akan diurus Andrian setelah ini. Bagi Jaya, asalkan mereka telah sah secara agama, itu yang paling penting."Ayah, Ibu. Kami langsung pamit pulang ke Kota. Nanti hadiah pernikahan akan langsung diurus oleh Andrian.""Kenapa tidak menginap dulu, Nak?" tanya Raharja. Dia sedikit keberatan putri dan menantunya langsung pergi begitu saja. Segalanya berjalan begitu cepat, sampai rasanya Raharja hanya mengedipkan mata saja dan pernikahan ini sudah selesai. Apakah mungkin ini hanya sekedar mimpi?Ketiga adik Mayra juga hanya bisa menatap kakak perempuan mereka dengan tanda tanya besar, tetapi tidak ada yang bertanya lagi. Pernikahan Mayra dan restu Raharja sudah cukup menjadi jawaban."Kami minta agar Ayah dan Ibu mengijinkan," lanjut Jaya lagi. Kalau mertuanya tidak mengijinkan, Jaya juga tidak aka
Bibir Jaya memagut bibir Mayra dengan perlahan. Hanya sekilas saja, setelah itu mereka berciuman dengan panas. Seolah-olah hasrat yang terpendam selama ini harus terpuaskan dengan segera."Aku tidak ingin menyakitimu, May, Sayangku, Cintaku!" kata Jaya dengan suara parau dan pandangan mendamba. Meskipun begitu, dia berusaha menormalkan perasaannya karena Jaya tahu, apa yang akan dia lakukan pasti menyakiti Mayra. Seperti yang sebelumnya.Jari lentik Mayra mengikuti lekuk wajah Jaya yang tampan. Bahkan bibir Mayra sedikit terbuka, menambah keseksian Mayra. Sungguh, melihat Mayra seperti itu, siapa yang tidak tergoda? Begitupun dengan Jaya. "May, lain kali saja kita melakukannya. Aku sungguh tidak siap harus melihatmu kesakitan!" ujar Jaya lagi. Meskipun jerit kesakitan Mayra menjadikan lagu pengantar yang indah, tetapi Jaya yakin bisa mengendalikan keinginannya kali ini. Mayra tidak boleh kesakitan. Itu yang akan Jaya pertahankan.Bibir Mayra menempel di tengkuk Jaya. Hembusan nafas M
Pagi itu Mayra terbangun dengan rasa sakit pada seluruh tubuhnya. "May, kamu tidak apa-apa?" Jaya bertanya khawatir."Tidak mengapa, ini adalah tugasku!""Aku akan segera konsultasi. Kita tidak bisa seperti ini terus menerus, May." Jaya membuka gaun tidur Mayra dan melihat bekas luka yang dibuatnya, memanjang dengan warna yang kemerahan. Pasti sakit. Rasanya Jaya juga turut merasakan kesakitan yang sama.Mayra bisa menahan semua itu. Rasanya Jaya tidak bisa. Mungkin, semalam mereka terbawa suasana. Seharusnya Mayra menolak ketika Jaya sudah di ambang gairah. Bukan malam menyodorkan peralatan yang membuat Jaya semakin ingin melakukannya."Jangan dipikirkan, luka ini tidak separah yang terlihat. Lagipula, kau sudah ada kemajuan. Lumayan, tidak ada robekan di gaunku!" kata Mayra tertawa renyah. Rasanya dunia Mayra sekarang baik-baik saja. Kondisi kesehatan sang ayah juga sudah lebih baik meskipun harus ditunjang dengan obat-obatan seumur hidupnya. Hal itu tidak masalah, Mayra lebih dar
"Seorang pengusaha terkenal berinisial JM disinyalir telah melakukan pernikahan tertutup dengan seorang wanita berinisial MA. Menurut kabar burung yang beredar, wanita berinisial MA adalah mantan wanita penghibur. Masih menurut kabar yang sampai ke redaksi kami, JM sangat tergila-gila dengan MA sehingga mengabaikan semua masa lalu MA. Apakah benar MA adalah wanita penghibur? Apakah pengusaha JM adalah salah satu kliennya? Kami akan terus menelusurinya untuk anda. Tetap bersama kami, berita viral antara fakta atau khayalan." Bersamaan dengan narasi yang disampaikan oleh pembawa acara yang energik itu juga ada foto Jaya yang diambil dari kejauhan. Hanya siluet dan latar belakang. Namun, siapapun yang mengenal Jaya pasti tahu sosok pengusaha berinisial JM adalah Jaya Mahendra. Tidak ada foto Mayra. Bahkan bayangannya pun tidak. Hanya ada kumpulan wanita-wanita cantik yang pernah secara tidak sengaja bertemu dengan Jaya di masa lalu. Kolase foto yang dimunculkan untuk membentuk opini mas
Jaya pulang dengan wajah kuyu dan terlihat sangat lelah. Setelah mengecup kening Mayra, Jaya memejamkan mata dan menyandarkan tubuhnya di sofa yang ada di ruang tengah. Sungguh, hari ini sangat melelahkan untuk Jaya."Kau terlihat lelah, aku akan memijat mu, Sayang!" Mayra berkata lembut di samping Jaya sambil memberikan satu cangkir teh dengan madu."Sedikit, tenanglah. Masalah bisa diatasi!" kata Jaya. Bau harum Mayra sungguh membuatnya melayang. "May, kemarilah. Rasanya aku bisa tenang hanya dengan mencium aroma darimu!""Jangan berlebihan, banyak wanita cantik di luar sana yang sepertinya sangat senang jika kau ada di pangkuan mereka!""Kau manis sekali!" Tanggapan Jaya yang sungguh membuat Mayra tidak habis pikir. Namun, dia tetap menuruti permintaan Jaya untuk bersandar di pelukan Jaya. Untuk beberapa saat tidak ada yang saling berbicara. Mayra dan Jaya larut dalam pikirannya masing-masing."Tuan, ada banyak spekulasi yang beredar di tengah masyarakat mengenai berita tadi. Ter